1
Aku memulai bacaan Al-Qur'an dengan menyebut nama Allah, nama teragung bagi satu-satunya Tuhan yang patut disembah, yang memiliki seluruh sifat kesempurnaan dan tersucikan dari segala bentuk kekurangan, Yang Maha Pengasih, Pemilik dan sumber sifat kasih Yang menganugerahkan segala macam karunia, baik besar maupun kecil, kepada seluruh makhluk, Maha Penyayang Yang tiada henti memberi kasih dan kebaikan kepada orang-orang yang beriman. Memulai setiap pekerjaan dengan menyebut nama Allah (basmalah) akan mendatangkan keberkahan, dan dengan mengingat Allah dalam setiap pekerjaan, seseorang akan memiliki kekuatan spiritual untuk melakukan yang terbaik dan menghindar dari keburukan.
2
Segala puji kita persembahkan hanya untuk Allah semata, Tuhan Pencipta dan Pemelihara seluruh alam, yaitu semua jenis makhluk.
3
Dialah Yang Maha Pengasih, Pemilik dan sumber sifat kasih, Yang menganugerahkan segala macam karunia, baik besar maupun kecil, kepada seluruh makhluk, Maha Penyayang Yang selalu tiada henti memberi kasih dan kebaikan kepada orang-orang yang beriman.
4
Dialah satu-satunya Pemilik hari Pembalasan dan perhitungan atas segala perbuatan, yaitu hari kiamat. Kepemilikan-Nya pada hari itu bersifat mutlak dan tidak disekutui oleh suatu apa pun.
5
Atas dasar itu semua, hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan beribadah dengan penuh ketulusan, kekhusyukan, dan tawakal, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan dalam segala urusan dan keadaan kami, sambil kami berusaha keras.
6
Kami memohon, tunjukilah kami jalan yang lurus, dan teguhkanlah kami di jalan itu, yaitu jalan hidup yang benar, yang dapat membuat kami bahagia di dunia dan di akhirat, serta dapat mengantarkan kami menuju keridaan-Mu.
7
Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, berupa keimanan, hidayah, dan rida-Mu. Mereka itu, seperti dijelaskan dalam Surah an-Nisa' /4: 69, adalah: 1) para nabi yang telah dipilih Allah untuk memperoleh bimbingan sekaligus ditugasi untuk menuntun manusia menuju kebenaran Ilahi; 2) siddiqin, yaitu orang-orang yang selalu benar dan jujur, tidak ternodai oleh kebatilan, tidak pula mengambil sikap yang bertentangan dengan kebenaran; 3) syuhada', yaitu mereka yang bersaksi atas kebenaran dan kebajikan, melalui ucapan dan tindakan mereka, walau harus mengorbankan nyawa sekalipun, atau mereka yang disaksikan kebenaran dan kebajikannya oleh Allah, para malaikat, dan lingkungan mereka; dan 4) salihin, yaitu orang-orang saleh yang tangguh dalam kebajikan dan selalu berusaha mewujudkannya. Jalan yang kami mohon itu bukan jalan mereka yang dimurkai, yang mengetahui kebenaran tetapi tidak mengikuti dan mengamalkannya, bahkan menentangnya, seperti sebagian kelompok Yahudi dan yang mengikuti jalan mereka, dan bukan pula jalan mereka yang sesat dari jalan kebenaran dan kebaikan, seperti sebagian kelompok Nasrani dan yang sejalan dengan mereka, sebab mereka enggan beriman dan mengikuti petunjuk-Mu.
8
Alif Laam miim. Beberapa surah dalam Al-Qur'an dibuka dengan huruf abjad seperti Alif Laam miim, Alif Laam Raa, dan sebagainya. Makna huruf-huruf itu hanya Allah yang tahu. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama surah dan ada pula yang berpendapat bahwa gunanya untuk menarik perhatian, atau untuk menunjukkan mukjizat Al-Qur'an, karena Al-Qur'an disusun dari rangkaian huruf-huruf abjad yang digunakan dalam bahasa bangsa Arab sendiri. Meskipun demikian, mereka tidak pernah mampu untuk membuat rangkaian huruf-huruf itu menjadi seperti Al-Qur'an.
9
Inilah Kitab yang sempurna dan penuh keagungan, yaitu Al-Qur'an yang Kami turunkan kepada Nabi Muhammad, tidak ada keraguan padanya tentang kebenaran apa-apa yang terkandung di dalamnya, dan orang-orang yang berakal sehat tidak akan dihinggapi keraguan bahwa Al-Qur'an berasal dari Allah karena sangat jelas kebenarannya. Al-Qur'an juga menjadi petunjuk yang sempurna bagi mereka yang mempersiapkan diri untuk menerima kebenaran dengan bertakwa, yaitu mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya agar terhindar dari siksa Allah. Meski petunjuk Al-Qur'an diperuntukkan bagi seluruh umat manusia, hanya orang-orang bertakwa saja yang siap dan mampu mengambil manfaat darinya.
10
Orang-orang yang bertakwa itu adalah mereka yang beriman kepada hal-hal yang gaib, yang tidak tampak dan tidak dapat dijangkau oleh akal dan indra mereka, seperti Allah, malaikat, surga, neraka, dan lainnya yang diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya. Pada saat yang sama, sebagai bukti keimanan itu, mereka beribadah kepada Allah dengan melaksanakan salat, secara sempurna berdasarkan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, khusyuk serta memperhatikan waktu-waktunya, dan mereka juga menginfakkan di jalan kebaikan sebagian rezeki berupa harta, ilmu, kesehatan, kekuasaan, dan hal-hal lainnya yang bermanfaat yang Kami berikan kepada mereka, semata-mata sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan mencari keridaan-Nya.
11
Dan ciri-ciri lainnya dari orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang beriman kepada apa-apa yang diturunkan dari Allah kepadamu, wahai Nabi Muhammad, berupa Al-Qur'an dan adz-dzikr (hadis), dan kitabkitab yang telah diturunkan sebelum engkau, seperti Taurat, Zabur, Injil, dan Suhuf-suhuf (lembaran-lembaran) yang tidak seperti Kitab, dengan tidak membeda-bedakannya, sebab risalah Allah pada mulanya satu, dan mereka yakin akan adanya kehidupan di akhirat setelah kehidupan di dunia ini, dengan penuh keyakinan di dalam hati yang dibuktikan secara lisan dan perbuatan.
12
Mereka yang mempunyai ciri-ciri sebagaimana disebutkan itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, berada pada posisi yang sangat mulia dan agung, sebab mereka menaati semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, dan hanya mereka itulah orang-orang yang beruntung memperoleh apa yang mereka inginkan, yaitu kebahagiaan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat dengan dimasukkan ke dalam surga dan terbebas dari neraka.
13
Sebagai kebalikan dari sikap orang mukmin terhadap Al-Qur'an, sesungguhnya orang-orang kafir yang menutupi hati dan akal pikiran mereka dari kebenaran karena enggan dan sombong, tidak akan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya. Sama saja bagi mereka, engkau beri peringatan, berupa ancaman siksa dari Tuhanmu, atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman sebab mereka lebih memilih jalan kebatilan.
14
Karena mereka ingkar dengan menutup diri dari kebenaran, maka seakan Allah telah mengunci hati mereka dengan sekat yang tertutup rapat sehingga nasihat atau hidayah tersebut tidak bisa masuk ke dalam hati mereka, dan pendengaran mereka juga seakan terkunci, sehingga tidak mendengar kebenaran dari Allah. Demikian pula penglihatan mereka telah tertutup, sehingga tidak melihat tanda-tanda kekuasaan Allah yang dapat mengantarkan kepada keimanan, dan sebagai akibatnya, mereka akan mendapat azab yang berat.
15
Dan selanjutnya disebutkan kelompok manusia yang ketiga dalam menyikapi kebenaran petunjuk Al-Qur'an, yaitu di antara manusia yang ingkar seperti disebut sebelumnya ada sekelompok orang yang mengatakan sesuatu yang sesungguhnya tidak lahir dari dalam hati nurani. Mereka berkata, “Kami hanya beriman kepada Allah dengan segala keagungan-Nya dan kami juga beriman kepada hari akhir yang diingkari oleh orang-orang kafir,” padahal sesungguhnya mereka itu tidak jujur dalam mengatakan itu sehingga mereka bukanlah termasuk golongan orang-orang yang beriman. Kelompok ketiga ini jauh lebih berbahaya daripada yang secara terang-terangan menolak (kafir), sebab mereka menampakkan diri seperti kawan padahal sesungguhnya mereka adalah lawan.
16
Mereka menduga, dengan mengatakan seperti itu, telah berhasil menipu Allah dengan menganggap Allah tidak mengetahui rahasia yang mereka sembunyikan, padahal Allah Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dan yang tampak; dan mereka juga merasa telah berhasil menipu orang-orang yang beriman, dengan berpura-pura beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Sebab akibat buruk perbuatan mereka itu, cepat atau lambat, akan kembali kepada mereka sendiri.
17
Hal itu karena dalam hati mereka ada penyakit, seperti penyakit iri dan dengki kepada orang-orang yang beriman, keraguan terhadap ajaran Islam, keyakinan yang keliru, dan lainnya, lalu Allah menambah parah penyakitnya itu dengan kemenangan yang besar bagi orang-orang yang beriman. Kemenangan itu sangat menyakitkan mereka karena rasa iri, dengki, dan sombong yang ada dalam diri mereka. Keraguan mereka pun semakin menjadi. Dan, sebagai akibatnya, selain menderita di dunia, mereka akan mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta dengan memperlihatkan keimanan padahal hati mereka ingkar.
18
Dan apabila dikatakan dan dinasihatkan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi,” dengan melanggar nilai-nilai yang ditetapkan agama, menghalangi orang dari jalan Allah, menyebar fitnah, dan memicu konflik, mereka justru mengklaim bahwa diri mereka bersih dari perusakan dan tidak bermaksud melakukan kerusakan. Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.” Itu semua akibat rasa bangga diri mereka yang berlebihan. Begitulah perilaku setiap perusak yang tertipu oleh dirinya: selalu merasa kerusakan yang dilakukannya sebagai kebaikan. .
19
Karena kelakuan mereka yang selalu menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran serta menganggap kerusakan mereka sebagai kebaikan, Allah mengingatkan orang-orang mukmin agar tidak tertipu dengan itu semua. Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan. Diri mereka telah rusak karena keyakinan yang batil dan perbuatan yang jahat. Mereka pun telah merusak orang lain dengan menyebar fitnah dan memicu konflik di tengah masyarakat. Tetapi, karena hati yang telah tertutup dan rasa bangga diri yang berlebihan, mereka tidak menyadari kerusakan tersebut dan akibat buruk yang akan menimpa mereka oleh sebab kemunafikan.
20
Dan apabila dikatakan dan dinasihatkan kepada mereka, “Berimanlah kamu dengan tulus ikhlas sebagaimana orang lain yang menyambut suara dan seruan akal sehat telah beriman, seperti yang dilakukan para sahabat pengikut Nabi Muhammad, mereka menjawab dengan penuh kesombongan dan nada menghina, "Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman? Tidak pantas bagi kami untuk mengikuti orang-orang bodoh itu, sebab dengan begitu berarti kami sama bodohnya dengan mereka". Allah membantah kecongkakan mereka dengan mengingatkan orang-orang mukmin, "Ingatlah, sesungguhnya hanya mereka itulah orang-orang yang kurang akal dan bodoh, tetapi mereka tidak tahu dan tidak sadar bahwa kebodohan dan sifat kurang akal itu ada dalam diri mereka, dan mereka juga tidak menyadari kesesatan mereka itu.
21
Dan apabila mereka, orang-orang munafik, berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, "Kami telah beriman seperti yang kalian yakini tentang kebenaran Rasul dan dakwahnya.” Mereka menyatakan beriman secara lisan untuk melindungi diri dan meraih keuntungan material. Tetapi apabila mereka kembali kepada teman-teman dan para pemimpin mereka yang menyerupai setan-setan dalam perilaku mereka yang selalu berbuat kerusakan dan kejahatan, mereka berkata, “Sesungguhnya kami tidak berubah dan tetap bersama kamu di satu jalan dan satu perbuatan, kami hanya berolok-olok ketika kami mengatakan beriman di hadapan orang-orang mukmin.”
22
Sebagai balasan atas perbuatan mereka itu, Allah akan memperlakukan mereka seperti orang yang memperolok-olokkan dan merendahkan mereka, dan membiarkan mereka dengan menangguhkan siksa-Nya beberapa saat sehingga mereka semakin jauh terombang-ambing dalam kesesatan dan semakin buta dari kebenaran, sampai akhirnya datang saat yang tepat untuk menyiksa mereka, seperti yang akan dijelaskan pada Surah ali Imran/3: 87.
23
Mereka itulah orang-orang yang jauh dari kebenaran yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Sikap mereka yang memilih kesesatan dan mengabaikan kebenaran diumpamakan seperti pedagang yang memilih barang-barang rusak untuk dijual dalam perdagangannya. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung. Jangankan untung yang didapat, modal pun hilang. Dan mereka tidak mendapat petunjuk yang dapat mengantarkan kepada kebenaran, sebab yang ada pada mereka hanyalah kesesatan.
24
Perumpamaan keadaan mereka orang-orang munafik yang sungguh mengherankan itu seperti keadaan yang aneh dari orang-orang yang menyalakan api. Setelah api itu menerangi apa-apa yang ada di sekelilingnya dan memberikan kehangatan, rasa nyaman, dan manfaat lainnya bagi mereka, tiba-tiba Allah melenyapkan cahaya yang menyinari mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan yang kelam, tidak dapat melihat suatu apa pun. Allah telah memberikan kepada mereka petunjuk kebenaran, tetapi mereka tidak berpegang teguh pada petunjuk tersebut, sehingga mata mereka menjadi tertutup, dan mereka pantas berada dalam kebimbangan dan kesesatan.
25
Mereka seperti orang tuli, sebab mereka telah kehilangan fungsi pendengaran dengan tidak mengikuti kebenaran yang didengar. Mereka juga seperti orang bisu karena tidak mengucapkan kebenaran oleh sebab hati mereka tertutup, sehingga tidak tergerak melakukan itu. Dan mereka juga seperti orang buta, karena kehilangan fungsi penglihatan, baik melalui mata kepala (basar) ataupun mata hati (basirah), dengan tidak mengambil pelajaran dari hal-hal yang mereka lihat, sehingga pada akhirnya mereka tidak dapat kembali dari kesesatan itu kepada kebenaran yang telah mereka jual dan tinggalkan.
26
Atau keadaan mereka yang penuh kebimbangan, kesulitan, dan ketidaktahuan akan manfaat dan bahaya seperti keadaan orang yang ditimpa hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan karena tebal dan pekatnya awan, petir yang menggelegar dan kilat yang menyambar cepat. Mereka menyumbat telinga dengan ujung jari-jarinya, untuk menghindari suara petir itu karena takut mati. Mereka mengira dengan berbuat demikian akan terhindar dari kematian. Mereka itu bila diturunkan Al-Qur'an yang berisi penjelasan tentang kegelapan akibat kekufuran dan siksa yang akan diterima, penjelasan tentang keimanan dan cahayanya yang kemilau, dan penjelasan tentang macam-macam siksaan yang menakutkan, mereka berpaling dan berusaha menghindar darinya dengan harapan terbebas dari siksa. Allah meliputi dan mengetahui orang-orang yang kafir dengan ilmu dan kekuasaan-Nya.
27
Karena amat cepat dan terangnya, hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari, mereka berjalan beberapa langkah di bawah sinar itu, dan apabila kilat itu menghilang dan gelap kembali menerpa mereka, mereka berhenti di tempat dengan penuh kebimbangan. Orang-orang munafik itu ketika melihat bukti-bukti dan tanda-tanda kekuasaan Allah terkagum-kagum dengan itu semua sehingga mereka berkeinginan mengikuti kebenaran tersebut. Akan tetapi, tidak beberapa lama kemudian mereka kembali kepada kekufuran dan kemunafikan. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran mereka dengan suara halilintar yang memekakkan telinga, dan Dia hilangkan penglihatan mereka dengan sambaran kilat yang sangat cepat dan terang, tetapi Allah menangguhkan itu semua sampai tiba saatnya nanti. Sungguh, Allah yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan Mahakuasa atas segala sesuatu, dengan atau tanpa sebab apa pun.
28
Setelah menjelaskan tiga golongan manusia dalam menyikapi kebenaran Al-Qur'an, yaitu orang-orang bertakwa, kafir, dan munafik, selanjutnya Allah menyeru kepada manusia secara umum agar beragama secara benar melalui tiga hal: hanya beribadah kepada Allah (ayat 21-22), percaya kepada risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad, yakni Al-Qur'an, (ayat 23-24), dan beriman kepada hari kebangkitan (ayat 25). Wahai manusia! Sembahlah dan beribadahlah secara tulus kepada Tuhanmu sebab Dia yang telah menciptakan dan memelihara kamu dan orang-orang yang sebelum kamu dari yang sebelumnya tiada. Dia adalah satu-satunya Pencipta segala sesuatu. Perintah beribadah itu ditujukan agar kamu bertakwa dan dapat memelihara diri serta terhindar dari murka dan siksa Allah. Dengan beribadah, berarti kita telah mempersiapkan diri untuk mengagungkan Allah, sehingga jiwa menjadi suci dan tunduk kepada kebenaran.
29
Sesungguhnya Dialah yang dengan kekuasaan-Nya menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu sehingga layak dan nyaman untuk dihuni, dan menjadikan di atas kamu langit dan benda-benda yang ada padanya sebagai atap, atau sebagai bangunan yang cermat, indah, dan kukuh. Dan Dialah yang menurunkan sebagian dari air, yaitu air hujan, dari langit yang menjadi sumber kehidupan. Lalu Dia hasilkan dengan air itu sebagian dari buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah yang telah menciptakan sedemikian rupa dan telah memberimu rezeki, padahal kamu dengan fitrah kesucian yang ada dalam diri mengetahui bahwa Allah tidak ada yang menyerupai-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada yang memberi rezeki selain-Nya, maka janganlah kamu menyimpang dari fitrah itu.
30
Dan jika kamu tetap meragukan kebenaran Al-Qur'an yang telah Kami nyatakan tidak ada keraguan di dalamnya, yang Kami turunkan secara berangsur-angsur kepada hamba Kami Nabi Muhammad, maka sebenarnya ada bukti nyata di antara kamu yang dapat menjelaskan kebenarannya, yaitu: buatlah satu surah yang semisal dengannya, baik dari segi sastra, kandungan hukum, nilai-nilai moral, maupun petunjuk lainnya yang ada dalam Al-Qur'an; dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah untuk membantumu dalam menyusun yang serupa, kamu tidak akan mampu melakukan itu. Ini semua hendak-nya kamu lakukan jika kamu menganggap dirimu sebagai orang-orang yang benar pernyataannya bahwa Al-Qur'an hanyalah karya buatan Nabi Muhammad.
31
Jika kamu tidak mampu membuat surah yang serupa dengan-nya, dan kamu pasti tidak akan mampu melakukannya, sebab hal itu berada di luar kemampuanmu sebagai manusia, maka takutlah kamu akan api neraka dengan memelihara diri dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kamu ke dalamnya yang bahan bakarnya manusia yang ingkar/kufur dan batu yang berasal dari patung-patung sembahan dan lainnya, yang disediakan bagi orang-orang kafir dan setiap orang yang bersikap seperti mereka, yaitu menutupi kebenaran tanda kekuasaan Allah.
32
Dan jika demikian balasan yang akan diterima oleh orang-orang kafir, maka tidak demikian halnya dengan orang-orang yang beriman. Surga yang nyaman dan indah adalah tempat bagi mereka. Sampaikanlah kabar gembira yang menenteramkan jiwa kepada orang-orang yang beriman kepada Allah, Rasul, dan kitab-Nya tanpa keraguan sedikit pun, dan berbuat amal-amal kebajikan, bahwa untuk mereka Allah menyediakan di sisi-Nya surga-surga dengan kebun-kebun yang rindang dan berbuah, serta istana-istana yang menjulang tinggi, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki oleh Allah berupa buah-buahan dari surga, mereka berkata, “Inilah rezeki yang serupa dengan yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka telah diberi buah-buahan yang serupa dari segi nama, bentuk, dan jenisnya, meski rasa dan kelezatannya jauh berbeda. Dan di sana mereka juga memperoleh pasangan-pasangan yang suci, tanpa cacat dan kekurangan sedikit pun. Mereka kekal hidup di dalamnya untuk selama-lamanya, tidak akan pernah mati, dan tidak akan pernah keluar darinya.
33
Allah sering membuat perumpamaan untuk menjelaskan kebe-naran dan hakikat yang luhur, dengan bermacam makhluk hidup, baik kecil maupun besar. Orang-orang kafir mencibir ketika Allah mengambil perumpamaan berupa makhluk kecil yang dipandang remeh seperti lalat dan laba-laba. Di sini dijelaskan sesungguhnya Allah tidak merasa segan atau malu untuk membuat perumpamaan bagi sebu-ah kebenaran dengan seekor nyamuk atau kutu yang sangat kecil atau yang lebih kecil dari itu. Kendati kecil, belalainya dapat menembus kulit gajah, kerbau, dan unta, dan menggigitnya, serta menyebabkan kematian. Adapun orang-orang yang beriman, ketika mendengar perumpamaan itu mereka tahu maksud perumpamaan itu dan tahu bahwa perumpamaan itu adalah kebenaran dari Tuhan yang tidak diragukan lagi. Tetapi sebaliknya, mereka yang kafir menyikapi itu dengan sikap ingkar dan berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan yang remeh ini?” Allah menjawab bahwa perumpamaan itu dibuat untuk menguji siapa di antara mereka yang mukmin dan yang kafir. Oleh karenanya, dengan perumpamaan itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, karena mereka tidak mencari dan menginginkan kebenaran, dan dengan perumpamaan itu banyak pula orang yang diberi-Nya petunjuk karena mereka memang mencari dan menginginkannya. Tetapi Allah tidak akan menzalimi hamba-Nya, sehingga tidak ada yang Dia sesatkan dengan perumpamaan itu selain orang-orang fasik, yang melanggar ketentuan-ketentuan agama, baik berupa ucapan maupun perbuatan.
34
Orang-orang fasik itu adalah orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah perjanjian itu diteguhkan, yaitu perjanjian dalam diri setiap manusia yang muncul secara fitrah dan didukung dengan akal dan petunjuk agama sebagaimana dijelaskan pada Surah al-A 'raf/7: 172, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan, seperti menyambung persaudaran dan hubungan kekerabatan, berkasih sayang, dan saling mengenal sesama manusia, dan berbuat kerusakan di bumi dengan perilaku tidak terpuji, menyulut konflik, mengobarkan api peperangan, merusak lingkungan, dan lainnya. Mereka itulah orang-orang yang rugi karena telah menodai kesucian fitrah dan memutus hubungan dengan orang lain. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan kehinaan di dunia dan siksaan di akhirat.
35
Sungguh mengherankan perbuatan kamu itu, wahai orang-orang musyrik! Bagaimana kamu ingkar kepada Allah Yang Maha Esa dengan mempersekutukan-Nya, padahal bukti keesaan-Nya ada dalam diri kamu, yaitu kamu yang tadinya mati dan belum berupa apa-apa, lalu Dia menghidupkan kamu dari tiada, kemudian Dia mematikan kamu setelah tiba ajal yang ditetapkan untukmu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali pada hari Kebangkitan. Kemudian hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan untuk dimintai pertanggungjawaban dan mendapat balasan atas segala amal perbuatan.
36
Tuhan yang patut untuk disembah dan ditaati itu Dialah Allah yang menciptakan dan memberikan karunia berupa segala apa yang ada di bumi untuk kemaslahatan-mu, kemudian bersamaan dengan penciptaan bumi dengan segala manfaatnya, kehendak Dia menuju ke penciptaan langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit yang sangat beraturan, baik yang tampak olehmu maupun yang tidak. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Ilmu Allah mencakup segala ciptaan-Nya.
37
Setelah pada ayat-ayat terdahulu Allah menjelaskan adanya kelompok manusia yang ingkar atau kafir kepada-Nya, maka pada ayat ini Allah menjelaskan asal muasal manusia sehingga menjadi kafir, yaitu kejadian pada masa Nabi Adam. Dan ingatlah, wahai Rasul, satu kisah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah, yakni manusia yang akan menjadi pemimpin dan penguasa, di bumi.” Khalifah itu akan terus berganti dari satu generasi ke generasi sampai hari Kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi ini dan melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan. Para malaikat dengan serentak mengajukan pertanyaan kepada Allah, untuk mengetahui lebih jauh tentang maksud Allah. Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang memiliki kehendak atau ikhtiar dalam melakukan satu pekerjaan sehingga berpotensi merusak dan menumpahkan darah di sana dengan saling membunuh, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Malaikat menganggap bahwa diri merekalah yang patut untuk menjadi khalifah karena mereka adalah hamba Allah yang sangat patuh, selalu bertasbih, memuji Allah, dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. Menanggapi pertanyaan malaikat tersebut, Allah berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Penciptaan manusia adalah rencana besar Allah di dunia ini. Allah Mahatahu bahwa pada diri manusia terdapat hal-hal negatif sebagaimana yang dikhawatirkan oleh malaikat, tetapi aspek positifnya jauh lebih banyak. Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa sebuah rencana besar yang mempunyai kemaslahatan yang besar jangan sam-pai gagal hanya karena kekhawatiran adanya unsur negatif yang lebih kecil pada rencana besar tersebut.
38
Salah satu sisi keutamaan manusia dijelaskan pada ayat ini. Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, yaitu nama benda-benda dan kegunaannya yang akan bisa membuat bumi ini menjadi layak huni bagi penghuninya dan akan menjadi ramai. Benda-benda tersebut seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan benda-benda lainnya. Kemudian Dia perlihatkan benda-benda tersebut kepada para malaikat dan meminta mereka untuk menyebutkan namanya seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua benda ini, jika kamu yang benar!” Allah ingin menampakkan kepada malaikat akan kepatutan Nabi Adam untuk menjadi khalifah di bumi ini
39
Mereka, para malaikat, tidak sanggup menyebutkan nama benda-benda tersebut dan menjawab, “Mahasuci Engkau dari segala kekurangan, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana". Jawaban malaikat ini adalah jawaban yang penuh santun. Pertama, malaikat mengemukakan ketidakmampuan mereka untuk menyebutkan nama-nama benda itu dengan ungkapan yang menunjukkan kemahasucian Allah. Kedua, malaikat merasa bahwa pengetahuan mereka sangatlah sedikit. Pengetahuan mereka adalah pemberian dari Allah semata. Ketiga, malaikat memuji Allah dengan dua sifat yaitu Yang Maha Mengetahui segala sesuatu dan Mahabijaksana dalam semua kebijakan dan seluruh pekerjaan-Nya, termasuk pemilihan Nabi Adam, manusia, sebagai khalifah.
40
Kemudian Allah memberikan kesempatan kepada Nabi Adam untuk menyebutkan nama benda-benda yang telah Allah ajarkan kepadanya. Dia berfirman, “Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Lalu Nabi Adam pun menyebutkan nama benda-benda itu dengan segala macam kegunaan dan manfaatnya. Pada saat itulah malaikat memahami bahwa manusialah yang pantas untuk menjadi khalifah di bumi ini. Setelah dia, Nabi Adam, menyebutkan nama-nama benda-benda tersebut dan apa manfaat dan kegunaan-nya, Allah berkata secara lebih tegas lagi tentang kebenaran rencana besar-Nya dan berfirman dengan nada pertanyaan, “Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” Allah memberi dua alasan tentang penunjukan Nabi Adam menjadi khalifah. Pertama, bahwa Dia mengetahui rahasia di jagat raya yaitu semua yang ada di langit dan bumi. Kedua, bahwa Allah mengetahui apa yang dipendam dalam diri malaikat dan juga hati manusia. Jika demikian, maka gagasan Allah untuk menjadikan manusia sebagai khalifah pasti mempunyai banyak hikmah.
41
Sebagai bentuk pengakuan malaikat akan keunggulan manusia atas mereka yang dinyatakan Allah pada ayat sebelumnya, pada ayat ini Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud hormat kepada Nabi Adam. Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu, yakni hormatlah, kepada Adam dengan menundukkan kepala atau badan, bukan sujud ibadah!” Mendengar perintah Allah ini, maka mereka, para malaikat, pun sujud, kecuali Iblis. Iblis adalah makhluk dari jenis jin yang terbuat dari api. Iblis merasa dirinya lebih terhormat daripada Nabi Adam karena dia diciptakan dari api yang salah satu sifatnya adalah panas, membakar, dan membara. Sementara, Nabi Adam diciptakan dari tanah liat, yang kelihatan diam dan tidak bergerak. Ia, Iblis, menolak bersujud kepada Nabi Adam dan menyombongkan diri karena merasa dirinya lebih terhormat, dan, atas tindakannya ini, ia termasuk golongan yang kafir, yaitu makhluk yang menutup diri dari menerima kebenaran, ingkar terhadap kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepadanya, dan ingkar terhadap hikmah yang terkandung di balik titah Allah.
42
Setelah persoalan dengan malaikat selesai dengan sujudnya malaikat kepada Nabi Adam, dan persoalan dengan Iblis juga selesai dengan menolaknya Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam, maka pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Adam dan istrinya, Hawa, untuk menghuni surga sebagai penghormatan kepadanya. Inilah bentuk lain dari anugerah dan kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia di samping menjadi khalifah dan sujudnya malaikat kepadanya. Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga,” yakni surga yang dijanjikan Allah bagi orang mukmin di akhirat kelak, atau bisa juga berarti suatu taman. Allah melanjutkan firman-Nya, “Dan makanlah dengan nikmat berbagai makanan yang ada di sana sesukamu secara bebas, di mana saja, dan kapan saja.” Tetapi, Allah mengingatkan mereka agar jangan memakan satu buah tertentu, bahkan melarang mereka mendekati tanaman tersebut, karena mendekatinya dapat menggoda mereka untuk memetiknya. “Janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim,” karena melanggar aturan Allah.
43
Lalu setan memperdayakan keduanya dengan berbagai macam cara agar mereka keluar dari dalam surga sehingga keduanya benar-benar dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya di sana, yakni di dalam surga. Sebagai manusia yang tercipta dari tanah liat (materi), Nabi Adam mempunyai titik lemah yaitu keinginan untuk tetap abadi di dalam surga, karena surga adalah gudangnya materi. Adanya materi berarti keabadian. Setelah Nabi Adam dan Hawa memakan buah larangan tersebut, keduanya mendapatkan sanksi berupa terlucutinya pakaian mereka sehingga mereka berdua mencari penutup auratnya dengan daun-daun pepohonan surga. Di samping itu, Allah memerintahkan mereka untuk turun ke dunia. Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, yakni antara manusia (Nabi Adam) dengan setan, atau bisa juga antarsesama manusia. Dan bagi kamu, manusia dan setan, ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan, yakni hari Kiamat.” Selanjutnya Nabi Adam dan Hawa dipersilakan Allah untuk hidup menetap di dunia, memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada di bumi, baik berupa makanan, minuman, tempat tinggal, flora, fauna, dan lain-lainnya, sampai pada masa yang ditentukan, yaitu pada saat kematiannya yang tidak tahu kapan hal itu datang. Inilah babak baru bagi Adam dalam menjalani misi kekhalifahannya di bumi.
44
Nabi Adam dan Hawa merasakan penyesalan yang sangat dalam atas kejadian yang baru saja berlalu. Keduanya tersadar telah diperdayakan oleh setan. Lalu keduanya meminta ampun kepada Allah. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat, yakni doa penyesalan dan permintaan tobat, sebagaimana tersirat dalam Surah al-A ‘raf/7: 23, dari Tuhannya, kemudian mereka bertobat, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.
45
Untuk menghapus kemungkinan kesalahpahaman bahwa perintah turun itu hanya dari satu tingkat ke tingkat lain yang lebih rendah di dalam surga, Allah mengulangi lagi perintah itu pada ayat ini. Kami berfirman, “Turunlah kamu semua, yakni setan dan manusia, dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku melalui penyampaian para nabi kepadamu, wahai Adam dan pasanganmu serta anak cucumu, maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka terhadap hal-hal negatif yang akan terjadi dan mereka juga tidak akan bersedih hati terhadap hal-hal negatif yang sudah terjadi.”
46
Adapun sebaliknya, orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami dan enggan bertobat, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya bukan saja karena mereka kafir, tetapi juga karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami, yakni tahu dan mengerti ayat-ayat Kami, tetapi menolaknya.
47
Ayat ini dan beberapa ayat setelahnya berbicara tentang Bani Israil, yakni anak keturunan Israil, nama lain dari Nabi Yakub, cucu Nabi Ibrahim. Mereka juga dikenal dengan sebutan Yahudi. Wahai Bani Israil! Ingatlah dan renungkanlah nikmat-nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan nenek moyangmu seperti turunnya petunjuk-petunjuk Ilahi, penyelamatan dari musuh-musuhmu, dan lain-lain. Dan penuhilah janjimu kepada-Ku yang telah kamu nyatakan di dalam jiwamu, niscaya Aku penuhi pula janji-Ku kepadamu dengan memberi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia serta pahala dan surga di akhirat nanti, dan takutlah serta tunduklah kamu hanya kepada-Ku saja.
48
Tuntunan pada ayat di atas dipertegas lagi dengan mengajak mereka memeluk Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Dan berimanlah kamu kepada apa, yakni Al-Qur'an, yang telah Aku turunkan kepada Nabi Muhammad yang membenarkan apa, yakni Taurat, Zabur, dan lain-lain, yang ada pada kamu, dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama, yakni yang paling gigih dan paling keras mengingkari dan kafir kepadanya. Janganlah kamu jual, campakkan, atau tukar ayat-ayat Ku dengan kemegahan duniawi dan dengan harga yang pada hakikatnya murah walaupun tampak mahal, dan bertakwalah hanya kepada-Ku, sebab dengan itu kamu akan dapat menjalankan perintah-Ku dan meninggalkan larangan-Ku, sehingga kamu tidak terjerumus dalam kesesatan.
49
Pada ayat ini, Allah memberikan larangan kepada Bani Israil untuk tidak mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan. Dan janganlah kamu, wahai Bani Israil, campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dengan memasukkan apa yang bukan firman Allah ke dalam Kitab Taurat, dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran firman-firman Allah seperti berita akan datangnya Nabi Muhammad, sedangkan kamu mengetahuinya. Orang-orang Yahudi menyembunyikan berita tentang kedatangan Nabi Muhammad yang termaktub di dalam Taurat dengan maksud untuk menghalangi manusia beriman kepadanya.
50
Setelah mengajak Bani Israil untuk memeluk Islam dan meninggalkan kesesatan, perintah utama yang disampaikan kepada mereka setelah larangan di atas adalah perintah untuk melaksanakan salat. Dan laksanakanlah salat untuk memohon petunjuk dan pertolongan Allah, tunaikanlah zakat untuk menyucikan hatimu dan menyatakan syukur kepada-Nya atas segala nikmat-Nya, dan rukuklah beserta orang yang rukuk, yakni kaum muslim yang beriman dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad . Penambahan perintah untuk rukuk setelah ada perintah untuk melaksanakan salat itu mengisyaratkan ajakan agar mereka memeluk Islam dan melaksanakan salat seperti salatnya umat Islam. Dalam tata cara salat orang Yahudi tidak dikenal gerakan rukuk.
51
Selanjutnya, setelah memerintahkan salat dan zakat, ayat ini mengecam pemuka-pemuka Yahudi yang sering kali memberi tuntunan kepada orang lain agar berbuat baik, tetapi melakukan sebaliknya dan melupakan diri mereka. Mengapa kamu, Bani Israil atau pemuka-pemuka Yahudi, menyuruh orang lain, baik yang seagama dengan kamu maupun orang-orang musyrik atau siapa saja, untuk mengerjakan kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri dan tidak menyuruh dirimu untuk melakukan kebajikan itu? Kamu melakukan hal itu, padahal kamu membaca Kitab Taurat? Tidakkah kamu mengerti dan berakal sehingga memiliki kendali yang menghalangi kamu terjerumus ke dalam dosa dan kesulitan? Meski pembicaraan pada ayat ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi, nasihat yang terkandung di dalamnya juga berlaku bagi kaum muslim, apalagi para pemuka agama, yakni hendaknya mengingatkan diri sendiri lebih dahulu sebelum mengajak orang lain berbuat baik.
52
Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan penuh sabar, dengan memelihara keteguhan hati dan menjaga ketabahan, serta menahan diri dari godaan dalam menghadapi hal-hal yang berat, dan juga dengan melaksanakan salat. Dan salat itu sungguh amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk dan tunduk hatinya kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
53
Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan penuh sabar, dengan memelihara keteguhan hati dan menjaga ketabahan, serta menahan diri dari godaan dalam menghadapi hal-hal yang berat, dan juga dengan melaksanakan salat. Dan salat itu sungguh amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk dan tunduk hatinya kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
54
Pada ayat ini, Allah kembali mengingatkan Bani Israil tentang nikmat-Nya agar lebih mendorong mereka untuk bersyukur. Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan nenek moyang kamu, dan Aku telah melebihkan kamu dari semua umat yang lain di alam ini yang memiliki peradaban maju seperti bangsa Mesir atau penduduk Palestina pada masa itu. Allah memanggil mereka dengan panggilan “Bani Israil” untuk mengingatkan bahwa pada masa nenek moyang merekalah terdapat kelebihan yang dianugerahkan Allah kepada bangsa ini. Allah mengingatkan mereka agar mensyukuri nikmat itu antara lain dengan mempercayai datangnya Nabi yang telah diberitakan di dalam kitab sucinya.
55
Dan takutlah kamu serta jagalah dirimu dari kesulitan pada hari Kiamat, ketika tidak seorang pun dapat membela orang lain sedikit pun. Jangan kamu menduga bahwa orang tua, betapa pun terhormat dan taatnya dia kepada Allah, berkesempatan untuk membela atau memberi syafaat, sedangkan syafaat dan tebusan apa pun darinya tidak diterima dan mereka tidak akan ditolong. Syafaat (Arab: syafa'ah) secara harfiah berarti genap (syaf'), lawan dari ganjil (witr). Orang yang meminta syafaat menggenapkan dirinya dengan orang lain, meminta pertolongan, untuk memperoleh sesuatu, sehingga ia tidak lagi sendiri (ganjil) di dalam pengharapan itu. Ayat ini memberikan kesan bahwa orang-orang Yahudi tidak mensyukuri nikmat Allah. Pada ayat ini Allah mengingatkan mereka agar takut kepada siksaan Allah pada hari Kiamat. Pada hari itu, tidak ada syafaat yang dapat menolong mereka, dan tidak ada tebusan apa pun yang dapat menggantikan siksaan Allah yang ditimpakan kepada mereka.
56
Di ayat-ayat yang lalu, Allah mengingatkan Bani Israil tentang anugerah yang mereka terima yang tidak pernah diberikan kepada umat-umat yang lain, ayat berikut mengingatkan mereka tentang penyelamatan dari malapetaka yang akan menimpa. Dan ingatlah peristiwa ketika Kami menyelamatkan kamu dari pengikut-pengikut Fir'aun, penguasa Mesir. Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu, yakni mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan pada peristiwa yang demikian itu merupakan cobaan dan ujian yang sangat besar dari Tuhan-Mu.
57
Penyelamatan lain adalah terbelahnya Laut Merah (dahulu Laut Qulzum. Dan ingatlah ketika Kami membelah laut Merah untukmu, wahai Bani Israil yang ketika itu bersama Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Sinai. Ketika rombongan kamu sampai di tepi Laut Merah, Allah memberi perintah kepada Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke Laut Merah, sehingga laut itu pun terbelah. Dengan demikian, kamu, wahai Bani Israil, bersama Nabi Musa dapat melewati laut, sehingga kamu dapat Kami selamatkan dari kejaran Firaun dan tentara-tentaranya. Akan tetapi, ketika Firaun dan tentara-tentaranya masuk ke dalam laut yang terbelah itu, air laut kemudian bertemu kembali, dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikut-pengikut Fir'aun, sehingga mereka semua mati tenggelam, sedang kamu, wahai Bani Israil, menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepala kamu sendiri. Sementara itu, mayat Firaun diselamatkan agar menjadi pelajaran bagi generasi sesudahnya (Lihat: Surah Yunus/10: 92).
58
Setelah menerima nikmat dalam bentuk penyelamatan dari dua bencana pembunuhan dan tenggelam di Laut Merah, Allah kemudian menyuruh Bani Israil agar mengingat lagi peristiwa penurunan wahyu kepada Nabi Musa. Dan ingatlah, wahai Bani Israil, ketika Kami menjanjikan kepada Musa empat puluh malam, waktu yang dijanjikan Allah untuk menerima wahyu. Sayang kamu tidak sabar menunggunya. Kemudian kamu menjadikan patung anak sapi yang dibuat oleh Samiri sebagai sesembahan setelah kepergian-nya (Musa). Dan dengan perbuatan menyembah patung anak sapi itu, kamu, wahai Bani Israil, menjadi orang yang zalim yang kezalimannya itu terhunjam di dalam jiwa.
59
Walaupun kedurhakaan Bani Israil sudah berlipat-lipat, namun Allah memberikan maaf kepada mereka. Kemudian Kami memaafkan kamu atas berbagai kedurhakaan dan ketidaksyukuran yang kamu lakukan setelah itu, agar kamu kembali ke jalan lurus dan bersyukur atas nikmat yang telah dicurahkan oleh Allah. Dengan demikian, semoga kamu dapat memperbaiki diri.
60
Nikmat berikut yang diberikan kepada Bani Israil adalah kitab Taurat dan al-Furqan. Dan ingatlah lagi, ketika Kami memberikan kepada Musa Kitab kumpulan dari wahyu dan berfungsi sebagai Furqan, pembeda antara yang hak dengan yang batil, agar kamu memperoleh petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
61
Bila peringatan pada ayat-ayat yang lalu langsung disampaikan oleh Allah kepada Bani Israil, maka sekarang peringatan itu disampaikan melalui Nabi Musa. Perubahan siapa yang menyampaikan peringatan ini memberikan sinyal bahwa kedurhakaan Bani Israil itu sudah sangat keterlaluan sehingga seolah-olah Allah tidak mau lagi memedulikan mereka dan sekarang diberikan wewenang itu kepada Nabi Musa. Dan ingatlah ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Kamu benar-benar telah melakukan kedurhakaan kepada Allah. Itu berarti kamu telah menzalimi dirimu sendiri. Perbuatan kamu dengan menjadikan patung anak sapi se-bagai sesembahan kamu adalah perbuatan yang telah mensyirikkan Allah yang membuat kamu layak diberi hukuman. Oleh karena itu, bertobatlah dengan memohon ampun kepada Penciptamu, Allah Yang Maha Pencipta, dan bunuhlah dirimu. Sejak dulu sampai sekarang terdapat tradisi bangsa-bangsa yang rela mengorbankan nyawa dengan membunuh diri sendiri demi untuk tujuan yang lebih luhur, seperti yang terdapat dalam tradisi masyarakat Jepang. Membunuh diri dengan tujuan luhur itu adalah lebih baik bagimu, wahai Bani Israil, di sisi Allah Penciptamu dengan sangat sempurna. Dengan demikian, Dia Allah akan menerima tobatmu dan permohonan ampunmu. Sungguh, yakinilah bahwa Dialah Zat Yang Maha Penerima tobat dosa hamba-hamba-Nya, lagi Maha Penyayang.
62
Kedurhakaan Bani Israil lebih meningkat lagi. Bukan hanya menyembah patung anak sapi, tetapi malah mereka meminta Allah agar dapat dilihat dengan mata kepala. Dengan nada yang sangat kasar, mereka memanggil Nabi Musa dengan menyebut nama, Musa. Dan ingatlah wahai Bani Israil ketika kamu berkata kepada Nabi Musa, “Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu, dan kepada apa yang kamu sampaikan, sebelum kami melihat Allah, Tuhan Yang Maha Pencipta itu, dengan jelas.” Tentu permintaan ini sudah melampaui batas kewajaran. Bukankah mereka sudah menerima nikmat yang sangat banyak dari Allah, tetapi tetap masih durhaka. “Disebabkan kedurhakaanmu yang sudah sangat berlipat-lipat, maka halilintar menyambarmu sebagai hukuman bagi kamu. Semua peristiwa itu kamu sadari terjadinya, sedang kamu menyaksikan dengan mata kepala kamu sendiri.”
63
Peristiwa disambar halilintar itu adalah peristiwa dahsyat sehingga layak sekali bila dikatakan itu adalah peristiwa kematian yang dapat menghancurkan kehidupan generasi mereka secara keseluruhan. Namun demikian, Allah masih tetap mencurahkan rahmat-Nya. Sesudah peristiwa halilintar itu, generasi kaum Bani Israil masih dibangkitkan lagi di dunia ini oleh Allah. “Kemudian, setelah terjadinya peristiwa halilintar tersebut, Kami membangkitkan kamu, yakni generasi yang selamat dari peristiwa, setelah sebagian besar dari kamu mati, agar kamu bersyukur atas nikmat Allah tersebut.”
64
Generasi tersisa Bani Israil yang dibangkitkan itu diriwayatkan terse-sat selama 40 tahun di padang pasir dataran Sinai yang sangat panas. Mereka tersesat karena enggan memerangi orang-orang yang durhaka di Syam. “Dan Kami menaungi kamu dengan awan, sehingga kamu ti-dak merasa kepanasan lagi di tengah padang pasir yang terik itu, dan Kami menurunkan kepadamu mann, makanan sejenis madu, dan salwa, burung kecil sejenis puyuh yang dapat dibakar untuk dimakan. Ma-kanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sehingga kamu tidak perlu lagi bersusah-payah mencari bahan makanan di padang pasir itu. “Kedurhakaan yang dilakukan oleh Bani Israil itu sedikit pun tidak mencederai Allah. Mereka tidak menzalimi Kami, dan bahkan sedikit pun tidak menodai keagungan Allah. Ditaati atau tidak ditaati, didurhakai atau tidak didurhakai, Allah tetap Allah dengan Kemahaagungan-Nya. Oleh sebab itu, bukan Allah yang teraniaya, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri karena merekalah yang akan menanggung akibat kedurhakaan mereka itu.
65
Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan beragam anugerah yang terlimpah kepada Bani Israil, sedang ayat ini menerangkan nikmat-nikmat yang lain. Dan selain anugerah yang telah dilimpahkan, ingatlah juga ketika Kami berfirman kepada Bani Israil, “Masuklah ke negeri ini, yaitu Baitulmaqdis setelah dapat mengalahkan lawan-lawanmu. Sesudah itu maka makanlah dengan nikmat berbagai makanan yang ada di sana sesukamu. Dan selanjutnya masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk sebagai tanda kerendahan hati dan penyesalan atas semua dosa yang telah diperbuat masa lalu, dan kemudian katakanlah dengan penuh harap, ‘Bebaskanlah kami dari dosa-dosa kami yang demikian banyak.’ Bila hal ini kamu lakukan dengan penuh kesadaran, niscaya Kami ampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahanmu. Dan selain dari yang telah dianugerahkan, Kami juga akan menambah karunia dan nikmat, baik ketika di dunia maupun di akhirat kelak, bagi orang-orang yang benar-benar selalu berbuat kebaikan.”
66
Setelah mengenyam berbagai kenikmatan itu, ternyata Bani Israil tetap ingkar kepada Allah. Sebagai balasan dari beragam anugerah tersebut, lalu orang-orang yang zalim itu bahkan mengganti perintah Allah yang disyariatkan untuk kebaikan mereka dengan mengerjakan sesuatu yang justru tidak diperintahkan kepada mereka. Di antara perbuatan yang mereka lakukan adalah mengganti perintah sujud dengan mengangkat kepala, tunduk sebagai bukti ketaatan dengan pembangkangan, dan rendah hati dengan sikap angkuh serta sombong. Maka, akibat dari keingkaran dan kesombongan ini, Allah menegaskan, “Kami, melalui para malaikat atau bencana, turunkan malapetaka yang merupakan siksa yang amat pedih dari langit yang datangnya tidak terduga kepada orang-orang yang zalim itu.” Hal yang sedemikian ini karena mereka selalu berbuat fasik, yaitu tidak pernah bersyukur dan selalu menyiratkan pembangkangan dan kesombongan.
67
Pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan tentang beragam anugerah yang dilimpahkan kepada Bani Israil. Selanjutnya pada ayat ini diingatkan pula tentang nikmat lain yang merupakan mukjizat Nabi Musa, yaitu ketersediaan air yang sangat diperlukan semua makhluk hidup. Dan sejalan dengan hal ini, ingatlah kamu sekalian ketika Musa memohon air untuk kaumnya pada saat mereka sedang kehausan di gurun Sinai, lalu Kami berfirman kepadanya, “Pukullah batu yang ada di hadapanmu itu dengan tongkatmu yang merupakan mukjizatmu!” Maka seketika itu memancarlah daripadanya, yaitu dari batu yang dipukul itu, dua belas mata air, sesuai dengan jumlah suku yang ada pada Bani Israil, yang merupakan keturunan dari dua belas anak Nabi Yakub. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing, seperti yang disebutkan dalam Surah al-Araf /7 : 160, yaitu bahwa setiap suku dari 12 suku dari Bani Israil mengetahui mata air mana yang menjadi bagian mereka. Karena itu, wahai Bani Israil, makan-lah dari anugerah Allah yang berupa al-mann dan as-salwa, dan minumlah air yang memancar dari batu sebagai rezeki yang diberikan Allah kepada kamu semua, dan janganlah kamu berkeliaran di bumi dengan tanpa tujuan yang jelas, apalagi dengan berbuat kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian dan hal-hal negatif bagi makhluk lainnya.
68
Dan ingatlah pula sikap-sikap yang tidak menyenangkan, yaitu ketika kamu berkata kepada Nabi Musa, “Wahai Musa! Kami sudah tidak tahan lagi bila hanya makan dengan satu macam makanan saja yang tetap dan tidak berubah-ubah yaitu al-mann dan as-salwa, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu Yang Maha Pemurah untuk kami, agar Dia memberi kami yang sudah jenuh dengan makanan yang sama, apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia, Nabi Musa, dengan nada marah, menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik dengan menukar al-mann dan as-salwa yang merupakan anugerah Allah dengan jenis-jenis makanan yang disebutkan itu? Bila itu yang kamu kehendaki, tinggalkanlah tempat ini dan pergilah ke suatu kota yang kamu inginkan, pasti kamu di tempat itu akan memperoleh apa saja sesuai yang kamu minta.” Akibat tidak adanya rasa syukur itu, kemudian mereka ditimpa kenistaan dalam hidup dan kemiskinan dari rezeki atau harta, dan mereka selanjutnya kembali mendapat kemurkaan dari Allah yang tidak senang dengan keingkaran mereka. Hal itu, yakni kenistaan dan kemiskinan dapat terjadi karena mereka tidak mau mensyukuri nikmat yang dianugerahkan, bahkan sering mengingkari ayat-ayat Allah yang ada di sekitarnya dan membunuh para nabi tanpa hak atau alasan yang benar. Yang demikian itu sebagai akibat dari sikap dan tingkah laku yang tidak terpuji, selain karena mereka juga selalu durhaka dan melampaui batas dalam segala tindak-tanduknya.
69
Ayat ini menunjukkan betapa Allah Maha Pengampun lagi Maha Pemberi rahmat bagi semua manusia, karena sesungguhnya orang-orang yang beriman, yaitu umat Nabi Muhammad, orang-orang Yahudi yang merupakan umat Nabi Musa, orang-orang Nasrani yang merupakan umat Nabi Isa, dan orang-orang Sabi'in, yaitu umat sebelum Nabi Muhammad yang mengetahui adanya Tuhan Yang Maha Esa dan mempercayai adanya pengaruh bintang-bintang, tentunya siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari Akhir dengan sebenar-benar iman sebelum diutusnya Nabi Muhammad , dan selalu melakukan kebajikan yang memberikan manfaat bagi yang lainnya, mereka pasti akan mendapat pahala dari Tuhannya berupa surga, selain itu tidak ada rasa takut pada mereka dalam menghadapi kehidupan di dunia maupun akhirat, dan mereka tidak pula bersedih hati ketika menghadapi beragam cobaan.
70
Pada ayat yang lalu dijelaskan tentang pahala bagi orang yang beriman. Selanjutnya pada ayat-ayat ini diterangkan tentang pelanggaran Bani Israil terhadap perjanjian yang diikrarkan dengan Tuhan. Karena itu, dalam kaitan dengan sikap dan keingkaran ini, ingatlah ketika Kami mengambil janji kamu dengan perantaraan Nabi Musa agar kamu semua melaksanakan tuntunan syariat yang terdapat dalam Taurat, dan Kami angkat gunung Sinai sejalan dengan kekuasaan Kami, atau Kami goncangkan gunung itu sehingga seperti akan terangkat di atasmu seraya berfirman, “Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dengan kesungguhan yang sebenarnya dan ingatlah apa yang ada di dalamnya, yakni dalam Taurat yang merupakan petunjuk bagi kehidupanmu. Yang sedemikian ini agar kamu bertakwa, dengan selalu melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.”
71
Pada awalnya kamu, Bani Israil, taat dengan ajakan Allah melalui Nabi Musa ini, namun kemudian setelah itu, yaitu pada saat kamu semua tidak lagi merasakan murka-Nya, kamu berpaling dan tidak lagi menaati ajaran ini. Maka sekiranya bukan karena karunia Allah berupa anugerah yang lebih dari semestinya dan bukan pula karena rahmat-Nya kepadamu dengan selalu membuka pintu tobat, pasti kamu akan langsung diazab karena keingkaran yang kamu perbuat. Bila ini terjadi, sudah pasti kamu semua termasuk orang yang rugi di dunia maupun di akhirat.
72
Ayat ini menjelaskan tentang sikap dan keingkaran Bani Israil. Sejalan dengan hal itu, Allah menegur dan memurkai mereka. Sungguh, kamu, wahai Bani Israil, telah mengetahui hukuman yang diterima oleh orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu dengan tetap mencari ikan pada hari Sabat, yakni hari Sabtu, hari khusus untuk beribadah bagi orang Yahudi, padahal kamu semua sudah sepakat untuk menjadikannya sebagai hari ibadah dan tidak melakukan pekerjaan lain. Karena itu lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina.” Pada saat itu berubahlah fisik dan atau sikap mereka seperti kera.
73
Selanjutnya, untuk menimbulkan efek jera, maka Kami jadikan yang demikian itu, yaitu hukuman atau kutukan menjadi kera, sebagai peringatan bagi orang-orang pada masa itu, yaitu orang-orang Yahudi, dan bagi mereka yang datang kemudian, termasuk juga umat Nabi Muhammad, serta secara khusus menjadi pelajaran penting dan mesti diperhatikan bagi orang-orang yang bertakwa.
74
Pada ayat-ayat yang lalu dijelaskan tentang keingkaran Bani Israil terhadap perintah Allah, sedang pada ayat-ayat berikut diterangkan keingkaran mereka terhadap perintah Nabi Musa. Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya yang meminta agar ia memohon pada Tuhan agar memberi solusi dari masalah pembunuhan di kalangan mereka, “Allah memerintahkan kamu agar menyembelih seekor sapi betina,” yang dimaksudkan agar mereka menghapus sisa syirik karena pernah menyembah anak sapi dan siap kembali pada akidah yang benar. Perintah ini dinilai sebagai bentuk ketidakseriusan Musa, karena itu mereka bertanya, “Apakah engkau akan menjadikan kami sebagai ejekan?” Pertanyaan ini sungguh tidak pada tempatnya, karena mereka tahu sifat Musa yang tidak pernah main-main. Dengan sikap prihatin, dia, Musa, menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh yang sering menjadikan ajaran agama sebagai permainan.”
75
Syarat untuk mengungkap pembunuhan hanya dengan menyembelih seekor sapi. Akan tetapi, orang Yahudi justru mempersulit diri dengan mengajukan beragam pertanyaan. Hal ini diawali ketika mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu (ungkapan ini mengisyaratkan pada Tuhan itu hanya Tuhan Musa, bukan Tuhan mereka) untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang sapi betina itu, apakah sapi itu masih muda atau yang tua. “Mendengar pertanyaan ini, dia, Musa, menjawab, “Dia berfirman bahwa sapi betina itu tidak tua dan tidak muda, tetapi pertengahan antara itu. Setelah penjelasan ini, maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” Tetapi tampaknya mereka masih tidak puas, dan kemudian mengajukan pertanyaan lain, yaitu seperti yang diungkapkan pada ayat berikutnya.
76
Setelah dijawab, mereka mengajukan pertanyaan lain yang berkaitan dengan warna sapi dengan berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami apa warnanya.” Dengan gemas dia, Musa, menjawab, Dia berfirman bahwa sapi itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya-padahal warna ini sangat sulit ditemukan-dan sapi itu mesti yang menyenangkan orang-orang yang memandang-nya.” Penjelasan ini sebenarnya semakin menyulitkan mereka, tetapi mereka belum juga puas dengan keterangan tersebut, dan masih mengajukan pertanyaan lain, seperti yang diungkap pada ayat berikutnya.
77
Ketidakpuasan mereka atas jawaban Nabi Musa diungkapkan dengan berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami keterangan lebih lengkap agar Dia menjelaskan kepada kami secara lebih detail tentang keadaan sapi betina itu. Yang sedemikian ini karena sesungguhnya sapi itu masih juga belum begitu jelas bagi kami, dan jika Allah menghendaki dan berkenan memberikan keterangan selengkapnya, niscaya kami mendapat petunjuk tentang sapi itu, sehingga kami dapat menemukannya dan melaksanakan perintah dengan tepat seperti yang dijelaskan.”
78
Karena permintaan-permintaan itu, kemudian Nabi Musa memohon kepada Allah agar diberi keterangan lanjutan. Dan dia, Musa, kemudian menjawab, “Dia berfirman dan menerangkan bahwa sapi itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula pernah dipergunakan mengangkut air untuk mengairi tanaman, badannya sehat tidak berpenyakit, dan tanpa belang.” Sesudah itu, kemudian mereka berkata, “Sekarang barulah engkau menerangkan hal yang sebenarnya tentang sapi itu.” Lalu mereka menyembelihnya setelah menemukan sapi dengan ciri-ciri yang dijelaskan, dan nyaris mereka tidak dapat melaksanakan perintah itu karena sulitnya menemukan sapi dengan segala ciri yang mereka tanyakan.
79
Latar belakang dari perintah penyembelihan sapi ini adalah terbunuhnya seorang tua yang kaya di kalangan Bani Israil yang belum terungkap pelakunya. Karena permohonan yang diajukan, maka Allah mengingatkan mereka dengan mengatakan dan ingatlah ketika salah seorang dari kamu membunuh seseorang yang tidak bersalah, lalu kamu tuduh-menuduh tentang peristiwa misterius itu. Akan tetapi, Allah dengan kehendak-Nya kemudian menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah itu Maha Mengetahui apa saja yang tampak jelas atau yang disembunyikan.
80
Sesudah sapi yang ditetapkan itu disembelih, lalu Kami berfirman,” Pukullah mayat itu dengan bagian dari potongan atau daging sapi itu!” Dengan izin-Nya hiduplah orang yang sudah terbunuh itu. Demikianlah Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya dengan menghidupkan kembali orang yang telah mati untuk mengungkap pelaku pembunuhan, dan Dia dengan peristiwa ini memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti dan percaya akan adanya hari Kebangkitan yang pasti akan terjadi kelak.
81
Ayat-ayat berikut menerangkan respons kaum Yahudi pada masa Nabi Muhammad tentang kisah kakek moyangnya. Kemudian setelah kamu, kaum Yahudi, mendengar kisah dan mengetahui sikap mereka itu, hatimu menjadi keras, sehingga menjadi seperti batu, atau bahkan lebih keras dari batu. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa mereka tetap tidak mau beriman walaupun telah mengetahui bukti-bukti kekuasaan Allah, seperti yang disebutkan pada ayat sebelumnya, bahkan mereka justru bertambah ingkar kepada Tuhan. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang airnya memancar daripadanya, sementara dari celah hatimu tidak ada setitik cahaya ketakwaan yang memancar. Di antara batu itu ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya, tetapi hatimu tertutup rapat sehingga tidak ada cahaya Ilahi yang terserap. Dan ada pula di antara batu itu yang meluncur jatuh karena tunduk dan takut kepada azab Allah, sedangkan hatimu semakin menunjukkan kesombongan yang tampak dari sikap dan tingkah lakumu. Bila kamu tidak mengubah sikap dan terus dalam keangkuhan, ketahuilah bahwa Allah tidaklah lengah atau lalai terhadap apa yang kamu kerjakan. Allah pasti mengetahui semua yang kamu perbuat, karena Dia selalu mengawasimu setiap saat.
82
Sesudah menjelaskan sikap orang Yahudi, maka kemudian mengingatkan Nabi Muhammad dan umat Islam dengan mengajukan pertanyaan, yaitu apakah kamu, kaum muslim, sangat mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, meyakini kerasulan Nabi Muhammad, dan beriman pada petunjuk Al-Qur'an? Hal seperti ini mustahil dapat terwujud, sedangkan segolongan dari mereka sudah mendengar dan mengetahui firman Allah yang terdapat pada kitab Taurat lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya dan menafsirkannya sekehendak hati, padahal mereka, yaitu kaum Yahudi Madinah, mengetahuinya bahwa Taurat itu berisi petunjuk bagi mereka.
83
Keingkaran kaum Yahudi tidak saja tecermin pada keingkaran mereka terhadap kerasulan Nabi Muhammad, tetapi juga pada sikap munafiknya. Karakter ini nyata dan jelas apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman dari kelompok sahabat Nabi, mereka berkata, "Kami telah beriman sebagaimana kalian meyakini kerasulan Muhammad.” Tetapi apabila mereka kembali kepada sesamanya, mereka bertanya kepada kelompoknya, “Apakah akan kamu ceritakan kepada mereka yang menjadi pengikut Muhammad apa yang telah diterangkan Allah kepadamu di dalam Taurat tentang akan datangnya seorang rasul yang bernama Ahmad--nama lain Nabi Muhammad, sehingga mereka atau umat Islam itu dapat menyanggah kamu dan menyalahkanmu di hadapan Tuhanmu, karena kerasulan Muhammad itu memang benar dan tercantum dalam Taurat. Karena itu tidakkah kamu mengerti bahwa bila ini terjadi, yaitu penjelasan tentang kerasulan Muhammad, berarti kamu telah melakukan hal yang bodoh?” Ayat ini turun untuk menegaskan bahwa kaum Yahudi pada dasarnya mengakui kenabian MUhammad, namun mereka tidak mengimaninya.
84
Ayat sebelumnya menguraikan sikap sebagian orang-orang Yahudi yang menyem bunyikan kekafiran dan berpura-pura memeluk Islam, sedang ayat ini mengingat kan mereka dan siapa pun yang berperilaku seperti mereka; tidakkah mereka tahu bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan?
85
Setelah kelakuan kelompok cendekia dan tokoh agama Yahudi dijelaskan pada ayat-ayat sebelumnya, ayat-ayat berikut menjelaskan kelompok lain di kalangan Bani Israil, yaitu bahwa di antara mereka ada yang buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis, atau bodoh dan keras hati, tidak memahami makna dan pesan Kitab Taurat dengan pemahaman yang penuh penghayatan, kecuali hanya berangan-angan berupa kebohongan yang disajikan oleh pemuka agama mereka dan dikatakan sebagai kebenaran, dan mereka hanya menduga-duga, sebab ka lau pun mereka membacanya, itu tidak dilakukan dengan disertai pemahaman yang mendalam.
86
Akibat perbuatan itu, maka celakalah dan binasalah orang-orang Yahudi dan yang selain mere ka yang menulis kitab Taurat atau lainnya dengan tangan mereka sendiri, kemudian berkata dengan penuh kebohongan, “Ini adalah kitab suci yang datang dari Allah.” Mereka melakukan itu dengan maksud untuk menjualnya dengan harga murah, yaitu kesenangan dunia yang murah dengan cara menukar yang murah itu dengan sesuatu yang mahal, yaitu kebenaran. Maka celakalah mereka akibat perkataan dusta mereka tentang Allah, karena tulisan tangan mereka itu penuh kebohongan, penyelewengan, dan penyim pangan, dan celakalah mereka karena apa, yakni kebohongan, yang mereka perbuat dengan memalsukan dan mengubah ayat untuk kepentingan dan keuntungan sesaat, dan celakalah mereka karena harta yang mereka peroleh dari perbuatan mereka itu.
87
Dan di antara bentuk kebohongan dan penyimpangan yang mereka lakukan, mereka berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami di akhirat kelak kecuali beberapa hari atau sesaat saja.” Itu pun sekadar sentuhan api, bukan siksaan yang bersifat abadi. Untuk menjelaskan itu Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya,”Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, ‘Sudahkah kamu menerima janji dari Allah, Zat yang mengatur segala urusan, sehingga kamu merasa tenang karena Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, ataukah kamu mengatakan tentang Allah yang kekuasaan dan ilmu-Nya mencakup segala hal, sesuatu yang tidak kamu ketahui?’” Keduanya tidak pernah terjadi: tidak ada perjanjian antara mereka dengan Tuhan soal itu, dan tidak pula mereka mengatakan itu karena tidak tahu. Mereka tahu, tetapi mengatakan yang sebaliknya
88
Sebenarnya tidak ada janji dari Allah, bukan juga karena mereka tidak tahu. Sumber masalahnya adalah sikap mereka yang memutarbalikkan ayat-ayat Allah. Bukan demikian, yang benar adalah barang siapa berbuat keburukan, yaitu mempersekutukan Allah, dan dosanya telah menenggelamkannya, yakni ia diliputi oleh dosanya sehingga seluruh kehidupannya tidak mengandung sedikit pun kebaikan akibat ketiadaan iman kepada Allah, maka mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. Sedangkan orang-orang yang beriman dengan benar sebagaimana diajarkan nabi-nabi mereka dan mengerjakan kebajikan sesuai tuntunan Allah dan Rasul, maka mereka itu penghuni surga. Mereka juga kekal di dalam nya.
89
Sebenarnya tidak ada janji dari Allah, bukan juga karena mereka tidak tahu. Sumber masalahnya adalah sikap mereka yang memutarbalikkan ayat-ayat Allah. Bukan demikian, yang benar adalah barang siapa berbuat keburukan, yaitu mempersekutukan Allah, dan dosanya telah menenggelamkannya, yakni ia diliputi oleh dosanya sehingga seluruh kehidupannya tidak mengandung sedikit pun kebaikan akibat ketiadaan iman kepada Allah, maka mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. Sedangkan orang-orang yang beriman dengan benar sebagaimana diajarkan nabi-nabi mereka dan mengerjakan kebajikan sesuai tuntunan Allah dan Rasul, maka mereka itu penghuni surga. Mereka juga kekal di dalam nya.
90
Ingatlah dan renungkanlah keadaan mereka ketika Kami, melalui rasul Kami, mengambil janji dari Bani Israil yaitu bahwa, “Janganlah kamu menyembah sesuatu pun dan dalam bentuk apa pun selain Allah Yang Maha Esa, dan berbuat baiklah dalam kehidupan dunia ini kepada kedua orang tua dengan kebaikan yang sempurna, walaupun mereka kafir; demikian juga kepada kerabat, yaitu mereka yang mempunyai hubungan dengan kedua orang tua, serta kepada anak-anak yatim yakni mereka yang belum balig sedang ayahnya telah wafat, dan juga kepada orang-orang miskin, yaitu mereka yang membutuhkan uluran tangan. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia seluruhnya tanpa kecuali.” Setelah memerintahkan hal-hal yang dapat memperkuat hubungan kekeluargaan dan hubungan sosial lainnya, Allah menyusulinya dengan sesuatu yang terpenting dalam hubungan dengan Allah, “Laksanakanlah salat sebaik mungkin dan secara istikamah, dan tunaikanlah zakat dengan sempurna.” Itulah perjanjian yang kamu mereka sepakati dengan Allah, wahai Bani Israil, tetapi kemudian kamu berpaling dengan meng ingkari janji itu, kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu masih menjadi pembangkang. Betapa objektif Al-Qur'an dalam menilai manusia; salah satu buktinya tampak pada ayat ini. Di sini dinyatakan bahwa tidak semua individu Bani Israil mengingkari perjanjian, seperti diisyaratkan dengan kalimat “kecuali sebagian kecil dari kamu.” Ini menunjukkan bahwa dalam setiap periode kehidupan Bani Israil atau bangsa-bangsa lain selalu saja ada sekelom pok kecil yang tetap berjalan lurus dengan mengikuti suara hati nuraninya untuk selalu berbuat baik, seperti dapat kita baca pada Surah Ali Imran/3: 113.
91
Bila ayat-ayat yang lalu berkaitan dengan hal-hal yang harus mereka kerjakan, maka ayat ini mengingatkan isi perjanjian menyangkut hal-hal yang harus mereka tinggalkan. Ayat ini memerintahkan lagi; dan ingatlah juga ketika Kami, melalui Nabi Musa, mengambil janji dari leluhur kamu, wahai Bani Israil, “Janganlah kamu menumpahkan darahmu, yakni mem bunuh orang lain tanpa hak, dan jangan pula kamu mengusir dirimu, saudara sebangsa mu, dari kampung halamanmu, apalagi kampung halaman mereka sendiri.” Selanjutnya, mereka juga diingatkan, “Kemudian kamu berikrar di depan umum akan memenuhinya, wahai yang mendengar ayat Al-Qur'an ini dan yang hidup pada masa Nabi Muhammad, dan bersaksi bahwa perjanjian itu memang pernah dilakukan oleh nenek moyang kalian.” Ayat ini mengingatkan dan menegaskan pentingnya persatuan dan kesatuan antarmanusia. Isyarat ini diperoleh dari penggunaan kata “darahmu”, “dirimu sendiri” dan “kampung halamanmu”, padahal yang dimaksud adalah orang lain. Ini karena dalam pandang-an Allah seorang manusia pada hakikatnya merupakan saudara seketu runan manusia yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa jika seseorang berbuat buruk kepada orang lain maka pada hakikatnya ia berbuat buruk kepada diri sendiri, seperti dinyatakan dalam Surah al-Hujurat/49: 11.
92
Kemudian kamu, wahai Bani Israil, membunuh dirimu, yakni sesamamu, tanpa menghiraukan perjanjian Allah tadi, dan mengusir segolongan dari saudara-saudara kamu sesama manusia dari kampung halamannya. Kamu memaksakan diri saling membantu dengan kelompok-kelompok kamu dalam menghadapi mereka dalam kejahatan, yakni dengan membuat dosa, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, dan permusuhan, yakni agresi yang melampaui batas. Itulah sikapmu terhadap mereka. Dan jika mereka yang kamu usir itu datang kepadamu sebagai tawanan, maka kamu tebus mereka dengan berbagai cara, padahal kamu dilarang mengusir mereka. Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab, yakni percaya dan mengamalkan sebagian kandungan Taurat dengan menebus mereka, dan ingkar kepada sebagian yang lain sehingga kamu mengusir mereka? Maka tidak ada balasan yang pantas bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia walau kamu menduga dan berusaha memperoleh kemuliaan. Dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan dan dibangkitkan setelah kematian kepada azab yang paling berat. Allah mengetahui motif perbuatan kamu, dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Oleh karena itu, Dia akan memberi balasan yang setimpal kepada kamu. Ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Madinah sebelum Rasulullah diutus. Ada tiga suku Yahudi di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadir dan Bani Quraidhah. Ketiganya terlibat dalam perang saudara antara Kabilah Aus dan Khazraj; penduduk asli Madinah. Bani Qainuqa dan Bani Nadir memihak Kabilah Khazraj, sedangkan Bani Quraidhah memihak Suku Aus. Seringkali terjadi peperangan di antara mereka, bahkan di antara sesama Yahudi pun mereka saling menyerang dan membunuh. Mereka tahu bahwa hal itu melanggar perjanjian dengan Allah, namun mereka berdalih bahwa hal itu merupakan bagian dari ketaatan terhadap isi kitab suci.
93
Mereka melanggar perjanjian, memutarbalikkan ayat-ayat Allah, mengimani sebagian isi Kitab Suci dan mengingkari sebagian lainnya karena mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan yang fana di dunia dengan kehidupan yang kekal di akhirat, yakni mereka teperdaya oleh gemerlap duniawi serta kesenangan hidup sementara, dan berusaha dengan berbagai cara, meskipun dengan melanggar norma, untuk memilikinya. Siksa yang mereka dapat kan di dunia tidak berarti akan meringankan azab mereka di akhirat. Sama sekali tidak! Maka tidak akan diringankan azabnya, karena siksa akhirat tidak dapat diringankan, dan mereka tidak akan ditolong oleh siapa pun, termasuk oleh diri mereka sendiri.
94
Berikut ini masih merupakan uraian tentang pelanggaran-pelanggaran Bani Israil. Dan sungguh, Kami telah memberikan Kitab Taurat kepada Musa agar dengan membacanya, kamu selalu ingat kandungan perjanjian itu, namun kamu tetap saja melupakannya. Tidak saja menganugerahkan Taurat, Kami juga telah susulkan berturut-turut setelahnya, yakni sepeninggal Nabi Musa, dengan rasul-rasul yang silih berganti datang memperingatkan kamu dan memperbarui tuntunan agar selalu sesuai dengan perkembangan masyarakat seperti Nabi Daud, Sulaiman, hingga Yahya. Dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam penjelasan-penjelasan, yakni bukti-bukti kebenaran yang sangat jelas seperti kemampuannya--atas izin Allah--mengembalikan penglihatan orang buta, menyembuhkan berbagai penyakit, menghidupkan orang mati, dan mengungkap berita-berita gaib, serta kami perkuat dia dengan Rohulkudus, yaitu malaikat Jibril, yang datang dengan wahyu-wahyu Ilahi berupa kitab Injil. Karena sikap mereka terhadap para nabi dan rasul sangat tidak wajar, maka mereka dikecam dalam bentuk pertanyaan: mengapa setiap rasul yang datang kepadamu yang diutus Allah membawa sesuatu pelajaran yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri dengan sangat angkuh, lalu sebagian kamu dustakan, seperti Nabi Isa dan Nabi Muhammad, dan sebagian kamu bunuh, seperti Nabi Zakaria dan Nabi Yahya, dan sebagian yang lain hendak kalian bunuh, seperti Nabi Muhammad? Terbayang betapa licik orang-orang Yahudi Bani Israil yang diceritakan sifat-sifatnya dalam ayat-ayat di atas. Banyak dalih yang mereka kemukakan, banyak juga kalimat bodoh yang mereka ucapkan. Dari situ dapat ditarik pelajaran bahwa kecerdasan akal seseorang tidak selalu menuntunnya kepada perilaku yang baik, terutama bila kecerdasan itu tidak disertai kemantapan iman.
95
Dan mereka berkata dalam rangka menolak risalah Nabi Muhammad, “Hati kami tertutup karena tidak dapat memahami apa yang engkau sampaikan atau karena hati kami sudah penuh dengan pengetahuan sehingga tidak lagi butuh bimbingan.” Allah menegaskan, “Tidak!” Sebenarnya mereka bukannya tidak dapat memahami dan bukan pula sudah pandai, tetapi mereka berkata demikian karena kedurhakaan yang sudah mendarah daging dalam diri mereka, maka Allah telah melaknat mereka itu karena keingkaran mereka, tetapi--sekali lagi AlQur'an tidak menyatakan mereka semua ingkar atau kafir--sedikit sekali mereka beriman.
96
Selain membuktikan kebohongan ucapan mereka sebelum ini, ayat di atas juga menunjuk kan keburukan lain Bani Israil, yaitu menolak Al-Qur'an. Penolakan tersebut sungguh aneh dan tidak berdasar sama sekali. Dan setelah sampai kepada mereka Kitab Al-Qur'an dari sisi Allah yang kandungannya membenarkan apa yang ada pada mereka, menyangkut kedatangan seorang nabi yang sifat-sifatnya sudah mereka ketahui, mereka tetap mengingkari nabi itu, sedangkan sebelumnya, yakni sebelum kedatangan nabi itu, mereka memohon kemenangan mereka atas orang-orang kafir yang menjadi musuh-musuh mereka. Tetapi ternyata setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, yakni menyangkut kitab suci Al-Qur'an, Nabi Muhammad, dan sifatsifat beliau, mereka lalu mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar.
97
Mengecam perbuatan mereka yang disebutkan dalam ayat yang lalu, Allah berfirman, “Sangatlah buruk perbuatan mereka menjual dirinya, yaitu menukar kebahagiaan abadi dengan kenikmatan duniawi dengan cara mengingkari, yakni terus-menerus menutupi kebenaran, apa yang diturunkan Allah, berupa wahyu melalui nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya. Mereka mengingkarinya bukan karena tidak tahu kebenarannya, tetapi karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya, yaitu kenabian, kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya yang paling wajar, dalam hal ini Nabi Muhammad . Karena itulah wajar jika mereka menanggung kemurkaan demi kemurkaan, yaitu murka Allah karena kedengkian dan karena kedurhakaan, termasuk keingkaran mereka terhadap Nabi Isa. Dan kepada orang-orang kafir ditimpakan azab yang menghinakan.”
98
Dan kedurhakaan mereka lainnya adalah bahwa apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kepada apa yang diturunkan Allah, yakni AlQur'an, melalui Nabi Muhammad,” mereka menjawab, “Kami hanya akan beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami, yaitu Taurat.” Dan mereka ingkar kepada apa yang setelahnya, yaitu Al-Qur'an dan kitab-kitab lain yang diturunkan sesudah Taurat, padahal Al-Qur'an itu adalah kitab yang benar-benar mencapai puncak hak, yaitu kebenaran dalam segala seginya. Al-Qur'an itu adalah kitab yang membenarkan apa yang ada pada mereka yang pernah disampaikan oleh Nabi Musa dan nabi-nabi sebelumnya. Untuk menolak pernyataan mereka, Allah berfirman, Katakanlah kepada mereka, Nabi Muhammad, “Jika benar kamu hanya percaya kepada apa yang diturunkan kepada kamu, mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu orang-orang beriman?” Secerdik apa pun orang-orang Yahudi berargumen dalam rangka menolak kebenaran, tetap saja kedok mereka akan terungkap. Ketika diajak mengikuti ajaran Al-Qur'an mereka menolak dan menegaskan hanya akan mengikuti ajaran Taurat. Faktanya, mereka bukan orangorang yang taat dan patuh kepada para nabi mereka, bahkan beberapa dari nabi-nabi itu mereka bunuh.
99
Berikut adalah argumen lain untuk membantah orang-orang Yahudi yang mengaku beriman kepada kitab yang diturunkan kepada mereka. Dan sungguh, Musa telah datang kepada mu dengan bukti-bukti yang sangat jelas tentang kebenaran yang dia ajarkan, seperti turunnya al-mann dan as-salwa, terpancarnya air dari batu, berubahnya tongkat menjadi ular, dan lain-lain. Meski begitu, kamu tidak menerimanya dengan baik, bahkan kemudian kamu mengambil patung anak sapi sebagai sembahan setelah kepergian-nya meninggalkan kamu untuk sementara waktu menuju Bukit Tursina, dan kamu menjadi orang-orang zalim karena kamu tetap melakukan hal itu, meskipun kamu tahu itu salah
100
Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji kamu, wahai Bani Israil, dan Kami angkat gunung Sinai di atasmu seraya berfirman, ‘Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu melalui Nabi Musa, yakni prinsip-prinsip ajaran agama dan rinciannya, dan dengarkanlah serta perkenankanlah apa yang diperintahkan kepada kamu!’” Mereka menjawab,” Kami mendengarkan dengan telinga kami, tetapi kami tidak menaati dan tidak pula mau mengamalkannya.” Bukannya segera melaksanakan perintah, mereka justru bersegera melakukan kedurhakaan. Dan diresapkanlah ke dalam hati mereka itu kecintaan menyembah patung anak sapi karena kekafiran mereka. Katakanlah, “Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh kepercayaanmu kepadamu, yang kamu anggap telah menghiasi jiwa kamu, jika kamu orang-orang beriman kepada Taurat.
101
Selain kedurhakaan-kedurhakaan itu, mereka juga selalu menganggap diri sebagai bangsa pilihan Tuhan, meyakini tidak akan masuk neraka kecuali sebentar, dan mengklaim surga sebagai tempat yang Allah khususkan bagi mereka. Untuk membuktikan kebenaran ucapan mereka, Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Jika kenikmatan negeri akhirat di sisi Allah kamu anggap khusus untukmu saja, bukan untuk orang lain, maka mintalah kematian. Itu karena semakin percaya seseorang terhadap indah dan nikmatnya sesuatu, semakin besar pula keinginannya untuk cepat-cepat menemui sesuatu tersebut. Karena keinginan mati dapat menjadi bukti hubungan baik kamu dengan Allah, maka kamu pasti ingin segera mati dan menemuinya. Mintalah kematian jika kamu orang yang benar dalam perkataanmu bahwa kenikmatan akhirat hanya untuk kamu.” Tetapi, mendapat tantangan seperti itu, ternyata tidak seorang pun bersedia cepat mati. Mereka sekali-kali tidak akan mengingin kan kematian itu sama sekali,
102
Tetapi, mendapat tantangan seperti itu, ternyata tidak seorang pun bersedia cepat mati. Mereka sekali-kali tidak akan mengingin kan kematian itu sama sekali, bahkan mereka ingin hidup di dunia selamalamanya walau dalam bentuk kehidupan yang sederhana. Keinginan ini karena disebabkan oleh dosa-dosa yang telah dilakukan tangan mereka sendiri berupa kezaliman dan kemaksiatan. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim.
103
Dan tidak saja mereka enggan segera mati, sungguh demi Tuhanmu, engkau, wahai Muhammad, akan mendapati mereka, yakni orang-orang Yahudi yang mengaku kekasih Allah itu, manusia yang paling tamak atas kehidupan dunia, bahkan lebih tamak dari orang-orang musyrik, karena orang musyrik sejak semula tidak percaya kepada wujud Tuhan dan akhirat. Ini berbeda dengan orang-orang Yahudi yang mengakui wujud Tuhan dan keniscayaan akhirat. Betapa tamaknya mereka, sehingga masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun, yakni hidup selama mungkin di dunia, padahal seandainya mereka diberi umur sepanjang apa pun, umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan masing-masing akan mendapat sanksi sesuai dosa-dosanya karena Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
104
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa orang-orang Yahudi berkata, “Kami benci Jibril karena ia membawa bencana dengan menyampaikan wahyu bukan kepada golongan kami. Ia juga membongkar rahasia kami.” Menjawab pernyataan itu, katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Barang siapa menjadi musuh Jibril maka ketahuilah bahwa dia hanya akan mendapatkan keburukan, karena sesungguhnya dialah, Jibril, yang telah menurunkan Al-Qur'an ke dalam hatimu dengan izin Allah, bukan atas kehendaknya sendiri dan bukan pula atas kehendakmu. Dengan demikian, memusuhi Jibril sama dengan memusuhi Allah. Sungguh aneh kalau kamu memusuhinya padahal wahyu-wahyu yang disampaikannya membenarkan apa yang terdahulu, yakni kitab-kitab suci termasuk Taurat, dan wahyu-wahyu itu juga menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.” Memusuhi Jibril berarti memusuhi Allah, dan memusuhi Allah berarti memusuhi semua makhluk-Nya yang taat. Bila seseorang memusuhi Allah, maka Allah pun akan memusuhi nya dan menjauhkan rahmat darinya.
105
Barang siapa menjadi musuh Allah dengan memusuhi salah satu makhluk-Nya yang taat, atau memusuhi salah satu dari malaikat-malaikat-Nya, atau salah seorang dari rasul-rasul-Nya, atau Jibril yang membawa wahyu dan Mikail yang pembawa rezeki, maka sesungguhnya dia telah kafir dan mengantar dirinya menuju kebinasaan. Sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir. Dua ayat di atas menegaskan dua hal. Pertama, Allah tidak membedabedakan para rasul dan malaikat-Nya. Kepercayaan, ketaatan, dan kecintaan kepada mereka adalah satu paket. Siapa pun yang memusuhi mereka atau salah seorang dari mereka, maka ia akan menjadi musuh Allah. Kedua, sanksi kepada pelanggar tidak hanya diterapkan kepada orang Yahudi, tetapi kepada siapa saja yang kafir dan memusuhi-Nya.
106
Konteks ayat ini adalah bagian dari bantahan Allah terhadap orangorang Yahudi. Namun demikian, siapa pun yang berperilaku seperti disebut dalam ayat ini, maka mereka disebut fasik. Dan demi Tuhan, tidaklah wajar bila orang-orang Yahudi itu atau siapa pun menolak kebenaran Al-Qur'an karena sungguh Kami, dengan menugaskan Jibril, telah menurunkan ayat-ayat yang jelas kandungannya serta bukti-bukti kebenarannya dan kebenaranmu sebagai rasul kepadamu, Muhammad. Dan tidaklah ada yang mengingkarinya, baik dari golongan manusia yang hidup pada masamu atau sesudahmu, selain orang-orang fasik. Bukti-bukti kebenaran Al-Qur'an sudah sangat jelas; tidak ada yang mengingkarinya selain mereka yang tertutup mata hatinya. Mereka itulah yang disebut sebagai orang-orang fasik.
107
Ayat ini berisi kecaman dengan redaksi pertanyaan yang mengandung bukti-bukti yang dipaparkan oleh Allah . Dan mengapa setiap kali mereka mengikat janji dengan Allah, ter masuk janji untuk percaya jika nabi yang diutus-Nya datang, sekelompok mereka melanggarnya, menyepelekannya, dan mengingkarinya? Sedikit sekali dari mereka yang menepati janji, sedangkan sebagian besar mereka tidak beriman. Sikap-sikap buruk sudah berkumpul sedemikian rupa dalam diri sebagian besar Bani Israil. Mereka adalah pendengki, keras kepala, licik, dan selalu mengingkari janji. Namun demikian, masih ada sebagian kecil dari mereka yang beriman.
108
Ayat ini menjelaskan sisi lain dari keburukan orang-orang Yahudi. Dan setelah datang kepada mereka seorang rasul dari Allah, yakni Nabi Muhammad dengan membawa kitab suci yang membenarkan apa yang ada pada mereka, yakni kitab suci, sebagian dari orang-orang Yahudi yang diberi Kitab Taurat melemparkan Kitab Allah itu ke belakang punggung, yakni mengabaikan nya sama sekali, seakan-akan mereka tidak tahu yang dilempar nya adalah kitab Allah, padahal mereka sangat mengetahui.
109
Dan mereka, yakni sebagian pendeta-pendeta Yahudi yang meninggalkan Taurat, mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Ketika Rasulullah menye butkan Sulaiman sebagai seorang nabi, sebagian pendeta Yahudi mengatakan, “Tidakkah kamu heran karena Muhammad mengatakan bahwa Sulaiman bin Daud adalah nabi, padahal ia adalah seorang tukang sihir?” Allah lalu menurunkan ayat yang menyatakan bahwa Sulaiman itu tidak kafir, tidak pula tukang sihir, tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan. “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan yang Allah turunkan bagimu, sebab itu janganlah kafir dan jangan pula kamu mengguna kannya untuk mencelakakan orang lain!” Maka mereka mempelajari dari keduanya, kedua malaikat itu, apa, yakni sihir yang dapat memisahkan antara seorang suami dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencela kakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa membeli atau menggunakan sihir itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahuDan jika mereka beriman dan bertakwa, takut kepada azab Allah, pahala dari Allah pasti lebih baik daripada sihir yang menyibukkan mereka, sekiranya mereka tahu
110
Dan jika mereka beriman dan bertakwa, takut kepada azab Allah, pahala dari Allah pasti lebih baik daripada sihir yang menyibukkan mereka, sekiranya mereka tahu.
111
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu katakan, “Ra'ina,”2 yang berarti, “Peliharalah dan jagalah kami,” kepada Rasulullah karena kata itu akan dimanfaatkan oleh orang-orang Yahudi untuk berolok-olok yang menyerupai kata “ra unah”, yang berarti bebal dan sangat bodoh, tetapi katakanlah, “Unzurna (Perhatikanlah kami),” dalam mempelajari agama dan dengarkanlah serta taatilah perintah-perintah Allah kepadamu dan janganlah kamu menyerupai orang-orang Yahudi yang berkata, “Kami mendengar dan kami ingkar.” Dan orang-orang kafir dari kaum Yahudi itu akan mendapat azab yang pedih akibat olokolok mereka kepada Rasulullah.
112
Orang-orang yang kafir dari Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani, dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya kepadamu suatu kebaikan, salah satunya Al-Qur'an sebagai kebaikan yang paling tinggi dari Tuhanmu, karena kedengkian dan rasa iri dalam diri mereka. Tetapi secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya, berupa kenabian, wahyu, kenikmatan, dan kebajikan kepada orang yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, misalnya kepada Nabi Mu hammad. Dan Allah pemilik karunia, nikmat, dan kebajikan yang besar.
113
Kaum musyrik berkata, “Tidakkah kalian perhatikan Muhammad? Ia menyuruh para sahabatnya melakukan sesuatu, kemudian ia menyuruh mereka melakukan sebaliknya. Hari ini ia mengatakan satu hal, besok ia mengatakan hal yang berbeda. Al-Qur'an itu pastilah karangan Muhammad. Ia mengatakan sesua tu yang bersumber dari dirinya sendiri, yang satu sama lain saling bertentangan.” Menjawab celaan mereka ini, Allah mengatakan bahwa ayat yang Kami batalkan atau Kami hilangkan dari ingatan-mu, wahai Muhammad dan orang beriman, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik, lebih bermanfaat bagimu dengan mengangkat kesulitan darimu atau dengan menambahkan pahala bagimu, atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu tahu, wahai Muhammad, bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dengan mendatang kan segala kebaikan dan kebajikan bagi manusia?
114
Tidakkah kamu tahu, wahai Muhammad, bahwa Allah memiliki kerajaan langit dan bumi yang menguasai dan bertindak untuk makhlukNya, memutuskan hukum, dan memerintah sesuai kehendak-Nya? Dan tidak ada bagimu, wahai orang-orang kafir, pelindung yang dapat melindungi urusanmu dan penolong yang dapat menolongmu selain Allah. Menurut Ibnu abbas, ayat ini turun terkait abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya yang meminta Rasulullah untuk mengubah Bukit Safa menjadi emas, meluaskan tanah Mekah, dan memancarkan air dari tanah. Mereka menyatakan bahwa jika Nabi berhasil mengabulkan permintaan-permintaan itu, maka mereka akan beriman kepada beliau.
115
Ataukah kamu hendak meminta kepada Rasulmu, yakni Muhammad, untuk mendatangkan kepadamu ayat-ayat Al-Qur'an lebih daripada apa yang telah dibawakannya kepadamu, seperti halnya Musa pernah diminta oleh Bani Israil dahulu sesuatu yang tidak pantas mereka minta? Barang siapa mengganti iman kepada ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan kekafiran, maka sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus, dengan memilih kufur daripada iman, kesesatan daripada petunjuk, serta jauh dari kebenaran dan kebajikan.
116
Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan atau mema lingkan kamu setelah kamu beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad, menjadi kafir kembali seperti yang kamu lakukan dahulu, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka dengan adanya dalil-dalil kuat yang menunjukkan Nabi Muhammad benar-benar menyampaikan ayat-ayat Allah seperti yang diberitakan dalam kitab-kitab mereka. Maka maafkanlah kesalahan-kesalahan mereka, pergaulilah mereka dengan akhlak yang baik, dan berlapangdadalah dengan mengabaikan cacian dan tentangan mereka sampai Allah memberi kan perintah-Nya dengan bantuan dan dukunganNya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Ia akan menguatkan kedudukanmu dan memberimu kekuatan yang lebih besar.
117
Dan laksanakanlah salat sebagai ibadah badaniah dengan benar sesuai tuntunan, dan tunaikanlah zakat sebagai ibadah maliah, karena keduanya merupakan fondasi Islam. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu berupa salat, zakat, sedekah, atau amal-amal saleh lainnya, baik yang wajib maupun sunah, kamu akan mendapatkannya berupa pahala di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat dan memberi balasan pahala di akhirat atas apa yang kamu kerjakan.
118
Dan mereka, kaum Yahudi dan Nasrani, berkata, “Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani." Itu hanya angan-angan dan mimpi-mimpi mereka. Katakanlah kepada mereka, wahai Muhammad, “Tunjukkan bukti kebenaranmu dengan alasan-alasan yang meyakinkan, jika kamu orang yang benar dalam anggapanmu itu. Ketahuilah, kamu tidak akan pernah dapat menunjukkan bukti itu!”
119
Tidak! Mereka berdusta. Yang akan memasuki surga bukan hanya Yahudi atau Nasrani, melainkan barang siapa yang menyerahkan diri, tunduk, patuh, taat, ikhlas sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, beriman, membenarkan, dan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka di akhirat dan mereka tidak bersedih hati. Mereka kekal dalam kenikmatan. ,
120
Dan orang Yahudi berkata, “Orang Nasrani itu tidak memiliki sesuatu, yakni pegangan berupa agama yang benar, padahal Nabi Isa telah datang kepada mereka, lalu mereka mengingkarinya.” Dan orangorang Nasrani juga berkata, “Orang-orang Yahudi tidak memiliki sesuatu, yakni pegangan berupa agama yang benar, padahal Nabi Musa telah datang kepada mereka, lalu mereka mengingkarinya.” Padahal, mereka membaca Kitab, yakni Taurat bagi orang Yahudi dan Injil bagi orang Nasrani. Apa yang disebutkan dalam ayat ini merupakan isi perdebatan antara Yahudi dan Nasrani di hadapan Rasulullah . Rafi bin armalah, seorang Yahudi, mengatakan kepada orang Nasrani, “Kalian tidak punya suatu pegangan dan telah kafir terhadap Isa dan Injil.” Seorang Nasrani dari Najran lalu menanggapinya, “Kalian juga tidak punya suatu pegangan dan telah kafir terhadap Musa dan Taurat.”Demikian pula orang-orang musyrik Arab yang tidak berilmu; mereka berkata seperti ucapan me-reka, Ahli Kitab, itu. Maka Allah akan mengadili mereka pada hari Kiamat, tentang apa yang mereka perselisihkan dalam soal agama.
121
Dan siapakah yang lebih zalim, berdosa, memusuhi Allah, dan menentang perintah-Nya daripada orang yang melarang di dalam masjid-masjid Allah untuk beribadah dan menyebut nama-Nya, dan berusaha merobohkannya dengan menghentikan syiar-syiar agama di dalamnya, merusak kesucian agama yang menyebabkan mereka melupakan Penciptanya, menyebarkan kemungkaran di masyarakat, dan membuat kerusakan di bumi? Mereka tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut, tunduk, taat, dan patuh kepada Allah. Mereka mendapat kehinaan di dunia sebagai akibat dari kezaliman mereka, dan di akhirat mendapat azab yang berat dalam neraka Jahanam yang merupakan tempat menetap yang paling hina. Ayat ini Allah turunkan sebagai jawaban atas sikap kaum kafir Mekah yang mela rang Nabi Muhammad salat di Masjidilharam.
122
Dan milik Allah timur dan barat. Artinya, Allah adalah Tuhan bumi seluruhnya. Ke mana pun kamu menghadap ketika menunaikan salat, di sanalah wajah Allah, yaitu kiblat yang diinginkan Allah bagimu. Sungguh, Allah Mahaluas, tidak sempit dan tidak terbatas, Maha Mengetahui siapa yang menghadap kepada-Nya di mana pun ia berada.
123
Dan mereka, kaum Yahudi dan Nasrani, berkata, “Allah mempunyai anak.” Mahasuci Allah dari perkataan mereka. Ayat ini diturunkan sebagai jawaban atas pernyataan kaum Yahudi yang meyakini Uzair sebagai putra Allah, kaum Nasrani yang meng anggap Isa sebagai putra Allah, dan kaum musyrik Arab yang menganggap malaikat sebagai putri Allah. Bahkan milik-Nyalah, yakni Allah-lah pencipta dan pemilik apa yang di langit dan di bumi, termasuk di dalamnya Uzair, Isa, dan para malaikat itu. Semua tunduk, taat, dan patuh kepada-Nya, yakni kepada kebesaran, kekuasaan dan kehendak-Nya.
124
Allah pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan, mengadakan, dan mewujudkan sesuatu, tidak ada halangan sedikit pun bagi-Nya, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadi lah sesuatu itu.
125
Dan orang-orang yang tidak mengetahui, yaitu orang-orang bodoh dari kaum musyrik Mekah, berkata, “Mengapa Allah tidak berbicara dengan kita dan tidak menurunkan wahyu kepada kita yang mengabarkan kerasulan Muhammad, atau datang tanda-tanda kekuasaan, alasan, dan penjelasan-Nya kepada kita tentang kebenaran kerasulan Muhammad?” Sebelumnya, orang-orang kafir Mekah pernah berkata kepada Nabi Muhammad, “Jika engkau betul-betul Rasul dari Allah seperti yang engkau katakan, maka katakanlah kepada Allah agar berbicara dengan kami sehingga kami mendengar ucapannya.” Mereka berkata demikian sebagai tanda penentangan dan kesombongan mereka. Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah berkata seperti ucapan mereka itu. Hati mereka serupa dengan hati orang-orang sebelum mereka. Mereka menentang dan mendustakan para nabi dan rasul yang diutus Allah kepada mereka. Pernyataan Allah ini mengandung hiburan bagi Rasulullah. Allah menegaskan bahwa sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang yang yakin.
126
Sungguh, Kami telah mengutusmu, wahai Nabi Muhammad, dengan kebenaran syariat yang terang dan agama yang lurus, sebagai pembawa berita gembira kepada orang-orang beriman tentang surga yang penuh kenikmatan, dan pemberi peringatan kepada orang-orang kafir tentang siksaan api neraka. Dan engkau tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang kaum kafir yang menjadi penghuni-penghuni neraka sesudah engkau dengan sungguh-sungguh mengajak mere ka beriman. Dalam pernyataan Allah ini terkandung hiburan bagi Rasulullah agar tidak kecewa dan berkecil hati terhadap apa yang telah dilakukannya.
127
Dan janganlah engkau, wahai Nabi Muhammad, bersusah payah mencari kerelaan orang-orang yang ingkar. Hal itu tidak mungkin, sebab orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu, Nabi Muhammad, sebelum engkau meninggalkan agamamu dan berpaling mengikuti agama mereka yang mereka anggap paling benar. Karena itu, engkau tidak perlu melakukan apa yang mereka minta demi memperoleh kerelaan mereka, tetapi tetaplah engkau meng hadapkan dirimu untuk mendapatkan kerelaan Allah. Tetaplah mengajak mereka kepada kebenaran dan katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah, yakni agama Islam, itulah petunjuk, yakni agama yang sebenarnya.” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu, yakni kebenaran wahyu, sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. Meski khitab ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad, pada hakikat-nya pesan ini berlaku umum bagi seluruh umat Islam.
128
Orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah Kami beri Kitab Suci, yakni Taurat dan Injil, mereka membacanya dan mengikuti ajarannya sebagaimana mestinya. Mereka tidak melakukan perubahan apa pun terhadap Kitab Suci itu. Mereka itulah orang-orang yang beriman kepadanya, yakni kitab suci sebelum mengalami perubahan, dengan iman yang sebenar-benarnya, di antaranya iman kepada para nabi, termasuk nabi terakhir, Muhammad. Adapun mereka yang mengubah Kitab Suci dan tidak mengimani kerasulan Nabi Muham mad, mereka itulah orangorang yang ingkar. Dan barang siapa ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi dan celaka dalam pandangan Allah. Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu, yakni nenek moyangmu dahulu, di antaranya nikmat berupa kebebasan dari ke
129
Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu, yakni nenek moyangmu dahulu, di antaranya nikmat berupa kebebasan dari kejaran Firaun, diutusnya banyak rasul, dan diturunkannya kitab-kitab suci; dan di antara nikmat-nikmat itu Aku telah melebihkan kamu dari semua umat yang lain di alam ini pada masa itu dengan banyaknya para nabi yang diutus kepada kamu. Ini menunjukkan bahwa Allah benar-benar sangat menyayangi hamba-Nya. Meskipun Bani Israil telah berkali-kali melakukan pelanggaran, mereka tetap saja diajak dengan harapan mereka dapat percaya kepada Nabi Muhammad. Selanjutnya, ayat 123 mengingatkan mereka dan semua orang untuk mempersiapkan diri menghadapi hari Kiamat.
130
Dan takutlah kamu dengan cara menjaga diri agar tidak mendapat siksa pada keadaan yang sangat mengerikan di hari Kiamat, yaitu ketika tidak seorang pun dapat menggantikan atau membela orang lain sedikit pun. Pada hari itu, tebusan dalam bentuk apa pun untuk menghindari siksa tidak akan diterima, dan bantuan maupun perantara tidak berguna baginya, dan mereka tidak akan ditolong. Ini mengisyaratkan bahwa berbagai kenikmatan di dunia yang Allah berikan kepada Bani Israil dan umat lain tidak menjamin hal serupa akan Allah berikan kepada mereka di akhirat.
131
Dan ingatlah juga, wahai Nabi Muhammad, kisah ketika Nabi Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat, yakni sejumlah tugas dan kewajiban, lalu dia melaksanakannya dengan sangat baik dan sempurna. Dia, Allah, berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin dan teladan bagi seluruh manusia.” Dia, Ibrahim, berkata, “Dan apa kah janji-Mu itu berlaku juga bagi sebagian dari anak cucuku?” Allah berfirman, “Benar, tetapi janji-Ku itu tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
132
Dan ingatlah, wahai Nabi Muhammad, ketika Kami menjadikan rumah ini, yakni Kakbah, sebagai tempat berkumpul yang sering dikunjungi, baik pada hari-hari biasa maupun pada musim umrah dan haji, dan juga tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu, yakni pijakan Ibrahim ketika membangun Kakbah, sebagai tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku dari segala bentuk najis, kemusyrikan, dan hal-hal yang tidak pantas diletakkan dan dilakukan di sana sesuai tuntunan agama untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang salat yang selalu melakukan rukuk dan sujud!”
133
Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim berdoa dengan mengatakan, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri Mekah ini sebagai negeri yang aman dari rasa takut dan perasaan terancam, dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu khususnya di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.” Dia berfirman, “Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara di dunia ini, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”
134
Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah, yakni Kakbah yang sudah ada sejak zaman Nabi Adam, bersama putranya, Ismail, seraya berdoa, “Ya Tuhan kami, terimalah amal saleh dan permohonan dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar permohonan hamba-hamba-Mu, Maha Mengetahui keadaan mereka.”
135
Ibrahim dan Ismail melanjutkan doanya, “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang-orang yang berserah diri dan tunduk kepada-Mu, dan jadikanlah juga anak cucu kami menjadi umat yang berserah diri dengan penuh keimanan kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara, yakni manasik dan tempat-tempat melakukan ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat yang begitu banyak, Maha Penyayang dengan kasih sayang yang amat luas.”
136
Mereka melanjutkan doanya, “Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, baik keturunan kami maupun bukan, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab Al-Qur'an dan Hikmah, yakni sunah yang berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi, kepada mereka, dan menyucikan jiwa mereka dari syirik dan akhlak yang buruk. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa karena tidak seorang pun dapat membatalkan ketetapan-Mu, Mahabijaksana karena Engkau selalu menem pat kan sesuatu pada tempatnya.”
137
Ayat-ayat sebelum ini memperlihatkan betapa agung dan mulianya Nabi Ibrahim. Ia dan ajarannya amat pantas untuk diteladani dan tidak sedikit pun pantas dibenci. Dan, karena itu, orang yang membenci agama Nabi Ibrahim, hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh, Kami telah memilihnya, Ibrahim, di dunia ini sebagai rasul. Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang saleh yang memiliki tempat dan derajat yang amat tinggi.
138
Kalau pada ayat 130 diuraikan kedudukan Nabi Ibrahim di dunia maupun di akhirat, maka pada ayat ini diuraikan faktor yang membawa beliau ke kedudukan tersebut. Ingatlah, wahai Nabi Muhammad, ketika Tuhan Pemelihara Nabi Ibrahim berfirman kepadanya, Ibrahim, “Berserahdirilah!” Dia segera menjawab, “Aku tunduk, patuh, dan berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.”
139
Salah satu faktor yang membuat kedudukan Nabi Ibrahim tinggi di dunia dan akhirat adalah Islam, yaitu penyerahan diri sepe nuhnya kepada Allah. Dan Ibrahim pun mewasiatkan ajaran penyerahan diri itu kepada anak-anaknya, Ismail dan Ishak. Demikian pula Yakub, ia berwasiat kepada anak-anaknya, “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama penyerahan diri ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim yang berserah diri.”
140
Orang-orang Yahudi berkata kepada Rasulul lah, “Tidakkah engkau tahu bahwa Yakub-yang juga disebut Israil-menjelang kema tiannya berwasiat kepada anak-anaknya untuk memeluk agama Yahudi?” Untuk menjawab hal itu Allah menurunkan ayat ini. Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anakanaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Tentu orang-orang Yahudi itu tidak menyaksikan nya, sehingga ucapan mereka hanya dusta belaka. Menjawab pertanyaan Nabi Yakub, mereka, yakni anak-anak Nabi Yakub, menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishak, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, dan kami hanya berserah diri kepada-Nya.” (Lihat: Surah Ali Imran/ 3: 84).
141
Mereka itulah umat yang telah lalu, jauh sebelum kamu, yang tidak kamu saksikan. Mereka berpegang teguh pada wasiat itu, sedangkan kamu, wahai kaum Yahudi, tidak. Oleh karena itu, baginya, yakni para leluhurmu, apa yang telah mereka usahakan berupa keyakinan yang tulus dan bagimu apa yang telah kamu usahakan dengan mengikuti hawa nafsumu. Mereka tidak ditanya tentang apa yang kamu lakukan, dan kamu pun tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan.
142
Ayat ini erat hubungannya dengan ayat 130 ketika Al-Qur'an mencela mereka yang enggan memeluk Islam. Kecaman itu kini dilanjutkan. Dan mereka, orang-orang Yahudi dan Nasrani, berkata, “Jadilah kamu penganut Yahudi atau penganut Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Ini artinya mereka tidak hanya berhenti pada perbuatan sesat mereka, tetapi juga mengajak orang lain untuk sesat bersama mereka. Katakanlah, wahai Muhammad, “Tidak! Kami tidak akan mengikutimu! Tetapi kami mengikuti agama Nabi Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk golongan orang yang mempersekutukan Tuhan.”
143
Bimbingan Allah kepada Nabi Muhammad dan pengikutnya yang disebut pada ayat 135 dilanjutkan pula pada ayat ini. Katakanlah, wahai orang-orang yang beriman, kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani itu, “Kami beriman kepada Allah Yang Mahasempurna dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, baik berupa Al-Qur'an maupun tuntunan lain yang disampaikan oleh Nabi Muhammad. Dan demikian pula kami percaya kepada apa, yakni wahyu, yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishak, Nabi Yakub, dan anak cucunya. Dan demikian juga kami percaya kepada apa yang diberikan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa, baik berupa kitab suci maupun ajaran dalam bentuk lain, serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi lain yang bersumber dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, sehingga kami percaya kepada semuanya. Dan dalam persoalan ini kami berserah diri kepada-Nya.”
144
Maka jika mereka yang mengajakmu mengikuti agama mereka itu telah beriman persis sebagaimana yang kamu imani, sehingga mereka menjadi pengi kutmu, sungguh, mereka telah mendapat petunjuk yang benar. Akan tetapi, jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan denganmu, maka Allah mencukup kan engkau, wahai Nabi Muhammad terhadap mereka dengan pertolongan dan janji-Nya yang pasti ditepati. Dan Dia Maha Mendengar perkataan musuh-musuhmu, Maha Mengetahui apa saja yang ada dalam hati mereka
145
Keberagamaan dan keimanan seperti yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim itu merupakan shibgah atau celupan Allah. Siapa yang lebih baik sibgah-nya daripada Allah? Tentu tidak ada. Dan kepada-Nya kami menyembah. Kata “celupan” pada ayat ini mengandung arti keimanan kepada Allah yang tidak disertai kemusyrikan sedikit pun. Makna ini ditegaskan oleh perkataan “dan hanya kepada-Nyalah, bukan kepada yang lain, kami menyembah.” Ini juga mengindikasikan bahwa keberagamaan kita harus bersifat total sehingga seluruh totalitas kita terwarnai oleh celupan agama Allah itu.
146
Ayat ini berkaitan dengan ayat 135 yang memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengatakan kepada mereka bahwa kami hanya mengikuti agama Nabi Ibrahim. Kini, pada ayat ini, Nabi Muhammad diperintahkan untuk mendebat mereka. Katakanlah, “Apakah kamu hendak berdebat dengan kami tentang keesaan dan kemahasempurnaan Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Kita sama-sama menyembah-Nya dan kita pun tidak bisa menghindar dari ketetapanNya. Kalau begitu, bagi kami amalan kami yang akan kami pertanggungjawabkan, dan demikian pula bagi kamu amalan kamu yang akan kamu pertanggungjawab kan. Dan hanya kepada-Nya kami dengan tulus mengabdikan diri tanpa mempersekutukan-Nya, sedangkan kamu mempersekutukan-Nya dengan Nabi Isa dan para nabi yang lain.”
147
Kaum Yahudi dan Nasrani mengaku mengikuti Nabi Ibrahim yang mengajarkan tauhid, yang dengannya mereka merasa berhak masuk surga, padahal mereka telah me nyimpang. Dugaan mereka itu dibantah dalam ayat ini. Ataukah kamu, orang-orang Yahudi dan Nasrani, berkata bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya adalah penganut Yahudi atau Nasrani, agar dakwaan kamu menjadi benar? Katakanlah, “Kamukah yang lebih tahu tentang hal itu atau Allah?” Orang-orang Yahudi dan Nasrani sebenarnya tahu bahwa Ibrahim tidak mungkin beragama Yahudi ataupun Nasrani, karena dia hidup jauh sebelum Nabi Musa dan Nabi Isa, tetapi mereka menyembunyikan hal itu. “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya?” yakni persaksian Allah dalam Taurat dan Injil bahwa Nabi Ibrahim dan anak cucunya bukan penganut Yahudi maupun Nasrani dan bahwa Allah akan mengutus Nabi Muhammad. “Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”
148
Itulah, yakni Nabi Ibrahim dan anak cucunya, umat yang telah lalu. Seandainya mereka benar menganut agama Yahudi atau Nasrani seperti yang kamu duga, perbuatan mereka tidak akan berguna bagi kamu karena mereka mengamalkan agamanya dengan benar, se dangkan kamu tidak. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban ten-tang apa yang dahulu mereka kerjakan.
149
Setelah pada ayat yang lalu diceritakan perilaku kaum Yahudi secara umum, pada ayat ini Allah menjelaskan sikap mereka dan juga orang musyrik terkait persoalan khusus, yaitu pengalihan kiblat salat dari Baitulmakdis di Palestina ke Kakbah di Mekah. Pada saat Nabi berhijrah ke Madinah, beliau dan para sahabatnya selama 16 sampai 17 bulan melaksanakan salat menghadap ke Baitulmakdis. Pada Rajab tahun ke-2 Hijriah, Allah memerintahkan Nabi untuk menghadap ke Masjidilharam di Mekah. Tentang hal ini Allah berfirman sebagai berikut. Orang-orang yang kurang akal di antara manusia, yakni sebagian orang Yahudi dan kelompok lain, akan mengolok-olok Nabi dan kaum mukmin dengan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka, yakni kaum muslim, dari kiblat yang dahulu mereka berkiblat kepadanya?” Pemberitahuan awal ini dilakukan agar Nabi dan orang-orang Islam tidak kaget jika hal itu tejadi. Lalu Allah memerintahkan kepada Nabi untuk menjawab mereka. Katakanlah, wahai Rasul, “Milik Allah-lah timur dan barat. Allah berhak untuk menyuruh hamba-Nya menghadap ke arah mana saja, apakah ke arah timur atau barat, karena semua arah adalah milik Allah. Mereka yang beriman dengan benar akan mengikuti seluruh perintah Allah. Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Allah. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.” Allah yang paling mengetahui siapa yang pantas untuk mendapat petunjuk itu.
150
Jika Allah menjadikan Kakbah sebagai kiblat yang paling utama karena dibangun oleh bapak para nabi, yaitu Nabi Ibrahim, maka demikian pula Kami telah menjadikan kamu, umat Islam, umat pertengahan, yaitu umat terbaik yang pernah ada di bumi ini. Umat yang terbaik sangatlah pantas menjadi saksi. Tujuannya adalah agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia, yaitu ketika nanti pada hari Kiamat jika ada dari mereka yang mengingkari bahwa rasul-rasul mereka telah menyampaikan pesan-pesan Allah atau adanya penyimpangan pada ajaran mereka. Di samping itu, juga agar Rasul, Muhammad, menjadi saksi atas perbuatan kamu yaitu dengan memberikan petunjuk dan arahan-arahannya ketika masih hidup serta jalan kehidupannya juga petunjuknya ketika sudah meninggal. Allah kemudian menjelaskan tujuan pengalihan kiblat, yaitu menguji keimanan seseorang. Kami tidak menjadikan kiblat yang dahulu kamu berkiblat kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Bagi mereka yang tetap istikamah dengan keimanannya, mereka akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, baik dalam pengalihan kiblat atau lainnya. Sebaliknya, bagi yang lain, mereka akan menolak dan enggan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya. Ihwal pemindahan kiblat memang mengundang persoalan bagi sebagian kelompok. Oleh karena itu, pemindahan kiblat itu sangat berat kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Sebagian kelompok menganggap persoalan kiblat adalah termasuk ajaran yang sudah baku, tidak bisa diubah lagi, seperti halnya tauhid. Namun, sebagian lagi, yaitu orang-orang yang istikamah dalam beriman, menganggap bahwa persoalan ini termasuk kebijakan Allah yang bisa saja berubah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.
151
Sebelum arah kiblat dipindahkan kembali ke Kakbah, Nabi sering menengadahkan wajahnya ke arah langit. Nabi sangat berharap agar Allah segera memindahkan kiblat dari Baitulmakdis ke Kakbah, maka turunlah ayat ini. Kami melihat wajahmu, wahai Nabi Muhammad, sering menengadah ke langit. Kami Maha Mengerti tentang keinginanmu, oleh karena itu akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, wahai pengikut Nabi Muhammad, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dengan pemindahan ini, Baitulmakdis sudah tidak lagi menjadi kiblat salat yang sah. Orang Yahudi dan Nasrani tahu benar akan hal ini. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab Taurat dan Injil tahu bahwa pemindahan kiblat itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Hal itu mereka ketahui dari kitab-kitab suci mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. Allah pasti akan mencatat semua langkah perbu-atan mereka yang melawan ketentuan-Nya.
152
Walaupun orang-orang Ahli Kitab mengetahui tentang kebenaran pemindahan kiblat, mereka tetap tidak menerima kenyataan tersebut karena kedengkian mereka terhadap Nabi Muhammad. Dan walaupun engkau, Nabi Muhammad, memberikan semua ayat, yakni keterangan, kepada orang-orang yang diberi Kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Ahli Kitab akan terus bertahan pada kiblat masing-masing: orang Yahudi bertahan dengan Baitulmakdis, dan orang Nasrani bertahan ke arah terbitnya matahari. Sebagian mereka tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Allah memperingatkan Rasulullah agar tidak mengikuti keinginan mereka. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah sampai ilmu kepadamu, niscaya engkau termasuk orang-orang zalim.
153
Allah menjelaskan bahwa pengetahuan orang Yahudi dan Nasrani tentang benarnya kenabian Nabi Muhammad terang benderang. Orang-orang yang telah Kami beri Kitab Taurat dan Injil mengenalnya, yakni Nabi Muhammad, seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri, bahkan lebih dari itu, karena anak mereka bisa jadi berasal dari hubungan dengan orang lain. Kemudian Allah membuka sifat buruk mereka yang suka menyembunyikan kebenaran hanya untuk kepentingan duniawi. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui-nya. Inilah yang menjadikan mereka dibenci Allah, yaitu mengetahui kebenaran tetapi mengingkarinya secara sengaja.
154
Untuk memantapkan hati orang-orang yang baru masuk Islam dan umat Nabi Muhammad di masa mendatang tentang kebenaran ajaran-Nya, Allah menegaskan bahwa kebenaran itu datang dari Tuhanmu, wahai Nabi Muhammad, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang ragu
155
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Tidak ada kelebihan satu kiblat atas lainnya, karena yang terpenting dalam beragama adalah kepatuhan kepada Allah dan berbuat kebaikan terhadap orang lain. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Terhadap semua itu Allah akan memberikan perhitungan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
156
Allah mengulangi lagi perintah untuk menghadap Masjidilharam. Dan dari mana pun engkau keluar, wahai Nabi Muhammad, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam, sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari Tuhanmu. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Pengulangan ini penting karena peralihan kiblat merupkan peristiwa nasakh (penghapusan hukum) yang pertama kali terjadi dalam Islam. Dengan diulang maka hal ini akan tertanam dalam hati kaum mukmin sehingga mereka tidak terpengaruh oleh hasutan orang Yahudi yang tidak rela kiblat mereka ditinggakan.
157
Dan dari mana pun engkau keluar, wahai Nabi Muhammad, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, wahai umat Islam, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Demikianlah, Allah mengalihkan kiblat agar tidak ada alasan bagi manusia untuk menentangmu; agar orang Yahudi tidak bisa lagi berkata, “Mengapa Muhammad menghadap Baitulmakdis, padahal disebutkan dalam kitab-kitab kami bahwa dia menghadap Kakbah?” dan agar orang musyrik tidak bisa lagi berkata, “Mengapa Muhammad menghadap ke Baitulmakdis dan meninggalkan Kakbah yang dibangun oleh kakeknya sendiri?” Dengan pengalihan ini maka ucapan-ucapan itu terjawab, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Mereka akan terus mendebat Nabi dan berkata, "Muhammad menghadap Kakbah karena mencintai agama kaumnya dan tanah airnya.” Terkait sikap orang-orang tersebut, Allah berkata kepada Nabi dan para sahabatnya, “Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk.” Pengalihan kiblat ke Kakbah adalah kenikmatan yang besar karena umat Islam mempunyai kiblat sendiri sampai akhir zaman, dan dengan demikian mereka mendapatkan hidayah dari Allah dalam melaksanakan perintah-perintah Allah.
158
Sebagaimana pengalihan kiblat, pengutusan seorang nabi dari bangsa Arab juga merupakan suatu kenikmatan yang besar. Kenikmatan yang besar itu adalah sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul, yakni Nabi Muhammad, dari kalangan kamu. Di antara tugasnya adalah membacakan ayat-ayat Kami, yaitu Al-Qur'an yang menjelaskan perkara yang hak dan yang batil, atau tanda-tanda kebesaran Allah, kenabian Nabi Muhammad, dan adanya hari kebangkitan. Rasul itu juga kami tugasi untuk menyucikan kamu dari kemusyrikan, kemaksiatan, dan akhlak yang tercela. Dia juga mengajarkan kepadamu Kitab Al-Qur'an dan hikmah, yakni sunah, serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui, yaitu segala pengetahuan yang terkait dengan kebaikan di dunia dan akhirat. Al-Qur'an juga menuturkan kisah para nabi terdahulu. Hal ini tidak mungkin didapat kecuali melalui wahyu.
159
Atas semua kenikmatan itu, Allah menyuruh kaum muslim untuk selalu mengingat-Nya. Maka ingatlah kepada-Ku, baik melalui lisan dengan melafalkan pujian, melalui hati dengan mengingat kekuasaan dan kebijaksanaan Allah, maupun melalui fisik dengan menaati Allah. Jika kamu mengingatku, Aku pun pasti akan ingat kepadamu dengan melimpahkan pahala, pertolongan, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bersyukurlah pula kepada-Ku atas nikmat-Ku dengan menggunakannya di jalan-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku, kepada nikmat-nikmatku, dan mempergunakannya untuk berbuat maksiat.
160
Tidak saja melimpahkan nikmat-Nya, Allah juga menimpakan berbagai cobaan kepada orang yang beriman. Karena itu, Allah meminta mereka bersabar dan terus melaksanakan salat. Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan kepada Allah, baik dalam rangka melaksanakan kewajiban, menjauhi larangan, maupun menghadapi cobaan, yaitu dengan sabar dan salat yang disertai rasa khusyuk, Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar dengan memberikan pertolongan dan keteguhan hati dalam menghadapi segala cobaan.
161
Di antara cobaan yang dihadapi orang mukmin dalam mempertahankan keimanan mereka adalah berperang melawan kaum kafir. Dan jangan-lah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah, mereka telah mati. Sebenarnya mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadari-nya. Mereka hidup di alam yang lain. Mereka mendapat kenikmatan yang demikian besar dari Allah.
162
Kehidupan manusia memang penuh cobaan. Dan Kami pasti akan menguji kamu untuk mengetahui kualitas keimanan seseorang dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Bersabarlah dalam menghadapi semua itu. Dan sampaikanlah kabar gembira, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang sabar dan tangguh dalam menghadapi cobaan hidup, yakni orang-orang yang apabila ditimpa musibah, apa pun bentuknya, besar maupun kecil, mereka berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka berkata demikian untuk menunjukkan kepasrahan total kepada Allah, bahwa apa saja yang ada di dunia ini adalah milik Allah; pun menunjukkan keimanan mereka akan adanya hari akhir. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk sehingga mengetahui kebenaran.
163
Kehidupan manusia memang penuh cobaan. Dan Kami pasti akan menguji kamu untuk mengetahui kualitas keimanan seseorang dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Bersabarlah dalam menghadapi semua itu. Dan sampaikanlah kabar gembira, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang sabar dan tangguh dalam menghadapi cobaan hidup, yakni orang-orang yang apabila ditimpa musibah, apa pun bentuknya, besar maupun kecil, mereka berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka berkata demikian untuk menunjukkan kepasrahan total kepada Allah, bahwa apa saja yang ada di dunia ini adalah milik Allah; pun menunjukkan keimanan mereka akan adanya hari akhir. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk sehingga mengetahui kebenaran.
164
Kehidupan manusia memang penuh cobaan. Dan Kami pasti akan menguji kamu untuk mengetahui kualitas keimanan seseorang dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Bersabarlah dalam menghadapi semua itu. Dan sampaikanlah kabar gembira, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang sabar dan tangguh dalam menghadapi cobaan hidup, yakni orang-orang yang apabila ditimpa musibah, apa pun bentuknya, besar maupun kecil, mereka berkata, Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka berkata demikian untuk menunjukkan kepasrahan total kepada Allah, bahwa apa saja yang ada di dunia ini adalah milik Allah; pun menunjukkan keimanan mereka akan adanya hari akhir. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk sehingga mengetahui kebenaran.
165
Usai menjelaskan perihal kiblat, Allah lalu beralih menguraikan apa yang terkait dengan Masjidilharam, yaitu bukit Safa dan Marwah. Sesungguhnya Safa dan Marwah, dua bukit di dekat Kakbah (sekarang dalam lingkup Masjidilharam) merupakan sebagian syi'ar agama Allah, karena orang yang haji dan umrah melakukan ritual ubudiyah dengan berlari kecil di antara keduanya. Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Lakukanlah sai sesuai tuntunan Allah dan janganlah kamu merasa berdosa oleh istiadat kaum Jahiliah yang mengusap patung di pucuk kedua bukit itu. Dan barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri dengan memberikan pahala yang agung atas kebajikannya itu, dan Dia pun Maha Mengetahui.
166
Allah mengimbau umat Islam untuk menyampaikan kebenaran. Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan, yakni kitab-kitab samawi sebelum Al-Qur'an, dengan tidak memaparkannya kepada masyarakat atau menggantinya dengan yang lain, berupa keterangan-keterangan tentang satu kebenaran dan petunjuk, seperti sifat-sifat Nabi Muhammad atau hukum syariat tertentu setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab Al-Qur'an, mereka itulah orang yang dilaknat Allah, dijauhkan dari rahmat-Nya, dan dilaknat pula oleh mereka yang melaknat: para malaikat dan kaum mukmin. Ayat ini berlaku bagi setiap orang yang sengaja menyembunyikan kebenaran dari Allah. Laknat itu akan selalu meliputi mereka, kecuali mereka yang telah bertobat dan menyesali dosa mereka, dan mengadakan perbaikan dengan berbuat saleh, dan menjelaskan-nya; mereka itulah yang Aku terima tobatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.
167
Allah mengimbau umat Islam untuk menyampaikan kebenaran. Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan, yakni kitab-kitab samawi sebelum Al-Qur'an, dengan tidak memaparkannya kepada masyarakat atau menggantinya dengan yang lain, berupa keterangan-keterangan tentang satu kebenaran dan petunjuk, seperti sifat-sifat Nabi Muhammad atau hukum syariat tertentu setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab Al-Qur'an, mereka itulah orang yang dilaknat Allah, dijauhkan dari rahmat-Nya, dan dilaknat pula oleh mereka yang melaknat: para malaikat dan kaum mukmin. Ayat ini berlaku bagi setiap orang yang sengaja menyembunyikan kebenaran dari Allah. Laknat itu akan selalu meliputi mereka, kecuali mereka yang telah bertobat dan menyesali dosa mereka, dan mengadakan perbaikan dengan berbuat saleh, dan menjelaskan-nya; mereka itulah yang Aku terima tobatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kafir akan mendapat empat macam pembalasan. Pertama, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya; kedua, mereka kekal di dalamnya, di dalam laknat itu, dan karenanya mereka akan masuk neraka untuk selamanya; ketiga, mereka tidak akan diringankan azabnya; dan keempat, mereka tidak diberi penangguhan sebagaimana pada saat mereka di dunia.
168
Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kafir akan mendapat empat macam pembalasan. Pertama, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya; kedua, mereka kekal di dalamnya, di dalam laknat itu, dan karenanya mereka akan masuk neraka untuk selamanya; ketiga, mereka tidak akan diringankan azabnya; dan keempat, mereka tidak diberi penangguhan sebagaimana pada saat mereka di dunia.
169
Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kafir akan mendapat empat macam pembalasan. Pertama, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya; kedua, mereka kekal di dalamnya, di dalam laknat itu, dan karenanya mereka akan masuk neraka untuk selamanya; ketiga, mereka tidak akan diringankan azabnya; dan keempat, mereka tidak diberi penangguhan sebagaimana pada saat mereka di dunia.
170
Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak berbilang; tidak ada tuhan yang disembah dengan hak selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
171
Ketahuilah, sesungguhnya pada penciptaan langit dengan ketinggian dan keluasannya serta benda-benda angkasa di lingkupnya; dan bumi yang terhampar luas; pergantian malam dan siang dengan perubahan panjang-pendeknya dan kemanfaatan masing-masing; kapal dan perahu yang berlayar di laut dengan membawa muatan berupa manusia dan aneka ragam barang yang bermanfaat bagi manusia; apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan air itu dihidupkan-Nya bumi dengan berbagai macam tumbuhan setelah tanaman tersebut mati atau kering; apa yang Dia tebarkan di dalam dan di permukaan-nya berupa bermacam-macam binatang; dan perkisaran angin, baik yang semilir maupun yang kencang; dan awan yang menggumpal dan dikendalikan untuk bergelantungan antara langit dan bumi; semua itu sungguh merupakan tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang mengerti, menggunakan akalnya untuk mengambil pelajaran.
172
Dan di antara manusia, meski telah menyaksikan tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang demikian banyak dan jelas, masih ada saja orang yang menyembah tuhan selain Allah. Mereka menjadikannya sebagai tandingan Allah, yang mereka cintai seperti mereka mencintai Allah. Mahasuci Allah dari segala tandingan dan sekutu. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah melebihi cinta orang musyrik kepada sesembahan dan berhala mereka. Mereka tidak mempersekutukan Allah dengan apa pun. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat dan mengetahui, ketika mereka melihat, menerima, dan merasakan azab pada hari kiamat, sedang mereka dan sesembahan mereka tidak mampu berbuat apa-apa, maka mereka baru menyadari bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya. Ketika itulah mereka baru menyesali kezaliman yang telah mereka lakukan, penyesalan yang tidak berguna sedikit pun.
173
Itulah hari kiamat, hari ketika orang-orang yang diikuti, yakni para pemimpin, berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti atau orang yang mereka pimpin; dan mereka melihat azab pedih yang tidak bisa mereka hindari, dan pada hari itu segala hubungan antara mereka terputus, baik hubungan nasab, persahabatan, percintaan, maupun pekerjaan. Pada hari itu setiap manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatan masing-masing (Lihat: Surah Abasa/80: 34-37).
174
Dan karena dahsyatnya siksa Allah yang mereka saksikan, orang-orang yang mengikuti berkhayal dan berkata, “Sekiranya kami mendapat kesempatan kembali ke dunia, tentu kami akan berlepas tangan dari mereka; kami tidak akan mengikuti mereka sebagaimana pada hari ini mereka berlepas tangan dari kami dan tidak bertanggung jawab atas ajakan dan tipu daya mereka kepada kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka seluruh amal perbuatan mereka, membiarkan mereka larut di dalamnya. Perbuatan itulah yang menjadi sebab penyesalan mereka di akhirat, penyesalan yang sama sekali tidak berguna. Dan mereka tidak akan keluar dari api neraka; mereka kekal dan abadi di dalamnya.
175
Wahai manusia! Makanlah dari makanan yang halal, yaitu yang tidak haram, baik zatnya maupun cara memperolehnya. Dan selain halal, makanan juga harus yang baik, yaitu yang sehat, aman, dan tidak berlebihan. Makanan dimaksud adalah yang terdapat di bumi yang diciptakan Allah untuk seluruh umat manusia, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan yang selalu merayu manusia agar memenuhi kebutuhan jasmaninya walaupun dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah. Waspadailah usaha setan yang selalu berusaha menjerumuskan manusia dengan segala tipu dayanya. Allah mengingatkan bahwa sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu, wahai manusia.
176
Sebagai musuh manusia, sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat, yaitu perbuatan yang mengotori jiwa dan berakibat buruk terhadap kehidupan meskipun tanpa sanksi hukum duniawi, seperti menyakiti sesama, menebar permusuhan, merusak persatuan dengan cara mengadu domba dan menyebar kebohongan, berhati dengki, angkuh dan sombong, dan setan juga menyuruh manusia berbuat keji, yaitu perbuatan yang tidak sejalan dengan tuntunan agama dan akal sehat, khususnya yang telah ditetapkan sanksi duniawinya, seperti zina dan pembunuhan, dan setan juga membisikkan agar kamu mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah dengan mengatakan bahwa Allah punya istri dan punya anak, padahal Allah Mahasuci dari hal tersebut.
177
Dan apabila dikatakan kepada mereka, yaitu orang-orang musyrik, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah kepada para nabi yaitu tuntunan mengenai kebenaran, mereka menolak nasihat tersebut dan mereka menjawab, Tidak! Kami tidak mau mengikuti nasihat itu, karena cukup bagi kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami. Mereka mengatakan hal ini karena ingin melestarikan tradisi yang dilakukan nenek moyang mereka, antara lain menyembah berhala, meminum minuman keras, dan perilaku tidak terpuji lainnya. Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun tentang tradisi yang dijalankan selain juga mengikuti nenek moyang sebelumnya, dan mereka tidak mendapat petunjuk dasar-dasar kebenaran tradisi tersebut.
178
Dan perumpamaan bagi penyeru yang mengajak orang yang kafir agar mereka mengikuti kebenaran, yaitu beriman kepada Allah dan hari Akhir, adalah seperti penggembala yang meneriaki binatang gembalaannya yang tidak mendengar selain panggilan dan teriakan. Mereka mendengar panggilan dan ajakan, tetapi mereka tidak memahami maksud dan manfaatnya, sehingga mereka memilih mempertahankan tradisi nenek moyang mereka. Hal itu karena telinga mereka tuli tidak berfungsi untuk mendengarkan nasihat dan bimbingan, mulut mereka bisu tidak bisa difungsikan untuk bertanya dan berbicara kebenaran, dan mata mereka buta tidak dapat melihat tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah yang tersebar di alam nyata, maka mereka tidak mengerti dan tidak menyadari kalau sudah melakukan kesalahan yang besar, yaitu mengikuti tradisi nenek moyang yang keliru padahal telah datang ajaran kebenaran yang dibawa oleh para rasul Allah.
179
Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang sehat, aman dan tidak berlebihan, dari yang Kami berikan kepada kamu melalui usaha yang kamu lakukan dengan cara yang halal. Dan bersyukurlah kepada Allah dengan mengakui bahwa semua rezeki berasal dari Allah dan kamu harus memanfaatkannya sesuai ketentuan Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.
180
Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu beberapa hal. Pertama, bangkai, yaitu binatang yang mati tidak dengan disembelih secara sah menurut ketentuan agama; kedua, darah yang aslinya mengalir, bukan limpa dan hati yang aslinya memang beku; ketiga, daging babi dan bagian tubuh babi lainnya seperti tulang, lemak, dan lainnya serta produk turunannya; dan, keempat, daging hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, yaitu hewan persembahan untuk patung dan roh halus yang dianggap oleh orang musyrik dapat memberikan perlindungan dan keselamatan. Tetapi barang siapa terpaksa memakannya karena kalau tidak memakannya diduga menyebabkan kematian akibat kelaparan, bukan karena menginginkannya tetapi memang tidak ada makanan lain, dan tidak pula melampaui batas karena yang dimakan hanya sekadar untuk bertahan hidup, maka tidak ada dosa baginya memakan makanan yang diharamkan itu. Sungguh, Allah Maha Pengampun terhadap dosa yang dilakukan oleh hamba-Nya, apalagi dosa yang tidak disengaja. Allah Maha Penyayang kepada seluruh hamba-Nya, sehingga dalam keadaan darurat Dia membolehkan memakan makanan yang diharamkan agar hamba-Nya tidak mati kelaparan.
181
Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Kitab petunjuk yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan menjualnya dengan harga murah, yaitu menukarnya dengan kepentingan duniawi, harta, dan kedudukan yang sifatnya sementara, maka atas perbuatan tersebut mereka hanya menelan api neraka ke dalam perutnya. Menukar Kitab Suci dan petunjuk yang ada di dalamnya dengan kepentingan duniawi sama halnya dengan merelakan diri untuk masuk ke neraka, dan Allah tidak akan menyapa mereka pada hari Kiamat karena kemurkaan Allah atas perbuatan mereka sekaligus sebagai penghinaan untuk mereka, dan Allah tidak akan menyucikan mereka dari kotoran dosa akibat perbuatan mereka. Mereka akan mendapat azab yang sangat pedih di dalam neraka.
182
Mereka yang menyembunyikan isi Kitab Suci itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, yaitu menukar petunjuk yang berasal dari Allah melalui rasul-Nya dengan kepentingan duniawi karena mengikuti hawa nafsu, dan menukar azab dengan ampunan, yakni lebih memilih azab neraka daripada ampunan Allah. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka, padahal mereka tidak akan sanggup menahan siksa neraka yang sangat pedih dan menyakitkan!
183
Yang demikian itu karena Allah telah menurunkan Kitab Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, tetapi mereka berselisih paham tentang kebenaran informasi Kitab Al-Qur'an, sehingga ada yang menolak isinya secara keseluruhan dan ada yang menolak sebagian isinya dan menerima sebagian yang lain. Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang kebenaran informasi Kitab itu, sesungguhnya mereka dalam perpecahan dan penyimpangan yang jauh dari kebenaran.
184
Ayat ini menjelaskan bahwa kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, yaitu salat tanpa dibarengi kekhusyukan dan keikhlasan, karena menghadapkan hal itu bukanlah pekerjaan yang susah. Tetapi kebajikan yang sesungguhnya itu ialah pada hal-hal sebagai berikut. Kebajikan orang yang beriman kepada a) Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun; b) hari akhir yaitu hari pembalasan segala amal perbuatan selama di dunia, sehingga mendorong manusia untuk selalu berbuat baik; c) malaikat-malaikat yang taat menjalankan perintah Allah dan tidak pernah berbuat maksiat sehingga mendorong manusia untuk meneladani ketaatannya; d) kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul; e) dan nabi-nabi yang selalu menyampaikan kebenaran meskipun banyak yang memusuhinya. Kebajikan orang yang memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat yang kurang mampu, anak yatim, karena mereka sudah kehilangan orang tua, sehingga setiap orang beriman patut memberikan kebaikan kepada mereka, orang-orang miskin yang hidupnya serba kekuarangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, orang-orang yang dalam perjalanan atau musafir yang kehabisan bekal perjalanan, peminta-minta untuk meringankan penderitaan dan kekurangannya, dan untuk memerdekakan hamba sahaya yang timbul akibat praktik perbudakan. Kebajikan orang yang melaksanakan salat dengan khusyuk dan memenuhi syarat dan rukunnya, menunaikan zakat sesuai ketentuan dan tidak menunda-nunda pelaksanaannya, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji dan tidak pernah mengingkarinya, orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan dengan segala kesengsaraan, kepedihan dan berbagai macam kekurangan. Orang yang mempunyai sifat-sifat ini, mereka itulah orang-orang yang benar keimanannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa kepada Allah.
185
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu melaksanakan kisas, hukuman yang semisal dengan kejahatan yang dilakukan atas diri manusia berkenaan dengan orang yang dibunuh apabila keluarga korban tidak memaafkan pembunuh. Ketentuannya adalah orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi barang siapa memperoleh maaf dari saudaranya, yakni keluarga korban, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, yaitu meminta ganti dengan diat (tebusan) secara baik tanpa niat memberatkan, dan pembunuh hendaknya membayar diat kepadanya dengan baik pula dan segera, tidak menunda-nunda dan tidak mengurangi dari jumlah yang sudah disepakati, kecuali jika keluarga pihak terbunuh memaafkan pembunuh dan juga tidak menuntut diat. Ketentuan hukum yang demikian itu, yaitu kebolehan memaafkan pembunuh dan diganti dengan diat atau tebusan, adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu supaya tidak ada pembunuhan yang beruntun dan permusuhan dapat dihentikan dengan adanya pemaafan. Barangsiapa melampaui batas setelah itu dengan berpura-pura memaafkan pembunuh dan menuntut diat, tetapi setelah diat dipenuhi masih tetap melakukan pembunuhan terhadap pembunuh, maka ia telah berbuat zalim dan akan mendapat azab yang sangat pedih kelak di akhirat. Ayat ini mengisyaratkan bahwa pemaafan itu tidak boleh dipaksakan, sekalipun memaafkan lebih bagus daripada menghukum balik dengan hukuman yang setimpal.
186
Dan Allah menegaskan pada ayat ini bahwa di dalam kisas itu ada jaminan keberlangsungan kehidupan bagimu, wahai manusia. Sebab, jika seseorang menyadari kalau dia akan dibunuh apabila melakukan pembunuhan, maka dia akan memperhitungkan dengan sangat saksama ketika mau melakukan pembunuhan. Isyarat ayat ini ditujukan kepadamu, wahai orang-orang yang berakal yang mampu memahami hikmah adanya hukuman kisas dan memiliki pikiran yang bersih, agar kamu bertakwa, takut kepada Allah apabila melanggar ke-tentuan hukum yang sudah ditetapkan oleh Allah.
187
Diwajibkan atas kamu, wahai orang-orang yang beriman, apabila tanda-tanda maut atau kematian hendak menjemput seseorang di antara kamu seperti usia tua, rambut memutih, gigi rontok, kulit mengendur, jika dia meninggalkan harta yang banyak, maka hendaknya berwasiat dan memberi pesan yang disampaikan kepada orang lain untuk dilaksanakan setelah kamu meninggal dunia. Wasiat tersebut adalah untuk kedua orang tua yang terhalang menerima waris, karena beda agama atau hamba sahaya/tawanan perang dan untuk karib kerabat yang tidak berhak mendapatkan harta warisan, dengan ketentuan wasiat tersebut dilaksanakan dengan cara yang baik dan tidak merugikan ahli waris. Supaya tidak merugikan ahli waris, maka wasiat tidak boleh lebih dari sepertiga harta yang ditinggalkan oleh pemberi wasiat. Ketentuan hukum wasiat ini sebagai kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa yang menaati perintah Allah.
188
Barang siapa mengubahnya, yaitu mengubah isinya saat menyampaikannya dengan menambah atau mengurangi wasiat itu, atau menyembunyikan dan tidak menyampaikannya setelah penerima wasiat mendengarnya, boleh jadi karena dia sebagai penerima wasiat, sebagai pencatat, atau sebagai saksi, maka sesungguhnya dosanya hanya bagi orang yang mengubahnya dan tidak menyampaikannya kepada yang berhak. Ia sudah mengkhianati amanat yang diterimanya, dan itu sama hukumnya dengan mengkhianati Allah dan rasul-Nya. Sungguh, Allah Maha Mendengar seluruh pembicaraan yang disampaikan oleh pemberi wasiat dan juga bisikan hati orang yang mengubah atau menyembunyikan wasiat. Allah Maha Mengetahui isi wasiat yang dalam bentuk tulisan dan segala perbuatan yang dilakukan oleh pihak yang terlibat.
189
Tetapi barang siapa khawatir karena mengetahui atau melihat tanda-tanda bahwa pemberi wasiat berlaku berat sebelah atau berbuat salah, baik disengaja maupun tidak, sehingga menyimpang dari ketentuan Allah, lalu dia mendamaikan antara mereka dengan meminta orang yang berwasiat berlaku adil dalam wasiatnya sesuai dengan ketentuan syariat Islam, maka dia, yakni orang yang mendamaikan itu, tidak berdosa. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang kepada hambahamba-Nya yang bertobat.
190
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa guna mendidik jiwa, mengendalikan syahwat, dan menyadarkan bahwa manusia memiliki kelebihan dibandingkan hewan, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu dari umat para nabi terdahulu agar kamu bertakwa dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.
191
Kewajiban berpuasa itu beberapa hari tertentu pada bulan Ramadan. Maka barang siapa di antara kamu sakit sehingga tidak sanggup berpuasa, atau dalam perjalanan lalu tidak berpuasa, maka ia wajib mengganti puasa sebanyak hari yang ia tidak berpuasa itu pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya karena sakit berat yang tidak ada harapan sembuh atau karena sangat tua, wajib membayar fidyah atau pengganti yaitu memberi makan kepada seorang miskin untuk satu hari yang tidak berpuasa itu. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan lalu memberi makan kepada lebih dari seorang miskin untuk satu hari tidak berpuasa, maka itu lebih baik baginya. Dan kamu sekalian tetap berpuasa, maka pilihan untuk tetap berpuasa itu lebih baik bagi kamu dibandingkan dengan memberikan fidyah, jika kamu mengetahui keutamaan berpuasa menurut Allah.
192
Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya untuk pertama kali diturunkan Al-Qur'an pada lailatul qadar, yaitu malam kemuliaan, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang benar dan yang salah. Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada, yakni hidup, di bulan itu dalam keadaan sudah akil balig, maka berpuasalah. Dan barang siapa yang sakit di antara kamu atau dalam perjalanan lalu memilih untuk tidak berpuasa, maka ia wajib menggantinya sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dengan membolehkan berbuka, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu dengan tetap mewajibkan puasa dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dengan berpuasa satu bulan penuh dan mengakhiri puasa dengan bertakbir mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur atasnya.
193
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu, Nabi Muhammad, tentang Aku karena rasa ingin tahu tentang segala sesuatu di sekitar kehidupannya, termasuk rasa ingin tahu tentang Tuhan, maka jawablah bahwa sesungguhnya Aku sangat dekat dengan manusia. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa dengan ikhlas apabila dia berdoa kepada-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku yang ditetapkan di dalam Al-Qur'an dan diperinci oleh Rasulullah, dan beriman kepada-Ku dengan kukuh agar mereka memperoleh kebenaran atau bimbingan dari Allah.
194
Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa untuk bercampur dengan istrimu. Semula hanya dihalalkan makan, minum, dan mencampuri istri hingga salat Isya atau tidur. Setelah bangun tidur semuanya diharamkan. Umar bin Khattab pernah mencampuri istrinya sesudah salat Isya. Beliau sangat menyesal dan menyampaikannya kepada Rasulullah, maka turunlah ayat ini yang memberikan keringanan. Mereka adalah pakaian bagimu yang melindungi kamu dari zina, dan kamu adalah pakaian bagi mereka yang melindungi mereka dari berbagai masalah sosial. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri untuk tidak berhubungan dengan istri pada malam bulan Ramadan, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu karena kamu menyesal dan bertobat kepada-Nya. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu dengan mengharapkan keturunan yang baik. Makan dan minumlah dengan tidak berlebihan hingga jelas bagimu perbedaan antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar, untuk memulai puasa. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai datang malam yang ditandai dengan terbenamnya matahari. Tetapi jangan kamu campuri mereka ketika kamu beriktikaf dalam masjid pada malam hari Ramadan. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya, yakni istri ketika beriktikaf, apalagi berhubungan intim. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa, menjaga dan mengendalikan diri dengan penuh kesadaran.
195
Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil seperti dengan cara korupsi, menipu, ataupun merampok, dan jangan pula kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim untuk bisa melegalkan perbuatan jahat kamu dengan maksud agar kamu dapat memakan, menggunakan, memiliki, dan menguasai sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa karena melanggar ketentuan Allah, padahal kamu mengetahui bahwa perbuatan itu diharamkan Allah.
196
Setelah pada ayat-ayat sebelumnya menerangkan masalah-masalah tentang puasa dalam bulan Ramadan dan hukum-hukum yang bertalian dengan puasa, maka ayat ini menerangkan waktu yang diperlukan oleh umat manusia dalam melaksanakan ibadahnya. Jika Mereka yakni para sahabatmu bertanya kepadamu wahai Muhammad tentang bulan sabit. Katakanlah kepada mereka, “fenomena perubahan bulan Itu adalah sebagai penunjuk waktu bagi manusia untuk mengetahui waktu-waktu yang telah ditentukan Allah seperti waktu salat, puasa dan untuk melakukan ibadah haji.” Dan bukanlah suatu kebajikan ketika berihram baik dalam haji maupun umrah memasuki rumah dari atasnya sebagaimana yang sering dilakukan pada masa jahiliyah, tetapi kebajikan adalah melakukan kebajikan sebagaimana orang yang bertakwa, menunaikan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Karenanya, ketika berihram, Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung sehingga memperoleh kebahagian dunia dan akhirat.
197
Dan perangilah di jalan Allah, untuk membela diri dan kehormatan agamamu, orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas dengan tidak membunuh wanita, anak-anak, orang lanjut usia, tuna netra, lumpuh, dan orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan perang. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas dengan melanggar etika perang tersebut.
198
Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka dalam keadaan perang. Kaum muslim tidak boleh lengah terhadap musuh, sebab mereka, dalam perang, akan membinasakan kamu. Dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Sebanding dengan kejahatan mereka mengusir kamu dari kota Mekah, mereka pun harus diusir dari kota yang sama. Dan fitnah, yakni tindakan mereka menghalangi orang yang akan masuk Islam, mempertahankan kemusyrikan, mengisolasi sesama warga kota hanya karena meyakini tidak ada tuhan selain Allah, dan mengintimidasi orang yang berbeda keyakinan, itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam demi menghormati tempat suci, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Sebab, dalam Islam, menghormati tempat suci tidak boleh mengalahkan keselamatan jiwa yang terancam dan membiarkan agama Allah diinjak-injak oleh orang yang tidak mencintai perdamaian. Jika mereka memerangi kamu terlebih dahulu di tempat suci seperti Masjidilharam, maka perangilah mereka di tempat tersebut untuk membela diri dan kehormatan agama. Demikianlah balasan bagi orang kafir yang telah bertindak zalim.
199
Tetapi jika mereka berhenti melakukan tindakan agresif, menyerang umat Islam di tempat suci, kemudian mengajak berdamai, dan mempertimbangkan untuk menerima ajaran Allah; maka sikap mereka itu harus dihargai, bahkan jika mereka mengubah pola pikir dan benarbenar masuk Islam, kekejaman mereka diampuni Allah, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
200
Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, yakni hingga keadaan kondusif untuk menciptakan perdamaian dengan berakhirnya teror, rintangan dan gangguan keamanan dan ketertiban, dan agama hanya bagi Allah semata sehingga setiap orang bisa menjalankan agama dengan tenang. Jika mereka berhenti dari berbuat teror, gangguan keamanan dan ketertiban, maka tidak ada lagi alasan bagi umat Islam untuk menampakkan permusuhan di antara umat manusia kecuali terhadap orang-orang zalim, yakni orang-orang yang tidak memiliki tekad untuk berdamai dengan kaum Muslim.
201
Bulan haram dengan bulan haram. Jika umat Islam diserang oleh orang-orang kafir pada bulan-bulan haram, yaitu Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab, yang sebenarnya pada bulan-bulan itu tidak boleh berperang, maka diperbolehkan membalas serangan itu pada bulan yang sama. Dan terhadap sesuatu yang dihormati berlaku hukum kisas. Kaum Muslim menjaga kehormatan tanah, tempat, dan keadaan yang dimuliakan Allah seperti bulan haram, tanah haram, yakni Mekah, dan keadaan berihram untuk umrah dan haji dengan melaksanakan hukum kisas serta memberlakukan dam (denda) bagi yang melanggar larangan pada waktu berihram, baik untuk umrah maupun haji. Oleh sebab itu barang siapa menyerang kamu, maka seranglah dia setimpal dengan serangannya terhadap kamu. Jadi, tindakan kaum muslim memerangi orang-orang musyrik pada bulan yang diharamkan Allah itu merupakan balasan setimpal atas sikap mereka yang memulai menyerang kaum muslim pada bulan yang diharamkan untuk berperang. Kaum muslim berada pada posisi membela diri dan membela kehormatan agama. Bertakwalah kepada Allah dengan melaksanakan apa yang diwajibkan dan menjauhi apa yang diharamkan, dan ketahuilah bahwa keridaan dan kasih sayang Allah beserta orang-orang yang bertakwa setiap waktu.
202
Dan infakkanlah hartamu di jalan Allah dengan menyalurkannya untuk menyantuni fakir miskin dan anak yatim, memberi beasiswa, membangun fasilitas umum yang diperlukan umat Islam seperti rumah sakit, masjid, jalan raya, perpustakaan, panti jompo, rumah singgah, dan balai latihan kerja. Dan janganlah kamu jatuhkan diri sendiri ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri dengan melakukan tindakan bunuh diri dan menyalurkan harta untuk berbuat maksiat. Tentu lebih tepat jika harta itu disalurkan untuk ber-buat baik bagi kepentingan orang banyak, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik dengan ikhlas.
203
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah dengan memenuhi syarat, wajib, rukun, maupun sunah-sunahnya dengan niat yang ikhlas semata-mata mengharapkan rida Allah, dalam keadaan aman dan damai, baik di perjalanan maupun di tempat-tempat pelaksanaan manasik haji. Tetapi jika kamu terkepung oleh musuh, dalam keadaan perang atau situasi genting sehingga tidak dapat melaksanakan manasik haji pada tempat dan waktu yang tepat, maka ada ketentuan rukhshah (dispensasi) dengan diberlakukannya dam (pengganti) sebagai berikut. Pertama, sembelihlah hadyu, yaitu hewan yang disembelih sebagai pengganti pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan atau sebagai denda karena melanggar hal-hal yang terlarang mengerjakannya di dalam ibadah haji, yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu sebagai tanda selesainya salah satu rangkaian ibadah haji sebelum hadyu sampai di tempat penyembelihannya dengan tepat. Kedua, jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya lalu dia bercukur sebelum selesai melaksanakan salah satu dari rangkaian manasik haji, maka dia wajib membayar fidyah atau tebusan yaitu dengan memilih salah satu dari berpuasa, bersedekah atau berkurban supaya kamu bisa memilih fidyah yang sesuai dengan kemampuan kamu. Ketiga, apabila kamu dalam keadaan aman, tidak terkurung musuh, dan tidak terkena luka, tetapi kamu memilih tamattu’, yakni mendahulukan umrah daripada haji pada musim haji yang sama, maka ketentuannya adalah bahwa barang siapa mengerjakan umrah sebelum haji, dia wajib menyembelih hadyu yang mudah didapat di sekitar Masjidilharam. Tetapi jika dia tidak mendapatkannya yakni tidak mampu dan tidak memiliki harta senilai binatang ternak yang harus disembelih, maka dia wajib berpuasa tiga hari dalam musim haji dan tujuh hari setelah kamu kembali ke tanah air. Itu seluruhnya sepuluh hari secara keseluruhan. Demikian itu, bagi orang yang keluarganya tidak ada, yakni tinggal atau menetap, di sekitar Masjidilharam melainkan berdomisili jauh di luar Mekah seperti kaum muslim Indonesia. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras hukuman-Nya bagi orang-orang yang tidak menaati perintah dan aturan-Nya.
204
Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi, yakni Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijjah. Barang siapa mengerjakan ibadah haji dalam bulan-bulan itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafas), yaitu perkataan yang menimbulkan birahi, perbuatan yang tidak senonoh, atau hubungan seksual; jangan pula berbuat maksiat dan bertengkar dalam melakukan ibadah haji meskipun bukan pertengkaran dahsyat. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya, karena Allah mengetahui yang tersembunyi. Allah tidak mengantuk dan tidak pula tidur, semua yang terjadi di langit dan di bumi berada dalam pantauan-Nya. Bawalah bekal untuk memenuhi kebutuhan fisik, yakni kebutuhan konsumsi, akomodasi, dan transportasi selama di Tanah Suci; termasuk juga bekal iman dan takwa untuk kebutuhan ruhani, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, yakni mengerjakan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang oleh Allah. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat, supaya kamu menjadi manusia utuh lahir batin.
205
Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu beru-pa rezeki yang halal melalui berdagang, menawarkan jasa, dan menyewakan barang. Di antara kaum muslim ada yang merasa berdosa untuk berdagang dan mencari rezeki yang halal pada musim haji, padahal Allah membolehkannya dengan cara-cara yang diatur dalam Al-Qur'an. Maka apabila kamu bertolak dari Arafah setelah wukuf, sejak matahari terbenam pada tanggal 9 Zulhijah dan sudah sampai di Muzdalifah, maka berzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam, yakni di Muzdalifah, dengan tahlil, talbiah, takbir, dan tahmid. Dan berzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu mengikuti agama yang benar, keyakinan yang kukuh, ibadah yang istikamah, dan akhlak yang mulia, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu. Zikir itu merupakan rasa syukur atas nikmat Allah yang telah membimbing para jamaah haji menjadi orang-orang beriman.
206
Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak bertolak, yakni dari Arafah setelah wukuf menuju Masyarilharam, Muzdalifah, Mina, dan Mekah, dan mohonlah ampunan kepada Allah di tempat-tempat tersebut dari semua dosa yang pernah dilakukan. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang kepada orang yang tobat dan memohon ampun. Orang Arab Jahiliah ketika menunaikan ibadah haji merasa tidak perlu mengikuti cara-cara orang banyak berwukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah, dan melempar jamrah, padahal semuanya berasal dari manasik haji yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Mereka meyakini bahwa tidak keluar dari Mekah merupakan penghormatan terhadap Kakbah dan tanah haram. Al-Qur'an meluruskan hal ini, menegaskan bahwa tidak ada perbedaan dalam tata cara ibadah antara satu golongan dengan golongan yang lain. Prinsip ibadah adalah menaati perintah Allah dan mengikuti aturan-Nya dengan ikhlas.
207
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji seperti tawaf, sai, wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah, melempar jamrah, tahalul, dan tawaf wada’, maka berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu dalam tradisi Jahiliah dengan khidmat, khusyuk, dan takzim; bahkan berzikirlah kepada Allah dengan lebih takzim dari itu. Maka di antara manusia ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami! Berilah kami kebaikan di dunia,” seperti hidup yang sehat, harta yang banyak, dan keturunan yang cerdas sehingga terhormat dan bermartabat, tetapi di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun karena tidak beriman dan beramal saleh.
208
Dan diantara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami! berilah kami kebaikan di dunia berupa kesehatan, rezeki yang halal dan berkah, ilmu yang bermanfaat, umur yang panjang dan hidup bermakna guna menopang pengalaman agama dan sukses hidup di dunia, dan berilah juga kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari azab neraka dengan memperoleh keridaan-Mu.” Dengan doa ini, orang-orang beriman yang berilmu dan beramal saleh hidupnya menjadi seimbang lahir batin, dunia akhirat.
209
Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan dengan memperoleh kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat, dan Allah Maha cepat perhitungan-Nya atas semua amal perbuatan manusia.
210
Dan berzikirlah kepada Allah dengan membaca takbir sesudah salat lima waktu dan ketika melontar pada hari yang telah ditentukan jumlahnya, yaitu hari tasyriq, tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah. Barang siapa mempercepat meninggalkan Mina setelah dua hari, tanggal 11 dan 12 Zulhijah, maka tidak ada dosa baginya. Dan barang siapa mengakhirkannya hingga tanggal 13 Zulhijah, tidak ada dosa pula baginya, yakni bagi orang yang bertakwa, yaitu orang-orang menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya di dalam berhaji. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kamu akan dikumpulkan-Nya, yakni kamu semua akan dikumpulkan kepada-Nya kelak pada hari Kiamat. Demikianlah, Allah menjelaskan tata cara yang benar dalam melaksanakan ibadah haji yang disyariatkan bagi orang-orang yang beriman.
211
Allah menjelaskan perihal dua golongan manusia, yaitu orang munafik dan orang mukmin yang beramal mengorbankan harta dan jiwanya untuk mencari rida-Nya. Ayat 204-206 diturunkan berkenaan dengan seorang munafik bernama al-Akhnas bin Syuraiq as-Saqafi, yang setiap bertemu Nabi Muhammad ia memuji Nabi dan mengucapkan kata-kata yang mengagumkan Nabi. Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia, atau pembicaraannya di dalam kehidupan dunia, tidak di akhirat nanti mengagumkan engkau, wahai Nabi Muhammad, sebab ia mengatakan perkataan yang manis di hadapanmu, dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, yakni ia bersumpah dengan nama Allah bahwa ia beriman kepada engkau, padahal dia adalah penentang yang paling keras. Di akhirat akan terungkap bahwa isi hatinya tidak sesuai dengan ucapannya.
212
Dan di antara perbuatannya ialah apabila dia berpaling dari engkau, tidak lagi bersama engkau, dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, melakukan berbagai kejahatan seperti merusak tanam-tanaman, dan membunuh binatang ternak, kepunyaan orang-orang yang beriman, sedang Allah tidak menyukai hamba-Nya berbuat kerusakan di muka bumi.
213
Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah,” yakni jangan melakukan perbuatan atau mengucapkan perkataan yang menyebabkan turunnya azab Allah, maka bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa, ia mengabaikan seruan itu dan dengan sombong ia berbuat dosa, tidak takut kepada ancaman Allah. Maka pantaslah baginya neraka Jahanam, dan sungguh Jahanam itu tempat tinggal yang terburuk.
214
Ayat berikut diturunkan berkenaan dengan suwaihib bin Sinan arRaimi yang akan mengikuti Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, akan tetapi orang-orang kafir Mekah melarang ia membawa kekayaannya. shuwahaib dengan ikhlas menyerahkan semua kekayaannya asal ia diperbolehkan hijrah ke Madinah, lalu turunlah ayat ini. Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya, yakni mengorbankan kekayaannya, untuk mencari keridaan Allah. Nabi Muhammad bersabda, “Sungguh beruntung perdagangan shuwahaib.” Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh untuk memperoleh rida-Nya. Mayoritas ulama mengatakan bahwa ayat ini berlaku bagi siapa pun yang berjuang di jalan Allah.
215
Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan. Kata as-silm atau as-salm di sini berarti Islam. Laksanakanlah Islam secara total, tidak setengah-setengah, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan yang menyesatkan dan memecah belah kamu. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. Ayat ini diturunkan berkaitan dengan seorang Yahudi bernama abdullah bin Salam. Ia memeluk Islam tetapi masih mengerjakan sejumlah ajaran Yahudi, seperti mengagungkan Hari Sabat dan enggan mengonsumsi daging dan susu unta.
216
Tetapi jika kamu tergelincir akibat berbuat maksiat dan tidak melaksanakan Islam secara keseluruhan, kaffah, setelah bukti-bukti yang nyata, yakni dalil tentang kebenaran Islam, sampai kepadamu melalui wahyu yang dibawa oleh para nabi, ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa. Tidak ada yang dapat menghalangi siksaan-Nya. Allah juga Mahabijaksana dalam segala perbuatan-Nya.
217
Tidak ada yang mereka, yakni para pemaksiat dan orang yang tidak melaksanakan Islam secara utuh, tunggu-tunggu kecuali datangnya azab Allah bersama malaikat dalam naungan awan kepada mereka, sedangkan perkara mereka, yakni ditimpakannya siksa atas mereka di hari Kiamat, telah diputuskan. Dan kepada Allah-lah segala perkara dikembalikan.
218
Tanyakanlah kepada Bani Israil, yakni Yahudi Madinah, berapa banyak bukti nyata yang telah Kami berikan kepada mereka. Banyak sekali nikmat yang Allah berikan kepada nenek moyang mereka, seperti terbelahnya lautan, terangkatnya bukit Tur di atas kepala mereka, dan diturunkannya manna dan salwa. Barang siapa menukar nikmat Allah, yakni meng-ingkari nikmat atau petunjuk Allah dan menukarnya dengan kekufuran, setelah nikmat itu datang kepadanya, maka sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya
219
Kehidupan dunia dijadikan oleh Allah terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kafir Mekah. Mereka sangat mencintai dunia dan berlomba-lomba mencari kesenangan dunia sehingga lupa kepada akhirat, dan mereka terus-menerus menghina orang-orang yang beriman, seperti Bilal, suwahaib, dan lainnya karena kefakiran mereka. Mereka terus saja berbuat demikian padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di atas mereka pada hari Kiamat. Mereka berada di surga sedangkan orang kafir itu berada di neraka. Dan Allah memberi rezeki baik di dunia maupun akhirat kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.
220
Manusia itu dahulunya satu umat; semuanya beriman kepada Allah, kemudian mereka berselisih, ada yang beriman dan ada yang kafir kepada Allah. Bisa juga dipahami bahwa manusia itu satu umat dalam arti kehidupan manusia diikat oleh kesatuan sosial yang satu dengan lainnya saling membutuhkan. Lalu Allah mengutus para nabi untuk menyampaikan kabar gembira kepada orang yang beriman bahwa mereka akan masuk surga dan peringatan kepada orang kafir bahwa mereka akan masuk neraka. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran di dalam hukum-hukumnya untuk memberi keputusan yang benar dan adil di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan, yaitu perkara-perkara agama pada umumnya. Dan mereka yang berselisih tentang perkara-perkara itu tidak lain hanyalah orang-orang yang telah diberi Kitab. Mereka berselisih setelah bukti-bukti yang nyata berupa penjelasan-penjelasan sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri, yakni kedengkian orang-orang kafir kepada orang-orang beriman. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran perkara-perkara yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.
221
Ketika orang-orang mukmin di Madinah menderita kemiskinan karena meninggalkan harta benda mereka di Mekah dan juga akibat peperangan yang terjadi, Allah bertanya untuk menguji mereka. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan dan penderitaan, dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. Ayat ini memotivasi orang-orang beriman yang sedang menghadapi bermacam kesulitan dan menumbuhkan keyakinan bahwa tidak lama lagi akan datang pertolongan Allah yang membawa mereka menuju kemenangan.
222
Diriwayatkan bahwa seorang pria lanjut usia dan kaya raya bernama Amr bin al-Jamuh al-Anshari bertanya kepada Rasulullah, “Harta apa yang sebaiknya aku nafkahkan dan kepada siapa aku berikan?” Allah lalu menurunkan ayat ini untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mereka bertanya kepadamu, wahai Nabi Muhammad, tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, seperti saudara kandung, paman, bibi, dan anak-anak mereka, anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan.” Mereka hendaknya diprioritaskan untuk menerima infak sebelum orang lain. Infak pada ayat ini adalah sedekah yang bersifat anjuran, bukan zakat yang diwajibkan dalam agama dan telah ditentukan siapa yang berhak menerimanya seperti dibahas pada Surah at-Taubah/9: 60. Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. Dalam ayat ini kata al-khair disebut dua kali; yang pertama berarti harta (al-mal) dan yang kedua berarti kebajikan dalam arti umum.
223
Selain diuji dengan kemiskinan dan kemelaratan, orang-orang beriman juga akan diuji dengan diminta mengorbankan jiwa mereka melalui kewajiban perang. Diwajibkan atas kamu berperang melawan orang-orang kafir yang memerangi kamu, padahal berperang itu tidak menyenangkan bagimu, sebab ia mengor-bankan harta benda dan jiwa. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, yakni boleh jadi kamu tidak menyukai peperangan, padahal itu baik bagimu karena kamu mendapat kemenangan atas orang-orang kafir atau masuk surga jika terbunuh atau kalah dalam peperangan, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui apa yang baik bagimu, sedang kamu tidak mengetahui. Karena itu, tunaikanlah perintah Allah yang pasti akan membawa kebaikan bagimu.
224
Ayat ini turun ketika tentara Islam yang dipimpin oleh ‘abdullah bin Jahsy berperang melawan orang-orang kafir di permulaan bulan Rajab, satu dari empat bulan haram. Mereka lalu bertanya kepadamu, wahai Nabi Muhammad, tentang boleh-tidaknya berperang pada bulan haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar. Tetapi, ada yang lebih besar lagi dosanya, yaitu menghalangi orang beriman dari jalan Allah, yakni melaksanakan perintah-Nya, ingkar kepadaNya, menghalangi orang masuk Masjidilharam, dan mengusir penduduk dari sekitarnya. Itu semua lebih besar dosanya dalam pandangan Allah. Dan fitnah, yaitu kemusyrikan dan menindas orang mukmin, itu lebih kejam daripada pembunuhan dalam peperangan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad keluar dari agamamu, jika mereka sanggup mengeluarkanmu dari agamamu. Janganlah sekali-kali kamu murtad dari agamamu walaupun mereka tidak akan berhenti memerangimu, sebab barang siapa murtad di antara kamu dari agamanya, yakni keluar dari Islam, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat. Tidak ada pahala bagi amalnya, dan mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
225
Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, dan orang-orang yang berhijrah meninggalkan negeri dan keluarganya untuk menegakkan agama Allah dan berjihad di jalan Allah dengan memerangi orang-orang musyrik, mereka itulah orang-orang yang mengharapkan rahmat dan ganjaran Allah. Allah Maha Pengampun kepada orang-orang yang beriman, lagi Maha Penyayang.
226
Mereka menanyakan kepadamu, wahai Nabi, tentang khamar, yaitu semua minuman yang memabukkan, dan berjudi. Pertanyaan itu muncul antara lain karena di antara rampasan perang yang diperoleh pasukan pimpinan ‘Abdullah bin Jahsy seperti disinggung pada ayat 217 terdapat minuman keras. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa, yakni mudarat yang besar. Keduanya menimbulkan permusuhan dan menyebabkan kaum muslim melupakan Allah dan enggan menunaikan salat. Dan keduanya juga mengandung beberapa manfaat bagi manusia, seperti keuntungan dari perdagangan khamar, kehangatan badan bagi peminumnya, memperoleh harta tanpa susah payah bagi pemenang dalam perjudian, dan beberapa manfaat yang diperoleh fakir miskin dari perjudian pada zaman Jahiliah. Tetapi dosanya, yakni mudarat yang ditimbulkan oleh khamar dan judi, lebih besar daripada manfaatnya. Khamar diharamkan dalam Islam secara berangsur. Ayat ini menyatakan bahwa minum khamar dan berjudi adalah dosa dengan penjelasan bahwa pada keduanya terdapat manfaat, tetapi mudaratnya lebih besar daripada manfaat itu. Surah an-Nisa'/4: 43 dengan tegas melarang minum khamar, tetapi terbatas pada waktu menjelang salat. Surah al-Ma'idah/5: 90 dengan tegas mengharamkan khamar, berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib dan menyatakan bahwa semuanya adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan yang harus dijauhi selamanya oleh orang-orang beriman. Bagian akhir ayat ini menjelaskan ketentuan menafkahkan harta di jalan Allah. Dan mereka menanyakan kepadamu tentang apa yang harus mereka infakkan di jalan Allah. Katakanlah, “Kelebihan dari apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan diri dan kebutuhan keluarga. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan.
227
Yakni memikirkan tentang dunia dan akhirat. Dunia adalah tempat beramal dan akhirat adalah tempat memanen hasil dari amalan itu. Dunia adalah negeri yang fana dan akhirat kekal abadi. Karena itu, berbuatlah kebajikan selagi kamu di dunia agar di akhirat kamu mendapat kebahagiaan selama-lamanya. Demikianlah Allah memberi petunjuk dengan ayat-ayatnya untuk kebahagiaan manusia, tidak saja kebahagiaan di dunia tetapi juga di akhirat. Selanjutnya Allah memberi tuntunan dalam memelihara anak yatim. Mereka menanyakan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka, yakni mengurus anak yatim untuk memperbaiki keadaan mereka, adalah baik!” Dan jika kamu mempergauli dan menyatukan mereka dengan keluargamu dalam urusan makanan, tempat tinggal, dan keperluan lainnya, maka yang demikian itu baik sebab mereka adalah saudara-saudaramu. Karena itu, sepantasnya engkau bergaul dengan mereka dan menjadikan mereka satu dengan keluargamu.Yang demikian itu lebih baik daripada engkau memisahkan mereka dari keluargamu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Dan jika Allah menghendaki, nisacaya Dia datangkan kesulitan kepadamu dengan membiarkan kamu dalam kesulitan mengurus anak yatim. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana dengan tidak menghendaki kesulitan sedikit pun menimpamu.
228
Pada ayat ini Allah memberi tuntunan dalam memilih pasangan. Dan janganlah kamu, wahai pria-pria muslim, menikahi atau menjalin ikatan perkawinan dengan perempuan musyrik penyembah berhala sebelum mereka benar-benar beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman yang berstatus sosial rendah menurut pandangan masyarakat lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu karena kecantikan, nasab, kekayaannya, atau semisalnya. Dan janganlah kamu, wahai para wali, nikahkan orang laki-laki musyrik penyembah berhala dengan perempuan yang beriman kepada Allah dan Rasulullah sebelum mereka beriman dengan sebenar-benarnya. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu, karena kegagahan, kedudukan, atau kekayaannya. Ketahuilah, mereka akan selalu berusaha mengajak ke dalam kemusyrikan yang menjerumuskanmu ke neraka, sedangkan Allah mengajak dengan memberikan bimbingan dan tuntunan menuju jalan ke surga dan ampunan dengan rida dan izin-Nya. Allah menerangkan ayat-ayat-Nya, yakni tanda-tanda kekuasaan-Nya berupa aturan-aturan kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran sehingga mampu membedakan mana yang baik dan membawa kemaslahatan, dan mana yang buruk dan menimbulkan kemudaratan. Pernikahan yang dilandasi keimanan, ketakwaan, dan kasih sayang akan mewujudkan kebahagiaan, ketenteraman, dan keharmonisan .
229
Pada ayat ini Allah memberi tuntunan perihal aturan-aturan dalam menjalin hubungan suami-istri. Dan mereka, para sahabat, menanyakan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, tentang haid. Pertanyaan ini diajukan para sahabat ketika melihat pria-pria Yahudi menghindari istri mereka dan tidak mau makan bersama mereka ketika sedang haid, bahkan mereka pun menempatkan para istri di rumah yang berbeda. Ayat ini kemudian turun untuk menginformasikan apa yang harus dilakukan oleh suami ketika istrinya sedang haid. Katakanlah, wahai Rasulullah, bahwa haid itu adalah sesuatu, yakni darah yang keluar dari rahim wanita, yang kotor karena aromanya tidak sedap, tidak menyenangkan untuk dilihat, dan menimbulkan rasa sakit pada diri wanita. Karena itu jauhilah dan jangan bercampur dengan istri pada waktu haid. Dan jangan kamu dekati mereka untuk bercampur bersamanya sebelum mereka suci dari darah haidnya, kecuali bersenang-senang selain di tempat keluarnya darah. Apabila mereka telah suci dari haid dan mandi maka campurilah mereka sesuai dengan ketentuan yang diperintahkan Allah kepadamu jika kamu ingin bercampur dengan mereka. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dari segala kesalahan yang diperbuatnya dan menyukai orang yang menyucikan diri dari kotoran lahiriah dengan mandi atau wudu.I
230
Istri-istrimu adalah ibarat ladang bagimu tempat kamu menanam benih. Karena itu, maka datangilah ladangmu itu untuk menyemai benih kapan saja kamu suka kecuali bila istrimu sedang haid, dan dengan cara yang kamu sukai, asalkan arah yang dituju adalah satu, yaitu farji. Dan utamakanlah hubungan suami istri itu untuk tujuan yang baik untuk dirimu demi kemaslahatan dunia dan akhirat, bukan sekadar melampiaskan nafsu. Bertakwalah kepada Allah dalam menjalin hubungan suami-istri, dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya untuk menerima imbalan atas amal perbuatanmu selama di dunia. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman yang imannya dapat mengantar mereka mematuhi tuntunan-tuntunan Ilahi.
231
Usai menjelaskan hubungan harmonis suami-istri dalam rumah tangga, Allah menjelaskan adanya hubungan kurang harmonis antara keduanya yang sengaja ditutup-tutupi melalui sumpah. Dan janganlah kamu jadikan nama Allah selalu disebut-sebut dalam sumpahmu lantaran sumpah itu kamu jadikan sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan menciptakan kedamaian di antara manusia. Mengucapkan sumpah atas nama Allah untuk tidak mengerjakan perbuatan baik, seperti “Demi Allah, aku tidak akan membantu anak yatim,” dilarang oleh agama. Jika telanjur diucapkan maka sumpah itu harus dibatalkan dengan membayar kafarat atau denda berupa salah satu dari tiga pilihan, yakni memberi makan sepuluh orang miskin sekali makan, memberi pakaian kepada mereka, memerdekakan budak, atau puasa tiga hari, seperti dijelaskan dalam Surah al-Ma'idah/5: 89. Allah Maha Mendengar apa yang kamu ucapkan, Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
232
Setelah menjelaskan larangan bersumpah untuk tidak berbuat baik, Allah pada ayat ini menjelaskan jenis sumpah lain. Allah tidak menghukum dengan memberi sanksi berupa kafarat terhadap kamu karena sumpahmu yang diucapkan dengan tidak kamu sengaja, yakni ucapan sumpah namun tidak ada maksud bersumpah, tetapi Dia menghukum kamu dengan memberi sanksi atau mengazab di akhirat karena niat yang terkandung dalam hatimu, yakni bila kamu bersumpah untuk meyakinkan orang lain. Allah Maha Pengampun atas sumpah yang telah kamu ucapkan, Maha Penyantun dengan tidak segera mengazab orang yang berbuat dosa agar mereka sadar dan bertobat.
233
Bagi orang laki-laki yang meng-ila’ istrinya, yaitu bersumpah tidak akan mencampuri istri, dan lantaran sumpah tersebut seorang istri menderita karena tidak dicampuri dan tidak pula diceraikan; dalam kondisi ini maka istri harus menunggu empat bulan sebagai batas atau tenggang waktu bagi istri untuk menerima keputusan suami, apakah rujuk dengan membayar kafarat sumpah atau cerai. Kemudian jika dalam masa empat bulan itu mereka kembali kepada istrinya dan hidup bersama sebagai suami-istri dan saling memaafkan, maka sungguh, Allah Maha Pengampun atas kesalahan yang telah mereka perbuat, Maha Penyayang kepada hamba-hamba yang menyadari kesalahan mereka.
234
Dan jika mereka berketetapan hati tanpa keraguan hendak menceraikan istrinya maka mereka wajib mengambil keputusan yang pasti, yaitu cerai, maka sungguh, Allah Maha Mendengar apa yang mereka ucapkan dan Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati mereka. Penyebutan dua sifat Allah sekaligus mengisyaratkan bahwa talak atau perceraian dianggap sah apabila diucapkan atau diikrarkan dengan jelas dan bukan karena paksaan.
235
Setelah menjelaskan masalah perempuan yang ditalak suaminya, berikut ini Allah menjelaskan idah mereka. Dan para istri yang diceraikan bila sudah pernah dicampuri, belum menopause, dan tidak sedang hamil, wajib menahan diri mereka menunggu selama tiga kali quru’, yaitu tiga kali suci atau tiga kali haid. Tenggang waktu ini bertujuan selain untuk membuktikan kosong-tidaknya rahim dari janin, juga untuk memberi kesempatan kepada suami menimbang kembali keputusannya. Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahim mereka, baik berupa janin, haid, maupun suci yang dialaminya selama masa idah. Ketentuan di atas akan mereka laksanakan dengan baik jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan para suami mereka berhak menjatuhkan pilihannya untuk kembali kepada istri mereka dalam masa idah itu, jika mereka menghendaki perbaikan hubungan suami-istri yang sedang mengalami keretakan tersebut. Dan mereka, para perempuan, mempunyai hak seimbang yang mereka peroleh dari suaminya dengan kewajibannya yang harus mereka tunaikan menurut cara yang patut sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Tetapi para suami mempunyai kelebihan di atas mereka.3 yaitu derajat kepemimpinan karena tanggung jawab terhadap keluarganya. Allah Mahaperkasa atas orang-orang yang mendurhakai aturan-aturan yang telah ditetapkan, Mahabijaksana dalam menetapkan aturan dan syariat-Nya.
236
Talak yang memungkinkan suami untuk merujuk istrinya itu dua kali. Setelah talak itu jatuh, suami dapat menahan untuk merujuk istrinya dengan baik atau melepaskan dengan menjatuhkan talak yang ketiga kalinya dengan baik tanpa boleh kembali lagi sesudahnya. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka seperti maskawin, hadiah, atau pemberian lainnya, kecuali keduanya khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah karena tidak ada kecocokan. Jika kamu, para wali, khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah dalam berumah tangga, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang harus diberikan oleh istri berupa maskawin yang pernah ia terima dari suaminya sebagai pengganti untuk menebus dirinya.4 Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggar ketetapan Allah berupa perintah dan larangan-Nya. Barang siapa melanggar hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan maka mereka itulah orang-orang zalim yang menganiaya diri sendiri. Talak yang masih memungkinkan suami untuk merujuk istrinya hanya dua kali, dan disebut talak raj’i. Suami tidak boleh meminta kembali pemberian yang sudah diberikan kepada istrinya bila telah bercerai. Suami bahkan dianjurkan menambah lagi pemberiannya sebagai mut’ah untuk menjamin hidup istrinya itu di masa depan.
237
Kemudian jika dia memilih untuk menceraikan istri-nya setelah talak yang kedua, yakni pada talak ketiga yang tidak lagi memberinya kesempatan untuk rujuk, maka perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dan melakukan hubungan suami-istri dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa dan halangan bagi keduanya, yakni suami pertama dan mantan istrinya, untuk menikah kembali dengan akad yang baru, setelah ia selesai menjalani masa idahnya dari suami kedua. Hal ini dapat ditempuh jika keduanya berpen-dapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah dengan menjalani hidup baru yang lebih baik sesuai dengan aturan yang ditetapkan Allah. Apabila keduanya ragu untuk kembali dengan baikbaik maka niat untuk kembali hidup bersama hendaknya dibatalkan. Itulah ketentuan-ketentuan Allah tentang hukum talak, rujuk, dan khulu’ yang dite-rangkan-Nya kepada orang-orang yang berpengetahuan agar mereka memahami dan memperhatikan hukum-hukum Allah
238
Pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan perintah memilih untuk rujuk atau menceraikan istri, berikutnya Allah menjelaskan batas akhir pilihan itu. Dan apabila kamu menceraikan istri-istri kamu dengan talak yang memungkinkan rujuk, setelah talak pertama atau kedua, lalu sampai akhir idahnya5 mendekati habis, maka tahanlah mereka dengan merujuk jika kamu yakin mampu memperbaiki hubungan itu kembali dengan cara yang baik sesuai tuntunan agama dan adat, atau ceraikanlah mereka apabila hubungan itu tidak dapat dilanjutkan dengan cara yang baik pula. Dan janganlah kamu tahan untuk merujuk mereka dengan maksud ingin berbuat jahat atau untuk menzalimi mereka selama hidup bersama. Barang siapa melakukan demikian, yaitu tindakan jahat dan zalim, maka pada hakikatnya dia telah menzalimi dirinya sendiri sehingga ia berhak mendapat murka Allah, kebencian keluarga dan orang sekelilingnya, dan semuanya itu berimbas pada dirinya. Dan janganlah kamu jadikan ayat-ayat Allah tentang petunjuk hukum talak sebagai bahan ejekan yang dapat dipermainkan. Ingatlah nikmat Allah yang telah Dia karuniakan kepada kamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepada kamu yaitu petunjuk tentang hukum keluarga yang terdapat dalam Kitab Al-Qur’an dan Hikmah atau Sunah. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah untuk memberi pengajaran kepadamu. Dan bertakwalah kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
239
Setelah pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan perihal wanita-wanita yang dicerai sebelum idahnya habis, maka pada ayat ini Allah menjelaskan status mereka setelah habis masa idahnya. Dan apabila kamu, para suami, menceraikan istri-istri kamu lalu sampai idahnya habis, maka jangan kamu, mantan suami dan para wali atau siapa pun, halangi atau paksa mereka yang ditalak suaminya untuk kembali rujuk. Biarkanlah ia menetapkan sendiri masa depannya untuk menikah lagi dengan calon suaminya,6 baik suami yang telah menceraikannya atau pria lain yang menjadi pilihannya, apabila telah terjalin kecocokan di antara mereka dengan cara yang baik. Wanita yang dicerai suaminya dan telah habis masa idahnya mempunyai hak penuh atas dirinya sendiri, seperti dijelaskan dalam sabda Rasulullah, “Janda lebih berhak atas dirinya daripada orang lain atau walinya.” Itulah yang dinasihatkan kepada orangorang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Apabila mengikuti petunjuk-petunjuk dan nasihat tentang pemenuhan hak wanita yang diceraikan untuk kembali kepada suaminya atau memilih pasangan baru, itu lebih suci bagimu dan lebih bersih terhadap jiwamu. Dan Allah mengetahui sesuatu yang dapat membawa kemaslahatan bagi hamba-Nya, sedangkan kamu tidak mengetahui di balik ketentuan hukum yang ditetapkan Allah. Wali atau mantan suami tidak boleh memaksa perempuan itu baik untuk rujuk dengan mantan suaminya dengan ketentuan harus memperbarui nikahnya, maupun menikah dengan laki-laki lain.
240
Usai menjelaskan masalah keluarga, berikutnya Allah membicarakan masalah anak yang lahir dari hubungan suami istri. Di sisi lain, dibicarakan pula ihwal wanita yang dicerai dalam kondisi menyusui anaknya. Dan ibu-ibu yang melahirkan anak, baik yang dicerai suaminya maupun tidak, hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh sebagai wujud kasih sayang dan tanggung jawab ibu kepada anaknya. Air susu ibu (ASI) adalah makanan utama dan terbaik bagi bayi yang tidak bisa digantikan oleh makanan lain. Hal itu dilakukan bagi yang ingin menyusui secara sempurna yaitu dua tahun, seperti dijelaskan dalam Surah Luqman/31: 41. Apabila kurang dari dua tahun, dianjurkan setidaknya jumlah masa menyusui jika digabung dengan masa kehamilan tidak kurang dari tiga puluh bulan sebagaimana ditegaskan dalam Surah al-Ahqaf/43:15. Bila masa kehamilan mencapai sembilan bulan maka masa menyusui adalah dua puluh satu bulan. Apabila masa menyusui dua tahun, berarti masa kehamilan paling pendek adalah enam bulan. Dan kewajiban ayah dari bayi yang dilahirkan adalah menanggung nafkah dan pakaian mereka berdua, yaitu anak dan ibu walaupun sang ibu telah dicerai, dengan cara yang patut sesuai kebutuhan ibu dan anak dan mempertimbangkan kemampuan ayah. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Demikianlah prinsip ajaran Islam. Karena itu, janganlah seorang ayah mengurangi hak anak dan ibu menyusui dalam pemberian nafkah dan pakaian, dan jangan pula seorang ayah menderita karena ibu menuntut sesuatu melebihi kemampuan sang ayah dengan dalih kebutuhan anaknya yang sedang disusui. Jaminan tersebut harus tetap diperolehnya walaupun ayahnya telah meninggal dunia. Apabila ayah telah meninggal dunia maka ahli waris pun berkewajiban seperti itu pula, yaitu memenuhi kebutuhan ibu dan anak. Apabila keduanya, yaitu ibu dan ayah, ingin menyapih anaknya sebelum usia dua tahun dengan persetujuan bersama, bukan akibat paksaan dari siapa pun, dan melalui permusyawaratan antara keduanya dalam mengambil keputusan yang terbaik, maka tidak ada dosa atas keduanya untuk mengurangi masa penyusuan dua tahun itu. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain karena ibu tidak bersedia atau berhalangan menyusui, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran kepada wanita lain berupa upah atau hadiah dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dalam segala urusan dan taatilah ketentuan-ketentuan hukum Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan dan membalas setiap amal baik maupun buruk yang kamu kerjakan. Perceraian antara suami dan istri hendaknya tidak berdampak pada anak yang masih bayi. Ibu tetap dianjurkan merawatnya dan memberinya ASI. Demikian pula ayah wajib memberi nafkah kepada anak dan ibu selama menyusui. Agama sangat memperhatikan kelangsungan hidup anak agar tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas.
241
Ayat ini menjelaskan idah cerai mati agar tidak ada dugaan bahwa idah cerai mati sama dengan cerai hidup. Dan orang-orang yang mati di antara kamu, yakni para suami, serta meninggalkan istri-istri yang tidak sedang hamil, hendaklah mereka, para istri, menunggu atau beridah selama empat bulan sepuluh hari termasuk malamnya, sebagai ketentuan syarak yang bersifat qat’i (pasti). Kemudian apabila telah sampai akhir atau selesai masa idah mereka, yakni para istri yang ditinggal mati suaminya, maka tidak ada dosa bagimu, wahai para wali dan saudara-saudara mereka, yakni tidak menghalangi dan melarang mereka mengenai apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri yang sebelumnya dilarang ketika masih dalam masa idah, menurut cara yang patut dan sesuai dengan agama dan kewajaran, seperti berhias, menerima pinangan, menikah, dan aktivitas lainnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, baik yang kamu sembunyikan maupun yang kamu tampakkan.
242
Ayat ini menjelaskan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan yang masih dalam masa idah. Dan tidak ada dosa bagimu, wahai kaum laki-laki, meminang perempuan-perempuan itu yang masih dalam masa idah, baik idah cerai mati maupun karena ditalak tiga, selain yang ditalak raj’i (satu atau dua), dengan sindiran, seperti ucapan, “Aku suka dengan perempuan yang lembut dan memiliki sifat keibuan,” atau kamu sembunyikan keinginanmu dalam hati untuk melamar dan menikahinya jika sudah habis masa idahnya. Demikian ini karena Allah mengetahui bahwa kamu tidak sabar sebagai lelaki akan menyebut-nyebut keinginanmu untuk melamar dan menikahinya kepada mereka, yakni perempuan-perempuan tersebut setelah habis idahnya. Tetapi janganlah kamu, wahai laki-laki, membuat perjanjian, baik secara langsung maupun tidak langsung namun terkesan memberi harapan untuk menikah dengan mereka, yakni perempuan-perempuan yang masih dalam masa idah, secara rahasia, yakni hanya diketahui berdua, kecuali sekadar mengucapkan kata-kata sindiran yang baik. Dan janganlah kamu, wahai para lelaki, menetapkan akad nikah kepada perempuan yang ditinggal mati suaminya atau ditalak tiga sebelum habis masa idahnya, sebab akad nikahmu akan dianggap batal. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni ketertarikanmu kepada perempuan itu untuk segera menikahinya, maka takutlah kepada-Nya, dari melanggar hukum-hukum-Nya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun atas kesalahan akibat kelemahan dirimu, Maha Penyantun dengan memberimu kesempatan bertobat.
243
Pada ayat berikut Allah menjelaskan hukum terkait perceraian antara suami dan istri yang belum dicampuri dan belum ditetapkan maskawinnya. Tidak ada dosa atau tidak apa-apa bagimu, wahai para suami, jika kamu menceraikan istri-istri kamu yang belum kamu sentuh, yakni belum kamu campuri, atau belum kamu tentukan maharnya, untuk tidak memberikan maharnya. Dan hendaklah kamu beri mereka mut’ah, yaitu sesuatu yang diberikan sebagai penghibur kepada istri yang diceraikan, selain nafkah. Bagi yang mampu dianjurkan memberi mut’ah menurut kemampuannya dan bagi yang tidak mampu tetap dituntut untuk memberi mut’ah menurut kesanggupannya, yaitu pemberian dengan cara yang patut dan tidak menyakiti hatinya atau menyinggung perasaannya. Yang demikian itu merupakan kewajiban bagi orang-orang yang senantiasa berbuat kebaikan yang dibuktikan dengan selalu siap berkorban.
244
Pada ayat berikut Allah menjelaskan hukum terkait perceraian antara suami dan istri yang belum dicampuri namun sudah ditetapkan maskawinnya. Dan jika kamu, wahai para suami, menceraikan mereka, yakni para istri, sebelum kamu sentuh atau campuri, padahal kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan, kecuali jika mereka, yaitu para suami, membebaskan dirinya sendiri dengan membayar penuh mahar tersebut atau suami tersebut dibebaskan oleh orang yang akad nikah ada di tangannya yakni wali istri, dengan cara membebaskan suami tersebut dari kewajiban membayar setengah dari mahar yang telah ditentukan. Jika demikian maka pembebasan itu, baik dari pihak suami maupun dari pihak wali, adalah lebih dekat kepada takwa. Artinya, hal itu lebih layak dilakukan oleh mereka yang termasuk golongan orang bertakwa. Dan janganlah kamu, wahai para suami dan wali, lupa atau melupakan kebaikan di antara kamu, yakni dengan membebaskan kewajiban orang lain atas dirinya atau memberikan haknya untuk orang lain. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan, yakni memberi sesuatu de-ngan yang lebih baik kepada orang lain. Inilah sikap ihsan yang dicintai Allah. Ihsan inilah sikap tertinggi dari keberagamaan seseorang, yakni memberikan lebih dari yang seharusnya dan mengambil haknya lebih sedikit dari yang semestinya.
245
Usai menjelaskan hukum keluarga dalam beberapa ayat sebelumnya, pada ayat ini Allah menjelaskan hukum asasi antara manusia dengan Allah, yakni salat. Hal ini seakan mengingatkan agar persoalan keluarga tidak membuat manusia lupa akan kewajiban asasinya, yaitu salat. Karena itu, ayat ini dimulai dengan kata perintah. Peliharalah secara sungguh-sungguh, baik secara pribadi maupun saling mengingatkan antara satu dengan lainnya tentang semua salat, dan peliharalah secara khusus salat wusta, yakni salat asar dan subuh, karena keutamaannya. Dan laksanakanlah salat karena Allah Pemilik kemuliaan dan keagungan dengan khusyuk, yakni dengan penuh ketaatan dan keikhlasan.
246
Namun, jika kamu takut ada bahaya, baik karena musuh, binatang buas, atau lainnya, maka salatlah sambil berjalan kaki karena darurat atau ketika berada di kendaraan, baik menghadap kiblat maupun tidak. Kemudian apabila situasinya telah kembali aman, maka ingatlah Allah, yakni salatlah, sebagaimana Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu ketahui, seperti cara melaksanakan salat dalam kondisi tidak aman. Ini menunjukkan pentingnya salat. Ia harus ditegakkan dimana saja dan kapan saja, serta dalam situasi apa pun.
247
Usai sejenak mengingatkan manusia agar tidak melalaikan salat karena persoalan keluarga, pada ayat ini Allah kembali menjelaskan hukum keluarga. Dan orang-orang yang akan mati, baik karena sudah renta maupun sakit menahun, di antara kamu, wahai para suami, dan kamu meninggalkan istri-istri, hendaklah ia sebelum meninggal dunia membuat wasiat untuk istri-istrinya untuk tetap tinggal di rumah, juga berpesan kepada anak-anak dan saudara-saudaranya agar memberi mereka nafkah berupa sandang dan pangan, paling tidak sampai setahun sejak suami wafat tanpa seorang pun boleh mengeluarkannya atau mengusirnya dari rumah itu. Tetapi jika mereka, yakni istri yang ditinggal mati suaminya, sebelum setahun keluar sendiri dari rumah tersebut untuk pindah ke tempat lain, maka tidak ada dosa bagimu, wahai para wali atau siapa saja, mengenai apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri dalam hal-hal yang baik yang tidak melanggar syariat. Allah Mahaperkasa sehingga harus ditaati, Mahabijaksana dalam menetapkan hukum demi kemaslahatan hamba-Nya.
248
Ayat ini menjelaskan hukum pemberian mut’ah bagi perempuan yang dicerai. Dan bagi perempuan-perempuan yang diceraikan, baik talak tiga (ba’in) maupun talak satu dan dua tetapi tidak dirujuk, sementara ia sudah dicampuri, maka hendaklah diberi mut’ah yakni pemberian suami di luar nafkah kepada istri yang ditalak tersebut menurut cara yang patut, yakni besar dan kecilnya pemberian itu disesuaikan dengan kemampuan suami, sebagai suatu kewajiban bagi orang yang bertakwa, yakni mereka yang melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
249
Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya agar kamu mengerti. Penutup ayat ini seakan memberi jawaban atas pertanyaan apakah ada ketentuan agama menyangkut pemberian, selain harta waris? Jawabannya,” ada”, yaitu memberikan sesuatu sebagai penghibur bagi perempuan yang dicerai karena istri yang dicerai hidup keadaannya seperti ditinggal mati.
250
Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa tidak ada seorang pun bisa lari dari takdir Allah. Tidakkah kamu memperhatikan, yakni mendengar kisah orang-orang yang keluar dari kampung halamannya, sedang jumlahnya ribuan karena takut mati? Padahal Rasulullah melarang seseorang untuk keluar dari daerahnya yang terjangkit wabah penyakit.7 Lalu apabila Allah berfirman kepada mereka, “Matilah kalian!” pasti kalian akan mati tanpa bisa menghindar, karena hidup dan mati ada di tangan-Nya, dan kematian pasti datang meski tanpa sebab. Kemudian Allah menghidupkan mereka, artinya mereka terselamatkan dari musuh karena sebagian mereka ada yang ingin maju berjihad. Inilah karunia Allah. Sesungguhnya Allah memberikan karunia, yakni pemberian lebih, kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur, karena ketidakmampuan manusia memahami jenis-jenis nikmat yang dianugerahkan Allah.
251
Usai menjelaskan bahwa kematian pasti akan tiba, pada ayat ini Allah mengikutinya dengan penjelasan tentang salah satu sebab kematian, yakni terbunuh dalam peperangan. Dan berperanglah kamu di jalan Allah ketika situasi menuntut demikian, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mendengar apa yang kamu katakan, Maha Mengetahui apa yang kamu sembunyikan dalam hati, seperti keinginan untuk tidak turut berperang.
252
Barang siapa mau meminjami atau menginfakkan hartanya di jalan Allah dengan pinjaman yang baik berupa harta yang halal disertai niat yang ikhlas, maka Allah akan melipatgandakan ganti atau balasan kepadanya dengan balasan yang banyak dan berlipat sehingga kamu akan senantiasa terpacu untuk berinfak. Allah dengan segala kebijaksanaanNya akan menahan atau menyempitkan dan melapangkan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan pada hari kebangkitan untuk mendapatkan balasan yang setimpal dan sesuai dengan apa yang diniatkan.
253
Ketika para sahabat Nabi begitu antusias melaksanakan perintah berjihad, ayat ini memperlihatkan kebalikan dari sikap tersebut yang ditunjukkan oleh Bani Israil. Tidakkah kamu, wahai Nabi Muhammad, perhatikan, yakni mendengar kisah, para pemuka Bani Israil setelah Musa wafat, ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, setelah mereka berselisih paham siapa yang berhak menjadi pemimpin, dengan mengatakan, “Angkatlah seorang raja, yakni pemimpin perang untuk kami, niscaya kami berperang di jalan Allah besertanya.” Nabi mereka menjawab, “Jangan-jangan jika diwajibkan atasmu berperang, kamu tidak akan menaatinya untuk berperang juga karena takut mati dan kecintaanmu terhadap dunia?” Mereka menjawab, “Mengapa atau bagaimana mungkin kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedangkan kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dipisahkan dari anak-anak kami, karena mereka ditahan?” Tetapi ketika perang itu benar-benar diwajibkan atas mereka karena permintaan mereka sendiri, justru mereka berpaling dengan segera karena merasa ngeri dan takut, kecuali sebagian kecil dari mereka yang masih konsisten. Dan Allah Maha Mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang zalim dengan meminta suatu kewajiban yang kemudian mereka sendiri melanggarnya.
254
Nabi atau ulama mereka akhirnya mengabulkan permintaan tersebut. Dan nabi mereka berkata kepada mereka sebagai bentuk pengabulan permintaan mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi raja atau komandanmu.” Mereka, khususnya para pembesar, menjawab dengan nada sinis, “Bagaimana mungkin Talut memperoleh kerajaan atau kekuasaan atas kami dan memimpin kami dalam pertempuran, sedangkan kami dengan segala kebesaran yang kami miliki seharusnya lebih berhak atas kerajaan atau jabatan itu daripadanya, dan dia juga tidak diberi kekayaan yang banyak?” Nabi mereka menjawab, “Allah telah memilihnya sebagai raja kamu dan memberikan kepadanya sesuatu yang menjadikannya layak menerima tugas itu, yaitu kelebihan ilmu untuk memahami strategi perang dan fisik yang kuat agar mampu menjalankan tugas berat tersebut.” Ketahuilah, sesungguhnya Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas anugerah-Nya yang tidak dipengaruhi oleh kekayaan hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui apa yang layak dan tidak layak bagi hamba-Nya.
255
Dan nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya tanda atau bukti kerajaannya, yakni kelayakannya untuk mengemban tugas tersebut, ialah datangnya Tabut, yaitu tempat untuk menyimpan Taurat, kepadamu, yang sebelumnya berada di Palestina, yang di dalamnya terdapat sesuatu yang bisa memberi kamu ketenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yang dibawa oleh malaikat yang hakikatnya hanya diketahui oleh Allah. Sungguh, pada yang demikian itu, yakni peristiwa besar tersebut, terdapat tanda kebesaran Allah bagimu yang bisa membawamu kepada ketaatan dan kerelaan, jika kamu benar-benar orang beriman. Seorang pemimpin harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya cerdas atau menguasai masalah dan mampu melaksanakan tugas. Untuk membuktikan kelayakannya maka harus dilakukan uji kelayakan.
256
Setelah membuktikan sendiri kelayakan Talut sebagai pemimpin melalui keberadaan Tabut, akhirnya mereka mau mengikuti perintahnya. Maka ketika Talut membawa bala tentaranya untuk berangkat perang, sebelumnya dia memberi pengarahan seraya berkata, “Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai yang kamu seberangi. Maka barang siapa meminum airnya, dia bukanlah pengikutku; dan barang siapa tidak meminumnya maka dia adalah pengikutku, kecuali menciduk seciduk dengan tangan, sekadar untuk menghilangkan dahaga.” Tetapi kebanyakan mereka ternyata meminumnya dengan penuh keserakahan karena tidak mampu menahan nafsu minum, kecuali sebagian kecil di antara mereka yang kuat sehingga hanya meminumnya sedikit. Maka, ketika dia, Talut, dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka yang banyak minum dari sungai itu berkata, “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Sementara itu, mereka yang minum air sungai sekadarnya dan meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil yang didukung oleh kekuatan fisik dan memiliki keimanan yang kuat mampu mengalahkan kelompok besar lagi kuat dengan izin Allah.” Dan Allah beserta orang-orang yang sabar dengan memberi mereka pertolongan. Ini menunjukkan bahwa tenggelam dalam hal-hal duniawi dan menuruti hawa nafsu hanya akan melemahkan mental seseorang. Akibatnya, ia tidak mampu bersikap disiplin dalam menaati aturan, menegakkan kebenaran, dan melawan kebatilan.
257
Dan ketika saat yang mencekam semakin dekat, mereka, yakni kelompok kecil namun didukung keimanan yang kuat, terus maju untuk melawan Jalut dan tentaranya, meski mereka tahu benar kekuatan mereka tidak sebanding dengan kekuatan tentara Jalut. Untuk menguatkan mental, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami untuk menghadapi situasi yang berat ini; kukuhkanlah langkah kami di medan perang ini; dan tolonglah kami untuk menghadapi dan mengalahkan orang-orang kafir.” Cerita ini memberi kita beberapa pelajaran dalam menghadapi situasi yang berat dan sulit. Pertama, berani menghadapi dengan penuh kesabaran. Kedua, mempersiapkan apa saja yang memungkinkan untuk memantapkan langkah. Ketiga, berdoa untuk menguatkan mental.
258
Maka mereka mampu mengalahkannya, yakni Jalut dan tentaranya, dengan izin Allah, dan bahkan seorang pemuda bernama Dawud yang bergabung dengan tentara Talut berhasil membunuh Jalut. Kemudian Allah memberinya, Dawud, dua anugerah yang belum pernah diberikan kepada rasul-rasul sebelumnya, yaitu kerajaan dan hikmah agar bisa membawa maslahat, dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki, seperti membuat baju besi dan memahami bahasa burung. Dan kalau Allah tidak melindungi melalui kekuasaan dan kehendak-Nya kepada sebagian manusia dengan memunculkan kekuatan penyeimbang bagi sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini, karena mereka akan bertindak semenamena dan menindas yang lemah. Tetapi Allah mempu-nyai karunia yang dilimpahkan-Nya atas seluruh alam, yakni apabila kezaliman merajalela, Allah akan memunculkan kekuatan yang mengimbanginya.
259
Itulah sebagian ayat-ayat Allah, khususnya mukjizat-mukjizat yang tertera di dalam surah ini, seperti kisah Bani Israil tersebut. Kami bacakan dan turunkan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar demi menguatkan Al-Qur'an sebagai kitab hidayah. Dan engkau, Nabi Muhammad, adalah benar-benar seorang rasul, sebab tidak ada yang mampu menyebutkan kisah-kisah itu selain orang yang mendapat pengajaran dari Allah.
260
Setelah pada ayat yang lalu dijelaskan bahwa Nabi Muhammad adalah salah seorang rasul yang diutus Allah, di sini dijelaskan kedudukan para rasul di sisi-Nya dan keadaan umat mereka setelah kepergian para rasul itu. Rasul-rasul yang mulia dan tinggi derajatnya yang telah Kami sebutkan itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain dengan keutamaan yang diberikan kepada mereka. Di antara mereka ada yang Allah berfirman dengannya secara langsung dan mengajaknya berbicara sesuai keagungan-Nya, seperti Nabi Musa saat berada di Tur Sina dan Nabi Muhammad saat mikraj di Sidratulmuntaha, dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat seperti Nabi Muhammad yang dibekali dengan ajaran yang bersifat universal. Dan Kami beri Isa putra Maryam beberapa mukjizat yang menjadi bukti kebenaran risalah yang ia bawa, seperti menyembuhkan anak yang terlahir buta, orang yang menderita penyakit belang; menghidupkan orang yang sudah mati, dan sebagainya; semua atas izin Allah. Dan Kami perkuat dia dengan Rohulkudus, yaitu Jibril yang selalu berada mendampingi dan memberinya dukungan hingga ia diangkat oleh Allah ke langit. Para rasul itu datang dengan membawa petunjuk, agama kebenaran, dan beberapa penjelasan. Maka, sudah semestinya semua manusia beriman, tidak berselisih dan saling memerangi. Tetapi kalau Allah menghendaki, niscaya orang-orang yang datang setelah mereka tidak akan berbunuh-bunuhan, bertengkar, mengutuk dan berkelahi sebagai puncak perselisihan mereka. Yang lebih buruk lagi, perselisihan mereka justru terjadi setelah bukti-bukti nyata sampai kepada mereka. Bukti-bukti itu mereka putar-balikkan dan disalahpahami, tetapi Allah tidak menghendaki sehingga mereka berselisih dan perselisihan itu mengantar mereka ke dalam pertengkaran, saling mengutuk, berkelahi dan/atau saling membunuh. Maka, dari perselisihan itu juga mengakibatkan ada di antara mereka yang beriman dan ada pula yang kafir. Kalau Allah menghendaki, tidaklah mereka umat para rasul itu berbunuh-bunuhan setelah terjadi perselisihan sesama mereka. Demikianlah, kalau menghendaki, tidak terjadi perselisihan itu, tetapi Allah berbuat menurut kehendak-Nya sesuai hikmah dan kebijaksanaan-Nya.
261
Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan rasul-Nya serta mengikuti petunjuknya! Infakkanlah dengan mengeluarkan sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu, baik dalam bentuk yang wajib seperti zakat maupun infak yang bersifat sunah. Bersegeralah sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli yang mendatangkan keuntungan, atau seseorang dapat membeli dirinya dengan sejumlah harta yang ia bayarkan sebagai tebusan agar dirinya tidak mendapat siksa Tuhan pada hari kiamat, ketika tidak ada lagi persahabatan yang memungkinkan seseorang membantu walau persahabatan itu sangat dekat yang dapat menyelamatkan dari azab Allah. Kalau sahabat yang sangat akrab saja tidak bisa, apalagi sahabat biasa. Dan pada hari itu tidak ada lagi syafaat pertolongan dari seseorang yang dapat meringankan azab kecuali dari orang-orang yang mendapat izin dan rida dari Allah. Orang-orang kafir itulah orang yang zalim dengan melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah, sebab mereka tidak menyambut baik seruan kebenaran.
262
Allah; tidak ada tuhan yang pantas disembah dan dipertuhan selain Dia. Yang Mahahidup, kekal, dan memiliki semua makna kehidupan yang sempurna, Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya. Tidak seperti manusia, Dia tidak mengantuk dan tidak pula tidur, sebab keduanya adalah sifat kekurangan yang membuat-Nya tidak mampu mengurus makhluk-Nya. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia Yang menciptakan, memelihara, memiliki, dan bertindak terhadap semua itu. Tidak ada yang dapat memberi syafaat pertolongan di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia demikian perkasa dan kuasa sehingga berbicara di hadapan-Nya pun harus setelah memperolah restu-Nya, bahkan apa yang disampaikan itu harus sesuatu yang benar. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka, yakni apa saja yang sedang dan akan terjadi, dan apa yang di belakang mereka, yakni sesuatu yang telah berlalu. Allah mengetahui apa yang mereka lakukan dan rencanakan, baik yang berkaitan dengan masa kini, masa lampau, atau masa depan. Dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki untuk mereka ketahui dengan memperlihatkan dan memberitahukannya. Kursi-Nya, yaitu kekuasaan, ilmu, atau kursi tempat kedua kaki Tuhan (yang tidak diketahui hakikatnya kecuali oleh Allah) berpijak, sangat luas, meliputi langit dan bumi. Dan jangan menduga karena kursi-Nya terlalu luas, Dia letih mengurus itu semua. Tidak! Dia tidak merasa berat maupun kesulitan memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi zat dan sifat-sifat-Nya jika dibanding makhluk-makhlukNya, Mahabesar dengan segala keagungan dan kekuasaan-Nya. Inilah Ayat Kursi, ayat teragung dalam Al-Qur'an karena mencakup namanama dan sifat-sifat Allah yang menunjukkan kesempurnaan zat, ilmu, kekuasaan, dan keagungan-Nya. Ayat ini dinamakan Ayat Kursi. Siapa yang membacanya akan memperoleh perlindungan Allah dan tidak akan diganggu setan.
263
Meski memiliki kekuasaan yang sangat luas, Allah tidak memaksa seseorang untuk mengikuti ajaran-Nya. Tidak ada paksaan terhadap seseorang dalam menganut agama Islam. Mengapa harus ada paksaan, padahal sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Oleh karena itu, janganlah kamu menggunakan paksaan apalagi kekerasan dalam berdakwah. Ajaklah manusia ke jalan Allah dengan cara yang terbaik. Barang siapa ingkar kepada Tagut, yaitu setan dan apa saja yang dipertuhankan selain Allah, dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada ajaran agama yang benar sehingga tidak akan terjerumus dalam kesesatan, sama halnya dengan orang yang berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus sehingga dia tidak akan terjatuh. Agama yang benar ibarat tali yang kuat dan terjulur menuju Allah, dan di situ terdapat sebab-sebab yang menyelamatkan manusia dari murka-Nya. Allah Maha Mendengar segala yang diucapkan oleh hamba-Nya, Maha Mengetahui segala niat dan perbuatan mereka, sehingga semua itu akan mendapat balasannya di hari kiamat.
264
Mereka yang berpegang teguh pada tali yang kukuh tidak akan sendiri karena Allah selalu menemani dan melindungi-Nya. Allah adalah pelindung orang yang beriman. Dia memelihara, mengangkat derajat, dan menolong mereka. Salah satu bentuk pertolongan-Nya adalah Dia selalu terus menerus mengeluarkan dan menyelamatkan mereka dari kegelapan kekufuran, kemunafikan, keraguan, dorongan mengikuti setan, dan hawa nafsu, kepada cahaya keimanan dan kebenaran. Cahaya iman apabila telah meresap ke dalam kalbu seseorang akan menerangi jalannya, dan dengannya ia akan mampu menangkal kegelapan dan menjangkau sekian banyak hakikat dalam kehidupan. Dan sebaliknya, orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, baik dari kalangan jin maupun manusia, yang mengeluarkan mereka dari cahaya hidayah kepada kegelapan kesesatan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya, dan itu adalah tempat yang palik buruk.
265
Tidakkah kamu memperhatikan keadaan yang sangat menakjubkan dari peristiwa orang yang mendebat Ibrahim mengenai keesaan dan kekuasaan Tuhannya dalam memelihara makhluk-Nya, karena Allah telah memberinya kerajaan atau kekuasaan, dan ia sombong dengannya. Kekuasaan itu membuatnya merasa wajar menjadi Tuhan menyaingi Allah. Kekuasaan memang seringkali menjadikan orang lupa diri dan Tuhannya. Kekuasaan itu seharusnya disyukuri, tetapi dengan angkuh ia malah bertanya kepada Ibrahim, “Siapa Tuhanmu?” Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dengan meniupkan roh ke dalam tubuh dan mematikan dengan cara mencabutnya.” Dia berkata dengan nada mengejek, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan,” yakni membiarkan hidup atau membunuh seseorang. Untuk menyudahi perdebatan, Ibrahim menunjukkan bukti kekuasaan Allah dengan berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu dan tidak mampu menjawab tantangan itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim dan menolak mengikuti kebenaran.
266
Atau tidakkah kamu perhatikan kisah seperti cerita orang yang melewati suatu negeri yang bangunan-bangunannya telah roboh hingga menutupi reruntuhan atap-atapnya, sehingga negeri itu tidak lagi berpenduduk. Melihat keadaan demikian, dia berkata dalam hati, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Dia berkata demikian bukan karena tidak percaya kemampuan Allah menghidupkan yang telah mati; dia hanya mempertanyakan cara Allah menghidupkannya. Untuk membuktikan kekuasaan-Nya, lalu Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian menghidupkan dan membangkitkannya kembali. Setelah mengalami kematian dan dibangkitkan kembali, Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal di sini?” Dia, pria itu, menjawab, “Aku tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Ia tidak tahu persis berapa lama ia di sana sebab tidak ada perubahan berarti yang ia rasakan atau lihat pada dirinya. Allah berfirman, “Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tidak basi, tidak juga berkurang dari sebelumnya, tetapi lihatlah keledaimu yang telah mati seratus tahun yang lalu, menyisakan tulang belulang. Dan Kami lakukan ini semua agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia yang hidup setelah negeri itu mereka bangun kembali. Untuk mengetahui bagaimana cara Allah menghidupkan kembali yang telah mati, lihatlah tulang belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging, maka hidup dan bangkitlah keledai itu seperti sedia kala.” Maka ketika telah nyata baginya bukti kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali objek yang telah mati, dia pun berkata, “Saya mengetahui berdasar pandangan mata dan pengalaman setelah sebelumnya saya tahu berdasar argumen logika, bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
267
Dan bukti lain dari kekuasaan Allah menghidupkan dan mematikan adalah ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati." Allah berfirman dengan balik bertanya,” Belum percayakah engkau?"Dia, Nabi Ibrahim, menjawab, “Tidak! Aku percaya, tetapi aku minta diperlihatkan agar dengan hal itu keyakinanku bertambah sehingga hatiku semakin tenang dan mantap.” Nabi Ibrahim bukannya meragukan kekuasaan Allah menghidupkan dan mematikan; dia hanya ingin tahu prosesnya. Allah mengabulkan permintaan Ibrahim. Dia berfirman, “Kalau begitu, ambillah empat ekor burung yang berbeda jenisnya; sembelihlah, lalu cincanglah olehmu, kemudian campurlah cincangannya dan letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Cincangan-cincangan burung kembali menyatu, hidup seperti sediakala, dan terbang dengan cepat ke arah Nabi Ibrahim. Ketahuilah, Allah Mahaperkasa, tidak ada yang dapat mengalahkan-Nya, Mahabijaksana dalam segala ucapan, perbuatan, ajaran dan ketetapan-Nya.
268
Setelah menjelaskan kekuasaan-Nya menghidupkan makhluk yang telah mati, Allah beralih menjelaskan permisalan terkait balasan yang berlipat ganda bagi orang yang berinfak di jalan Allah. Perumpamaan keadaan yang sangat mengagumkan dari orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah dengan tulus untuk ketaatan dan kebaikan, seperti keadaan seorang petani yang menabur benih. Sebutir biji yang ditanam di tanah yang subur menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji sehingga jumlah keseluruhannya menjadi tujuh ratus. Bahkan Allah terus melipatgandakan pahala kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat atau lebih bagi siapa yang Dia kehendaki sesuai tingkat keimanan dan keikhlasan hati yang berinfak. Dan jangan menduga Allah tidak mampu memberi sebanyak mungkin, sebab Allah Mahaluas karunia-Nya. Dan jangan menduga Dia tidak tahu siapa yang berinfak di jalan-Nya dengan tulus, sebab Dia Maha Mengetahui siapa yang berhak menerima karunia tersebut, dan Maha Mengetahui atas segala niat hamba-Nya.
269
Pada ayat berikut Allah menerangkan cara berinfak yang direstui Allah dan berhak mendapat pahala yang berlipat ganda. Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah dalam bentuk aneka kebaikan, kemudian tidak mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya di hadapan orang yang diberi, tidak pula membanggakannya, dan tidak menyakiti perasaan penerima dengan menyebut-nyebutnya di hadapan orang lain, mereka memperoleh pahala berlipat di sisi Tuhan mereka, seperti dijelaskan pada ayat terdahulu. Selain menerima ganjaran, tidak ada pula rasa takut pada diri mereka. Mereka tidak merisaukan apa yang akan terjadi di masa depan, seperti hilang dan berkurangnya harta di dunia, dan pahala serta siksa di akhirat, dan mereka tidak pula bersedih hati, yaitu keresahan akibat apa yang terjadi dan luput di masa lalu. Tidak jarang seseorang yang bersedekah atau akan bersedekah mendapat bisikan dari dalam diri atau dari orang lain agar tidak bersedekah atau tidak terlalu banyak demi mengamankan harta yang akan menjadi jaminan bagi diri dan keluarganya di masa depan. Buanglah jauh-jauh pikiran dan perasaan semacam itu.
270
Setelah menjelaskan pemberian berupa nafkah dan larangan menyebut-nyebutnya serta menyakiti hati yang diberi, ayat ini menekankan pentingnya ucapan yang menyenangkan dan pemberian maaf. Perkataan yang baik yang sesuai dengan budaya terpuji dalam suatu masyarakat, yaitu menolak dengan cara yang baik, tidak dengan cara menyakiti; dan pemberian maaf, yaitu memaafkan tingkah laku yang kurang sopan dari peminta, lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti dari pemberi. Allah Mahakaya, tidak memerlukan sedekah dari hamba-Nya yang disertai sikap menyakiti, bahkan tidak butuh kepada pemberian siapa pun, dan Maha Penyantun, sehingga tidak segera menjatuhkan sanksi dan murka kepada siapa yang durhaka kepada-Nya dengan harapan orang itu akan berubah sikapnya kemudian.
271
Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir! Janganlah kamu merusak yaitu menghilangkan pahala sedekahmu de-ngan menyebut-nyebutnya di hadapan yang diberi dan menyakiti perasaan penerima, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Jangan keberatan atau protes hilangnya pahala sedekahmu itu, sebab yang kamu lakukan dan menyebabkan pahala hilang itu keadaannya sama seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria, pamer, kepada manusia untuk mendapat pujian, nama baik atau kepentingan sesaat lainnya, dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir seperti yang dilakukan orang munafik. Perumpamaannya, yakni orang yang pamrih itu, sungguh mencengangkan, seperti batu yang licin, sangat bersih, tidak dinodai apa pun dan tidak sedikit pun retak, yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi, tidak meninggalkan sedikit pun tanah atau debu. Seperti halnya tanah yang subur dan produktif itu hilang dari batu yang licin karena diterpa hujan deras, begitu pula pahala sedekah akan hilang karena perbuatan ria dan menyakiti. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Tidak ada sedikit pun yang dapat diambil manfaatnya. Dan itulah sifat-sifat kaum kafir, maka hindarilah, sebab Allah tidak memberi petunjuk kebaikan kepada orang-orang kafir, antara lain mereka yang mengkufuri nikmat-Nya dan tidak mensyukuri-Nya.
272
Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari rida dan pahala dari Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka dalam rangka melaksanakan kewajiban-kewajiban agama, seperti pemilik sebuah kebun yang subur, hijau dengan pepohonan dan menghasilkan buah-buahan yang baik yang terletak di dataran tinggi sehingga mendapat sinar matahari dan udara yang cukup. Selain itu, semakin tinggi sebuah dataran, akan semakin jauh dari sumber air yang mengakibatkan akar tumbuh-tumbuhan menjadi semakin memanjang. Serabut yang berfungsi menyerap makanan pun menjadi banyak, sehingga makanan yang membentuk zat hijau daun (klorofil) menjadi banyak pula. Dengan demikian, pohon itu menjadi produktif menghasilkan buah. Tempat kebun itu berada di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat yang tercurah langsung dari langit; sebagiannya diserap oleh tanah tempat akar-akar tumbuhan menghunjam, sebagian lainnya yang tidak dibutuhkan mengalir ke bawah dan ditampung oleh yang membutuhkannya. Selain sebagai sumber makanan, hujan yang deras itu juga berfungsi melunakkan zat-zat yang diperlukan tumbuhan, membersihkannya dari zat-zat yang menghambat pertumbuhan dan menjaga hama. Maka tidak heran jika kemudian kebun itu menghasilkan buahbuahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun atau hujan gerimis dengan sedikit angin yang lembut pun memadai, sebab tanahnya subur dan berada di ketinggian yang memungkinkan untuk menghasilkan buah dengan baik. Begitulah, infak yang dikeluarkan dengan hati yang ikhlas, sedikit atau banyak, akan diterima dan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah. Yang dapat mengenali niat dan yang disembunyikan seseorang hanya Allah, sebab Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan, dan mengetahui antara yang ikhlas dalam beramal dengan niat ria.
273
Sekali lagi Allah memberikan perumpamaan tentang orang yang tidak ikhlas dalam berderma. Ayat ini dimulai dengan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada siapa pun, adakah salah seorang di antara kamu yang ingin memiliki kebun yang terdapat di dalamnya pohon kurma dan pohon anggur yang mengalir di bawah pohon-pohon-nya sungai-sungai yakni memiliki sumber air yang cukup. Bahkan di sana dia memiliki segala macam buah-buahan. Kemudian datanglah masa tuanya sehingga dia tidak bisa lagi bekerja di kebun tersebut dan hanya bisa mengandalkan hasil kebun sedang dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil yang belum bisa bekerja dan masih membutuhkan hasil dari kebun tersebut. Lalu dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kebun itu ditiup angin keras yang me-ngandung api, sehingga terbakar-lah kebun tersebut dan mengha-nguskan semua pohon yang ada. Begitulah perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya karena ria, membangga-banggakan pemberiannya kepada orang lain dan menyakiti hati orang yang diberi. Nanti di akhirat saat dia sangat membutuhkan ganjaran amal tersebut, dia tidak menjumpainya. Amal perbuatannya hangus dan punah karena niat yang tidak ikhlas dan sikap yang menyakiti orang lain. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkannya sehingga kamu berupaya untuk ikhlas dalam berinfak. Sifat ria merusak pahala amal seseorang seperti halnya kebakaran menghanguskan kebun.
274
Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, dan diperoleh dengan cara yang halal, sebab Allah itu baik dan hanya menerima yang baik-baik. Dan sedekahkanlah sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi berupa hasil pertanian, tambang, dan lainnya, untukmu. Pilihlah yang baik-baik dari apa yang kamu nafkahkan itu, walaupun tidak harus semuanya baik, tetapi janganlah kamu memilih secara sengaja yang buruk untuk kamu keluarkan guna disedekahkan kepada orang lain, padahal kamu sendiri kalau diberi yang buruk-buruk seperti itu tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata karena rasa enggan terhadapnya. Cobalah berempati. Posisikan dirimu seperti orang yang diberi. Jika kamu tidak mau menerima yang buruk-buruk, mengapa kamu berikan yang seperti itu kepada orang lain. Dan ketahuilah dan yakinlah bahwa Allah Mahakaya, tidak membutuhkan sedekah kamu, baik pemberian untukNya maupun untuk makhluk-makhluk-Nya, sebab Dia bisa memberi secara langsung. Sedekah itu justru untuk kemaslahatan orang yang memberi. Dia juga Maha Terpuji, antara lain karena Dia memberi ganjaran terhadap hamba-hamba-Nya yang bersedekah.
275
Setan, baik dari kalangan jin maupun manusia, selalu berusaha menjanjikan dengan cara membisiki dan menakuti kemiskinan kepadamu, misalnya dengan bersedekah harta akan berkurang, atau bahkan akan membuatmu terpuruk dalam kemiskinan, dan sebagainya. Dan setan juga selalu menyuruh kamu berbuat keji, yaitu segala sesuatu yang dianggap sangat buruk oleh akal sehat, budaya, agama, dan naluri manusia, antara lain kikir. Itulah ulah setan yang selalu menghalangi manusia untuk berbuat kebaikan, sedangkan Allah menjanjikan ampunan, sebab setiap sedekah yang kita keluarkan akan menghapuskan dosa. Dan selain itu Allah juga menjanjikan akan menambah karunia-Nya kepadamu jika kamu berinfak, sebab harta tidak berkurang dengan disedekahkan, justru sedekah akan menambah berkahnya. Bukan hanya itu, sedekah dan kedermawanan akan menghilangkan kecemburuan dan penyakit sosial lainnya di tengah masyarakat yang pada gilirannya akan menciptakan stabilitas sehingga kegiatan perekonomian akan semakin produktif dan karunia Allah bertambah. Dan Allah Mahaluas ampunan, anugerah dan rahmat-Nya, Maha Mengetahui siapa yang berhak menerima itu semua.
276
Dia memberikan hikmah, yaitu kemampuan untuk memahami rahasia-rahasia syariat agama dan sifat bijak berupa kebenaran dalam setiap perkataan dan perbuatan kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak, sebab dengan sifat bijak, urusan dunia dan akhirat menjadi baik dan teratur. Adakah kebaikan yang melebihi hidayah Allah kepada seseorang sehingga dapat memahami hakikat segala sesuatu secara benar dan proporsional? Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat, sebab akal sehat yang tercerahkan dengan cahaya ketuhanan dapat mengetahui kebenaran hakiki tanpa dipengaruhi hawa nafsu. Maka sinarilah jiwa dengan cahaya ketuhanan bila ingin mendapat kebaikan yang banyak.
277
Dan apa pun infak yang kamu berikan, berupa harta atau lainnya, sedikit atau banyak, berdasar kewajiban atau anjuran Allah, atau nazar yang kamu janjikan, yaitu janji dengan mewajibkan diri melakukan suatu kebajikan yang tidak diwajibkan oleh Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya, maka sungguh, Allah mengetahuinya, sebab Dia Maha Mengetahui segala apa yang kamu niatkan. Siapa yang tidak melaksanakan kewajiban infak dan tidak menepati janjinya, yaitu bernazar tetapi tidak melaksanakannya atau tidak memenuhi hak Allah, maka dia termasuk orang yang zalim, dan bagi orang zalim tidak ada seorang penolong pun yang dapat menyelamatkannya dari azab Allah.
278
Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, baik yang wajib seperti zakat, maupun yang sunah, bukan untuk tujuan ria dan pamer, maka itu baik selama itu didasari keikhlasan, sebab dapat mendorong orang lain bersedekah dan menutup pintu prasangka buruk yang menjerumuskan pelakunya ke dalam dosa. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu sebab itu dapat menghindari kamu dari sifat ria dan pamrih serta lebih memelihara air muka kaum fakir yang menerima. Dan dengan bersedekah dari harta yang halal dan disertai keikhlasan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu, yang berupa dosa-dosa kecil, bukan dosa besar dan bukan juga yang terkait dengan hak orang lain. Kebajikan yang dilakukan dengan ikhlas dapat menghapuskan dosa-dosa kecil seperti disebut dalam Surah Hud/11: 114. Dan Allah Mahateliti dan Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan, dan Dia akan memberi balasan yang setimpal.
279
Jangan kaitkan bantuan sedekah dengan hidayah Tuhan. Kita hanya diminta membantu dengan bersedekah. Dahulu para Sahabat pernah enggan berinfak kepada sanak kerabat mereka yang musyrik. Ayat ini, menurut Ibnu Abbas, turun untuk merespons sikap mereka, dan memerintahkan mereka bersedekah, selain yang wajib, kepada setiap yang membutuhkan bantuan terlepas dari apa agama dan keyakinannya. Bukanlah kewajibanmu, wahai Nabi Muhammad, apalagi orang selain engkau, menjadikan mereka, yakni orang-orang kafir dan sesat, mendapat petunjuk yang membuat mereka melaksanakan tuntunan Allah secara benar. Engkau hanyalah sekadar penyampai risalah secara lisan dan dengan keteladanan melalui cara-cara yang terbaik, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Apa pun harta yang kamu infakkan, atau keluarkan, maka kebaikannya akan kembali untuk dirimu sendiri selama kamu berusaha keras dan melakukannya secara ikhlas untuk mendapatkan keridaan-Nya. Dan janganlah kamu berinfak mengeluarkan harta melainkan karena mencari rida Allah. Dan apa pun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi balasan secara penuh bahkan akan dilipatgandakan balasannya dan kamu tidak akan dizalimi atau dirugikan, bahkan diuntungkan, sebab seperti dinyatakan dalam Surah an-Nahl/16: 96, harta yang ada pada seseorang akan habis dan punah, sedangkan yang disedekahkan untuk mencari keridaan Allah akan kekal ganjarannya hingga hari kiamat.
280
Setelah menjelaskan anjuran untuk berinfak kepada siapa pun yang membutuhkan, ayat ini menjelaskan tengtang siapa yang diprioritaskan untuk mendapat bantuan. Apa yang kamu infakkan adalah untuk orang-orang fakir yakni yang membutuhkan bantuan karena sudah tua, sakit atau terancam, tertutama yang terhalang usahanya karena disibukkan dengan berjihad di jalan Allah, atau mereka terluka atau cedera medan perang, sehingga mereka tidak dapat berusaha untuk memenuhi kehidupan hidup di bumi. Mereka adalah orang-orang yang terhormat dan selalu menjaga kehormatan diri, sehingga orang lain yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri dari meminta-minta. Engkau hai Muhammad dan siapa saja yang memiliki ketajaman pandangan (farasah) mengenal mereka dari ciri-cirinya, yaitu mereka terlihat khusuk, ikhlas, rendah hati, dan sederhana sehingga ketakwannya itu melahirkan kewibawaan di hati dan mata orang yang memandang. Sekiranya mereka terpaksa harus meminta, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain melainkan dengan cara yang sangat halus yang tidak dapat dipahami kecuali oleh orang yang memiliki ketajaman pandangan. Mereka adalag orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan, sehingga apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sedikit atau banyak, secara terang-terangan atau tersembunyi, sungguh, Allah Maha Mengetahui dan akan memberinya balasan yang setimpal.
281
Orang-orang yang menginfakkan hartanya dalam berbagai situasi dan kondisi, di malam dan siang hari, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, banyak atau sedikit, mereka akan mendapat pahala di sisi Tuhannya selama mereka mengeluarkannya secara ikhlas dan dengan cara-cara yang baik. Tidak ada kekhawatiran atas mereka bahwa nanti mereka akan mendapat siksa, sebab mereka aman dari siksa karena amal saleh yang mereka persembahkan, dan mereka tidak pula bersedih hati, risau dan gelisah, sebab hati mereka selalu dalam keadaan tenang.
282
Orang-orang yang memakan riba yakni melakukan transaksi riba dengan mengambil atau menerima kelebihan di atas modal dari orang yang butuh dengan mengeksploitasi atau memanfaatkan kebutuhannya, tidak dapat berdiri, yakni melakukan aktivitas, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Mereka hidup dalam kegelisahan; tidak tenteram jiwanya, selalu bingung, dan berada dalam ketidakpastian, sebab pikiran dan hati mereka selalu tertuju pada materi dan penambahannya. Itu yang akan mereka alami di dunia, sedangkan di akhirat mereka akan dibangkitkan dari kubur dalam keadaan sempoyongan, tidak tahu arah yang akan mereka tuju dan akan mendapat azab yang pedih. Yang demikian itu karena mereka berkata dengan bodohnya bahwa jual beli sama dengan riba dengan logika bahwa keduanya sama-sama menghasilkan keuntungan. Mereka beranggapan seper-ti itu, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Substansi keduanya berbeda, sebab jual beli menguntungkan kedua belah pihak (pembeli dan penjual), sedangkan riba sangat merugikan salah satu pihak. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, setelah sebelumnya dia melakukan transaksi riba, lalu dia berhenti dan tidak melakukannya lagi, maka apa yang telah diperolehnya dahulu sebelum datang larangan menjadi miliknya, yakni riba yang sudah diambil atau diterima sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan, dan urusannya kembali kepada Allah. Barang siapa mengulangi transaksi riba setelah peringatan itu datang maka mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
283
Allah memusnahkan harta yang diperoleh dari hasil praktik riba sedikit demi sedikit sampai akhirnya habis, atau menghilangkan keberkahannya sehingga tidak bermanfaat dan menyuburkan sedekah yakni dengan mengembangkan dan menambahkan harta yang disedekahkan, serta memberikan keberkahan harta, ketenangan jiwa dan ketenteraman hidup bagi pemberi dan penerima. Allah tidak menyukai dan tidak mencurahkan rahmat-Nya kepada setiap orang yang tetap dalam kekafiran karena mempersamakan riba dengan jual beli dengan disertai penolakan terhadap ketetapan Allah, dan tidak mensyukuri kelebihan nikmat yang mereka dapatkan, bahkan menggunakannya untuk menindas dan mengeksploitasi kelemahan orang lain, dan Allah tidak menyukai setiap orang yang bergelimang dosa karena praktik riba tidak hanya merugikan satu orang saja, tetapi dapat meruntuhkan perekonomian yang dapat merugikan seluruh warga masyarakat.
284
Setelah dijelaskan pelaku kemaksiatan yang berupa praktik riba, selanjutnya dijelaskan keadaan orang-orang saleh yang beruntung. Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan salat secara benar, khusyuk, dan berkesinambungan dan menunaikan zakat dengan sempurna, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka kapan dan dari siapa pun, karena mereka berada dalam lindungan Allah dan mereka tidak bersedih hati karena apa yang mereka akan peroleh di akhirat jauh lebih baik dari apa yang bisa jadi hilang di dunia.
285
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan menghindari jatuhnya siksa dari Allah antara lain akibat praktik riba, dan tinggalkan sisa riba yang belum dipungut sampai datangnya larangan riba jika kamu benar-benar orang beriman yang konsisten dalam perkataan dan perbuatan.
286
Jika kamu tidak melaksanakannya, yakni apa yang diperintahkan ini, sehingga kamu memungut sisa riba yang belum kamu pungut, maka yakinlah akan terjadi perang yang dahsyat dari Allah dan Rasul-Nya antara lain berupa bencana dan kerusakan di dunia, dan siksa pedih di akhirat. Tetapi jika kamu bertobat, yakni tidak lagi melakukan transaksi riba dan melaksanakan tuntunan Ilahi, tidak memungut sisa riba yang belum dipungut, maka perang tidak akan berlanjut, bahkan kamu berhak atas pokok hartamu dari mereka. Dengan demikian, kamu tidak berbuat zalim atau merugikan dengan membebani mereka pembayaran utang melebihi apa yang mereka terima dan tidak dizalimi atau dirugikan karena mereka membayar penuh sebesar utang yang mereka terima
287
Dan jika orang yang berutang itu dalam kesulitan untuk melunasi, atau bila dia membayar utangnya akan terjerumus dalam kesulitan, maka berilah dia tenggang waktu untuk melunasinya sampai dia memperoleh kelapangan. Jangan menagihnya jika kamu tahu dia dalam kesulitan, apalagi dengan memaksanya untuk membayar. Dan jika kamu menyedekahkan sebagian atau seluruh utang tersebut, itu lebih baik bagimu, dan bergegaslah meringankan yang berutang atau membebaskannya dari utang jika kamu mengetahui betapa besar balasannya di sisi Allah.
288
Dan takutlah atau hindarilah siksa yang akan terjadi pada hari yang sangat dahsyat, yang pada saat itu kamu semua dikembalikan kepada Allah, yakni meninggal dunia kemudian dibangkitkan kembali. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi yakni tidak dirugikan, bahkan yang beramal saleh akan sangat diuntungkan oleh kemurahan Allah.
289
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu pembayaran yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya untuk melindungi hak masing-masing dan untuk menghindari perselisihan. Dan hendaklah seorang yang bertugas sebagai penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar, jujur, dan adil, sesuai ketentuan Allah dan peraturan perundangan yang berlaku dalam masyarakat. Kepada para penulis diingatkan agar janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagai tanda syukur, sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya kemampuan membaca dan menulis, maka hendaklah dia menuliskan sesuai dengan pengakuan dan pernyataan pihak yang berutang dan disetujui oleh pihak yang mengutangi. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan apa yang telah disepakati untuk ditulis, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhan Pemelihara-nya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripada utang-nya, baik yang berkaitan dengan kadar utang, waktu, cara pembayaran, dan lain-lain yang dicakup oleh kesepakatan. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya, tidak pandai mengurus harta karena suatu dan lain sebab, atau lemah keadaannya, seperti sakit atau sangat tua, atau tidak mampu mendiktekan sendiri karena bisu atau tidak mengetahui bahasa yang digunakan, atau boleh jadi malu, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar dan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada saksi dua orang laki-laki, atau kalau saksi itu bukan dua orang laki-laki, maka boleh seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi yang ada, yakni yang disepakati oleh yang melakukan transaksi. Hal tersebut agar jika yang seorang dari perempuan itu lupa, maka perempuan yang seorang lagi yang menjadi saksi bersamanya mengingatkannya. Dan sebagaimana Allah berpesan kepada para penulis, kepada para saksi pun Allah berpesan. Janganlah saksi-saksi itu menolak memberi keterangan apabila dipanggil untuk memberi kesaksian, karena penolakannya itu dapat merugikan orang lain. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, baik utang itu kecil maupun besar, sampai yakni tiba batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, yakni penulisan utang piutang dan persaksian yang dibicarakan itu, lebih adil di sisi Allah, yakni dalam pengetahuan-Nya dan dalam kenyataan hidup, dan lebih dapat menguatkan kesaksian, yakni lebih membantu penegakan persaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan terkait jenis utang, besaran dan waktunya. Petunjuk-petunjuk di atas adalah jika muamalah dilakukan dalam bentuk utang piutang, tetapi jika hal itu merupakan perdagangan berupa jual beli secara tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya, sebab memang pencatatan jual beli tidak terlalu penting dibanding transaksi utang-piutang. Dan dianjurkan kepadamu ambillah saksi apabila kamu berjual beli untuk menghindari perselisihan, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga saksi oleh para pihak untuk memberikan keterangan dan kesaksian jika diperlukan, begitu juga sebaliknya para pencatat dan saksi tidak boleh merugikan para pihak. Jika kamu, wahai para penulis dan saksi serta para pihak, lakukan yang demikian, maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah dan rasakanlah keagunganNya dalam setiap perintah dan larangan, Allah memberikan pengajaran kepadamu tentang hak dan kewajiban, dan Allah Maha Mengetahui Segala sesuatu.
290
Tuntunan pada ayat yang lalu mudah dilaksanakan jika seseorang tidak sedang dalam perjalanan. Jika kamu dalam perjalanan dan melakukan transaksi keuangan tidak secara tunai, sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis yang dapat menulis utang piutang sebagaimana mestinya, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang oleh yang berpiutang atau meminjamkan. Tetapi menyimpan barang sebagai jaminan atau menggadaikannya tidak harus dilakukan jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain. Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya, utang atau apa pun yang dia terima, dan hendaklah dia yang menerima amanat tersebut bertakwa kepada Allah, Tuhan Pemelihara-nya. Dan wahai para saksi, janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, yakni jangan mengurangi, melebihkan, atau tidak menyampaikan sama sekali, baik yang diketahui oleh pemilik hak maupun yang tidak diketahuinya, karena barang siapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor, karena bergelimang dosa. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, sekecil apa pun itu, yang nyata maupun yang tersembunyi, yang dilakukan oleh anggota badan maupun hati.
291
Allah mengetahui itu semua dan akan meminta pertanggungjawaban manusia, sebab kekuasaan-Nya meliputi seluruh jagat raya. Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Dialah yang mengatur dan mengelola semua itu. Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya tentang perbuatan itu bagimu, dan akan memberikan balasan yang setimpal. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki sesuai dengan sikap dan kehendak hamba-Nya, yaitu yang menyesali perbuatannya, bertekad untuk tidak mengulangi dan memohon ampunan, atau Dia akan mengampuni walau tanpa permohonan ampunan dan mengazab siapa yang Dia kehendaki sesuai sikap hamba-Nya yang selalu melakukan dosa dan maksiat. Pilihan berada di tangan manusia. Siapa yang mau diampuni, maka lakukanlah apa yang ditetapkan Allah guna meraih ampun-an-Nya, dan siapa yang hendak berada dalam siksa, maka silakan langgar ketentuan-Nya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
292
Seorang muslim harus menaati firman Allah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah. Sikap beliau dan para pengikutnya yang beriman menyangkut kitab suci Al-Qur'an dan kitab-kitab terdahulu serta para nabi dan rasul adalah bahwa Rasul, yakni Nabi Muhammad, beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya, yakni Al-Qur'an, dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman meski dengan kualitas keimanan yang berbeda dengan Nabi. Semua, yakni Nabi Muhammad dan orang mukmin, beriman kepada Allah bahwa Dia wujud dan Maha Esa, Mahakuasa, tiada sekutu bagi-Nya, dan Mahasuci dari segala kekurangan. Mereka juga percaya kepada malaikat-malaikat-Nya sebagai hamba-hamba Allah yang taat melaksanakan segala apa yang diperintahkan kepada mereka dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Demikian juga dengan kitab-kitab-Nya yang diturunkan kepada para rasul, seperti Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur’an, dan juga percaya kepada rasul-rasul-Nya sebagai hamba-hamba Allah yang diutus membimbing manusia ke jalan yang lurus dan diridai-Nya. Mereka berkata, “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dengan yang lain dari rasul-rasul-Nya dalam hal kepercayaan terhadap mereka sebagai utusan Allah.” Dan mereka berkata, “Kami dengar apa yang Engkau perintahkan, baik yang melalui wahyu dalam Al-Qur’an maupun melalui ucapan NabiMu, dan kami taat melaksanakan perintah-perintah-Mu dan menjauhi larangan-larangan-Mu.” Dengan rendah hati mereka juga berucap, “Ampunilah kami, Ya Tuhan kami, dan hanya kepada-Mu, tidak kepada selain-Mu, tempat kami kembali.”
293
Tidak ada yang berat dalam beragama, dan tidak perlu ada kekhawatiran tentang tanggung jawab atas bisikan-bisikan hati, sebab Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia, yakni setiap manusia, mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya walaupun baru dalam bentuk niat dan belum wujud dalam kenyataan, dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya dan wujud dalam bentuk nyata. Mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa dalam melaksanakan apa yang Engkau perintahkan atau kami melakukan kesalahan karena suatu dan lain sebab. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami seperti orang-orang Yahudi yang mendapat tugas yang cukup sulit karena ulah mereka sendiri, misalnya untuk bertobat harus membunuh diri sendiri. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya, baik berupa ketentuan dalam beragama maupun musibah dalam hidup dan lainnya. Maafkanlah kami, yakni hapuslah dosa-dosa kami, ampunilah kami dengan menutupi aib kami dan tidak menghukum kami akibat pelanggaran, dan rahmatilah kami dengan sifat kasih dan rahmat-Mu yang luas, melebihi penghapusan dosa dan penutupan aib. Engkaulah pelindung kami, karena itu maka tolonglah kami dengan argumentasi dan kekuatan fisik dalam menghadapi orang-orang kafir.”
294
Alif Laam Miim. Huruf-huruf hijaiah ini juga menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an, sebab di situ terkandung tantangan kepada orangorang musyrik untuk mendatangkan yang serupa dengannya. Satu hal yang tidak pernah bisa mereka lakukan, dan tidak akan pernah ada seorang pun yang bisa melakukannya, padahal ayat Al-Qur’an terdiri atas rangkaian huruf-huruf yang biasa digunakan dalam bahasa Arab, dan mereka yang hidup pada saat itu sedang berada pada puncak kemahiran berbahasa
295
Dialah Allah, tidak ada tuhan yang pantas disembah selain Dia, Yang Mahahidup dengan segala kesempurnaan yang sesuai dengan keagungan-Nya, Yang terus-menerus secara sempurna dan berkesinambungan mengurus dan memenuhi kebutuhan makhluk-Nya.
296
Dia menurunkan Kitab Al-Qur’an secara berangsur-angsur kepadamu, wahai Nabi Muhammad, yang mengandung kebenaran dan dalam keadaan hak, baik kandungan, cara menurunkan, yang membawanya turun, maupun yang menerimanya. Kandungan Al-Qur’an itu membenarkan wahyu-wahyu Allah dalam kitab-kitab suci sebelumnya yang pernah diwahyukan kepada para nabi dan rasul, yakni yang berkaitan dengan pokok-pokok akidah, syariah dan akhlak. Dan Allah juga menurunkan sekaligus, tidak berangsur-angsur, kepada Nabi Musa kitab Taurat dan kepada Nabi Isa Kitab Injil sebelum turun-nya Al-Qur’an. Ketiga kitab suci tersebut berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia. Dan Dia menurunkan ketiga kitab suci tersebut sebagai al-Furqan yang berfungsi membedakan antara yang hak dan yang batil. Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah dengan menutupi tanda-tanda keesaanNya, baik yang terbentang di alam raya, melalui kitab suci maupun fitrah yang melekat pada diri setiap insan, akan memperoleh azab yang berat. Allah Mahaperkasa yang tidak seorang pun dapat mengalahkanNya, lagi mempunyai hukuman bagi orang yang mengingkari bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya.
297
Dia menurunkan Kitab Al-Qur’an secara berangsur-angsur kepadamu, wahai Nabi Muhammad, yang mengandung kebenaran dan dalam keadaan hak, baik kandungan, cara menurunkan, yang membawanya turun, maupun yang menerimanya. Kandungan Al-Qur’an itu membenarkan wahyu-wahyu Allah dalam kitab-kitab suci sebelumnya yang pernah diwahyukan kepada para nabi dan rasul, yakni yang berkaitan dengan pokok-pokok akidah, syariah dan akhlak. Dan Allah juga menurunkan sekaligus, tidak berangsur-angsur, kepada Nabi Musa kitab Taurat dan kepada Nabi Isa Kitab Injil sebelum turun-nya Al-Qur’an. Ketiga kitab suci tersebut berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia. Dan Dia menurunkan ketiga kitab suci tersebut sebagai al-Furqan yang berfungsi membedakan antara yang hak dan yang batil. Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah dengan menutupi tanda-tanda keesaanNya, baik yang terbentang di alam raya, melalui kitab suci maupun fitrah yang melekat pada diri setiap insan, akan memperoleh azab yang berat. Allah Mahaperkasa yang tidak seorang pun dapat mengalahkanNya, lagi mempunyai hukuman bagi orang yang mengingkari bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya.
298
Dia mengurus semua makhluk-Nya, maka bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi, baik makhluk yang berada di bumi dan yang di langit, baik kecil maupun besar. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.
299
Hanya Dialah yang membentuk kamu dalam rahim ibumu menurut yang Dia kehendaki; laki-laki atau perempuan, baik atau buruk, bahagia atau sengsara. Tidak ada tuhan yang pantas disembah selain Dia, Yang Mahaperkasa dan tidak terkalahkan, Mahabijaksana dalam menetapkan dan mengelola segala sesuatu.H
300
Hanya Dialah yang menurunkan Kitab Al-Qur’an kepadamu, wahai Nabi Muhammad, untuk engkau sampaikan dan jelaskan maksudnya kepada seluruh umat manusia. Apa yang diturunkan itu terdiri atas dua kelompok, di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, yakni yang kandungannya sangat jelas, sehingga hampir-hampir tidak lagi dibutuhkan penjelasan tambahan untuknya, atau yang tidak mengandung makna selain yang terlintas pertama kali dalam benak. Ayat-ayat muhkamat itulah pokok-pokok Kitab suci Al-Qur’an. Dan kelompok ayat-ayat yang lain dalam Al-Qur'an yaitu mutasyabihat, yakni ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian, samar artinya dan sulit dipahami kecuali setelah merujuk kepada yang muhkam, atau hanya Allah yang mengetahui maknanya. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti dengan sungguh-sungguh yang mutasyabihat, dengan berpegang teguh kepada ayat-ayat itu semata-mata dan tidak menjadikan ayatayat muhkamat sebagai rujukan dalam memahami atau menetapkan artinya. Tujuan mereka melakukan itu adalah untuk mencari-cari fitnah, yakni kekacauan dan kerancuan berpikir serta keraguan di kalangan orang-orang beriman, dan untuk mencari-cari dengan sungguh-sungguh takwilnya yang sejalan dengan kesesatan mereka. Mereka melakukan itu padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan sikap mereka itu bertentangan dengan sikap ar-rasikhun fi al-'ilm, yakni orang orang yang ilmunya mendalam dan imannya mantap. Atau, seperti dalam salah satu bacaan (qiraat) yang mutawatir, takwil ayat-ayat mutasyabihat itu juga dapat diketahui oleh ar-rasikhun fi al-'ilm. Dengan demikian, ayat-ayat mutasyabihat itu diturunkan untuk memotivasi para ulama agar giat melakukan studi, menalar, berpikir, teliti dalam berijtihad dan menangkap pesan-pesan agama. Orang-orang yang mendalam ilmunya dan mantap imannya itu berkata, “Kami beriman kepadanya, yakni Al-Qur’an, semuanya, yakni yang mutasyabihat dan muhkamat, berasal dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran dan memahami maknanya dengan baik dan benar kecuali orang yang berakal, yaitu orang-orang yang memiliki akal sehat yang tidak mengikuti keinginan hawa nafsu.
301
Menggunakan akal semata akan membuat seseorang mudah tergelincir. Oleh karenanya, orang-orang yang mendalam ilmunya dan mantap imannya selalu berdoa, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan sebagaimana halnya mereka yang mencaricari takwil ayat-ayat mutasyabih untuk menimbulkan keraguan, setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat yang mencakup segala jenis dan macamnya, antara lain berupa kemantapan iman, ketenangan batin, kemudahan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Rahmat itu bersumber dan langsung dari sisi-Mu, turun secara berkesinambungan dan tanpa mengharap imbalan apa pun, sebab sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”
302
Mereka tidak hanya mengajukan permohonan yang berkaitan dengan kehidupan di dunia, tetapi juga menegaskan keyakinan tentang keniscayaan hari Akhir.”Ya Tuhan kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya, yaitu pada hari kiamat.” Sungguh, Allah tidak menyalahi janji.
303
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, yang menutupi tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah serta mengingkari petunjuk-petunjukNya, bagi mereka tidak akan berguna sedikit pun harta benda yang Allah berikan kepada mereka walau sebanyak apa pun, dan demikian pula anak-anak mereka walau sebanyak dan sehebat apa pun, terhadap azab Allah di dunia. Mereka juga tidak dapat menolak siksa-Nya di akhirat kelak, dan bahkan mereka itu menjadi bahan bakar api neraka.
304
Keadaan mereka yang selalu mendustakan agama Allah dan azab yang diturunkan kepada mereka seperti keadaan pengikut Firaun dan orang-orang kafir yang hidup sebelum mereka. Mereka semua mendustakan ayat-ayat Kami yang tertulis dalam kitab suci dan/atau yang terbentang di alam raya. Mereka mendustakan ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Allah sangat berat hukuman-Nya.
305
Jika Fir’aun dan rezimnya yang sangat berkuasa dan gagah perkasa saja dapat dikalahkan dan mendapat siksa duniawi dan ukhrawi, apa-lagi orang yang tidak mencapai tingkat keperkasaan semacam itu. Karena itu, katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang kafir dari kalangan Yahudi dan lainnya yang memandang kemenanganmu di Perang Badar dengan sebelah mata, “Kamu pasti akan dikalahkan di dunia dan mati dalam keadaan kafir, kemudian digiring ke dalam neraka Jahanam sebagai tempat tinggal kamu. Dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal.”
306
Kamu pasti akan dikalahkan! Salah satu buktinya adalah apa yang diuraikan oleh ayat ini, yaitu sungguh, telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang berhadap-hadapan, yakni bertempur di dalam Perang Badar pada tahun kedua Hijriah. Yang pertama, satu golongan mukmin berperang di jalan Allah, yaitu Nabi Muhammad dan para sahabatnya, dan yang lain golongan kafir yang berperang di jalan kebatilan yang melihat dengan mata kepala, bahwa jumlah pasukan mereka, yakni golongan muslim, dua kali lipat mereka, sehingga hati mereka menjadi gentar. Ini menjadi faktor penyebab kemenangan kaum muslim. Allah menguatkan dengan pertolongan-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang berharga bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan mata hati yang dapat menangkap hikmah di balik setiap peristiwa.
307
Ada beberapa hal yang dapat menghalangi seseorang mengambil pelajaran dari peristiwa di atas, yaitu dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan dan sulit untuk dibendung, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan yang bagus dan terlatih, hewan ternak, dan sawah ladang, atau simbol-simbol kemewahan duniawi lainnya. Itulah kesenangan hidup di dunia yang bersifat sementara dan akan hilang cepat atau lambat, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik, yaitu surga dengan segala keindahan dan kenikmatannya.
308
Hal-hal yang disebut di atas adalah baik dan sesuai dengan naluri manusia, tetapi ada yang lebih baik dari itu semua. Maka katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang terlalu mencintai dunia dan kepada siapa pun juga, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa tersedia di sisi Tuhan yang mendidik dan memelihara mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sehingga mereka tidak perlu lagi bersusah payah mengairi-nya. Selain tempat tinggal yang nyaman itu, mereka hidup kekal di dalamnya, dan mereka juga dianugerahi pasangan-pasangan yang suci dari segala macam kekotoran jasmani dan rohani seperti haid, nifas, dan perangai buruk, serta kenikmatan rohani yang tidak ada taranya, yaitu rida Allah yang amat besar. Dan anu-gerah tersebut wajar karena Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya, mengetahui segala keadaan mereka dan memberikan balasan yang terbaik.
309
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan bahwa Allah mengetahui siapa yang berhak memperoleh keberuntungan besar, yakni orang-orang bertakwa, maka ayat ini menjelaskan ciri-cirinya. Yaitu orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman terhadap apa yang Engkau serukan kepada kami, maka ampunilah dosa-dosa kami atas ketidakmampuan kami untuk me-ngendalikan hawa nafsu kami, sehingga kurang menghiraukan seruan-Mu, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, dan lindungilah kami, dengan segala kekurangan dan dosa-dosa kami, dari azab neraka.”
310
Mereka itu adalah orang-orang yang sabar, baik dalam menjalankan ketaatan, di saat tertimpa musibah, maupun dalam meninggalkan larangan, orang-orang yang benar dalam sikap dan perkataannya, orang-orang yang senantiasa dalam ke-taat-an secara khusyuk, orang-orang yang selalu menginfakkan harta mereka, baik pada saat lapang maupun sempit (Lihat: Surah li Imran/3: 134) dan orang-orang yang senantiasa memohon ampunan terutama pada waktu sebelum fajar yakni masuknya waktu subuh.
311
Setelah Allah memberi pujian kepada kaum mukmin, ayat ini menegaskan bahwa dalil-dalil yang bisa menguatkan keimanan sudah begitu jelas. Allah menyatakan, yakni menjelaskan kepada seluruh makhluk bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Demikian pula para malaikat dan orang-orang berilmu juga menyaksikan atas keesaan-Nya. Bahkan, semuanya menyaksikan bahwa Allah tampil secara utuh untuk menegakkan keadilan, melalui dalil-dalil yang kuat. Allah adalah satu-satunya Penguasa dan Pengatur alam raya ini, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana dalam pengaturan dan penetapan hukumhukum-Nya.
312
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan tentang keesaan Allah, maka ayat ini menegaskan tentang kebenaran Islam yang inti ajarannya adalah tauhid. Sesungguhnya agama yang benar dan diridai di sisi Allah ialah Islam, yang inti ajarannya adalah tauhid. Tidaklah berselisih orangorang yang telah diberi Kitab, yakni para penganut Yahudi dan Nasrani, terhadap kebenaran Islam, kecuali atau justru setelah mereka memperoleh pengetahuan tentang hal itu, bukan karena ketidaktahuan. Demikian ini, karena adanya rasa kedengkian di antara mereka terhadap karunia yang diberikan kepada Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir. Padahal, barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, baik yang tertulis maupun yang tak tertulis, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya terhadap amal-amal hamba-Nya.
313
Lalu jika mereka membantahmu, wahai Nabi Muhammad, tentang kebenaran Islam, maka jelaskan dengan diperkuat dalil-dalil. Namun, jika mereka tetap menolak, maka katakanlah, “Aku berserah diri kepada Allah dan tidak bertanggung jawab atas pengingkaran kalian; demikian pula orang-orang yang mengikutiku.” Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Kitab, Yahudi dan Nasrani dan kepada orang-orang buta huruf, yaitu orang-orang musyrik Arab yang tidak memiliki kitab suci, “Sudahkah kamu masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam dengan sebenar-benarnya, berarti mereka telah mendapat petunjuk jalan yang benar, yang menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat, tetapi jika mereka berpaling dari Islam, maka kewajibanmu, wahai Nabi Muhammad, hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat seluruh amal perbuatan hamba-hamba-Nya, siapa yang taat dan siapa yang membangkang.
314
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan penolakan Yahudi yang didasarkan atas kedengkian, maka ayat ini menunjukkan sebagian perilaku buruk mereka. Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, dari kaum Yahudi, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis berupa alam raya, dan membunuh para nabi tanpa dalih sedikit pun yang bisa dianggap hak atau benar, dan juga membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka sampaikanlah kepada mereka kabar gembira, sebagai bentuk penghinaan, yaitu azab yang pedih di akhirat kelak.
315
Jika demikian, maka mereka itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, tidak memberi manfaat sedikit pun, di dunia dan di akhirat, dan mereka juga tidak memperoleh penolong dari azab Allah di akhirat kelak.
316
Setelah pada ayat sebelumnya dijelaskan beberapa perilaku buruk kaum Yahudi, ayat ini kembali menjelaskan perilaku buruk mereka lainnya. Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana sikap dan respons orang-orang yang telah diberi bagian Kitab Taurat? Mereka diajak berpegang pada Kitab Allah, baik yang tertera pada Al-Qur’an maupun kitab mereka sendiri, Taurat, untuk memutuskan perkara yang diperselisihkan di antara mereka sendiri, kemudian sebagian dari mereka berpaling seraya menolak kebenaran tersebut, disebabkan oleh kedengkian dan permusuhan.
317
Mereka berani melakukan hal itu adalah karena mereka berkata dengan penuh keyakinan, “Api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja yang selanjutnya akan diganti oleh orang Islam.” Mereka, kaum Yahudi, telah terpedaya oleh keyakinan mereka dalam memahami ajaran agama mereka, oleh apa yang se-cara sengaja mereka ada-adakan sendiri dengan menyimpangkan ajaran yang sebenarnya.
318
Pada ayat sebelumnya disebutkan bahwa kaum Yahudi berani menyepelekan azab Allah dengan mengingkari kebenaran yang dibawa Rasulullah, barangkali karena mereka masih hidup di dunia, maka bagaimana jika nanti mereka, kaum Yahudi itu, Kami kumpulkan pada hari kiamat yang tidak diragukan terjadinya, dan pada hari itu juga kepada setiap jiwa diberi balasan yang sempurna atau setimpal sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya, jika baik akan mendapatkan pahala dan jika buruk akan memperloleh siksa, dan mereka tidak akan dizalimi, yakni dirugikan atau dikurangi sedikit pun dari balasannya?
319
Setelah ayat-ayat sebelumnya menjelaskan tentang ketidakmampuan seseorang untuk menghindar dari keniscayaan hari akhir sebagai hari pembalasan, hari tersingkapnya rahasia, hari terkuaknya segala kebohongan, maka ayat berikut menjelaskan tentang kemahakuasaan Allah yang lain di dunia. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak seorang pun mampu mengangkat derajat orang lain dan memuliakannya kecuali atas izin-Nya, dan tidak seorang pun mampu menjatuhkan kekuasaan orang lain dan menghinakannya kecuali atas izin-Nya.
320
Ayat berikut ini juga bukti kekuasaan Allah yang lain. Engkau masukkan malam ke dalam siang sehingga siang menjadi lebih panjang daripada malam, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam sehingga malam lebih panjang daripada siang. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati seperti ayam dari telur, tumbuh-tumbuhan dari biji-bijian, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup seperti keluarnya telur dari ayam dan biji-bijian. Inilah siklus kehidupan yang Engkau atur sedemikian rupa sesuai dengan kekuasaan-Mu. Dan dengan kekuasaanMu juga, Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki baik yang taat maupun yang tidak taat, baik yang mukmin maupun yang kafir, tanpa perhitungan. Jika demikian, maka tidak seorang pun yang mampu mempertanyakan karunia yang diberikan kepada siapa pun, baik berupa kekuasaan, kekayaan, kemudahan mencari rezeki, dan lain-lain.
321
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan kekuasaan Allah yang tak terbatas, yang salah satunya memberi rezeki tanpa perhitungan, maka ayat ini melarang kaum mukmin untuk menjadikan orang kafir sebagai wali. Janganlah orang-orang beriman dengan sebenar-benarnya menjadikan orang kafir, baik kafir secara akidah maupun orang yang bergelimang dalam kedurhakaan, sebagai wali, yaitu orang terdekat yang menjadi tempat menyimpan rahasia yang menyangkut kemaslahatan umum, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, yaitu menjadikan orang kafir sebagai wali, niscaya dia tidak akan memperoleh perlindungan dan pertolongan apa pun dari Allah, kecuali apabila yang kamu lakukan itu karena untuk siasat menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka, terkait dengan keselamatan dirimu dan kaum muslim. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri, yakni siksa-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali semua makhluk-Nya.
322
Ayat ini mengingatkan agar tidak seorang pun bersembunyi di balik kata-kata bohongnya untuk mengambil keuntungan pribadi, sebab semua pasti akan terungkap. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, baik berupa ucapan maupun perbuatan, Allah pasti mengetahuinya dan akan membalasnya sesuai dengan apa yang dikatakan dan dilakukannya.” Demikian, karena Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, sehingga dengan kekuasaan-Nya itu Allah mampu mengungkap rahasia hamba-Nya dan membalas segala perbuatannya dengan seadil-adilnya.
323
Pada hari kiamat, setiap jiwa yang sudah dewasa dan layak diberi beban agama akan mendapatkan balasan atau ganjaran atas kebajikan yang telah dikerjakan dan akan dihadapkan atau dihadirkan kepadanya, begitu juga balasan atas kejahatan yang telah dia kerjakan juga akan dihadirkan di hadapannya. Maka, pada saat itulah dia yang perbuatannya buruk berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan segala keburukannya dengan hari itu. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri yakni siksa-Nya. Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya dengan memberinya perlindungan pada hari ketika tidak ada perlindungan kecuali dari-Nya. Ini menunjukkan betapa takut orangorang yang mati dengan membawa dosa serta betapa sulitnya hari itu kecuali bagi mereka yang memperoleh rahmat-Nya
324
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mereka yang merasa mencintai Allah, “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, dengan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larang-an-Nya yang disyariatkan melalui aku, juga ditambah dengan melaksanakan sunahsunahku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang terhadap siapa pun yang mengikuti perintah Rasul-Nya dan meninggalkan larangannya.
325
Sebagai bukti kecintaan kepada Allah, maka katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mere, “Taatilah Allah dan Rasul ka yang telah mencintai Allahbaik dalam perintah maupun larangan-Nya. Sebab, jika kalian berpaling dari menaati Allah dan Rasul-Nya sementara kalian mengaku telah mencintai-Nya, maka ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir, baik dari segi akidah maupun mereka yang bergelimang dalam kedurhakaan.”
326
Setelah Allah menunjukkan siapa yang berhak memperoleh cintaNya, maka ayat berikut menjelaskan beberapa sosok yang telah memperoleh cinta Allah. Sesungguhnya Allah dengan pengetahuan-Nya yang bersifat azali telah memilih Adam sebagai khalifah-Nya, Nuh sebagai penerima syariat pertama, keluarga Ibrahim, yaitu Ismail, Ishak dan keturunannya yang banyak menjadi nabi dan rasul, dan keluarga Imran yaitu Maryam yang melahirkan anak tanpa bapak, dan Isa sebagai rasul bagi Bani Israil melebihi segala umat pada masa masing-masing. -
327
Allah juga memilih mereka sebagai satu keturunan yang suci, yang sebagiannya adalah pewaris dari sebagian yang lain berupa kesucian, kemuliaan, dan kebaikan. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Ini sebagai isyarat bahwa ketokohan mereka didasarkan atas ilmu Allah yang sempurna, sehingga mereka layak didengar ucapannya dan diteladani perilakunya.
328
Sebelum menjelaskan tentang peristiwa kelahiran Isa yang di luar kewajaran, Allah terlebih dahulu menuturkan siapa sebenarnya Maryam, sekaligus sebagai jawaban terhadap mereka yang memperdebatkan siapa sesungguhnya Isa itu. Ingatlah, ketika istri Imran sedang mengandung, ia berkata, “Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepadaMu, bahwa apa yang dalam kandunganku, berupa janin, kelak menjadi hamba yang mengabdi kepada-Mu dengan mencurahkan segala kemampuan untuk mengurus rumah-Mu, maka terimalah nazar itu dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar segala perkataan hamba-Mu, termasuk nazarku, Maha Mengetahui segala apa yang diniatkan, termasuk niatku untuk mempersembahkan anakku demi mengabdi kepada-Mu.”
329
Setelah bernazar untuk mempersembahkan anaknya untuk mengurus rumah-Nya, maka ketika istri Imran melahirkan anak-nya, dia bermunajat kepada Allah seraya berkata, “Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan. “Padahal Allah lebih tahu apa yang terbaik atas apa yang dia lahirkan, yakni perempan. Dan anak laki-laki yang diharapkan tidak sama dengan, yakni tidak lebih baik daripada, perempuan yang diberikan Allah. Istri Imran berkata, “Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari gangguan setan yang terkutuk.” Ini mengisyaratkan atas besarnya karunia yang diberikan kepada keluarga Imran, sekaligus misteri besar di balik kelahiran anak perempuannya, sementara ia berharap anak laki-laki karena terkait nazarnya.
330
Maka Dia menerima doa-nya, dengan penerimaan yang baik, dan Dia membesarkannya, Maryam, melalui kedua orang tuanya dengan pertumbuhan yang baik, baik secara fisik maupun mental, dan karena suaminya, Imran, sudah meninggal, maka ibunya menyerahkan pemeliharaannya, Maryam, kepada Zakaria, di samping ia masih saudara, juga seorang nabi bagi Bani Israil sekaligus pengasuh rumah-rumah suci orang Yahudi. Setelah tumbuh dewasa, Allah menampakkan keistimewaan Maryam, yaitu setiap kali Zakaria masuk menemuinya, Maryam, yang biasanya dalam keadaan berzikir, di mihrab kamar khusus ibadah, dia, Zakaria, dapati makanan di sisinya. Dia, Zakaria, berkata dengan penuh keheranan, “Wahai Maryam! Dari mana makanan ini engkau peroleh?” Dia, Maryam, menjawab dengan singkat, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan, baik menyangkut jumlahnya maupun caranya.
331
Demi melihat keistimewaan Maryam dan nilai keberkahan mihrab tersebut, Zakaria menjadikan tempat yang diberkahi itu untuk memohon seorang anak kepada Allah. Di sanalah, di mihrab tempat Maryam beribadah itu, Zakaria berdoa kepada Tuhannya, dengan penuh kekhusyukan dan keyakinan. Dia berkata, “Ya Tuhanku, melalui keberkahan mihrab ini, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, karena aku sendiri tidak tahu bagaimana caranya. Yang aku tahu sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa setiap hamba yang memohon kepada-Mu.”
332
Allah mengabulkan doa Zakaria, dan dengan segera para malaikat, yakni Malaikat Jibril, memanggilnya ketika dia sedang berdiri melaksanakan salat di mihrab, “Allah menyampaikan kabar gembira yakni memberi anak kepadamu, wahai Zakaria, dan menambah pemberian-Nya dengan memberinya nama Yahya. Bukan hanya itu, ia adalah orang yang akan membenarkan atau mengimani sebuah kalimat atau firman dari Allah yakni kedatangan seorang nabi yang diciptakan tanpa ayah yaitu Nabi Isa, juga sebagai panutan, berkemampuan menahan diri dari hawa nafsu dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.”
333
Kabar gembira yang malaikat sampaikan kepada Zakaria justru membuat dia terkejut dan agak bimbang, dia berkata, “Tuhanku, bagaimana mungkin aku bisa mendapat anak yang aku minta sebagai penerus sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun mandul?” Dia berfirman, “Demikianlah, Allah berbuat apa yang Dia kehendaki, termasuk memberi anak tanpa melalui proses yang wajar.” Peristiwa ini untuk mengawali sebuah peristiwa yang lebih dahsyat lagi, yakni proses kelahiran Nabi Isa yang tanpa bapak.
334
Untuk menguatkan batinnya, dia berkata untuk memanjatkan doa, “Tuhanku, berilah aku suatu tanda jika doaku benar-benar Engkau kabulkan, juga agar hatiku tenang.” Lalu Allah berfirman, “Tanda bagimu kalau doamu terkabul adalah bahwa engkau tidak mampu berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat, dan bukan berarti bisu. Buktinya, ia masih bisa bicara jika yang diucapkan adalah pujian kepada Allah. Dan sebutlah nama Tuhanmu sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah serta pujilah Dia pada waktu petang dan pagi hari.”
335
Usai memaparkan sosok yang merawat Maryam dan keberkahannya, melalui ayat ini Allah menjelaskan sosok Maryam. Dan ingatlah ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu berdasarkan ilmu Allah untuk menjadi ibu dari salah satu rasul-Nya, menyucikanmu dari segala dosa, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh dunia, yakni dengan melahirkan seorang rasul tanpa disentuh seorang lelaki.
336
Wahai Maryam! Sebagai wujud rasa syukurmu kepada Allah, maka taatilah Tuhanmu dengan penuh kesungguhan dan konsisten, serta sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.”
337
Beberapa kisah yang dikisahkan di dalam Al-Qur’an itulah sebagian dari berita-berita gaib yang besar dan agung yang Kami wahyukan kepadamu, Nabi Muhammad, padahal engkau tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan pena, suatu alat untuk mengundi. Dengan alat itu, mereka mengundi siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan engkau pun tidak bersama mereka ketika mereka bertengkar untuk memperoleh kemuliaan tersebut yaitu pengasuhan Maryam.
338
Selanjutnya Allah memberi kabar gembira kepada Maryam akan lahirnya seorang putra sekaligus gambaran sosok tersebut. Ingat-lah, ketika para malaikat, yakni malaikat Jibril, berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang kelahiran seorang anak yang diciptakan melalui sebuah kalimat, firman, dari-Nya yaitu seorang putra, yang nama dan gelar-nya adalah Al-Masih Isa putra Maryam, yang kelak menjadi seorang terkemuka di dunia dengan gelar kenabian dan tersucikan dari dosa, dan di akhirat dengan derajat yang tinggi, dan termasuk orang-orang yang didekatkan kepada Allah.
339
Ayat ini masih menjelaskan mukjizat Nabi Isa. Dan dia, Isa, berbicara dengan manusia sewaktu masih bayi dalam buaian ibundanya dengan perkataan yang jelas dan bisa dipahami layaknya orang dewasa, dan ketika sudah dewasa, yang seakan kedua masa tersebut, antara bayi dan dewasa, tidak berjarak, dan dia, Isa, termasuk di antara orang-orang saleh.”
340
Mendengar kabar yang luar biasa itu, hati Maryam bercampur antara gembira, sedih, takut, dan takjub, lalu dia berkata, “Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak yang terlahir dari rahimku, padahal aku belum menikah dan tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku yakni menggauliku?” Dia berfirman, “Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. Inilah kemahakuasaan Allah, tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Apa pun yang dikehendaki-Nya wujud pasti akan wujud tanpa seorang pun yang mampu menghalanginya.
341
Untuk menguatkan posisi Isa sebagai rasul, Dia senantiasa mengajarkan kepadanya, Isa, al-Kitab, yaitu berupa pelajaran baca-tulis atau kitab-kitab yang diturunkan Allah sebelumnya, selain Taurat dan Injil, juga hikmah, yaitu kemampuan untuk memperoleh ilmu-ilmu yang bermanfaat dan melaksanakan ilmunya secara benar, Taurat, kitab Nabi Musa, dan kitab Injil yang diwahyukan secara lang-sung kepada Isa.
342
Ayat berikut ini menjelaskan posisi Nabi Isa sebagai rasul Allah, sekaligus menampik adanya dugaan bahwa Isa adalah anak Tuhan bahkan Tuhan itu sendiri. Dan keberadaan Isa hanyalah sebagai Rasul Allah yang secara khusus diutus kepada Bani Israil. Kemudian terjadilah dialog antara Nabi Isa dan Bani Israil, ia berkata, “Aku telah datang kepada kalian sebagai rasul Allah dengan membawa sebuah tanda, mukjizat atau bukti kerasulanku, dari Tuhan kalian, yang juga Tuhanku, yaitu aku akan membuatkan bagi kalian sesuatu dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia yang berbentuk seperti burung itu, benar-benar menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku juga mampu menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit kusta, semacam bercak-bercak putih di kulit. Dan bahkan aku bisa menghidupkan orang mati, yang semuanya itu bisa terjadi dengan izin Allah. Begitu juga, aku bisa memberitahukan kepada kalian apa yang kalian makan, dan bahkan aku bisa menceritakan kepada kalian apa yang kalian simpan di rumah kalian. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda kebenaran kerasulanku bagi kalian, jika kalian orang beriman dengan sebenar iman dan tidak ragu sedikit pun.
343
Bukan saja sebagai rasul, aku juga sebagai seorang yang membenarkan inti ajaran kitab Taurat yang datang sebelumku, yaitu ajaran tauhid, dan karenanya kitab Injil tidaklah bertentangan dengan Taurat dan juga tidak dimaksudkan untuk menghapus seluruh ajarannya. Dan jika ada hukum yang dihapus, maka hal itu agar aku bisa meringankan beberapa hukum yang dianggap berat, antara lain, dengan menghalalkan bagi kamu sebagian dari yang telah diharamkan hukumnya untukmu. (Lihat juga Surah al-Anam/6: 146, al-Araf/7: 163). Dan aku benar-benar datang kepadamu dengan membawa suatu tanda, mukjizat, dari Tuhanmu. Karena itu, hai Bani Israil, bertakwalah kepada Allah yakni peliharalah diri kalian dari hal-hal yang bisa melahirkan murka Allah, dan taatlah kepadaku dengan mengikuti ajaranku.
344
Karena itu, ketahuilah dan saksikanlah, hai Bani Israil, sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia dan jangan menyembah aku atau ibuku. Inilah jalan yang lurus dan benar.”
345
Meski Nabi Isa telah berupaya untuk mengajak mereka kepada tauhid dan diperkuat oleh berbagai mukjizat, mereka tetap menolak bahkan mengancam akan menyalibnya. Maka ketika Isa merasakan keingkaran mereka, Bani Israil, dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk menegakkan agama Allah?” Para Hawariyyun, sahabat-sahabat setianya, menjawab, “Kamilah penolong agama Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim, yaitu orang-orang yang benar-benar berserah diri kepada Allah.
346
Kemudian para penolong agama Allah tersebut berdoa, Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang Engkau turunkan kepada rasulMu, Isa, berupa kitab Injil, dan kami telah mengikuti ajaran Rasul-Mu, karena itu tetapkanlah kami bersama golongan orang yang memberikan kesaksian bahwa Isa telah melaksanakan tugas kerasulannya.”
347
Setelah ancaman yang ditunjukkan secara terang-terangan tidak membawa hasil, maka mereka melakukan gerakan di bawah tanah. Mereka, yakni orang-orang yang mengingkari Nabi Isa dan ajarannya, tidak tinggal diam. Mereka membuat tipu daya secara rahasia untuk menghalangi dakwah Isa. Maka untuk menghadapi mereka sekaligus membela agama yang dibawa rasul-Nya, Isa, Allah pun tidak diam. Dia membalas tipu daya mereka itu sehingga mereka gagal total dalam melaksanakan tipu dayanya. Allah sebaik-baik pembalas tipu daya, bahkan Dia menguat-kan dakwah Isa dengan Rohulkudus (Jibril).
348
Ayat ini menjelaskan tentang beberapa bukti kemuliaan Isa bin Maryam. Ingatlah, hai Nabi Muhammad, ketika Allah berfirman, “Wahai Isa! Aku akan mewafatkanmu atau menyempurnakan keberadaanmu di dunia dan mengangkatmu kepada-Ku, yaitu ke tempat yang mulia tanpa melalui proses kematian, serta menjauhkan dan menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu yang tidak mengubah agamamu serta yang membenarkan kenabianmu di atas orang-orang yang kafir terhadapmu dengan menyembunyikan bukti-bukti kerasulanmu hingga hari kiamat. Kemudian kepada-Ku kalian kembali, baik yang beriman kepada Nabi Isa maupun yang kafir kepadanya, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang kalian perselisihkan yaitu tentang Isa dan kebenaran ajaran yang dibawanya.”
349
Allah memberi ancaman bagi orang yang kafir kepada Nabi Isa dan pahala bagi orang yang beriman kepadanya. Maka adapun orang-orang yang kafir kepada Nabi Isa, maka akan Aku azab mereka dengan azab yang sangat keras di dunia, berupa kehinaan dan terusir dari daerahnya dan di akhirat berupa siksa yang kekal, sedang mereka tidak memperoleh penolong sedikit pun dari azab Allah di akhirat kelak.
350
Adapun orang yang beriman kepada Allah dengan mengikuti ajaran utusan-Nya, termasuk Nabi Isa, dan diwujudkan dengan melakukan kebajikan, maka Dia akan memberikan pahala kepada mereka dengan sempurna di akhirat berupa surga. Allah tidak menyukai orang zalim yaitu mereka yang melanggar batas-batas kebenaran yang telah Allah tetapkan, antara lain menganggap Nabi Isa sebagai Tuhan atau anak Tuhan.
351
Demikianlah, Kami bacakan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, sebagian ayat-ayat atau bukti-bukti kebenaran risalahmu melalui kisahkisah umat terdahulu, antara lain, kisah Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Zakaria, dan peringatan yang penuh hikmah; itulah Al-Qur’an.
352
Setelah Al-Qur’an menjelaskan tentang bukti-bukti kemuliaan Isa bin Maryam serta sikap pro dan kontra dari kaumnya, maka ayat ini menunjukkan kekeliruan mereka yang menganggap Isa sebagai anak Tuhan karena terlahir tanpa bapak. Sesungguhnya perumpamaan penciptaan Nabi Isa tanpa bapak bagi Allah bukanlah sesuatu yang mustahil, seperti penciptaan Adam yang terlahir tanpa bapak dan ibu. Dia menciptakannya, Nabi Isa, sebagaimana Adam, dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. Allah Mahakuasa. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Apa pun yang dikehendaki-Nya pasti akan terwujud dan tidak ada seorang pun yang mampu menghalangi-Nya.
353
Demikian itu, karena kebenaran itu dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau, wahai Nabi Muhammad, termasuk orang-orang yang ragu terhadap proses penciptaan Nabi Isa bin Maryam.
354
Setelah beberapa ayat sebelumnya dipaparkan kekeliruan anggapan kaum Nasrani bahwa Allah mempunyai anak, sekaligus menunjukkan bukti-bukti kekeliruannya, namun mereka tetap menolaknya, maka sebagai jalan terakhir untuk membuktikan siapa yang paling benar antara mereka yang menganggap Isa sebagai anak Tuhan atau Isa sebagai rasul Allah, dilakukanlah doa mubahalah. Siapa yang membantahmu dalam hal ini, yaitu keberadaan Isa sebagai manusia biasa dan sebagai utusan Allah, setelah engkau memperoleh ilmu atau pengetahuan tentang hal itu, maka katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian, kami sendiri dan kalian juga, kemudian marilah kita ber-mubahalah, yaitu masing-masing pihak yang berbeda pendapat berdoa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, agar laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” Hanya saja, peristiwa mubahalah ini pada akhirnya tidak terjadi, sebab orang-orang Nasrani Najran tidak berani datang, karena dalam hati mereka sejatinya memang membenarkan kerasulan Nabi Muhammad.
355
Ayat selanjutnya menegaskan tentang kebenaran kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Sungguh, kisah Isa bin Maryam yang berakhir dengan doa Mubalahah ini dan juga kisah-kisah lain dalam Al-Qur’an adalah kisah atau kumpulan informasi yang memberi petunjuk kepada agama yang benar dan membawanya kepada kebenaran hakiki, sekaligus bukti keesaan Allah yang tidak ada tuhan selain Allah, dan sungguh, Allah bukan saja Mahakuasa tetapi juga Mahaperkasa sehingga tidak ada seorang pun yang mampu mengalahkan-Nya, Mahabijaksana dalam setiap pengaturan-Nya.
356
Kemudian jika mereka tetap berpaling meski sudah diberikan bukti-bukti kemahakuasaan, kemahaperkasaan, dan kemahaesaan Allah, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan, baik melalui perkataan, perbuatan maupun keyakinannya.
357
Tatkala mereka tidak berani ber-mubahalah, sehingga tampaklah kebohongan dan kelemahan mereka, maka ayat ini mengajak mereka kepada tauhid dengan cara yang lebih lunak dan santun. Katakanlah, hai Nabi Muhammad, “Wahai Ahli Kitab! Jika kalian tetap menolak kebenaran hujjah tentang Isa bin Maryam padahal kalian mengetahuinya, maka marilah kita menuju kepada satu kalimat, pegangan yang sama yang memberi keputusan secara adil antara kami dan kamu, yaitu kitab Taurat dan kitab-kitab lainnya, termasuk Injil dan Al-Qur’an, bahwa di dalam kitab-kitab tersebut kita tidak diperbolehkan menyembah selain Allah dan kita tidak diperbolehkan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan jika cara ini juga tidak membawa hasil untuk mengajak mereka, maka yang terpenting bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah untuk diikuti dan dituruti perintahnya padahal perintah itu keliru. Jika mereka tetap berpaling dari kebenaran setelah terpenuhi bukti-bukti, maka katakanlah kepada mereka, “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang muslim, yaitu orang-orang yang benar-benar berserah diri kepada Allah dan semata-mata beribadah kepada-Nya.”
358
Mereka bukannya mengikuti ajaran tauhid, sebagai inti ajaran (millah) Nabi Ibrahim, akan tetapi mereka justru saling berbantah tentang siapa Nabi Ibrahim. Masing-masing mereka mengaku bahwa Nabi Ibrahim adalah pengikut mereka. Wahai Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani! Mengapa kamu berbantah-bantahan tentang Ibrahim, di mana masingmasing dari kalian menganggap Nabi Ibrahim itu dari golongan kalian,padahal Turat dan Injil diturunkan setelah dia dengan jarak waktu yang sangat panjang. Allah menutup ayat ini dengan redaksi apakah kalian tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti bahwa yang datang lebih dahulu tidak mungkin mengikuti yang datang belakangan. Bukti sejarah ini sekaligus meruntuhkan klaim mereka tentang Nabi Ibrahim sebagai Ahli Kitab.
359
Selanjutnya Allah memberi isyarat tentang ketidakbenaran anggapan mereka sekaligus kebodohan mereka tentang Nabi Ibrahim. Begitulah kenyataan yang terjadi di antara kamu! Kamu bukan saja berbantah-bantahan tentang apa yang kamu ketahui, yaitu tentang Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad, tetapi kamu juga berbantah-bantahan tentang apa yang tidak kamu ketahui, yaitu tentang Nabi Ibrahim? Padahal Allah mengetahui sejarah masing-masing, lalu Dia menginformasikan kepada kalian melalui rasul-Nya yang terakhir, Nabi Muhammad, sedang kamu tidak mengetahui melainkan hanya dugaan semata yang tidak memiliki alasan yang kuat.
360
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan ketidakbenaran anggapan Ahli Kitab tentang Nabi Ibrahim, lalu Allah membantah anggapan mereka sekaligus menjelaskan sosok Nabi Ibrahim sebenarnya. Nabi Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, yaitu jauh dari syirik atau mempersekutukan Allah dan jauh dari kesesatan, sekaligus muslim yaitu seorang yang berserah diri kepada Allah semata dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik sebagaimana orang Yahudi dan Nasrani yang meyakini Uzair dan Nabi Isa sebagai anak Tuhan.
361
Jika demikian, orang yang paling dekat atau yang paling berhak dinisbatkan kepada Ibrahim dan ajaran yang dianutnya ialah orang yang mengikutinya, yaitu yang menjawab ajakan Nabi Ibrahim kepada tauhid, begitu juga Nabi ini, Muhammad, dan orang-orang yang beriman yakni para pengikut agama tauhid secara konsisten dan sunggung-sungguh. Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dengan senantiasa memberi pertolongan di dunia dan memberi balasan surga di akhirat kelak.
362
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan tentang Nabi Ibrahim sebagai penganut agama tauhid, begitu juga Nabi Muhammad dan umat Islam, maka ayat ini menginformasikan ketidaksukaan sebagian Ahli Kitab dan upaya penyesatan mereka terhadap umat Islam. Segolongan Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, wahai umat Islam, dengan berbagai macam cara. Padahal, sesungguhnya mereka tidak menyesatkan siapa pun melainkan akibatnya akan menimpa diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak menyadari. Ayat ini merupakan puncak pencelaan dan penghinaan terhadap mereka sekaligus menunjukkan buruknya sifat dan perilaku mereka.
363
Sebagai pelengkap penghinaan terhadap mereka, ayat ini menyeru kepada Ahli Kitab. Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, padahal kamu mengetahui kebenarannya melalui kitab kalian sendiri?
364
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan sikap penolakan Ahli Kitab terhadap kebenaran yang dibawa Rasulullah, maka ayat ini kembali menjelaskan perilaku buruk mereka yang lainnya, antara lain upaya penyesatan terhadap kaum muslim. Wahai Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani! Mengapa kamu mencampuradukkan kebenaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul dengan kebatilan, yaitu dengan menutup-nutupi beberapa firman Allah yang termaktub di dalam Taurat dan Injil dengan perkataan-perkataan yang dibuat-buat oleh mereka sendiri, dan kamu menyembunyikan kebenaran tentang kenabian Muhammad yang tersebut dalam Taurat dan Injil, padahal kamu mengetahui tentang kebenaran itu serta akibatnya, yakni siksa yang sangat pedih?
365
Seharusnya mereka mengimani kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah secara tulus, namun justru mereka menularkan sifat kemunafikannya kepada orang lain untuk menyesatkan kaum muslim. Segolongan Ahli Kitab berkata kepada sesamanya dan kepada orang-orang munafik, “Berimanlah kamu kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman, yakni Al-Qur’an pada awal siang, misalnya, dengan melaksanakan salat subuh bersama mereka dan ingkarilah atau murtadlah di akhir siang-nya, agar mereka, yakni orang-orang Islam yang lemah imannya dan yang tidak memiliki pemahaman yang benar terhadap agamanya, akan kembali kepada kekafiran."
366
Mereka, Ahli Kitab, bahkan berusaha meyakinkan kepada sesamanya bahwa predikat rasul terakhir adalah hak mereka. Karena itu, janganlah kamu, wahai Ahli Kitab, percaya selain kepada orang yang mengikuti agama kalian. Dengan begitu, mereka tidak jadi masuk Islam. Atau, jangan percaya kepada orang-orang yang masuk Islam, yang dulunya berasal dari agama kamu, agar iman mereka menjadi guncang dan kembali kepada kekafiran. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Sesungguhnya petunjuk itu, hanyalah petunjuk Allah dan akan diberikan kepada siapa saja yang dipilih-Nya sesuai dengan hukum-hukum yang telah Dia tetapkan. Kamu juga jangan percaya bahwa seseorang akan diberi seperti apa yang diberikan kepada kamu, atau bahwa mereka akan menyanggah kamu di hadapan Tuhanmu.” Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Allah Mahaluas karuniaNya, Maha Mengetahui kepada siapa karunia tersebut harus diberikan.”
367
Dia juga menentukan rahmat-Nya, yakni kenabian dan risalah, kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah memiliki karunia yang besar, tidak seorang pun bisa melawan-Nya dan menghalangi-Nya kepada siapa karunia itu akan diberikan. Rangkaian ayat-ayat ini mengajari manusia agar tidak dengki atas karunia yang Allah berikan kepada orang lain, sebab hal itu hanya akan mendorong seseorang melakukan perilaku buruk lainnya.
368
Ayat sebelumnya menjelaskan perilaku buruk Ahli Kitab terhadap kaum muslim yang disebabkan oleh rasa kedengkian atas karunia yang diberikan kepada mereka, maka ayat ini menginformasikan bahwa di antara Ahli Kitab ada juga yang baik. Di antara Ahli Kitab ada yang jika engkau percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikan semua-nya kepadamu dan tidak berkurang sedikit pun. Tetapi ada pula di antara mereka yang jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, yakni harta yang sedikit, dia justru tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya. Yang demikian itu disebabkan adanya keyakinan mereka bahwa orang-orang selain mereka memang layak untuk dizalimi, dibohongi, dan dikhianati. Karena itu mereka berani melanggar hukum Allah seraya berkata, “Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang buta huruf, yakni selain golongan Ahli Kitab.” Mereka dengan sengaja mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui kalau hal itu adalah dosa besar.
369
Padahal, yang benar adalah bahwa mereka tetap berdosa karena khianat. Sebab, sebenarnya barangsiapa menepati janji dengan mengembalikan hak orang lain sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan bertakwa, maka sungguh dengan takwa itu ia akan memperoleh cinta Allah, karena Allah senantiasa mencintai orang-orang yang bertakwa. Ini menunjukkan bahwa menepati janji atau tidak khianat menjadi salah satu kriteria ketakwaan.
370
Ayat ini mengancam kepada siapa saja yang berkhianat, dan menukarnya dengan hal-hal yang bersifat duniawi yang tidak ada nilainya di hadapan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan atau menukar janji yang dikuatkan dengan nama Allah untuk ditepati, dan sumpah-sumpah mereka dengan hal-hal yang bersifat duniawi; itu sama saja mereka menukarnya dengan harga murah atau nilai yang rendah dibanding balasan yang kelak diterimanya di akhirat jika mereka jujur, mereka justru tidak memperoleh bagian sama sekali di akhirat. Bukan itu saja, Allah juga tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka dengan pandangan rahmat pada hari kiamat, dan tidak akan menyucikan atau mengampuni dosa-dosa mereka. Bagi mereka azab yang pedih di neraka, dan mereka kekal di dalamnya.
371
Ayat ini bahkan secara khusus menerangkan perilaku buruk kaum Yahudi, terutama tokoh-tokohnya. Sungguh, di antara mereka ada segolongan, di antaranya ada tokoh-tokoh agama, yang memutarbalikkan lidahnya membaca Kitab Taurat, yakni dengan cara menyembunyikan informasi yang benar, mengubah maksud yang sebenarnya, atau menggantinya dengan redaksi lain lalu membacanya layaknya mereka membaca Taurat, agar kalian menyangka yang mereka baca itu benar-benar sebagian dari Kitab Taurat, padahal itu bukan dari Kitab Taurat, tetapi rekayasa semata. Dan untuk menguatkan kebohongannya mereka berkata, “Itu dari Allah,” padahal itu bukan dari Allah. Mereka benar-benar tidak punya rasa malu bahkan berani mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui secara pasti kalau hal itu dusta. Ayat ini juga menjadi bukti adanya tahrif (perubahan) dalam kitab Taurat.
372
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan tentang upaya tahrif (perubahan) Ahli Kitab terhadap kitab suci mereka, ayat ini kembali menginformasikan keburukan mereka, yakni dengan cara menuduh bahwa rasul menginginkan agar disembah oleh para pengikutnya. Tidak mungkin bagi seseorang yakni seorang rasul yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah, yaitu pemahaman terhadap agama serta pengetahuan tentang rahasia-rahasia syariat, dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah.” Tuduhan syirik ini jelas tidak benar dan tidak mungkin dilakukan oleh seorang rasul. Tetapi, yang benar, rasul itu berkata, “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah yang istikamah. Demikian ini, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya, sehingga kamu bisa menunjukkan sikap ketaatan yang sempurna dan menjauhi sikap syirik!”
373
Begitu juga, tidak mungkin bagi seorang rasul menyuruh kalian menjadikan para malaikat dan para nabi sebagai Tuhan. Apakah patut dia menyuruh kamu menjadi kafir setelah kamu menjadi muslim, pemeluk Islam yang inti ajarannya adalah tauhid? Ini menunjukkan sifat utama para rasul--juga mereka yang melanjutkan dakwah para rasul--yaitu al-amin, atau bisa dipercaya dalam segala hal, terutama dalam melaksanakan tugas dakwah.
374
Setelah ayat sebelumnya menginformasikan tuduhan-tuduhan tidak benar yang ditujukan kepada para nabi dan rasul, maka ayat ini menegaskan bahwa para nabi dan rasul itu telah diambil sumpah janjinya oleh Allah untuk membenarkan Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. Ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi dan rasul, “Manakala Aku memberikan kitab dan hikmah yaitu ilmu yang bermanfaat dan kemampuan untuk mengamalkannya, kepada kamu, lalu datang kepada kamu seorang Rasul, yakni Nabi Muhammad, yang membenarkan apa yang ada pada kamu berupa ajaran tauhid yang tercantum dalam kitab-kitab mereka, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolong agama-nya.” Allah berfirman, “Apakah kamu setuju dan menerima perjanjian dengan-Ku atas yang demikian itu, yakni membenarkan Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir?” Mereka menjawab, “Kami setuju.” Allah berfirman, “Kalau begitu bersaksilah kamu, wahai para nabi, dan Aku menjadi saksi bersama kamu bahwa Nabi Muhammad adalah rasul dan nabi terakhir.” Ayat ini juga menjadi bukti bahwa manusia itu cenderung lalai terhadap aturan Ilahi, sehingga perlu diturunkan nabi dan rasul secara berkesinambungan yang berakhir pada Nabi Muhammad, saat ini dilanjutkan oleh para pewaris beliau, yaitu para ulama.
375
Perjanjian di atas bukan saja dilakukan oleh para nabi tetapi juga mengikat para kaumnya. Maka barang siapa berpaling dari mengimani Nabi Muhammad, setelah itu, yaitu setelah diperkuat dengan sumpah, maka mereka itulah orang yang fasik, yaitu orang yang keluar dari syariat Allah.
376
Jika memang agama itu hakikatnya satu dan inti semua risalah juga sama yaitu tauhid, maka mengapa mereka berpaling dari agama yang benar yang dibawa oleh Nabi Muhammad dengan mencari agama yang lain selain agama Allah, yaitu agama Islam? Padahal, apa, yakni semua makhluk, yang di langit dan di bumi berserah diri dengan senantiasa tunduk dan patuh kepada hukum dan kehendak-Nya, baik dengan suka yaitu secara tulus ikhlas karena melihat bukti-bukti kebenaran, maupun terpaksa setelah melihat azab. Dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan, lalu mereka akan mendapat balasan yang setimpal.
377
Setelah ayat sebelumnya memaparkan bahwa para rasul diambil sumpah janjinya untuk mengimani kerasulan Nabi Muhammad dan menolong agamanya, maka melalui ayat ini, Allah hendak menguatkan kesamaan Tuhan dan risalah di antara rasul-rasul-Nya, yaitu dengan memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengimani semua rasul dan kitab-kitab yang dibawanya. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, Al-Qur’an, dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, yang ada dua belas, di mana mereka beriman kepada Allah dan semua rasul tanpa membeda-bedakannya, tidak seperti yang dilakukan sebagian Ahli Kitab, dan apa yang diberikan kepada Musa, Taurat, Isa, Injil, dan para nabi lainnya dari Tuhan mereka yang tidak diketahui kisah-kisahnya. Kami juga tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dalam mengimaninya, sebab mengingkari seorang rasul berarti mengingkari semuanya, dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.”
378
Jika agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah sama dengan inti ajaran nabi-nabi sebelumnya, yakni tauhid, maka barangsiapa mencari agama selain Islam setelah terutusnya Nabi Muhammad dia tidak akan diterima karena Allah tidak meridainya, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi, karena ia berhak atas siksa-Nya.
379
Setelah ayat sebelumnya menerangkan sikap penolakan Yahudi terhadap kebenaran Nabi Muhammad dan agama Islam, maka ayat ini menerangkan bahwa sikap tersebut mengakibatkan mereka tidak memperoleh hidayah. Bagaimana mungkin Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka melihat bukti-bukti kebenaran yang memungkinkan mereka beriman, serta mengakui bahwa Rasul, Muhammad, itu benar-benar rasul, dan disertai bukti-bukti yang jelas tentang hal itu, telah sampai kepada mereka seperti Al-Qur’an dan kitab-kitab suci lainnya yang menginformasikan tentang kebenaran Muhammad sebagai nabi terakhir? Sungguh, sikap semacam itu adalah wujud kezaliman, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang zalim yaitu orang yang tahu kebenaran tetapi melanggar dan mengingkarinya, bahkan menentangnya.
380
Jika mereka tetap kafir dan tidak mau bertobat, maka mereka itu, balasannya ialah ditimpa laknat Allah, yakni dijauhkan dari rahmat-Nya. Selama mereka mendapat laknat Allah, maka para malaikat akan berulang-ulang melaknatnya, dan bahkan manusia seluruhnya juga melaknatnya, yakni melihatnya dengan pandangan hina.
381
Sementara di akhirat, mereka akan dimasukkan ke dalam neraka dan kekal di dalamnya. Mereka juga tidak akan diringankan azabnya, dan mereka tidak diberi penangguhan sedikit pun yang memungkinkan mereka mengajukan alasan.
382
Mereka akan tetap terlaknat, kecuali orang-orang yang bertobat setelah itu, dengan menghentikan sama sekali perilaku kafirnya, dan melakukan perbaikan, yaitu menghilangkan hal-hal yang bisa merusak akidah dan amal perbuatannya, maka sungguh, Allah akan menerima tobatnya, karena Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya yang mau bertobat dengan tulus, dengan memenuhi tiga kriteria, yaitu menghentikan sama sekali perbuatan dosanya, menyesali perbuatannya, dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.
383
Sungguh syarat diterimanya tobat adalah terus menerus dalam keimanan, karena itu, orang-orang yang kafir setelah beriman yaitu setelah melihat bukti-bukti kebenaran, bahkan kemudian bertambah kekafirannya dengan murtad, membuat kerusakan, dan menyakiti orang-orang Islam, maka mereka tidak akan diterima tobatnya, karena tidak mungkin mereka bersikap tulus dan mereka itu adalah orang-orang yang sesat serta semakin jauh dari kebenaran.
384
Sungguh, orang-orang yang kafir dan terus-menerus dalam kekafirannya hingga mereka mati dalam kekafiran, maka tidak akan diterima tebusan dari seseorang di antara mereka sekalipun berupa emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri-nya dari azab Allah dengan harta tebusan-nya itu. Sebab, mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong, karena saat itu hanya Allah yang bisa menolong. Ayat ini memberi pemahaman bahwa sebanyak apa pun infak seseorang itu tidak akan diterima jika perbuatan yang dilakukan tersebut justru akan menghapus pahala dari amal itu sendiri, seperti syirik.
385
Pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa orang yang meninggal dalam kekufuran, maka sebesar apa pun harta dan infak yang mereka keluarkan, tidak akan bisa dijadikan tebusan agar mereka bebas dari azab Allah. Pada ayat ini dijelaskan tentang harta dan infak yang bermanfaat hendaknya harta yang dicintai, karena kamu tidak akan memperoleh kebajikan yang paling utama dan sempurna sebelum kamu menginfakkan, dengan cara yang baik dan tujuan yang benar, sebagian harta yang kamu cintai, yang paling bagus dari apa yang kamu miliki. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui niat dan tujuan kamu berinfak, apakah karena ingin dipuji atau dilihat orang (riya), ingin dipuji orang yang mendengar (sum’ah), atau semata-mata karena Allah. Jika infak dilaksanakan hanya karena Allah maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan di dunia maupun akhirat.
386
Setelah ayat sebelumnya Allah menjelaskan harta dan infak yang bermanfaat, maka pada ayat ini Allah menjelaskan makanan yang halal atau haram bagi Bani Israil. Semua makanan itu pada dasarnya halal bagi Bani Israil sebagaimana halal juga bagi selain mereka, kecuali makanan yang diharamkan oleh Israil (Yakub) atas dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan dalam rangka meraih kebajikan dan mendekatkan diri kepada Allah. Makanan tersebut adalah daging dan susu unta. Ada satu riwayat menyebutkan bahwa Nabi Yakub pernah sakit dan bernazar kalau Allah memberinya kesembuhan, maka dia tidak akan makan daging unta dan tidak minum susunya, meskipun kedua makanan tersebut sangat disukainya. Pengharaman Nabi Yakub atas kedua jenis makanan tersebut lalu diikuti oleh keturunannya. Setelah Taurat diturunkan ada beberapa makanan yang diharamkan bagi mereka sebagai hukuman atas pelanggaran yang mereka lakukan (Lihat: Surah an-Nisa’/4: 160 dan al-Anam/6: 146), tetapi kaum Yahudi membuat kebohongan dengan mengatakan bahwa ada makanan yang diharamkan Allah untuk mereka sebelum Kitab Taurat diturunkan. Oleh karena itu Allah menjawab, “Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, jika kamu berkata demikian, maka bawalah Taurat lalu bacalah, dan tunjukkan kepada kami keterangan Taurat tentang pengharaman makanan itu jika kamu orang-orang yang benar.” Ternyata tidak seorang pun di antara mereka mampu menunjukkkan ayat Taurat yang mendukung kebohongan mereka.
387
Karena tidak seorang pun dari mereka mampu menunjukkan dalil atau ayat Taurat tentang pengharaman makanan sebagaimana yang mereka katakan, maka jelas bahwa mereka berbohong, dan barang siapa mengada-adakan kebohongan terhadap Allah menyangkut makanan atau hal lainnya setelah datang penjelasan tentang itu, maka mereka itulah orang-orang zalim. Mereka itulah orang-orang yang jauh dari kebenaran dan akan mendapat siksaan yang pedih akibat kezaliman tersebut.
388
Setelah nyata kebohongan orang-orang Yahudi, maka Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, katakanlah, “Benarlah segala yang difirmankan Allah dan ketetapan-Nya tentang makanan.” Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, yaitu penyerahan diri kepada Allah secara tulus tanpa sedikit pun keraguan, dan tidak menyekutukan Allah dengan apa pun dan siapa pun, karena dia, Ibrahim, tidaklah termasuk orang musyrik. Dia sangat dihormati orang Yahudi dan Nasrani dan dia pantas menjadi teladan umat manusia.
389
Dalam ayat ini Allah menjelaskan kedudukan Masjidilharam dan Kakbah yang Nabi Ibrahim terlibat dalam pembangunannya. Allah menegaskan bahwa sesungguhnya rumah tempat ibadah yang pertama dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah yakni Mekah yang diberkahi dengan banyak kebajikan duniawi maupun ukhrawi secara berkesinambungan dan tiada terputus, dan menjadi petunjuk, yaitu sebagai kiblat dan pusat kegiataan beribadah kepada Allah serta harapan untuk mengunjunginya bagi seluruh alam di masa lampau, sekarang, maupun yang akan datang (Lihat: Surah Ibrahim/14: 37).
390
Di sana, di Masjidilharam, terdapat tanda-tanda yang jelas tentang keutamaan dan kemuliaannya diantaranya maqam Ibrahim, yaitu bekas telapak kaki Nabi Ibrahim tempat beliau berdiri waktu membangun Kakbah; hajar aswad, hijir Ismail dan yang lainnya (Lihat: Surah alBaqarah/2: 125). Barang siapa memasukinya, menjadi amanlah dia dari gangguan-gangguan. Dan di antara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang Islam yang sudah akil balig yang mampu mengadakan perjalanan ke sana, mempunyai bekal yang cukup untuk dirinya dan keluarga yang ditinggalkan, kemampuan fisik, ada sarana pengangkutan dan aman dalam perjalanan. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka dia adalah kafir, karena tidak percaya pada ajaran Islam. Ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) apapun dari seluruh alam, baik yang taat dan menjalankan ibadah haji, yang durhaka, maupun yang kafir.
391
Setelah jelas dalil dan penjelasan yang diberikan kepada Ahli Kitab atas kebohongan mereka, tetapi mereka tetap ingkar, maka Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, katakanlah “Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, mendustakan Al-Qur’an dan mengingkari kerasulanku, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan?” Tidak ada kedustaan dan perbuatan kalian yang samar bagi Allah walaupun kalian berusaha menyembunyikannya. Dia akan membalas keburukan perbuatan kalian kelak di hari kiamat.
392
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Wahai Ahli Kitab!" Setelah kamu kufur, mengapa kamu terus menghalang-halangi dan berusaha memalingkan orang-orang yang beriman dari jalan Allah, kamu menghendakinya (jalan Allah) yang lurus menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan, yaitu mengetahui bahwa apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad adalah benar? Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, baik di masa lampau, sekarang, maupun yang akan datang. Sesungguhnya kalian telah sesat dan menyesatkan.
393
Setelah ayat sebelumnya mengecam Ahli Kitab, maka ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman. Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu mengikuti sebagian dari orang yang diberi Kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani, niscaya mereka akan mengembalikan dan memalingkan kamu dari agama kamu agar kembali menjadi orang kafir yang kukuh kekafirannya setelah kamu beriman kepada Nabi Muhammad.
394
Dan bagaimana kamu sampai menjadi murtad dan kembali kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu dan telah nyata kebenaran dakwah risalahnya? Maka berpegangteguhlah kepada agama Allah. Barang siapa berpegang teguh kepada agama Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan lebar dan mudah dilalui yang lurus, berupa keimanan yang kuat dan akan diberi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ayat ini mengisyaratkan bahwa orang yang beriman akan selalu mendapatkan cobaan. Walau begitu, barang siapa menjadikan agama Allah sebagai pegangan dan Allah sebagai tempat kembali serta memperbanyak ibadah, maka dia akan selamat dari cobaan tersebut.
395
Supaya kamu memperoleh keimanan yang kuat dan tidak goyah ketika terjadi cobaan, maka wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya sesuai kebesaran, keagungan, dan kasih sayang-Nya kepada kamu. Bukti ketakwaan tersebut adalah menaati Allah dan tidak sekalipun durhaka, mengingat-Nya dan tidak sesaat pun melupakan-Nya, serta mensyukuri nikmat-Nya tanpa sekalipun dan sekecil apa pun mengingkarinya sampai batas akhir kemampuan kamu, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim, berserah diri kepada Allah dengan tetap memeluk agama yang diridai, yaitu Islam. Karena tidak seorang pun mengetahui kapan datangnya kematian, maka berusahalah sekuat tenaga untuk selalu berada di jalan Allah, karena Allah akan menganugerahi hamba sesuai usaha yang dilakukannya.
396
Pada ayat ini Allah memerintah kaum mukmin menjaga persatuan dan kesatuan. Dan berpegangteguhlah serta berusahalah sekuat tenaga agar kamu semuanya bantu-membantu untuk menyatu pada tali (agama) Allah agar kamu tidak tergelincir dari agama tersebut. Dan janganlah kamu bercerai berai, saling bermusuhan dan mendengki, karena semua itu akan menjadikan kamu lemah dan mudah dihancurkan. Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika mengeluarkan kamu dari kekufuran kepada keimanan dan menyatukan hati kalian dalam persaudaraan, padahal kamu dahulu pada ( masa jahiliyyah ) saling bermusuhan, saling membenci dan memerangi tiada henti dari generasi ke generasi, lalu Allah mempersatukan hatimu dengan harapan dan tujuan yang sama yaitu memperoleh rida Allah, sehingga dengan karuniany-Nya, yaitu agama islam, kamu menjadi bersaudara dalam satu keuarga. Pada masa Jahiliah terjadi permusuhan selama ratusan tahun antara suku 'Aus dan suku Khazraj. Setelah datangnya Islam mereka dapat bersatu dengan penuh persahabatan. Menyaksikan kenyataan tersebut orang-orang Yahudi merasa tidak senang dan menyuruh salah seorang diantara mereka meniupkan api perpecahan dengan menyebutk kejadian waktu Perang Bu'as. Meskipun kedua suku tersebut sempat terpancing dan hampir saja berperang, tetapi Nabi MUhammad berhasil mendamaikan mereka. Demikian besar karunia Allah kepada kamu, sedangkan (ketika itu) kamu sama sekali tidak menyadari bahwa ketika kamu saling bermusuhan, susungguhnya kamu berada di tepi jurang neraka, karena hidup tanpa bimbingan wahyu, selalu terbakar api kebencian, kemarahan dan permusuhan bahkan berakibat pada pemunuhan, lalu dengan datangnya Islam Allah menyelamatkan kamu dari sana dan terciptalah kedamaian di antara kamu. Demikianlah, Allah secara terus menerus menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk secara terus-menerus dan tetap bersatu padu dalam persaudaraan dan kekeluargaan.
397
Pada ayat ini Allah memerintahkan orang mukmin agar mengajak manusia kepada kebaikan, menyuruh perbuatan makruf, dan mencegah perbuatan mungkar. Dan hendaklah di antara kamu, orang mukmin, ada segolongan orang yang secara terus-menerus menyeru kepada kebajikan yaitu petunjuk-petunjuk Allah, menyuruh (berbuat) yang makruf yaitu akhlak, perilaku dan nilai-nilai luhur dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, dan mencegah dari yang mungkar, yaitu sesuatu yang dipandang buruk dan diingkari oleh akal sehat. Sungguh mereka yang menjalankan ketiga hal tersebut mempunyai kedudukan tinggi di hadapan Allah dan mereka itulah orang-orang yang beruntung karena mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.
398
Dan janganlah kamu, wahai orang mukmin, menjadi seperti orang-orang yang berkelompok-kelompok, seperti orang Yahudi dan Nasrani yang bercerai berai dan berselisih dalam urusan agama dan kemaslahatan umat, karena masing-masing mengutamakan kepentingan kelompoknya. Betapa buruk apa yang terjadi pada mereka, karena berselisih secara sadar dan sengaja setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas, yaitu diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab. Mereka yang berkelompok dan berselisih itulah orang-orang yang celaka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat kelak di hari kiamat.
399
Ayat ini menggambarkan perbedaan keadaan orang yang beriman dan orang kafir pada hari kiamat. Pada hari itu ada wajah yang putih berseri dan tampak sinar kebahagiaan dan kesenangan mereka karena pahala dari amal kebajikan mereka selama hidup di dunia; itulah wajah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan ada pula wajah yang hitam muram dan tampak rasa kesedihan, penyesalan dan kehinaan; itulah wajah orang-orang kafir dan mendustakan rasulrasul-Nya. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram, kepada mereka dikatakan, “Mengapa kamu kafir, murtad, setelah beriman, yaitu setelah datang penjelasan yang nyata, baik melalui rasul maupun kitab yang diturunkan Allah dan juga tanda-tanda kebesaran Allah di alam raya? Karena itu, rasakanlah azab yang pedih disebabkan dosa kekafiranmu itu.”
400
Ayat ini menggambarkan kegembiraan ahli surga atas rahmat Allah yang mereka terima. Dan adapun orang-orang yang beriman dan ahli ibadah, mereka mendapatkan kebahagiaan dan berwajah putih berseri, mereka berada dalam rahmat Allah di surga, dengan berbagai kesenangan, keindahan, dan kedamaian; mereka kekal di dalamnya. Itulah karunia Allah bagi mereka yang beriman dan menaati-Nya.
401
Setelah pada ayat-ayat sebelumnya Allah menguraikan tanda-tanda kekuasaan Allah, kecaman terhadap orang yang murtad dan kafir, petunjuk kepada orang yang beriman yaitu keharusan mati dalam keadaan Islam, pentingnya persatuan dan kesatuan, serta perbedaan nasib orang kafir dan orang mukmin di akhirat, lalu dalam ayat ini Allah menutup penjelasan tersebut dengan menegaskan bahwa itulah ayat-ayat Allah, ketetapan suatu kebenaran yang tidak boleh diragukan yang Kami bacakan melalui Malaikat Jibril kepada kamu dengan benar wahai Nabi Muhammad, dan kamu harus berpegang teguh kepada Al-Qur’an dengan mengikuti petunjuk berupa perintah dan larangan agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan perintah dan larangan tersebut Allah tidaklah berkehendak menzalimi siapa pun di seluruh alam, tetapi orang-orang kafir itulah yang menganiaya diri mereka sendiri dengan berpecah belah dan berselisih tentang kebenaran ajaran agama, sehingga mereka pantas mendapat siksaan yang pedih.
402
Mahasuci Allah dari perbuatan aniaya karena milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Mahasempurna, Mahakaya, dan tidak memerlukan apa pun dari hamba-Nya, dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan. Kemudian Dia akan mengadakan perhitungan dan memberi pahala kepada orang yang taat dan menghukum orang yang zalim.
403
Setelah Allah menjelaskan kewajiban berdakwah bagi umat Islam dan menjaga persatuan dan kesatuan, maka dalam ayat ini dijelaskan bahwa kewajiban tersebut dikarenakan kamu (umat Islam) adalah umat terbaik dan paling utama di sisi Allah yang dilahirkan, yaitu ditampakkan untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman, karena kamu menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah dengan iman yang benar, sehingga kalian menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta beriman kepada rasul-rasul-Nya. Itulah tiga faktor yang menjadi sebab umat Islam mendapat julukan umat terbaik. Sekiranya Ahli Kitab beriman sebagaimana umat Islam beriman, menyuruh yang makruf dan mencegah yang mungkar serta tidak bercerai berai dan berselisih tentang kebenaran ajaran agama Allah, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Kenyataannya di antara mereka ada yang beriman sebagaimana imannya umat Islam, sehingga sebagian kecil dari mereka ini pantas mendapat julukan sebaik-baik umat, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik, tidak mau mengikuti petunjuk dan tidak taat kepada Allah serta mengingkari syariat-Nya.
404
Meskipun kebanyakan Ahli Kitab adalah fasik, tetapi mereka tidak akan membahayakan kamu, karena Allah akan menjaga kamu selama kamu menjalankan tiga faktor yang disebut dalam ayat sebelumnya. Tidak ada yang bisa mereka lakukan kecuali gangguan-gangguan kecil saja, seperti cemoohan, ancaman, dan cercaan. Dan jika suatu ketika mereka memerangi kamu, niscaya Allah akan menolong orang-orang yang beriman, sehingga mereka mundur berbalik ke belakang karena kalah. Selanjutnya mereka tidak mendapat pertolongan dari siapapun.
405
Tidak saja menderita kekalahan, mereka selalu diliputi kehinaan dan tidak ada lagi kebanggaan akibat kekalahan itu di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang pada dua hal, yaitu tali ajaran agama Allah dan tali perjanjian dengan manusia di mana mereka akan aman selama perjanjian itu berlaku. Tetapi mereka melanggar, sehingga mendapat murka dari Allah dan selalu diliputi kesengsaraan. Murka Allah kepada mereka yang demikian itu, karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak, padahal tidak ada alasan yang menyebabkan nabi pantas dibunuh. Yang demikian itu, yaitu kekufuran dan pembunuhan yang terjadi, karena mereka terus-menerus durhaka dan melampaui batas, banyak berbuat maksiat, memuja dunia, serta mengubah isi kitab suci mereka.
406
Pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa Ahli Kitab diliputi rasa kehinaan karena kalah perang, maka dalam ayat ini dijelaskan bahwa mereka itu tidak seluruhnya sama dalam hal ingkar kepada Allah dan jahat terhadap sesama manusia. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, lurus, melaksanakan tuntunan Nabi mereka, beriman kepada Allah dan kerasulan Muhammad. Hal ini dikarenakan mereka membaca ayat-ayat Allah pada sebagian malam hari, dan mereka juga tunduk kepada Allah dengan bersujud, yaitu tunduk dan patuh dan mendirikan salat.
407
Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir dengan iman yang benar, sehingga tampak pada perilaku mereka, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera serta tidak menunda-nunda mengerjakan berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang saleh, yaitu orang yang baik dan mengajak orang lain untuk berbuat baik. Mereka itulah orang-orang yang beruntung dan mendapat rida Allah.
408
Untuk menyenangkan hati mereka, maka Allah memberitahu bahwa amal saleh dan kebajikan apa pun yang mereka kerjakan, baik yang tersembunyi maupun yang tampak, tidak ada yang mengingkarinya dan pasti akan diberi pahala dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa yang berbuat baik hanya untuk mencari rida-Nya.
409
Jika amal perbuatan orang yang beriman akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah, maka pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa ketentuan itu tidak berlaku bagi orang kafir. Sesungguhnya tidak akan berguna bagi orang-orang kafir, baik harta yang dikumpulkan dan dipuja maupun anak-anak mereka yang selalu dibangga-banggakan, sedikit pun tidak dapat memberi manfaat untuk menolak azab dan siksa yang sudah ditetapkan Allah baik di dunia maupun di akhirat. Mereka itu penghuni neraka sebagai hukuman atas kedurhakaan mereka selama hidup di dunia, dan mereka kekal di dalamnya.
410
Perumpamaan harta yang mereka infakkan baik secara ikhlas tapi tanpa dilandasi iman yang benar atau karena mencari popularitas di mata manusia di dalam kehidupan dunia ini, adalah ibarat angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman yang siap dipanen, milik suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, karena tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, lalu angin itu merusaknya, sehingga tanaman yang siap dipanen tersebut seolah hangus terbakar dan pemiliknya tidak sedikit pun mendapatkan hasil. Karena tujuan infak mereka adalah popularitas, maka itulah yang mereka dapatkan. Dengan demikian Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri karena mereka hanya memburu kehidupan duniawi dan tidak percaya kepada kehidupan ukhrawi. .
411
Setelah pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan bahwa amal perbuatan orang kafir tidak akan mendatangkan kebaikan karena tidak dilandasi keimanan, maka pada ayat ini Allah memperingatkan umat Islam agar tidak menjadikan orang kafir sebagai orang kepercayaan, karena mereka akan berkhianat. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang yang di luar kalanganmu, yaitu orang-orang yang tidak beriman atau beriman tidak secara benar seperti orang-orang munafik, sebagai teman kepercayaanmu, sehingga kamu membocorkan rahasiamu, karena mereka tidak henti-hentinya menyusahkan dan menimbulkan kemudaratan atas kamu. Mereka berbuat itu karena mengharapkan kehancuranmu yang diawali dengan perpecahan dan bercerai-berai. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka berupa ucapan-ucapan buruk yang menyakitkan, umpatan dan mereka senang ketika kalian kesusahan. Hal itu telah cukup menjadi bukti kedengkian mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat daripada yang mereka ucapkan dan tampakkan. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat sebagai tanda yang membedakan antara lawan dengan kawan, dan jika kamu mengerti pastilah kamu tidak menjadikan mereka sebagai teman kepercayaan.
412
Beginilah kamu, wahai umat Islam! Kamu salah telah menyukai mereka lantaran sikap manis mereka yang pura-pura, padahal mereka tidak menyukaimu karena agama dan pandangan hidupmu tidak sama dengan mereka, dan kamu beriman kepada semua kitab termasuk kitab yang diturunkan kepada Nabi mereka, padahal mereka beriman hanya kepada sebagian isi kitab yang diturunkan kepada Nabi mereka dan mengingkari kerasulan Nabi Muhammad dan kebenaran Al-Qur’an. Apabila sebagian dari mereka berjumpa kamu, mereka berkata, “Kami beriman,” padahal ucapan itu hanya untuk menipu kamu. Hal tersebut terbukti apabila mereka menyendiri berada di belakangmu dan jauh dari kamu, mereka menggigit ujung jari karena marah yang mencapai puncaknya dan disertai rasa benci kepadamu karena kamu beriman kepada Allah dan kerasulan Nabi Muhammad. Mereka berharap agar nikmat iman itu lenyap dari kamu. Katakanlah kepada mereka, “Matilah kamu karena kemarahanmu itu, yaitu marahlah dan bencilah kami sampai kamu mati!” Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala isi hati, mengetahui kebencianmu, kemarahanmu, kedengkianmu dan kebohonganmu kepada kami.
413
Jika mereka yang berhati dengki itu melihat kamu memperoleh kebaikan, kemenangan perang, rezeki yang melimpah, kesehatan dan kemuliaan, niscaya mereka bersedih hati bahkan hal tersebut membuat mereka marah, tetapi jika kamu tertimpa bencana, seperti sakit, kemiskinan atau kalah perang, maka mereka bergembira karenanya. Allah memberi umat Islam tuntunan agar tetap bersabar dan bertakwa kepada Allah ketika menghadapi orang yang bersifat demikian. Karena jika kamu bersabar tidak terbawa hawa nafsu untuk membalasnya dengan perbuatan jahat, dan bertakwa kepada Allah dengan tetap istikamah dalam bersabar, maka tipu daya mereka tidak akan menyusahkan dan mendatangkan bahaya bagi kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan dan Maha Mengetahui tipu daya yang mereka rahasiakan.
414
Pada ayat ini Allah mengingatkan Umat Islam akan kisah Perang Uhud. Dan ingatlah, ketika engkau wahai Nabi Muhammad, berangkat pada pagi hari Jum'at, meninggalkan keluargamu, yaitu istrimu Aisyah untuk mengatur strategi perang, dan pada hari Sabtu kamu menempatkan orang-orang beriman pada pos-pos strategis untuk pertempuran. Allah Maha Mendengar pembicaraan lagi Maha Mengetahui isi hati semua orang.
415
Ketika itu ada dua golongan dari pihak kamu, yakni Bani Salamah dari suku Khazraj dan Bani Harisah dari suku Aus, ingin mundur dan membatalkan niatnya untuk ikut berperang karena takut mati, setelah mengetahui orang-orang munafik yang dipimpin 'Abdullah bin Ubay yang jumlahnya sepertiga dari pasukan Islam telah batal berangkat berperang, padahal Allah adalah penolong mereka, yaitu kedua suku tersebut. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal, tidak mengandalkan jumlah prajurit dan perlengkapan perang.
416
Kejadian dalam Perang Uhud membuat sebagian orang mukmin ragu akan kepastian pertolongan Allah, oleh karena itu Allah meyakinkan mereka dan menegaskan bahwasannya sungguh, Allah telah menolong kamu dalam perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadan tahun kedua Hijriah, padahal ketika itu kamu dalam keadaan lemah, karena jumlah kamu sedikit dan perlengkapan perang kamu sangat sederhana. Karena kamu meyakini datangnya pertolongan Allah, maka kamu mendapat kemenangan. Karena itu bertakwalah kepada Allah dalam segala urusan, agar dengannya kamu mensyukuri semua anugerah-Nya.
417
Ayat ini menggambarkan upaya Rasulullah sebagai pemimpin untuk menyemangati umat Islam yang akan ikut Perang Uhud. Ingatlah, ketika engkau, wahai Nabi Muhammad, mengatakan kepada orang-orang beriman, “Apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah membantu kamu dengan bantuan yang tidak tampak, yaitu tiga ribu malaikat yang diturunkan dari langit?”
418
“Ya” cukup. Meskipun jumlah tersebut sudah cukup, tetapi jika kamu bersabar menghadapi lawan dan bertakwa dengan melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya, ketika mereka, orang-orang kafir, datang menyerang kamu dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang tampak berupa lima ribu malaikat yang memakai tanda, yaitu malaikat yang akan terlibat langsung dalam peperangan sesuai cara dan ketentuan Allah. Para malaikat tersebut digambarkan seperti para pemberani dalam peperangan yang lazimnya menggunakan tanda-tanda khusus.
419
Dan Allah tidak menjadikannya, yakni pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenanganmu, dan agar hatimu tenang karenanya. Dan tidak ada kemenangan itu, selain dari Allah Yang Mahaperkasa, tidak bisa dikalahkan oleh siapa pun, Mahabijaksana dalam setiap anugerah-Nya, baik berupa kemenangan maupun kekalahan. Ayat ini menegaskan bahwa kemenangan itu datang dari Allah dan atas kehendak-Nya, dengan perantaraan malaikat yang diturunkan Allah untuk membantu mereka. Bantuan akan diberikan jika manusia bertakwa kepada Allah dan bersabar dalam ketakwaan tersebut.
420
Pertolongan dan bantuan Allah kepada kamu dalam perang Badar adalah untuk membinasakan segolongan orang kafir dengan terbunuhnya tujuh puluh pemimpin mereka, antara lain Abu Jahal, atau untuk menjadikan mereka hina dengan tertawannya tujuh puluh personel mereka selain yang terbunuh, sehingga mereka kembali tanpa memperoleh apa pun dari yang mereka harapkan, yaitu menghancurkan Islam dan membunuh Nabi Muhammad.
421
Kejadian yang menimpa umat Islam dalam Perang Uhud membuat Nabi sangat terpukul. Hamzah bin ‘Abdul Muthalib, paman Nabi, gugur, dibelah perutnya dan dikeluarkan hatinya lalu dikunyah oleh Hind binti ‘Utbah bin Rabiah. Rasulullah juga terluka, gigi taringnya patah dan wajahnya berlumuran darah. Rasulullah lalu berdoa kepada Allah agar menghukum sebagian orang kafir, maka Allah menegaskan bahwa hal itu bukan menjadi urusanmu Nabi Muhammad, apakah Allah berkehendak mengilhamkan penyesalan bagi mereka lalu mereka bertobat dan Allah menerima tobat mereka, atau mengazabnya atas kekafiran dan kejahatan mereka, karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim yang pantas mendapatkan azab.
422
Segala urusan haruslah dikembalikan kepada Allah, karena milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia mengampuni dosa dan merahmati siapa yang Dia kehendaki, dan mengazab siapa yang Dia kehendaki yang memang wajar diazab karena perbuatan jahat mereka. Dan Allah Maha Pengampun bagi orang yang bertobat dan Maha Penyayang dengan memaafkan dosa orang yang bertobat kepada-Nya.
423
Kaum kafir membiayai perang, termasuk Perang Uhud, dengan harta yang mereka peroleh dengan cara riba. Oleh karena itu Allah mengingatkan, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba, yaitu mengambil nilai tambah dari pihak yang berutang dengan berlipat ganda sebagaimana yang terjadi pada masyarakat Jahiliah, maupun penambahan dari pokok harta walau tidak berlipat ganda, dan bertakwalah kepada Allah, antara lain dengan meninggalkan riba, agar kamu beruntung di dunia dan di akhirat” (Lihat: Surah al-Baqarah/2: 279).
424
Dan peliharalah dirimu dari api neraka, lantaran kamu menghalalkan, mempraktikkan, dan memakan riba, yang mengantarkan kamu kepada siksa api neraka yang disediakan bagi orang-orang kafir. Karena praktik riba dapat menghancurkan sistem ekonomi maka pelaku riba ditempatkan dalam tempat yang sama dengan orang-orang kafir.
425
Setelah Allah menjelaskan kejahatan dan hukuman bagi pelaku riba, pada ayat ini Allah mengemukakan tuntunan umum tentang kewajiban taat kepada Allah dan Rasulullah. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul Muhammad, agar kamu diberi rahmat oleh Allah (Lihat: Surah anNisa’/4: 59).
426
Setelah diperintahkan taat kepada Allah dan Nabi Muhammad, umat Islam diperintahkan juga untuk berlomba meningkatkan kualitas ketakwaan. Dan bersegeralah kamu dengan saling mendahului untuk mencari ampunan dari Tuhanmu dengan menyadari kesalahan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan mengerjakan amalan-amalan yang diridai Allah untuk mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, yang taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
427
Mereka adalah orang yang terus-menerus berinfak di jalan Allah, baik di waktu lapang, mempunyai kelebihan harta setelah kebutuhannya terpenuhi, maupun sempit, yaitu tidak memiliki kelebihan, dan orang-orang yang menahan amarahnya akibat faktor apa pun yang memancing kemarahan dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan akan sangat terpuji orang yang mampu berbuat baik terhadap orang yang pernah berbuat salah atau jahat kepadanya, karena Allah mencintai, melimpahkan rahmat-Nya tiada henti kepada orang yang berbuat kebaikan. Pesan-pesan yang mirip dengan kandungan ayat ini disampaikan pula melalui Surah an-Nahl/16: 126; asy-Syura/42: 40 dan 43.
428
Setelah Allah menjelaskan sikap penghuni surga ketika menghadapi orang lain, maka Dia menjelaskan sikap mereka terhadap diri sendiri. Mereka adalah orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji, yaitu dosa besar yang akibatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, pembunuhan, dan riba, atau menzalimi diri sendiri dalam bentuk pelanggaran apa pun yang akibatnya hanya pada pelaku saja, baik dosa tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak, maka segera mengingat Allah dan bertobat, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Sungguh Allah Maha Pengampun, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan setelah bertobat mereka tidak meneruskan atau mengulangi perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui dan menyadari akibat buruk dari perbuatan dosa dan menyadarkan mereka untuk segera bertobat.
429
Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga dengan penuh kenikmatan, keindahan dan kedamaian. Salah satu gambaran keindahan surga ialah di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal saleh.
430
Setelah Allah meminta manusia tidak mengulangi dan larut dalam dosa, ayat ini meminta mereka memerhatikan keadaan umat terdahulu dan kesudahan mereka. Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah, yaitu hukum-hukum kemasyarakatan yang tidak mengalami perubahan, yaitu barang siapa melanggar perintah Allah dan RasulNya akan merugi, dan yang menegakkannya akan sukses. Karena itu berjalanlah kamu ke segenap penjuru bumi dan perhatikanlah bukti-bukti sejarah yang ada, untuk dijadikan pelajaran bagaimana kesudahan dan akibat buruk yang dialami orang yang mendustakan para rasul.
431
Inilah pesan-pesan AL-Qu’ran, suatu keterangan yang jelas, yang menghilangkan keraguan untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk ke jalan yang benar serta pelajaran untuk diambil hikmah bagi orang-orang yang bertakwa.
432
Setelah menjelaskan sunatullah dan bagaimana kesudahan orangorang yang melanggar sunatullah tersebut, pada ayat ini Allah memberi motivasi agar kesedihan akibat kegagalan dalam Perang Uhud tidak berkepanjangan. Dan janganlah kamu merasa lemah menghadapi musuh, dan jangan pula bersedih hati karena kekalahan dalam Perang Uhud, sebab kamu paling tinggi derajatnya di sisi Allah, jika kamu orang beriman dengan sebenar-benarnya.
433
Jika kamu pada Perang Uhud mendapat luka, maka mereka pun pada Perang Badar mendapat luka yang serupa. Dan masa kejayaan dan kehancuran, kemenangan dan kekalahan itu, Kami pergilirkan di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran bahwa Allah pengatur segalanya, dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman dengan orangorang kafir dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya gugur sebagai syuhada, yaitu orang-orang yang disaksikan keagungannya atau menjadi saksi kebenaran. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim sehingga tidak menjadikan mereka syuhada
434
dan kegagalan umat Islam dalam Perang Uhud adalah agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman dari dosa dan kesalahan mereka, dan membinasakan, mengurangi sedikit demi sedikit jumlah orang-orang kafir.
435
Setelah menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan Perang Uhud, maka pada ayat ini Allah jelaskan prinsip umum perjuangan untuk mendapatkan surga. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, sebagai anugerah dari Allah, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad, yaitu: berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang Islam; memerangi hawa nafsu; mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam; atau memberantas kejahatan dan menegakkan kebenaran, di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar dalam berjihad, sedangkan kesabaran adalah syarat keberhasilan dalam berjihad
436
Ayat ini mengkritik orang-orang yang meninggalkan medan Perang Uhud padahal mereka telah berjanji siap mati syahid sebagaimana syuhada Badar. Dan kamu benar-benar mengharapkan mati syahid sebelum kamu menghadapinya dalam Perang Uhud; maka sekarang kamu sungguh telah melihatnya, yakni apa yang kamu harapkan itu, dan kamu menyaksikannya, yakni kematian itu dengan mata kepala kamu.
437
Ketika beredar berita bahwa Nabi gugur dalam Perang Uhud, pasukan muslim yang imannya lemah meninggalkan medan perang bahkan ada yang kembali kafir dan minta perlindungan Abu Sufyan, pemimpin pasukan kafir. Allah kemudian mengingatkan bahwa Nabi Muhammad hanyalah seorang Rasul yang suatu saat pasti akan meninggal dunia sebagaimana sebelumnya telah berlalu, yakni telah meninggal dunia, beberapa rasul baik karena terbunuh atau sakit biasa. Apakah jika dia wafat atau dibunuh lalu kamu berbalik ke belakang meninggalkan Islam dan menjadi murtad? Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun, tetapi ia sendiri yang akan rugi dan celaka karena kembali kepada kesesatan. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur, yang tetap mempertahankan iman dan melaksanakan tugas dengan baik dalam situasi terancam sekalipun.
438
Sebagian pasukan muslim lari dari medan Perang Uhud karena takut mati. Mereka lupa bahwa setiap yang bernyawa tidak akan mati dengan sebab apa pun kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya sehingga tidak bisa disegerakan dengan tetap bertahan dalam medan pertempuran atau ditunda dengan meninggalkan medan perang. Barang siapa berperang dan berusaha karena menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya sebagian pahala dunia itu bagi siapa yang Kami kehendaki, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan pula kepadanya pahala akhirat itu sebagai anugerah Kami atas syukur mereka yang telah menggunakan nikmat Kami sebagaimana seharusnya, dan pasti Kami akan memberi balasan kebaikan kepada orang-orang yang bersyukur (Lihat: Surah al-Isra'/17: 18-19)
439
Ayat ini masih berisi kritikan terhadap pasukan Islam yang tidak taat kepada perintah Rasulullah dalam Perang Uhud dengan memaparkan keadaan nabi dan umat terdahulu. Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa juga terluka dan terbunuh. Tetapi mereka, yakni para pengikut nabi tersebut, tidak menjadi lemah kondisi fisiknya karena bencana kekalahan yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak pula menyerah kepada musuh dengan meminta perlindungan kepada mereka. Dan Allah mencintai, serta memberi anugerah kepada orang-orang yang sabar dalam menjalankan kewajiban dan menghadapi musuh.
440
Setelah pada ayat sebelumnya Allah menjelaskan kondisi fisik dan semangat pantang menyerah pengikut nabi terdahulu, lalu dalam ayat ini Dia menjelaskan situasi batin mereka yang tercermin pada ungkapan mereka. Dan tidak lain ucapan mereka hanyalah doa, “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dan melampaui batas hukum yang ditetapkan Allah dalam urusan kami berkaitan dengan persiapan perang, dan tetapkanlah pendirian kami supaya tidak berubah niat dan tujuan kami, dan tolonglah, anugerahkan kemenangan kepada kami atas orang-orang kafir.”
441
Maka Allah mengabulkan doa mereka dan memberi mereka pahala di dunia berupa kemenangan, memperoleh harta rampasan perang, nama baik dan kehormatan, dan pahala yang baik di akhirat, yaitu surga dan keridaan Allah. Dan Allah mencintai, memberi anugrah kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.
442
Setelah dijelaskan bahwa orang yang berbuat kebaikan akan mendapatkan anugerah di dunia maupun akhirat, ayat ini mengingatkan bahwa mengikuti orang-orang kafir akan mengakibatkan kerugian bahkan kegagalan. Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menaati dan tunduk pada saran orang-orang yang kafir yang bertentangan dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, niscaya mereka akan mengembalikan kamu ke belakang, yaitu murtad. Jika hal itu kamu lakukan maka kamu akan kembali menjadi orang yang rugi di dunia dan akhirat.
443
Jangan kamu ikuti saran orang-orang kafir, tetapi ikutilah aturan Allah, karena hanya Allah-lah pelindungmu, dan Dia penolong yang terbaik.
444
Setelah ditegaskan bahwa Allah adalah penolong yang terbaik, di sini dijelaskan salah satu bentuk pertolongan dimaksud. Yaitu akan Kami lindungi dan tolong kamu dengan masukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, untuk menyerang kaum muslim, hal itu karena mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan keterangan tentang itu. Dan tempat kembali mereka setelah meninggal dunia ialah neraka. Dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal yang abadi bagi orang-orang zalim.
445
Setelah Rasulullah dan para sahabat kembali dari Perang Uhud, timbul pertanyaan antara mereka mengenai sebab kegagalan dalam Perang Uhud, padahal Allah sudah menjanjikan kemenangan. Dan sungguh, Allah telah memenuhi janji-Nya kepadamu sebagaimana yang terjadi pada saat awal Perang Uhud, yaitu ketika kamu membunuh pemegang panji mereka, orang kafir dan tujuh orang lainnya dengan izin-Nya, sampai pada saat kamu lemah, dan takut karena ada sebagian pasukan yang lari dari medan perang, sehingga mendahulukan meraih harta rampasan perang atas ketaatan kepada Rasulullah Muhammad dan berselisih dalam urusan berebut harta rampasan perang itu dan mengabaikan perintah Rasul agar regu pemanah tetap bertahan pada tempat yang telah ditetapkan, walau dalam situasi bagaimanapun. Peristiwa tersebut terjadi setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai, yaitu kemenangan dan harta rampasan perang. Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia berupa harta rampasan perang dan di antara kamu ada pula orang yang menghendaki akhirat dengan menaati perintah Rasulullah, seperti komandan pasukan pemanah, yaitu Abdullah bin Jubair. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka dengan menggagalkan kemenangan yang sudah hampir diraih untuk mengujimu siapa yang kuat imannya dan siapa yang lemah. Tetapi ketahuilah Dia benar-benar telah memaafkan kesalahan kamu dalam Perang Uhud. Dan Allah mempunyai karunia yang banyak yang diberikan kepada orang-orang mukmin yang beriman dengan sebenar-benarnya.
446
Setelah dijelaskan bahwa Allah memaafkan kesalahan mereka dalam Perang Uhud, lalu disebutkan kesalahan yang dimaksud. Ingatlah ketika sebagian kamu lari meninggalkan pertempuran dan tidak menoleh kepada siapa pun akibat rasa takut yang berlebihan, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawan-mu yang lain bertahan di medan perang memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan, yaitu kabar wafatnya Rasulullah, luka kamu, gugurnya sahabat-sahabat kamu, dan kegagalan meraih kemenangan dalam perang, agar kamu tidak bersedih hati lagi terhadap apa yang luput dari kamu, yaitu kemenangan dan harta rampasan perang, dan terhadap apa yang menimpamu, yakni luka kamu dan gugurnya sahabat-sahabat kamu. Dan Allah Mahateliti atas apa yang kamu kerjakan.
447
Usai menjelaskan ampunan Allah atas kesalahan pasukan pemanah yang meninggalkan posisinya pada Perang Uhud, Allah lalu beralih menjelaskan pertolongan-Nya kepada pasukan muslim berupa kantuk walau dalam suasana duka. Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman kepadamu berupa kantuk yang bisa menghilangkan kepenatan yang meliputi segolongan dari kamu yang kuat imannya, sedangkan segolongan lagi, yang imannya tidak kuat, telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah, bahwa kalau Nabi Muhammad itu benar-benar nabi dan rasul Allah, tentu dia tidak akan kalah dalam peperangan. Mereka berkata, “Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat, yakni campur tangan kita, dalam urusan ini?” Mereka berkata demikian karena ingin lepas tanggung jawab dari kegagalan dalam Perang Uhud. Katakanlah wahai Nabi Muhammad, “Sesungguhnya segala urusan itu di tangan Allah.” Dia yang menetapkan kemenangan atau kekalahan berdasarkan hukum kemasyarakatan yang berlaku. Mereka, orang-orang munafik, menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan kepadamu, Mereka berkata, “Sekiranya ada sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini, yakni seandainya Nabi mengikuti usul kita untuk menetap di Madinah, niscaya kita tidak akan dikalahkan dan teman-teman kita tidak akan dibunuh di sini.” Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Meskipun kamu ada di rumahmu,niscaya orang-orang yangtelah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar, juga ke tempat mereka terbunuh, karena waktu dan tempat kematian sudah ditetapkan Allah.” Allah berbuat demikian untuk menguji apa yang ada dalam dadamu, kuat atau lemahlah imanmu, dan untuk membersihkan berbagai macam dosa apa saja yang ada dalam hatimu, Dan Allah Maha Mengetahui isi hati walaupun tanpa melalui ujian.
448
Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu, tidak ikut berperang atau lari dari medan perang, ketika terjadi pertemuan, yaitu pertempuran, antara dua pasukan itu, yakni pasukan mukmin dan pasukan kafir dalam Perang Uhud, sesungguhnya mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan, dosa, yang telah mereka perbuat, pada masa lampau, tetapi Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun atas segala dosa, Maha Penyantun tidak segera menghukum orang yang berbuat maksiat.
449
Usai menjelaskan peristiwa Perang Uhud, Allah lalu menjabarkan tuntunan yang harus diikuti oleh orang yang beriman. Wahai orangorang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang kafir, yakni orang munafik yang mengatakan kepada saudara-saudaranya seketurunan maupun seiman, apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau pergi berperang, “Sekiranya mereka tetap bersama kita, tidak ikut berperang, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh.” Akibat perkataan yang demikian itu, Allah hendak menimbulkan rasa penyesalan yang besar di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan siapa yang dikehendaki-Nya sesuai dengan ketetapan-Nya, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan, yang kamu tampakkan maupun yang kamu sembunyikan.
450
Setelah diberikan tuntunan secara umum, ayat ini memberikan penegasaan kepada orang-orang yang beriman, dan sungguh, sekiranya kamu gugur di jalan Allah atau mati dengan sebab apa pun, sungguh, pastilah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik bagimu daripada apa, yakni harta rampasan, yang mereka, orang-orang kafir kumpulkan.
451
Dan sungguh, sekiranya kamu mati di rumah atau di mana pun, atau gugur dalam peperangan, pastilah kepada Allah kamu dikumpulkan untuk diberi balasan sesuai amal yang kamu kerjakan.
452
Setelah memberi kaum mukmin tuntunan secara umum, Allah lalu memberi tuntunan secara khusus dengan menyebutkan karuniaNya kepada Nabi Muhammad. Maka berkat rahmat yang besar dari Allah, engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka yang melakukan pelanggaran dalam Perang Uhud. Sekiranya engkau bersikap keras, buruk perangai, dan berhati kasar, tidak toleran dan tidak peka terhadap kondisi dan situasi orang lain, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah, hapuslah kesalahan-kesalahan mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, yakni urusan peperangan dan hal-hal duniawi lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, dan kemasyarakatan. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad untuk melaksanakan hasil musyawarah, maka bertawakallah kepada Allah, dan akuilah kelemahan dirimu di hadapan Allah setelah melakukan usaha secara maksimal. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.
453
Ayat sebelumnya diakhiri dengan perintah bertawakal kepada Allah, satu-satunya penentu keberhasilan dan kegagalan. Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada siapa pun dan apa pun yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu, tidak memberi pertolongan, maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Pasti tidak ada. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal, mengakui kelemahan diri di hadapan Allah setelah melakukan usaha secara maksimal.
454
Ketika pasukan pemanah dalam Perang Uhud melihat ganimah yang ditinggalkan oleh pasukan kafir, mereka bergegas turun dari bukit untuk mengambilnya. Sebagian mereka mengira dan khawatir Nabi Muhammmad tidak membagikan ganimah kepada mereka. Lalu Allah menegaskan bahwa tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang atau yang lainnya. Barang siapa berkhianat, dalam urusan apa pun, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa dosa apa yang dikhianatkannya itu, dia akan sangat tersiksa karenanya. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya ketika di dunia, dan mereka tidak dizalimi walau sedikit pun.
455
Di akhirat tidak ada sedikit pun perbuatan aniaya. Semua akan mendapat balasan amal perbuatannya secara adil. Maka adakah orang yang mengikuti keridaan Allah, sungguh-sungguh menjalankan perintahNya dan menjauhi larangan-Nya, sama dengan orang yang kembali dengan membawa kemurkaan besar dari Allah dan tempatnya di neraka Jahanam? Pasti tidak sama. Neraka Jahanam itulah seburuk-buruk tempat kembali.
456
Kedudukan mereka itu, yakni orang yang mengikuti keridaan Allah dan menghuni surga bertingkat-tingkat di sisi Allah, sesuai dengan tingkat ketakwaan mereka, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan, ucapkan, dan sembunyikan.
457
Usai menjelaskan anugerah-Nya berupa tingkatan penghuni surga, dalam ayat ini Allah menyebut anugerah-Nya kepada kaum mukmin di dunia. Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus seorang Rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yakni dari jenis manusia dan dari bangsa Arab; dialah Nabi Muhammad yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, baik dalam bentuk wahyu yang diturunkan maupun yang terbentang di alam raya, menyucikan jiwa mereka dari berbagai penyakit hati, dan mengajarkan kepada mereka Kitab Al-Qur’an dan hikmah, yakni sunah atau kemahiran melakukan hal yang bermanfaat dan menolak mudarat, meskipun sebelumnya, yakni sebelum pengutusan Nabi Muhammad, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata, yakni dalam kekafiran.
458
Setelah dijelaskan bahwa diutusnya Nabi Muhammad adalah karunia Allah yang sangat besar bagi umat manusia, lalu dijelaskan tentang adanya kemenangan dan kekalahan dalam peperangan sesuai dengan ketaatan terhadap hukum kemasyarakatan. Dan mengapa kamu heran ketika ditimpa musibah kegagalan pada Perang Uhud dengan gugurnya 70 orang dari pasukan mukmin, padahal kamu telah menimpakan musibah dua kali lipat kepada musuh-musuhmu pada Perang Badar, kini kamu berkata, “Dari mana datangnya kekalahan ini?” Katakanlah, “Itu dari kesalahan dirimu sendiri karena kamu meninggalkan tuntunan Rasulullah agar pasukan pemanah tidak meninggalkan tempat hingga peperangan selesai.” Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
459
Selain kelalaian yang membuat umat Islam terpukul mundur pada Perang Uhud, masih ada faktor lain yang menyebabkannya. Dan apa yang menimpa kamu berupa kekalahan ketika terjadi pertemuan antara dua pasukan yaitu kaum muslim dengan kaum musyrik pada Perang Uhud, semua itu adalah dengan izin atau takdir Allah, sebagai ujian bagi umat Islam dan agar Allah menguji siapa orang yang benar-benar beriman dan tulus dalam berjuang di jalan Allah, dan siapa di antara mereka yang tidak tulus dalam berjuang.
460
Dan panggilan untuk berjuang itu selain untuk menguji keimanan umat Islam, juga untuk menguji orang-orang yang munafik sehingga dapat diketahui kemunafikannya dengan nyata. Kepada mereka dikatakan, “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah dirimu, keluargamu, dan harta kekayaanmu serta negerimu.” Mereka berkata dengan nada mengejek Nabi dan orang-orang mukmin yang ikut berjuang, “Sekiranya kami mengetahui bagaimana cara berperang menghadapi musuh yang cukup banyak dengan pasukan yang banyak pula, sehingga dengan jumlah itu kita dapat mengalahkan mereka, tentulah kami mengikuti kamu. Tetapi jika jumlah kita lebih sedikit, itu berarti kita membinasakan diri sendiri, karena itu sebaiknya kita mundur. Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan karena tujuan mereka berperang semata-mata hanya ingin mendapatkan ganimah, bukan untuk mengharap imbalan dari Allah. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka secara rinci dan detail tentang kemunafikan mereka.
461
Bukan hanya iman yang tidak berbekas dalam hati, solidaritas pun lenyap dari hati kaum munafik itu. Mereka itu adalah orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya dari kaum muslim maupun golongan munafik lainnya, dan mereka tidak turut pergi berperang, “Sekiranya mereka mengikuti kita dan mendengarkan saran kita untuk tidak berperang, tentulah mereka tidak terbunuh dalam pertempuran itu.” Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mereka yang menganggap mampu menampik kematian, “Cegahlah kematian itu dari diri kamu sehingga dia tidak datang menjemput kalian, jika kamu orang yang benar sanggup menolak datangnya kematian atau menunda kematian seseorang.” Ketika orang-orang munafik tidak mampu menolak dan menunda datangnya kematian, Allah menegaskan tentang posisi kaum muslim yang gugur dalam peperangan sebagai syuhada.
462
Dan jangan sekali-kali kamu sekalian mengira bahwa orang-orang yang gugur sebagai syuhada di jalan Allah itu mati dalam arti tidak dapat bergerak kesana kemari dan tidak tahu keadaan orang yang ditinggalkan. Tetapi sebenarnya mereka itu hidup dengan kehidupan lain di sisi Tuhannya di alam barzakh, bahkan dapat bergerak dan mengetahui keadaan orang yang ditinggalkan. Mereka mendapat rezeki berupa kehidupan istimewa yang penuh dengan kenikmatan di dalamnya dan kedudukan mulia dari sisi Allah.
463
Mereka yang gugur sebagai syuhada bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya berupa kenikmatan surga, dan mereka bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang melanjutkan perjuangan, yang belum menyusul mereka sebagai syuhada. Mereka pun berharap agar kaum muslim yang masih hidup juga memperoleh kedudukan mulia di sisi Allah. Diberitakan bahwa tidak ada kekhawatiran pada mereka sedikit pun tentang huru-hara hari kiamat dan mereka tidak bersedih hati akibat dosa-dosa yang dahulu pernah mereka khawatirkan, sebab Allah telah mengampuni kesalahan mereka.
464
Bahkan mereka, para syuhada, bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah berupa kebahagiaan hakiki, ketenangan jiwa, kehidupan yang menyenangkan dan abadi. Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman, karena Allah tidak menggugurkan atau mengurangi amal perbuatan seseorang, selama dia benar-benar beriman dan ikhlas dalam beramal.
465
Orang-orang yang betul-betul disebut pejuang yaitu orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul dengan sepenuh hati, bahkan setelah mereka mendapat luka dalam Perang Uhud berupa bencana dan musibah kekalahan, mereka tetap teguh pendirian dan tidak surut dalam melaksanakan perintah Allah. Orang-orang yang berbuat kebajikan dengan selalu memenuhi perintah Allah dan Rasul-Nya dan bertakwa di antara mereka mendapat pahala yang besar berupa kenikmatan dan kebahagiaan abadi, dan diangkat derajatnya di sisi Allah.
466
Orang-orang yang mendapat pahala besar adalah orang-orang yang menaati Allah dan Rasul. Mereka memenuhi perintah Allah untuk berjuang yang ketika ada sekelompok orang-orang munafik yang loyal kepada kaum musyrikin mengatakan kepadanya dengan nada mengejek dan meniupkan rasa ketakutan terhadap orang-orang mukmin,”Orang-orang Quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu dengan jumlah pasukan yang lebih besar dan persiapan lebih matang, karena itu takutlah kepada mereka.” Ternyata ucapan mereka itu tidak membuat orang-orang mukmin gentar dan takut, justru menambah kuat iman mereka dan mereka menjawab dengan teguh dan mantap, “Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dalam melawan setiap musuh dan Dia sebaik-baik pelindung yang selalu melindungi dari setiap penyerang, dan membela dari setiap penyerbu, karena kami adalah tentara Allah.”
467
Maka dengan bekal keimanan dan tekad yang kuat itu akhirnya mereka kembali pulang dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah berupa pahala kebaikan, kesejahteraan, dan kemuliaan, mereka tidak ditimpa suatu bencana atau suatu hal yang tidak mereka sukai, dan tidak berjumpa dengan seorang musuh dan mereka mengikuti keridaan Allah dengan mengikuti perintah-Nya. Allah mempunyai karunia yang besar yang diperuntukkan bagi orang-orang yang berjuang di jalan Allah, baik di dunia berupa kemenangan, maupun di akhirat kelak berupa kebahagiaan abadi.
468
Ketahuilah, wahai kaum mukmin, sesungguhnya mereka hanyalah setan yang berusaha untuk menakut-nakuti kamu dengan teman-teman setianya menebarkan rasa takut dalam hati orang-orang beriman, karena itu janganlah kalian takut kepada mereka dan terpengaruh oleh ucapan mereka, tetapi takutlah kepada-Ku Yang Mahakuasa lagi Mahaperkasa, yang memiliki kekuatan tak terkalahkan, jika kamu orang-orang beriman dan yakin akan pertolongan-Ku.
469
Setelah menjelaskan pujian kepada orang-orang mukmin yang giat memenuhi panggilan Rasul, pada ayat ini Allah mengecam tindakan orang-orang munafik yang bergegas dalam kekufuran sehingga menimbulkan rasa cemas di hati Rasulullah. Karenanya Allah menghibur Nabi. Dan janganlah engkau, wahai Nabi Muhammad, dirisaukan oleh tingkah laku orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir, yang tenggelam dalam kesesatan dan terus-menerus dalam penyimpangan. Sesungguhnya sedikit pun mereka tidak merugikan Allah, akan tetapi tindakan mereka pada hakikatnya merugikan diri mereka sendiri. Allah tidak akan memberi bagian pahala kepada mereka di akhirat berupa kenikmatan dan surga, dan mereka akan mendapat azab yang besar berupa siksa yang pedih di akhirat sebagai balasan atas kejahatan yang mereka lakukan.
470
Sesungguhnya orang-orang munafik yang membeli kekafiran dengan iman, tindakan buruk mereka sedikit pun tidak merugikan Allah melainkan dampak buruknya kembali kepada mereka sendiri, dan mereka akan mendapat azab yang pedih akibat kemunafikan dan kekafiran yang mereka perbuat.
471
Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka dengan memperpanjang umur dan tidak segera memberi hukuman atau menimpakan malapetaka kepada mereka, itu lebih baik baginya. Jika mereka mengerjakan amal saleh yang akan menyucikan dan membersihkan mereka dari sifat-sifat yang jelek, hal itulah yang akan bermanfaat bagi mereka. Akan tetapi, sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka dengan penundaan siksaan dan memberi tempo kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah lantaran mereka belum sadar dan sehingga dengan demikian di akhirat mereka akan mendapat azab yang menghinakan di dalam neraka Jahanam.
472
Salah satu sunatullah bagi hamba-Nya ialah bahwa Dia tidak membiarkan orang-orang mukmin tetap di dalam kesulitan sebagaimana halnya pada Perang Uhud Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dengan keimanan yang mantap dan tulus sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, bercampur baur antara orang-orang mukmin yang betul-betul ikhlas dan jujur dengan orang munafik sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang gaib, tetapi Allah memilih siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya dengan diberi pengetahuan mampu melihat isi hati manusia, sehingga dapat mengetahui siapa orang-orang yang betul-betul beriman dan siapa di antara mereka yang munafik atau kafir. Karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dengan menaati perintah Rasulullah dan berjuang di jalan Allah. Jika kamu beriman dan bertakwa kepada-Nya dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan, maka kamu akan mendapat pahala yang besar dari sisi-Nya bersama para kekasih Allah di dalam surga yang penuh kenikmatan.
473
Setelah pada ayat-ayat yang lalu Allah mendorong untuk berkorban jiwa, maka pada ayat ini Allah memerintahkan agar berkorban harta benda untuk perjuangan. Ketika mendapat panggilan untuk berjuang di jalan Allah dengan jiwa raga dan harta, sebagian golongan ada yang tidak mau menerima panggilan tersebut, kemudian Allah mengecam tindakan mereka. Dan jangan sekali-kali orang-orang kaya dan berkecukupan yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya enggan menginfakkan hartanya di jalan Allah, atau untuk kepentingan sosial mengira bahwa kikir itu baik bagi mereka lantaran harta yang tidak mereka sumbangkan itu dapat mereka gunakan untuk melindungi mereka dari bencana, padahal kikir itu buruk bagi mereka karena dapat menghapus keberkahan rezeki dan membuat hati menjadi keras sehingga sulit menerima nasihat. Harta yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan di lehernya pada hari kiamat sebagai azab dan siksaan yang selalu menyertainya di akhirat akibat kekikirannya. Sesungguhnya milik Allah-lah warisan yang ada di langit dan di bumi dari seluruh harta kekayaan yang dilimpahkan kepada hamba-Nya. Dia tidak membutuhkan infak dan sedekah mereka karena Dia adalah pemilik seluruh isi langit dan bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan sehingga tidak keliru dalam memberi imbalan atas perbuatan mereka.
474
Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang Yahudi yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.” Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa perintah berinfak di jalan Allah atau bersedekah untuk kepentingan sosial menunjukkan bahwa Allah miskin sehingga butuh pinjaman harta dari manusia. Seandainya Allah kaya, menurut mereka, niscaya Allah tidak menyuruh untuk berinfak dan bersedekah. Ucapan mereka kemudian dijawab oleh Allah. Kami akan mencatat perkataan mereka yang sangat buruk dengan berbagai tuduhan yang dilontarkan kepada Allah dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa hak alasan yang benar lantaran para utusan Allah tersebut menyampaikan ajaran-ajaran Allah, dan Kami akan mengatakan kepada mereka, “Rasakanlah olehmu azab yang membakar!” Itu adalah akibat harta yang mereka timbun untuk kepentingan diri sendiri dan tidak mereka sedekahkan.
475
Azab yang menimpa orang-orang fasik dan munafik dari kalangan Yahudi dan semisal mereka, yang demikian itu menurut Allah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri membunuh para nabi, melanggar janji, kikir, memakan yang haram, berkata bohong, mengambil suap dan sebagainya, dan sesungguhnya Allah tidak menzalimi hamba-hamba-Nya. Mereka yang beramal saleh dan memenuhi perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya akan menerima imbalan berupa kebahagiaan di surga, dan mereka yang ingkar akan menerima balasan siksa yang amat pedih di neraka.
476
Orang-orang yang mendapat laknat dan murka Allah yaitu orang-orang Yahudi yang mengatakan, dengan melontarkan perkataan bohong diatasnamakan Allah, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kami, agar kami tidak beriman kepada seorang rasul sebelum dia mendatangkan kepada kami kurban yang dimakan api sebagai tanda diterimanya kurban seseorang.” Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Sungguh, beberapa orang rasul sebelumku telah datang kepadamu, dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan membawa apa yang kamu sebutkan, tetapi kamu tetap mendustakan mereka dan mengingkari semua yang diturunkan kepada mereka. Bahkan mengapa kamu membunuhnya jika kamu orangorang yang benar.” Padahal, kamu sebenarnya hanya mengada-ada terhadap Allah, berbohong atas nama agama-Nya, dan tidak taat pada perintah-Nya.
477
Maka jika mereka mendustakan dan menolak risalah engkau, wahai Nabi Muhammad, serta berpaling dari agama, maka ketahuilah bahwa rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustaka pula, mereka membawa mukjizat-mukjizat atau bukti-bukti yang nyata, Zubur kitab samawi yang berisi hikmah-hikmah yang terang serta nasihat-nasihat yang memikat, dan Kitab samawi lainnya; Taurat, Injil, dan Al-Qur’an, yang memberi penjelasan yang sempurna tentang hukum-hukum syariat.
478
Pada ayat lalu dijelaskan sikap orang-orang munafik yang menduga bahwa mereka dapat menghindar dari kematian. Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa kematian dialami oleh setiap makhluk dan bisa terjadi kapan saja. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati tanpa terkecuali. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasan kamu dari amal perbuatan baik dan buruk yang kamu lakukan selama di dunia. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kebahagiaan hakiki bukanlah berupa kedudukan dan pangkat yang tinggi, harta yang melimpah, rumah dan istana yang mewah. Semua itu akan musnah. Karena itu, jangan jadikan seluruh perhatian kamu pada kehidupan kini dan sekarang, karena kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya setiap orang yang hanya mementingkan kebahagiaan sementara.
479
Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu dengan berbagai cobaan, ujian, dan musibah seperti kekurangan harta, malapetaka, dan lain-lain. Karena itu Allah menguji siapa pun di antara mereka yang tetap sabar dan istikamah dalam menjalankan perintah Allah, dan mereka yang tidak menerima dengan hati lapang dan sabar. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik berupa ejekan, pendustaan, penghalangan dalam beragama, perlawanan, dan pengkhianatan. Jika kamu bersabar dan bertakwa dalam menghadapi tindakan-tindakan mereka dan tetap teguh melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. Hal itu karena orang-orang yang sabar, bertakwa, dan berbesar hati menerima setiap takdir yang berlaku akan meraih kemenangan yang gemilang atas tipu daya musuh.
480
Pada ayat lalu dijelaskan gangguan dan tipu daya orang-orang Yahudi terhadap Nabi, pada ayat ini Allah menjelaskan kelengahan dan pengabaian mereka terhadap ajaran Taurat. Dan ingatlah ketika Allah mengambil janji yang kuat berupa aturan-aturan dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah diberi Kitab, berupa perintah, “Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya, yakni isi Kitab itu, kepada manusia, tentang amar makruf nahi mungkar, halal dan haram sebagaimana termaktub dalam kitab suci yang diturunkan dari Allah. Dan diperintahkan pula janganlah kamu menyembunyikannya, yakni isi kandungan kitab suci tersebut, seperti berita kedatangan Nabi Muhammad, dan hukum-hukum syariat tentang halal dan haram. Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dengan tidak mengindahkan perintah-perintah Allah serta mengabaikan aturan-aturan yang telah ditetapkan dan bahkan mereka menjualnya dengan harga murah. Mereka mengubah ketentuan hukum yang telah ditetapkan Allah untuk kepentingan sekelompok orang berpengaruh demi mendapatkan imbalan duniawi. Maka itu seburuk-buruk jual-beli yang mereka lakukan karena mereka rela menukar kemuliaan ilmu, agama, pujian di sisi Allah serta mahluk-Nya, dan kekekalan di surga yang penuh nikmat, dengan kesenangan duniawi yang fana.
481
Jangan sekali-kali kamu, wahai Rasulullah, meyakini dan mengira bahwa orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan meskipun yang mereka lakukan itu perbuatan dosa atau maksiat sekali pun dan mereka suka dipuji dengan membanggakan diri atas perbuatan yang tidak mereka lakukan. Mereka, yakni orang-orang Yahudi, menutupi berita yang disampaikan Nabi, kemudian mereka menyampaikan berita itu kepada orang lain dengan mengatasnamakan dirinya, sehingga di mata orang lain merekalah yang paling paham tentang isi kitab suci. Apa yang mereka lakukan tersebut adalah demi mengharapkan pangkat dan kedudukan di tengah masyarakat. Oleh karena itu, jangan sekalikali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari azab lantaran Allah telah menghapus pahala dari hasil usahanya dan membatalkan amalnya, karena mereka telah berbuat bohong. Mereka akan mendapat azab yang pedih akibat perbuatan dosa yang mereka lakukan.
482
Dan milik Allah-lah seluruh kerajaan langit dan bumi dengan segala isinya, dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu terhadap ciptaan-Nya dengan memberinya kehidupan dan rezeki, mengatur, mematikan, membalas, dan menghitung setiap amal perbuatan manusia.
483
Setelah menjelaskan keburukan-keburukan orang Yahudi dan menegaskan bahwa langit dan bumi milik Allah, pada ayat ini Allah menganjurkan untuk mengenal keagungan, kemuliaan, dan kebesaranNya. Sesungguhnya dalam penciptaan benda-benda angkasa, matahari, bulan, beserta planet-planet lainnya dan gugusan bintang-bintang yang terdapat di langit dan perputaran bumi pada porosnya yang terhampar luas untuk manusia, dan pergantian malam dan siang, pada semua fenomena alam tersebut terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal yakni orang yang memiliki akal murni yang tidak diselubungi oleh kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan.
484
Orang-orang berakal yaitu orang-orang yang senantiasa memikirkan ciptaan Allah, merenungkan keindahan ciptaan-Nya, kemudian dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat kauniyah yang terbentang di jagat raya ini, seraya berzikir kepada Allah dengan hati, lisan, dan anggota tubuh. Mereka mengingat Allah sambil berdiri dan berjalan dengan melakukan aktivitas kehidupan. Mereka berzikir kepada-Nya seraya duduk di majelis-majelis zikir atau masjid, atau berzikir kepada-Nya dalam keadaan berbaring menjelang tidur dan saat istirahat setelah beraktivitas, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sebagai bukti kekuasaan Allah yang Mahaagung seraya berkata, “Ya Tuhan kami! Kami bersaksi bahwa tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia melainkan mempunyai hikmah dan tujuan di balik ciptaan itu semua. Mahasuci Engkau, kami bersaksi tiada sekutu bagi-Mu. Kami mohon kiranya Engkau melimpahkan taufik agar kami mampu beramal saleh dalam rangka menjalankan perintah-Mu, dan lindungilah kami dari murka-Mu sehingga kami selamat dari azab neraka.
485
Mereka berdoa kepada Allah Sang Pencipta yang menghidupkan dan mematikan. Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka karena menyekutukan-Mu dan akibat keangkuhannya, maka sungguh, Engkau telah menghinakannya dengan menimpakan azab yang pedih, dan tidak ada seorang penolong pun yang dapat memberikan pertolongan bagi orang yang zalim. Karena orang-orang zalim pantas mendapatkan murka dan siksaan dari Allah.
486
Lalu mereka memohon lagi. Ya Tuhan kami, Pencipta dan Pemberi karunia! Sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman, yaitu Nabi Muhammad dengan Al-Qur’an, mengajak seluruh umat untuk mengesakan-Mu, menaati perintah-Mu, dan menjauhi laranganMu, seraya menyeru, “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu, pencipta alam semesta, dan pemberi karunia kepada seluruh hamba-Nya,” maka kami pun beriman dan mematuhi petunjuknya dan mengikuti jalannya. Oleh karena itu, Ya Tuhan kami, kiranya Engkau tutupi aib kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, yang telah kami lakukan akibat kelalaian kami, dan matikanlah kami dalam kebaikan, tetapkanlah kami pada kebenaran beserta orang-orang yang berbakti yaitu para pengikut rasul-rasul-Mu, di bawah naungan rida-Mu dalam keadaan memeluk agama Islam.
487
Mereka pun berdoa lagi. Ya Tuhan kami Yang Mahabijaksana! Kami memohon kepada-Mu, berilah kami karunia sebagaimana apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu berupa pahala, ampunan, dan berada di dekat-Mu di surga yang penuh kenikmatan. Dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat di hadapan semua saksi pada hari berkumpulnya seluruh umat manusia dari setiap generasi. Sungguh, Engkau tidak pernah mengingkari janji. Tidak ada ucapan yang lebih baik daripada ucapan-Mu. Kami menunggu apa yang telah Engkau janjikan dan kabarkan, sebagaimana yang telah Engkau sebutkan dalam kitab suci-Mu yang diturunkan melalui utusan-Mu .
488
Setelah mereka (Ulul Albab) memanjatkan pujian dan doa kepada Allah dengan tulus dan penuh harapan, maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya dan mewujudkan harapannya dengan berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal perbuatan atau usaha orang yang beramal serta pahala orang-orang yang berbuat kebajikan di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan. Keduanya memperoleh imbalan yang sama; tidak ada perbedaan antara keduanya, karena sebagian kamu adalah keturunan dari sebagian yang lain, sehingga kalian adalah bersaudara. Karenanya tidak ada kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya di sisi Allah (Lihat: Surah an-Nahl/16: 97). Maka orang yang berhijrah meninggalkan negeri, keluarga, dan harta kekayaan mereka, yang karena mempertahankan keimanannya mereka diusir dari kampung halamannya, dan mereka yang disakiti lantaran berjuang pada jalan-Ku, mereka yang berperang atau berjuang dan yang terbunuh dalam perjuangan membela agamaKu pasti akan Aku hapus atau ampuni kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan mereka ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Ampunan serta kenikmatan-kenikmatan yang mereka peroleh adalah sebagai pahala atau imbalan dari Allah yang Maha Pemurah. Dan di sisi Allah ada pahala yang baik yang menyenangkan serta anugerah yang teragung.
489
Jangan sekali-kali kamu, wahai Rasul, teperdaya atau tertipu oleh kegiatan orang-orang kafir yang bergerak dengan bebas kesana kemari di seluruh negeri dengan mengiming-imingi pangkat, harta, dan kenikmatan-kenikmatan sementara yang cepat sirna.
490
Semua yang ditawarkan orang-orang kafir berupa pangkat, harta benda, dan kemewahan itu hanyalah kesenangan sementara yang tidak bernilai jika dibanding dengan pahala Allah di surga kelak yang penuh kenikmatan dan abadi. Kemudian Allah menetapkan bagi orang-orang kafir tersebut tempat kembali mereka setelah mati, ialah neraka Jahanam agar mereka merasakan azab Allah. Neraka Jahanam itu adalah seburuk buruk tempat tinggal bagi orang-orang kafir dan mereka yang melakukan perbuatan keji selama di dunia.
491
Setelah menjelaskan imbalan bagi orang-orang kafir, berikutnya Allah menjelaskan imbalan yang diberikan kepada orang-orang yang bertakwa. Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dengan melakukan amal perbuatan yang disukai-Nya dan meninggalkan yang dibenci-Nya, niscaya mereka akan mendapat tempat tinggal yang nyaman dan penuh kenikmatan, yaitu surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang begitu jernih, indah, dan sedap dipandang mata. Keindahan dan kenikmatan surga tersebut belum pernah mereka lihat dan belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka kekal di dalamnya dan mereka tidak merasa takut atau khawatir, karena hati mereka selalu diliputi kegembiraan. Itu semua adalah sebagai karunia dari Allah yang disediakan untuk mereka. Dan apa yang di sisi Allah berupa pahala dan anugerah yang abadi adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti daripada kekayaan, kebanggaan diri, dan kemegahan sebagaimana yang diperoleh orang-orang kafir selama di dunia.
492
Setelah menjelaskan w yang diberikan Allah kepada orang-orang mukmin, kemudian Allah menjelaskan golongan mukmin lain-nya yang mendapat imbalan yang sama. Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab dari golongan Yahudi dan Nasrani ada kelompok orang-orang yang beriman kepada Allah dengan tulus, dan beriman kepada apa yang diturunkan kepada kamu yaitu kitab suci Al-Qur’an dan beriman kepada apa yang diturunkan kepada mereka, yaitu kitab Taurat dan Injil. Mereka menghimpun antara keimanan kepada nabi-nabi mereka sendiri dan keimanan kepada Nabi Muhammad serta ajaran-ajaran yang dibawa para nabi dalam keadaan berendah hati kepada Allah dengan tunduk dan patuh mengamalkan syariat-Nya, dan mereka tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah, demi meraih kekayaan materi dan kemewahan, serta kedudukan yang sifatnya sementara. Mereka yang tunduk dan patuh mengamalkan syariat-Nya kelak akan memperoleh pahala di sisi Tuhannya sebagai imbalan atas amal perbuatan yang telah mereka lakukan dengan tulus di dunia. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya, mampu menghitung jumlah yang banyak dalam waktu singkat.
493
Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu semua dalam taat kepada Allah dengan meninggalkan perbuatan maksiat dan segala larangan dengan cara menjauhinya serta bertobatlah, dan kuatkanlah kesabaranmu terhadap musibah yang menimpamu maupun tingkah laku orang yang mungkin terasa menyakitkan. Dan tetaplah bersiap siaga dalam menghadapi musuh-musuh di perbatasan negerimu dengan selalu komitmen di jalan Allah, dan bertakwalah kepada Allah dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya agar kamu termasuk orang-orang yang beruntung, yakni mendapatkan imbalan yang besar dan abadi, atas ketaatan dan kesabaran kalian. Pada akhir ayat ini Allah memperingatkan orang mukmin dengan empat perintah, yaitu bersabar, memperteguh kesabaran, komitmen di jalan Allah, dan bertakwa. Empat hal ini akan mengantarkan seseorang memperoleh keberuntungan.
494
Setelah pada surah sebelumnya Allah menjelaskan bahwa kitab suci merupakan petunjuk jalan menuju kebahagiaan dan bahwa inti seluruh kegiatan adalah tauhid, pada surah ini Allah menjelaskan bahwa untuk meraih tujuan tersebut manusia perlu menjalin persatuan dan kesatuan, serta menanamkan kasih sayang antara sesama. Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, mensyukuri karunia dan tidak mengkufuri nikmat-Nya. Dialah Allah yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu yaitu Adam, dan Allah menciptakan pasangannya yaitu Hawa dari diri-nya yakni dari jenis yang sama dengan Adam; dan dari keduanya, pasangan Adam dan Hawa, Allah memperkembangbiakkan menjadi beberapa keturunan dari jenis laki-laki dan perempuan yang banyak kemudian mereka berpasang-pasangan sehingga berkembang menjadi beberapa suku bangsa yang berlainan warna kulit dan bahasa (Lihat: Surah arRum/30: 22). Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta pertolongan antar sesama, dengan saling membantu, dan juga peliharalah hubungan kekeluargaan dengan tidak memutuskan tali silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu karena setiap tindakan dan perilaku kamu tidak ada yang samar sedikit pun dalam pandangan Allah. Menjalin persatuan dan menjaga ikatan kekeluargaan adalah dasar ketakwaan yang dapat mengantarkan manusia ke tingkat kesempurnaan.
495
Ayat berikut ini menjelaskan siapa yang harus dipelihara hak-haknya dalam rangka bertakwa kepada Allah. Dan berikanlah, wahai para wali atau orang yang diberi wasiat mengurus, kepada anak-anak yatim yang sudah dewasa lagi cerdas untuk mengelola harta mereka sendiri yang ada di dalam kekuasaanmu, dan janganlah kamu menukar harta anak yatim yang baik, lalu karena ketamakan kamu mengambil atau menukar harta mereka. Tindakan itu sama halnya menukar yang baik dengan yang buruk. Dan demikian pula, janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu dengan ikut memanfaatkan harta mereka demi kepentingan diri sendiri. Sungguh, tindakan menukar dan memakan itu adalah dosa yang besar. Jika kamu melakukan hal itu, kamu akan mendapat laknat dan murka dari Allah.
496
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa ayat ini turun berkaitan dengan anak yatim yang berada dalam pemeliharaan seorang wali, di mana hartanya bergabung dengan harta wali dan sang wali tertarik dengan kecantikan dan harta anak yatim itu, maka ia ingin mengawininya tanpa memberinya mahar yang sesuai, lalu turunlah ayat ini. Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim yang berada di bawah kekuasaanmu, lantaran muncul keinginan kamu untuk tidak memberinya mahar yang sesuai bilamana kamu ingin menikahinya, maka urungkan niatmu untuk menikahinya, kemudian nikahilah perempuan merdeka lain yang kamu senangi dengan ketentuan batasan dua, tiga, atau empat orang perempuan saja. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil apabila menikahi lebih dari satu perempuan dalam hal memberikan nafkah, tempat tinggal, atau kebutuhan-kebutuhan lainnya, maka nikahilah seorang perempuan saja yang kamu sukai atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki dari para tawanan perang. Yang demikian itu lebih dekat pada keadilan agar kamu tidak berbuat zalim terhadap keluarga. Karena dengan berpoligami banyak beban keluarga yang harus ditanggung, sehingga kondisi seperti itu dapat mendorong seseorang berbuat curang, bohong, bahkan zalim.
497
Dan apabila telah mantap dalam menetapkan pilihan dan siap untuk menikah dengan wanita pujaan kamu, maka berikanlah maskawin yakni mahar kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian yang penuh kerelaan, karena mahar merupakan hak istri dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh suami terhadapnya. Suami tidak boleh berbuat semenamena terhadapnya atas dasar pemberian tersebut. Kemudian, jika mereka, para istri menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati sebagai hadiah untuk kalian, maka terimalah hadiah itu dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati. Dengan demikian, pemberian itu halal dan baik untuk kalian.
498
Setelah penjelasan tentang hak-hak anak yatim yang harus dipenuhi, ayat ini menjelaskan larangan menyerahkan harta mereka bila mereka belum mampu mengurus. Dan janganlah kalian serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, yaitu anak yatim atau orang dewasa yang belum mampu mengurus, harta mereka yang ada dalam kekuasaan kalian yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan, penyangga hidup, penopang urusan, dan penunjang berbagai keinginan dalam kehidupan ini. Sebab, dalam kondisi seperti itu mereka akan menghabiskan harta tersebut secara sia-sia. Karena itu, berilah mereka belanja secukupnya dan pakaian selayaknya yang bisa menutupi aurat dan memperindah penampilan, dari hasil harta yang kalian usahakan itu. Bersikaplah lemah lembut dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik sehingga membuat perasaan mereka nyaman dan tenteram.
499
Setelah menjelaskan tentang larangan menyerahkan harta anak yatim dalam kondisi mereka belum mampu mengelola, berikutnya Allah memerintahkan agar para wali menguji terlebih dahulu kematangan berpikir, kecerdasan, dan kemampuan mereka mengelola harta sebelum menyerahkannya. Dan ujilah kecerdasan dan mental anak-anak yatim itu dengan memperhatikan keagamaan mereka, kematangan berpikir, dan cara membelanjakan harta, kemudian latihlah mereka dalam menggunakan harta itu sampai hampir mereka cukup umur untuk menikah dengan menyerahkan harta sedikit demi sedikit. Kemudian jika menurut pendapat kamu melalui uji mental tersebut dapat diketahui dengan pasti bahwa mereka betul-betul telah cerdas dan pandai dalam memelihara dan mengelola harta, maka serahkanlah kepada mereka hartanya itu, sehingga tidak ada alasan bagi kalian untuk menahan harta mereka. Dan janganlah kamu, para wali, dalam mengelola harta ikut memakannya harta anak yatim itu dan mengambil manfaat melebihi batas kepatutan, dan janganlah kamu menyerahkan harta kepada mereka dalam keadaan tergesa-gesa menyerahkannya sebelum mereka dewasa, karena kalian khawatir bila mereka dewasa mereka akan memprotes kalian. Barang siapa di antara pemelihara itu mampu mencukupi kebutuhan hidup untuk diri dan keluarganya, maka hendaklah dia menahan diri dari memakan harta anak yatim itu dan mencukupkan diri dengan anugerah dari Allah yang diperolehnya. Dan barang siapa miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut sekadar untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, sebagai upah atau imbalan atas pemeliharaannya. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu yang sebelumnya berada di tangan kamu kepada mereka, maka hendaklah kalian adakan saksi-saksi ketika menyerahkan harta itu kepada mereka. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas atas segala amal perbuatan dan perilaku mereka. Dan Dia memperhitungkan semua perilaku tersebut kemudian memberinya balasan setimpal.
500
Diriwayatkan bahwa Ummu Kuhhah istri Aus bin Sabit mengadukan persoalannya kepada Rasulullah, bahwa setelah Aus gugur dalam Perang Uhud, lalu harta peninggalan Aus diambil seluruhnya oleh saudara laki-laki Aus tanpa menyisakan sedikit pun untuk dirinya dan dua putrinya hasil perkawinannya dengan Aus, kemudian turunlah ayat ini. Bagi laki-laki dewasa atau anak-anak yang ditinggal mati orang tua atau kerabatnya ada hak bagian waris dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya yang akan diatur Allah kemudian, dan begitu pula bagi perempuan dewasa atau anak-anak yang ditinggal mati orang tua atau kerabatnya ada hak bagian waris pula dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik harta peninggalan itu jumlahnya sedikit atau banyak. Hak mewarisi itu diberikan menurut bagian yang telah ditetapkan oleh Allah.
501
Setelah menjelaskan ketentuan hak warisan bagi kaum perempuan, maka pada ayat ini Allah memberi peringatan agar memperhatikan pula kerabat lain yang tidak memeroleh harta warisan dan kebetulan hadir ketika harta warisan itu dibagikan. Dan apabila sewaktu pembagian harta warisan itu hadir atau diketahui oleh beberapa kerabat yang tidak mendapatkan harta warisan, baik mereka yang hadir adalah anak-anak yatim dan orang-orang miskin yang masih ada hubungan kerabat atau tidak, maka hendaknya berilah mereka dari harta warisan itu sekadarnya yang dapat menghibur hati mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik dan benar serta perlakukanlah mereka dengan bijaksana.
502
Setelah menjelaskan anjuran berbagi sebagian dari harta warisan yang didapat kepada kerabat yang tidak mendapatkan bagian, ayat ini memberi anjuran untuk memperhatikan nasib anak-anak mereka apabila menjadi yatim. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan di kemudian hari anakanak yang lemah dalam keadaan yatim yang belum mampu mandiri di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan-nya lantaran mereka tidak terurus, lemah, dan hidup dalam kemiskinan. Oleh sebab itu, hendaklah mereka para wali bertakwa kepada Allah dengan mengindahkan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar, penuh perhatian dan kasih sayang terhadap anak-anak yatim dalam asuhannya.
503
Ayat ini memperingatkan bahaya berlaku aniaya khususnya kepada anak yatim. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim tanpa alasan yang dibenarkan menurut agama, dan menggunakannya untuk kepentingan diri mereka sendiri secara berlebihan, maka dengan perbuatan tersebut sebenarnya mereka itu memakan makanan yang haram dan kotor ibarat menelan api dalam perutnya dan tindakan mereka akan mengantar mereka masuk ke dalam api yang menyala-nyala yaitu neraka. Tempat itu diperuntukkan bagi orangorang yang celaka.
504
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan dampak orang yang mengabaikan hak orang lain, ayat ini menjelaskan ketentuan pembagian harta warisan yang dijelaskan Allah secara rinci agar tidak diabaikan. Allah mensyariatkan, yakni mewajibkan, kepada kamu tentang pembagian harta warisan untuk anak-anak kamu baik laki-laki atau perempuan, dewasa atau kecil, yaitu bagian seorang anak laki-laki apabila bersamanya ada anak perempuan dan tidak ada halangan yang ditetapkan agama untuk memperoleh warisan, disebabkan karena membunuh pewaris atau berbeda agama, maka ia berhak memperoleh harta warisan yang jumlahnya sama dengan bagian dua orang anak perempuan, karena lakilaki mempunyai tanggung jawab memberi nafkah bagi keluarga. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua dan tidak ada bersama keduanya seorang anak lelaki, maka bagian mereka adalah dua pertiga dari harta warisan yang ditinggalkan ibu atau ayahnya. Jika dia, anak perempuan, itu seorang diri saja dan tidak ada bersamanya anak laki-laki, maka dia memperoleh harta warisan setengah dari harta yang ditinggalkan orang tuanya. Demikianlah harta warisan yang diterima anak apabila orang tua mereka meninggal dunia dan meninggalkan harta. Dan apabila yang meninggal dunia adalah anak laki-laki atau perempuan, maka untuk kedua ibu-bapak mendapat bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan oleh sang anak. Jumlah itu menjadi hak bapak dan ibu, jika dia yang meninggal itu mempunyai anak laki-laki atau perempuan. Akan tetapi, jika dia yang meninggal itu tidak mempunyai anak laki-laki atau perempuan dan harta dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya saja, maka ibunya mendapat bagian warisan sepertiga dan selebihnya untuk ayahnya. Jika dia yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara dua atau lebih, baik saudara seibu dan sebapak, maupun saudara seibu atau sebapak saja, lelaki atau perempuan, dan yang meninggal tidak mempunyai anak, maka ibunya mendapat bagian warisan seperenam dari harta waris yang ditinggalkan, sedang ayahnya mendapat sisanya. Pembagian-pembagian tersebut di atas dibagikan kepada ahli warisnya yang berhak mendapatkan setelah dipenuhi wasiat yang dibuatnya sebelum meninggal dunia atau setelah dibayar utangnya. Allah sengaja menentukan tentang pembagian harta warisan untuk orang tua dan anak-anak kamu sedemikian rupa karena kamu tidak mengetahui hikmah di balik ketentuan itu siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagi kamu dari kedua orang tua dan anak-anak kalian. Ini adalah ketetapan yang turun langsung dari Allah untuk ditaati dan diperhatikan. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, Mahabijaksana dalam segala ketetapan-ketetapan-Nya. Demikianlah ketentuan pembagian harta warisan yang ditetapkan langsung oleh Allah agar tidak terjadi perselisihan di antara ahli waris. Jika manusia yang membuat ketentuan, niscaya terjadi kecurangan dan kezaliman. Allah Mahatahu hikmah di balik ketetapan dan ketentuan itu.
505
Setelah dijelaskan tentang perincian bagian warisan sebab nasab, berikut ini dijelaskan tentang pembagian warisan karena perkawinan. Dan adapun bagian kamu, wahai para suami, apabila ditinggal mati istri adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak darimu atau anak dari suami lain. Jika mereka yaitu istri-istrimu itu mempunyai anak laki-laki atau perempuan, maka kamu hanya berhak mendapat bagian seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah dipenuhi wasiat yang mereka buat sebelum mereka meninggal atau setelah dibayar utangnya apabila mereka mempunyai utang. Jika suami meninggal, maka para istri memperoleh bagian seperempat dari harta warisan yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak dari mereka atau anak dari istri lain. Jika kamu mempunyai anak laki-laki atau perempuan, maka para istri memperoleh bagian seperdelapan dari harta warisan yang kamu tinggalkan setelah dipenuhi wasiat yang kamu buat sebelum kamu meninggal atau setelah dibayar utang-utangmu apabila ada utang yang belum dibayar. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan kalalah, yakni orang yang meninggal dalam keadaan tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak sebagai pewaris langsung, tetapi orang yang meninggal tersebut mempunyai seorang saudara laki-laki seibu atau seorang saudara perempuan seibu, maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu mendapat bagian seperenam dari harta yang ditinggalkan secara bersama-sama. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka mendapat bagian secara bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pembagian waris ini baru boleh dilakukan setelah dipenuhi wasiat yang dibuatnya sebelum meninggal atau setelah dibayar utangnya apabila mempunyai utang yang belum dilunasi. Wasiat yang dibolehkan adalah untuk kemaslahatan, bukan untuk mengurangi apalagi menghalangi seseorang memperoleh bagiannya dari harta warisan tersebut dengan tidak menyusahkan ahli waris lainnya. Demikianlah ketentuan Allah yang ditetapkan sebagai wasiat yang harus dilaksanakan dengan sepenuh hati. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, Maha Penyantun dengan tidak segera memberi hukuman bagi orang yang melanggar perintah-Nya.
506
Apa yang dijelaskan di atas itulah batas-batas hukum yang ditetapkan Allah sebagai ketetapan yang tidak boleh dilanggar. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan mengikuti hukum-hukum Allah, maka Dia akan memasukannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai sebagai balasan yang Allah berikan kepada mereka. Mereka mendapatkan kenikmatan di surga dan kekal di dalamnya selalu dalam keadaan sehat dan tidak mengalami penuaan. Dan itulah kemenangan yang agung yang tidak pernah diganggu oleh ketakutan atau kesedihan sedikit pun.
507
Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dengan melakukan perbuatan dosa, tidak menaati perintah-perintah-Nya, dan melanggar batas-batas hukum-Nya yang telah disyariatkan untuk hamba-hambaNya, niscaya Allah akan membalas atas pelanggaran yang dilakukan dengan memasukkannya ke dalam api neraka yang penuh penderitaan, dia kekal abadi di dalamnya dan dia akan mendapat azab yang pedih dan menghinakan. Balasan yang mereka terima setimpal dengan tindakan mereka melecehkan ketentuan Allah dan meremehkan orang-orang yang mereka halangi hak-haknya.
508
Setelah Allah menjelaskan peringatan bagi pelanggar ketentuan Allah terkait dengan kewarisan, selanjutnya Allah menjelaskan peringatan yang terkait dengan harga diri kaum perempuan yang mesti dijaga. Dan kamu, wahai kaum laki-laki, apabila kamu mendapati para perempuan yang melakukan perbuatan keji seperti zina atau lesbianisme di antara perempuan-perempuanmu, yakni istri-istrimu, hendaklah terhadap mereka ada empat orang saksi di antara kamu yang adil dan bisa dipercaya yang menyaksikan perbuatan mereka. Kemudian apabila mereka yakni para saksi telah memberi kesaksian dengan jelas dan tidak ada lagi keraguan terhadap kesaksian tersebut, maka kurunglah mereka yakni istri-istrimu dalam rumah tempat tinggal mereka, dan cegahlah untuk keluar rumah sampai mereka menemui ajalnya. Ketentuan tersebut sebagai pelajaran atau hukuman atas pelanggaran yang telah mereka perbuat sampai Allah memberi jalan yang lain kepadanya tentang ketetapan atau ketentuan hukum lain. Ketentuan hukum tersebut adalah hukuman had berupa dera seratus kali bagi pelaku zina gairu muhshan (lihat juga Surah anNur/24: 2) dan hukum rajam bagi pelaku zina yang sudah menikah (muhshan). Adapun bagi perempuan lesbian hendaknya segera bertobat dan menempuh hidup normal dengan menikahi laki-laki pilihannya.
509
Adapun jika perbuatan keji tersebut dilakukan oleh kaum laki-laki, maka ketentuan hukumannya adalah sebagai berikut. Dan terhadap dua orang laki-laki yang melakukan perbuatan keji seperti zina atau homoseksual di antara kamu dan disaksikan oleh empat orang saksi, maka berilah hukuman, wahai orang yang berwenang menjatuhkan sanksi, kepada keduanya itu, dengan sanksi teguran, celaan, atau cambukan. Jika keduanya tobat dan menyesali perbuatannya sebelum hukuman had dijatuhkan dan memperbaiki diri dengan beramal saleh terus-menerus, maka biarkanlah mereka menjalani hidup dengan tenang, jangan lagi kalian menyakiti dan mengucilkan mereka. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat siapa saja yang bertobat dan menyesali kesalahannya, Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.
510
Pada ayat lalu ditegaskan bahwa Allah Maha Penerima tobat dan Maha Penyayang. Sesungguhnya bertobat kepada Allah yakni penerimaan tobat yang diwajibkan Allah atas diri-Nya sebagai salah satu bukti rahmat dan anugerah-Nya kepada manusia itu hanya bagi mereka yang melakukan kejahatan, baik dosa kecil maupun dosa besar, karena tidak mengerti yakni karena didorong oleh ketidaksadaran akan dampak buruk dari kejahatan itu, kemudian mereka segera bertobat kepada Allah dengan tulus disertai penyesalan yang mendalam paling lambat sesaat sebelum berpisahnya roh dari jasad. Tobat mereka itulah, yang kedudukannya cukup tinggi, yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui orang yang betul-betul jujur, tulus, dan ikhlas dalam tobatnya. Dia juga Mahabijaksana dengan tidak berbuat aniaya kepada hamba-Nya, sehingga Dia menerima tobat siapa yang wajar diterima dan menolak siapa yang pantas ditolak tobatnya.
511
Setelah menjelaskan tobat yang diterima dan batas akhir diterimanya tobat, berikut ini dijelaskan tentang batas akhir waktu penolakan tobat serta dampak dari penolakan itu. Dan tobat yakni pengampunan dosa itu tidaklah diberikan Allah untuk mereka yang melakukan kejahatan atau kedurhakaan secara terus-menerus, silih berganti tanpa penyesalan. Tindakan tersebut dilakukan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka secara tiba-tiba, dan roh sudah berada di tenggorokan, atau sesaat sebelum keluarnya roh dari jasadnya, barulah dia mengatakan, “Saya benar-benar bertobat sekarang.” Tobat dalam kondisi tersebut pada saat diperlihatkan azab yang akan menimpanya, tidaklah diterima Allah (Lihat: Surah Gafir/40: 85). Dan selain itu tidak pula diterima tobat dari orang-orang yang meninggal sedang mereka dalam keadaan kafir, yakni kematiannya membawa serta kekufurannya yang tidak disertai dengan tobat. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih di akhirat dan tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi siksaan yang akan ditimpakan kepadanya.
512
Salah satu tradisi pada masa Jahiliah adalah apabila seorang pria wafat dan meninggalkan istri, maka keluarga pria itu datang untuk memperistri tanpa memberi mahar. Boleh jadi yang memperistri tersebut adalah anak tiri, mertua atau ipar wanita tersebut. Mereka memperlakukan istri dari laki-laki yang meninggal tersebut sesuai keinginan mereka tanpa memberikan hak apalagi menaruh belas kasihan, lalu turunlah ayat ini. Wahai orang-orang beriman! Tidak halal, yakni tidak dibenarkan dengan alasan apa pun, bagi kamu, laki-laki, berlaku seperti kelakuan orang-orang yang tidak beriman yaitu mewarisi harta atau diri perempuan dengan dipaksa atau tidak boleh menikah dengan laki-laki lain. Dan janganlah kamu, wahai suami, apabila telah menceraikan istri-istri kamu, menyusahkan, yakni menghalangi, mereka menikah dengan laki-laki lain. Tindakan itu kamu lakukan karena hendak mengambil kembali secara paksa sebagian dari apa saja yang telah kamu berikan kepadanya baik mahar, atau pemberian lainnya, kecuali apabila mereka sudah terbukti melakukan perbuatan keji yang nyata seperti nusyuz atau berzina, maka kamu boleh memaksa mereka menebus diri dengan mengembalikan maskawin yang telah kamu berikan, sebagai pelajaran bagi mereka. Dan bergaullah, wahai suami, dengan mereka menurut cara yang patut dan penuh kasih sayang sesuai ketentuan agama. Jika kamu tidak menyukai mereka lantaran adanya kekurangan pada diri mereka, maka bersabarlah terhadap segala kekurangan atau keterbatasan mereka. Karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu pada dirinya, padahal Allah ingin menjadikan dalam ikatan perkawinan bersamanya itu suatu kebaikan yang banyak padanya di kemudian hari. Karena, di balik kesabaran tersebut tentu ada hikmah yang banyak.
513
Dan jika kamu, wahai para suami, ingin mengganti istrimu dengan menceraikannya dan setelah menceraikannya kemudian kamu menikah dengan istri yang lain yang kamu sukai sedang kamu telah memberikan kepada seorang di antara mereka harta yang banyak sebagai mahar untuk mereka yang telah kamu ceraikan itu, maka janganlah kamu mengambil kembali walau sedikit pun pemberian itu darinya karena mahar yang telah kamu berikan itu sudah menjadi miliknya. Apakah kamu akan mengambilnya kembali harta kekayaan yang kamu jadikan mahar itu dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan menanggung dosa yang nyata? Mengambil atau meminta kembali mahar yang telah diberikan kepada mereka adalah termasuk perbuatan zalim yang dimurkai Allah.
514
Dan lantas bagaimana mungkin kamu akan mengambilnya kembali, yakni mahar atau pemberian yang telah kamu berikan kepada mereka, dengan cara paksa dan sewenang-wenang, padahal kamu telah bergaul satu sama lain sebagai suami-istri dengan menyalurkan hasrat biologis bersamanya? Dan mereka telah mengambil perjanjian yang kuat dalam ikatan perkawinan sehingga menjadi pasangan istri dari kamu, ikatan perkawinan tersebut merupakan ikatan suci yang harus dijaga sehingga siapa saja yang memutus ikatan suci itu mendapat murka Allah. Nabi berpesan, “Bertakwalah kepada Allah dalam urusan wanita. Sesungguhnya kalian telah mengambil mereka sebagai amanat Allah dan menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah.”
515
Setelah menjelaskan etika pergaulan suami istri dalam berumah tangga, maka pada ayat ini Allah menjelaskan etika seseorang terhadap ibu tirinya setelah ayahnya wafat. Dan janganlah kamu melakukan kebiasaan buruk sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Jahiliah, yaitu menikahi perempuan-perempuan yang telah dinikahi oleh ayahmu baik ayah kandung maupun orang tua dari ayah atau ibu, kecuali kebiasaan tersebut dilakukan pada masa yang telah lampau ketika kamu masih dalam keadaan Jahiliah dan belum datang larangan tentang keharamannya. Setelah datangnya larangan itu, tindakan tersebut harus dihentikan. Sungguh, perbuatan menikahi istri-istri ayah (ibu tiri) itu merupakan tindakan buruk, sangat keji, dan dibenci oleh Allah. Dan pernikahan yang sangat tercela seperti itu merupakan seburuk-buruk jalan yang ditempuh untuk menyalurkan hasrat biologis. Apakah pantas bagi orang yang berakal sehat menikahi istri ayahnya setelah sang ayah wafat, padahal ia seperti ibu kandungnya sendiri?
516
Selain haram menikahi ibu tiri sebagaimana dijelaskan di atas, diharamkan pula menikahi beberapa perempuan berikut ini. Diharamkan atas kamu menikahi ibu-ibumu termasuk juga nenekmu, anak-anakmu yang perempuan termasuk cucu perempuanmu, saudara-saudaramu yang perempuan baik kandung, seayah, atau seibu, saudara-saudara ayahmu yang perempuan termasuk saudara perempuan kakek, saudara-saudara ibumu yang perempuan termasuk saudara perempuan nenek. Demikian pula anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, maupun anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan termasuk anak-anak perempuan mereka. Itulah tujuh golongan yang haram dinikahi karena hubungan nasab. Selain itu diharamkan pula menikahi ibu-ibumu yang menyusui kamu ketika kamu dahulu berada dalam masa penyusuan (Lihat: Surah alBaqarah/2: 233, Surah al-Ahqaf/26: 15). Karena ibu susu mempunyai posisi sama dengan ibu kandung, maka perempuan yang haram dinikahi karena nasab, diharamkan pula karena persusuan. Dengan demikian diharamkan atas kamu menikahi saudara-saudara perempuanmu sesusuan apabila kamu menyusu langsung pada tempat yang sama, dengan ketentuan tidak kurang dari lima kali susuan yang mengenyangkan, baik mereka menyusu sebelum kamu menyusu, atau dalam waktu bersamaan, atau setelah kamu selesai. Selain itu diharamkan pula menikahi ibu-ibu dari istrimu atau mertua, baik istri itu telah kamu gauli layaknya suami istri maupun yang belum kamu gauli. Selain itu diharamkan pula menikahi anak-anak perempuan dari istrimu yakni anak tiri yang berada dalam pemeliharaanmu dan tinggal bersama maupun anak-anak tiri yang tidak berada dalam pemeliharaanmu, keduanya sama saja. Larangan tersebut adalah jika anak tiri itu merupakan anak dari istri yang telah kamu campuri sebagaimana layaknya suami istri. Tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu dan dia sudah kamu ceraikan atau istri yang belum kamu gauli itu meninggal dunia, maka tidak berdosa kamu menikahi anak-anak tiri dari bekas istri yang telah kamu ceraikan atau meninggal sebelum kamu menggaulinya. Dan diharamkan pula kamu menikahi istri-istri anak kandungmu atau menantumu sendiri. Demikian itulah ketentuan tentang keharaman menikahi perempuan untuk selama-lamanya. Adapun wanita-wanita yang haram dinikahi tetapi tidak untuk selamalamanya dijelaskan berikut ini. Dan diharamkan pula melangsungkan perkawinan dengan mengumpulkan dua perempuan yang bersaudara pada waktu yang sama, baik kedua perempuan itu kakak beradik, atau seorang perempuan dengan bibi yakni saudara perempuan ayah atau saudara perempuan ibu dari perempuan tersebut, kecuali perkawinan serupa yang telah terjadi pada masa lampau sebelum datangnya larangan ini. Sungguh yang demikian ini karena Allah Maha Pengampun atas segala dosa atau kekhilafan yang telah kamu lakukan, Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya. Agama Islam melarang menikahi ibu kandung, ibu tiri, ibu susu, maupun bibi (saudara perempuan ayah atau ibu), adalah untuk menghormati kedudukan dan status mereka. Bagaimana mungkin orang yang diperintahkan Allah untuk dihormati malah dijadikan istri oleh anak sendiri? Di mana letak penghormatan anak terhadap mereka, dan bagaimana dengan status anak yang lahir nanti? Demikian pula larangan memperistri dua perempuan bersaudara sekaligus dalam waktu yang sama. Tindakan ini dapat menimbulkan kecemburuan besar yang berdampak pada retaknya hubungan persaudaraan. Islam sangat menjunjung tinggi hubungan kekeluargaan atau kekerabatan apabila terjalin dengan harmonis serta kokoh, dan membenci tindakan apa pun yang dapat mendorong retak bahkan putusnya hubungan tersebut
517
Bila pada ayat yang lalu Allah melarang pernikahan yang menghimpun dua atau lebih perempuan bersaudara, maka ayat ini melarang seorang istri dinikahi oleh dua orang laki-laki. Dan diharamkan juga kamu menikahi perempuan yang sudah bersuami, kecuali hamba sahaya perempuan bersuami yang secara khusus kamu dapatkan melalui tawanan perang ketika suaminya tidak ikut tertawan, yang kemudian kamu miliki. Pengharaman itu sebagai ketetapan Allah atas kamu. Dan dihalalkan bagimu selain perempuan-perempuan yang demikian itu, yakni selain perempuan yang disebutkan oleh ayat sebelum ini, jika kamu berusaha bersungguh-sungguh membayar mahar dengan hartamu untuk menikahinya bukan dengan maksud untuk berzina. Maka karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, istri-istri itu, segera berikanlah maskawinnya dengan sempurna kepada mereka sebagai suatu kewajiban yang harus kamu tunaikan. Tetapi tidak mengapa, artinya kamu tidak berdosa, wahai para suami, jika ternyata di antara kamu sebagai suami istri telah saling merelakannya, sebagian mahar atau keseluruhannya, setelah ditetapkan kewajiban pembayaran mahar itu secara bersama. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
518
Dan barang siapa di antara kamu, wahai kaum muslim, yang tidak mempunyai biaya yang dapat dipergunakan sebagai perbelanjaan untuk menikahi perempuan merdeka yang beriman, maka dihalalkan menikahi perempuan yang beriman dari hamba sahaya yang bukan kamu miliki tetapi dimiliki oleh saudaramu sesama muslim. Allah mengetahui keimanan yang ada dalam hati-mu sekalian. Janganlah kamu selalu mempersoalkan masalah keturunan, karena sebagian dari kamu adalah saudara dari sebagian yang lain sama-sama keturunan Adam dan Hawa. Karena itu, bila kamu benar-benar tidak mampu menikahi perempuan-perempuan merdeka, maka nikahilah mereka, yakni perempuan-perempuan hamba sahaya itu, dengan izin tuan yang memiliki-nya dan berilah mereka maskawin yang pantas sesuai dengan yang berlaku di kalangan masyarakat dan kondisi hamba sahaya pada waktu itu, yang tidak memberatkan kamu dan tidak pula merugikan si perempuan dan tuannya, karena mereka adalah perempuan-perempuan yang memelihara kesucian diri mereka, bukan pezina dan bukan pula perempuan yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya yang mereka sembunyikan. Apabila mereka telah berumah tangga atau bersuami, tetapi masih saja melakukan perbuatan keji dengan berbuat zina yang terbukti secara hukum, maka berilah hukuman bagi mereka yang besarnya setengah dari apa, yakni hukuman perempuan-perempuan yang merdeka dan bersuami. Kebolehan menikahi hamba sahaya itu adalah izin bagi orang-orang yang takut terjatuh terhadap kesulitan dalam upaya menjaga diri dari perbuatan zina. Tetapi jika kamu bersabar dengan cara menahan diri agar tidak berzina atau menikahi hamba sahaya, itu lebih baik bagimu daripada menikahi mereka. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
519
Allah Zat Yang Maha Mengetahui dan Mahabijaksana secara terus menerus hendak menerangkan hukum-hukum syariat-Nya kepadamu termasuk hukum tentang hubungan laki-laki dan perempuan, dan juga secara terus-menerus hendak menunjukkan kepada kamu jalan-jalan kehidupan orang yang sebelum kamu yakni para nabi dan orang-orang saleh, dan Dia secara terus-menerus pula menerima tobatmu selama kamu bertobat dengan tulus dan sepenuh hati. Allah Maha Mengetahui siapa di antara kamu yang bertobat dengan tulus sepenuh hati dan siapa yang hanya separuh hati, Mahabijaksana dalam menetapkan hukumhukum-Nya.
520
Dan ketahuilah bahwa Allah hendak menerima tobatmu yang kamu lakukan dengan tulus dan sepenuh hati, sedang orang-orang yang semata-mata hanya mengikuti keinginan hawa nafsu-nya, menghendaki dan berupaya dengan segala cara agar kamu berpaling sejauh-jauhnya dari kebenaran.
521
Allah juga hendak memberikan keringanan atas beban yang dipikulkan-Nya kepadamu. Oleh sebab itu, ketahuilah bahwa karena manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan bersifat lemah, maka tidak ada hukum-Nya yang di luar kemampuan manusia untuk memikulnya.
522
Ayat-ayat yang lalu berbicara tentang hukum pernikahan, sementara pernikahan itu tidak bisa dilepaskan dari harta, terutama berkaitan dengan maskawin. Oleh sebab itu, ayat berikut berbicara tentang bagaimana manusia beriman mengelola harta sesuai dengan keridaan Allah. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah sekali-kali kamu saling memakan atau memperoleh harta di antara sesamamu yang kamu perlukan dalam hidup dengan jalan yang batil, yakni jalan tidak benar yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat, kecuali kamu peroleh harta itu dengan cara yang benar dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu yang tidak melanggar ketentuan syariat. Dan janganlah kamu membunuh dirimu atau membunuh orang lain karena ingin mendapatkan harta. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu dan hamba-hamba-Nya yang beriman.
523
Dan barang siapa berbuat demikian, dalam memperoleh harta, dengan cara melanggar hukum dan dengan berbuat zalim, maka akan Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu, yakni menjatuhkan hukuman dengan siksaan neraka, adalah sesuatu hal yang sangat mudah bagi Allah.
524
Demikianlah sanksi yang akan Allah jatuhkan kepada orang-orang berbuat dosa. Pada ayat ini Allah lalu menjanjikan anugerah kenikmatan kepada orang-orang yang menjauhi dosa. Jika kamu berusaha dengan sungguh-sungguh menjauhi dosa-dosa besar terutama dosa-dosa yang bersifat penganiayaan di antara dosa-dosa besar yang telah dilarang mengerjakannya oleh Allah dan Rasul-Nya, niscaya Kami akan hapus kesalahan-kesalahanmu berupa dosa-dosa kecil yang kamu perbuat dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia, yakni surga dengan beraneka kenikmatan yang tiada tara.
525
Namun sering terjadi dalam kehidupan bahwa angan-angan untuk memperoleh sesuatu sebagaimana dimiliki orang lain bisa mendorong seseorang melakukan pelanggaran. Ayat ini berpesan agar menghindari kebiasaan berangan-angan yang menimbulkan sifat iri dan dengki kepada sesama. Dan janganlah kamu berangan-angan yang membuat kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan oleh Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain, baik karunia itu berupa kecerdasan, kemuliaan, nama baik, pangkat, dan jabatan, maupun dalam bentuk harta benda serta kekayaan yang berlimpah. Karena bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan yang sesuai dengan ketentuan Allah dan sesuai pula dengan apa yang mereka usahakan, dan begitu pula bagi perempuan pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan sesuai petunjuk Allah dan apa yang mereka usahakan. Oleh sebab itu, janganlah berangan-angan yang menyebabkan iri hati. Mohonlah kepada Allah dengan tulus agar kamu dianugerahi-Nya sebagian dari karunia-Nya yang berlimpah ruah itu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu termasuk angan-angan dan iri serta kedengkian yang tersembunyi dalam hati kamu.
526
Usai melarang manusia berangan-angan yang akan mendorongnya iri dan dengki atas kelebihan orang lain, termasuk dalam hal warisan, ayat ini lalu mengingatkan bahwa harta warisan itu sudah ditentukan pembagiannya oleh Allah. Dan ketahuilah bahwa untuk setiap harta peninggalan, dari apa yang ditinggalkan oleh kedua orang tua dan juga yang ditinggalkan oleh karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya, dan juga bagi orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka sebagai suami istri, maka berikanlah kepada mereka bagiannya sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Sungguh, Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.
527
Masih dalam kaitan larangan agar tidak berangan-angan dan iri hati atas kelebihan yang Allah berikan kepada siapa pun, laki-laki maupun perempuan, ayat ini membicarakan secara lebih konkret fungsi dan kewajiban masing-masing dalam kehidupan. Laki-laki atau suami itu adalah pelindung bagi perempuan atau istri, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka, laki-laki, atas sebagian yang lain, perempuan, dan karena mereka, yakni laki-laki secara umum atau suami secara khusus, telah memberikan nafkah apakah itu dalam bentuk mahar ataupun serta biaya hidup rumah tangga sehari-hari dari hartanya sendiri. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suami tidak ada di rumah atau tidak bersama mereka, karena Allah telah menjaga diri mereka. Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan melakukan nusyuz (durhaka terhadap suami), seperti meninggalkan rumah tanpa restu suami, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka dengan lemah lembut dan pada saat yang tepat, tidak pada sembarang waktu, dan bila nasihat belum bisa mengubah perilaku mereka yang buruk itu, tinggalkanlah mereka di tempat tidur dengan cara pisah ranjang, dan bila tidak berubah juga, kalau perlu pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan tetapi memberi kesan kemarahan. Tetapi jika mereka sudah menaatimu, tidak lagi berlaku nusyuz, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya dengan mencerca dan mencaci maki mereka. Sungguh, Allah Mahatinggi, Maha-besar.
528
Bila upaya yang diajarkan pada ayat-ayat sebelumnya tidak dapat meredakan sengketa yang dialami oleh sebuah rumah tangga, maka lakukanlah tuntunan yang diberikan oleh ayat ini. Dan jika kamu khawatir akan terjadi syiqaq atau persengketaan yang kemungkinan besar membawa perceraian antara keduanya, maka kirimlah kepada suami istri yang bersengketa itu seorang juru damai yang bijaksana dan dihormati dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai yang juga bijaksana dan dihormati dari keluarga perempuan. Jika keduanya, baik suami istri, maupun juru damai itu, bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah akan memberi taufik jalan keluar kepada suami-istri itu. Sungguh, Allah Mahamengetahui atas segala sesuatu, lagi Maha teliti.
529
Ayat-ayat di atas yang berbicara tentang aturan dan tuntunan kehidupan rumah tangga dan harta waris, memerlukan tingkat kesadaran untuk mematuhinya. Ayat ini menekankan kesadaran tersebut dengan menunjukkan perincian tempat tumpuan kesadaran itu dipraktikkan. Dan sembahlah Allah Tuhan yang menciptakan kamu dan pasangan kamu, dan janganlah kamu sekali-kali mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah dengan sungguh-sungguh kepada kedua orang tua, juga kepada karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh walaupun tetangga itu nonmuslim, teman sejawat, ibnu sabil, yakni orang dalam perjalanan bukan maksiat yang kehabisan bekal, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai dan tidak melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada orang yang sombong dan membanggakan diri di hadapan orang lain.
530
Ayat yang lalu ditutup dengan ungkapan ketidaksenangan Allah kepada orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Mereka itu adalah orang yang kikir, dan juga menyuruh orang lain agar berbuat kikir dengan cara menghalangi orang lain berinfak dengan ucapan, dan memberi contoh berinfak dengan jumlah yang sangat ke-cil, dan juga secara terus menerus menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya dengan tidak mau menginfakkannya. Untuk itu, Kami telah menyediakan hukuman untuk orang-orang kafir dalam bentuk azab yang menghinakan atas kesombongan mereka itu.
531
Dan termasuk ke dalam orang-orag yang sombong dan membanggakan diri itu adalah orang-orang yang menginfakkan hartanya karena ria kepada orang lain agar dilihat dan dipuji, dan juga orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak beriman kepada hari Kemudian. Barang siapa menjadikan setan sebagai temannya, karena sombong dan membanggakan diri itu adalah sifat setan, maka ketahuilah bahwa dia, setan itu, adalah teman yang sangat jahat bagi manusia.
532
Sebenarnya beriman kepada Allah dan hari Kemudian serta menginfakkan sebagian dari karunia yang diberikan oleh Allah yang sangat banyak itu, tidaklah berat. Dan apa sebenarnya keberatan bagi mereka jika mereka beriman kepada Allah dan hari Kemudian dan apa kesulitannya jika mereka menginfakkan sebagian, bukan seluruhnya, dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadanya? Sungguh tidak ada kesulitan sedikit pun untuk melakukan hal itu. Dan ingatlah bahwa Allah sesungguhnya Maha Mengetahui segala sesuatu tentang keadaan mereka.
533
Ayat yang lalu ditutup dengan sebuah pernyataan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu tentang keadaan orang-orang sombong dan membanggakan diri itu. Untuk mengikis kesan Allah menimpakan siksa yang melebihi batas kedurhakaan orang-orang yang sombong dan membanggakan diri itu, ayat ini memberi penegasan bahwa Allah tidak akan berlaku aniaya. Sungguh, ketahuilah bahwa Allah tidak akan menzalimi ketika menjatuhkan sanksi kepada seseorang, walaupun sebesar zarrah yakni sesuatu yang terkecil dan teringan, dan demikian pula jika ada kebajikan, walaupun kebajikan itu hanya sekecil zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakan kebajikannya itu dan memberikan pahala yang besar dengan berlipat ganda dari sisi-Nya.
534
Setelah menggambarkan perilaku orang-orang yang sombong dan membanggakan diri yang dikategorikan sebagai orang-orang kafir itu, ayat berikut menghadapkan kenyataan itu terhadap orang beriman untuk ditarik pelajaran. Maka jadikanlah bahan renungan tentang bagaimanakah kelak keadaan orang kafir itu, jika Kami pada hari itu mendatangkan seorang saksi, yakni rasul, dari setiap umat, dan Kami mendatangkan engkau, wahai Muhammad, sebagai saksi atas mereka, orang-orang sombong dan membanggakan diri itu.
535
Karena pada hari ketika mereka dibangkitkan itu, orang yang kafir yang sombong dan membanggakan diri dan orang yang mendurhakai Rasul, Nabi Muhammad, berharap sekiranya mereka diratakan dengan tanah, hancur luluh menjadi tanah sehingga tidak ada yang tersisa sedikit pun dari jasmani mereka, dengan demikian mereka merasa tidak diadili lagi, padahal mereka tidak dapat menyembunyikan sesuatu kejadian apa pun dari Allah dari apa yang mereka perbuat. Sungguh hal ini menjadi pelajaran bagi orang-orang beriman.
536
Pada beberapa ayat yang lalu, Al-Qur’an menggambarkan perilaku orang-orang yang sombong dan membanggakan diri serta betapa dahsyat siksa yang akan dijumpai mereka pada hari berbangkit, sampaisampai mereka menginginkan agar disamaratakan saja dengan tanah, sehingga tidak mengalami perhitungan amal sama sekali. Namun hal itu tidak akan terjadi, karena tidak ada seorang pun yang dapat sembunyi dari pengawasan Allah. Oleh sebab itu, ayat ini dan ayat berikutnya menjelaskan bagaimana seharusnya manusia hidup di dunia agar selamat dari siksaan di hari berbangkit tersebut. Caranya ialah dengan melaksanakan salat dan bagaimana salat itu ditunaikan agar bisa menyelamatkan diri dari siksa di hari berbangkit tersebut. Wahai orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu mendekati tempat salat atau melaksanakan salat ketika kamu dalam keadaan mabuk, yakni hilang ingatan karena minuman keras. Dirikanlah salat jika kamu sudah sadar apa yang kamu ucapkan, dan juga jangan pula kamu hampiri masjid ketika kamu dalam keadaan junub yang mengharuskan kamu mandi wajib, kecuali hanya sekadar melewati jalan saja, boleh kamu lakukan sebelum kamu mandi junub. Adapun jika kamu sakit yang dikhawatirkan bila menyentuh air penyakit itu akan bertambah parah atau susah disembuhkan, atau kamu sedang dalam perjalanan yang jaraknya jauh, sekitar 80 km atau lebih, atau sehabis buang air, apakah itu buang air kecil atau buang air besar, atau kamu telah menyentuh perempuan, apakah itu hanya sekadar bersentuh kulit atau berhubungan suami istri, sedangkan kamu pada waktu itu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu, sebagai pengganti wudu, dengan debu, atau tanah dan sejenisnya, yang baik, yakni suci, dengan cara usaplah wajahmu satu kali dan usap pula tanganmu, dengan mempergunakan debu atau tanah itu. Sungguh, Allah itu Maha Pemaaf, Maha Pengampun bagi hamba-hamba-Nya yang mau bertobat.
537
Tidakkah kamu memperhatikan dengan saksama orang yang telah diberi bagian Kitab Taurat? Mereka membeli kesesatan dan mereka menghendaki agar kamu tersesat menyimpang dari jalan yang benar.
538
Ayat-ayat yang lalu memberi petunjuk dalam rangka pembinaan masyarakat Islam ke dalam, sedang ayat-ayat berikut memberi tuntunan bagaimana menghadapi musuh-musuh yang mengganggu pembinaan masyarakat tersebut. Dan Allah pada hakikatnya lebih mengetahui tentang musuh-musuhmu dari diri kamu sendiri. Oleh sebab itu, berserah dirilah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi pelindung dalam menangani kepentingan kalian dan cukuplah Allah menjadi penolong bagimu dalam menghadapi musuh-musuh itu.
539
Yaitu di antara orang Yahudi, yang kebiasaan buruk mereka adalah mengubah perkataan dari tempat-tempatnya seperti menyangkut kenabian Muhammad. Dan mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.” Dan juga mereka mengatakan pula, “Dengarlah,” sedang engkau, Nabi Muhammad, sebenarnya tidak mendengar apa pun apa yang mereka katakan. Dan selanjutnya mereka mengatakan pula, “ra'ina” dengan memutar-balikkan lidahnya dan dengan sengaja mencela ajaran agama. Sekiranya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh, sebagai ganti dari perkataan “dan dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, karena tidak menimbulkan kemungkinan keliru. Akan tetapi itu tidak mereka lakukan sehingga Allah melaknat mereka, karena kekafiran dan kedurhakaan mereka. Mereka tidak beriman kecuali hanya sedikit sekali.
540
Usai melaknat orang-orang Yahudi, pada ayat ini Allah menakut-nakuti mereka dengan siksaan yang langsung dirasakan. Wahai orang-orang yang telah diberi Kitab secara utuh! Berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan, yakni Al-Qur’an, yang kandungan pokoknya membenarkan Kitab yang ada pada kamu yaitu Taurat, yang disampaikan secara utuh kepada kalian oleh Nabi Musa. Oleh sebab itu, berimanlah kamu sebelum Kami mengubah wajah-wajah-mu, lalu Kami putar ke belakang, atau Kami kembalikan kamu ke jalan kesesatan, atau Kami akan laknat mereka sebagaimana Kami melaknat orang-orang yang berbuat maksiat pada hari Sabat (Sabtu) pada masa lampau. Dan ketetapan Allah itu pasti berlaku.
541
Boleh jadi karena orang-orang Yahudi merasa sebagai umat pilihan Tuhan, sehingga mereka beranggapan kalaupun mereka membuat kedurhakaan pasti akan diampuni oleh Allah, maka dalam ayat ini mereka diperingatkan dengan keras bahwa hal itu tidak akan terjadi. Sesungguhnya Allah Yang Mahaperkasa tidak akan pernah mengampuni dosa karena mempersekutukan-Nya, yakni dosa syirik, dan Dia mengampuni apa, yakni dosa, yang selain syirik itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah dengan yang lain, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar dan menganiaya diri sendiri.
542
Perilaku kaum Yahudi sungguh aneh, mereka mengaku mendapat petunjuk dan merasa sebagai umat pilihan Allah, tetapi mereka justru durhaka. Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci, yakni orang Yahudi? Sebenarnya Allah Yang Maha Mengetahui dan Mahabijaksana yang berhak menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka yang disucikan itu tidak dizalimi sedikit pun.
543
Setelah menjelaskan sifat buruk orang-orang Yahudi tersebut, Allah mengingatkan kaum muslim lebih cermat lagi. Perhatikanlah dengan seksama, betapa mereka orang-orang Yahudi itu mengada-adakan dusta terhadap Allah! Dan cukuplah perbuatan mengada-ada dengan dusta itu menjadi dosa yang nyata bagi mereka.
544
Di samping mengada-ada kedustaan, mereka juga melakukan kedurhakaan yang lain, yaitu percaya kepada Jibt dan Tagut. Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Kitab Taurat, yakni orang-orang Yahudi itu? Mereka percaya kepada Jibt yakni berhala atau penyihir, dan Tagut, yakni selain syariat Allah, dan mengatakan kepada orang-orang kafir musyrik Mekah dengan penuh kesombongan, bahwa mereka itu lebih benar jalan-nya daripada orang-orang yang beriman dari kaum muslimin.
545
Mereka itulah orang-orang yang sangat jauh kedurhakaannya serta dilaknat oleh Allah. Dan barang siapa yang dilaknat oleh Allah, niscaya engkau tidak akan mendapatkan penolong baginya yang akan menyelamatkannya di mana pun dan kapan pun ia berada.
546
Pada ayat-ayat sebelumnya Allah menjelaskan bagaimana kaum Yahudi dengan kesombongan mereka telah berbuat durhaka, maka pada ayat ini Allah menanyakan dasar apa yang mereka punya untuk melegalkan perbuatan demikian. Sebenarnya mereka tidak mempunyai dasar apa pun. Agar terbuka kedok mereka, ayat ini mempertanyakannya. Ataukah mereka mempunyai bagian dari kerajaan dan kekuasaan. Jelas ini tidak ada. Bahkan meskipun mereka mempunyainya, mereka tidak akan memberikan sedikit pun kebajikan kepada manusia, bukan saja karena tidak memilikinya, tetapi mereka juga sangat kikir.
547
Ataukah mereka dengki kepada manusia, yakni Nabi Muhammad dan kaum muslim, karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Sungguh, Kami telah memberikan Kitab seperti Taurat, Zabur, dan Injil, dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepada mereka yakni keluarga Ibrahim kerajaan atau kekuasaan yang besar.
548
Maka di antara mereka yang diberi ilmu itu ada yang beriman kepadanya, yakni Nabi Muhammad dan risalahnya serta mengamalkan syariatnya, dan ada pula yang menolak ajarannya serta menghalangi orang lain beriman kepadanya. Cukuplah bagi mereka yang menolak dan menghalangi itu kelak pada hari Kemudian neraka Jahanam yang menyala-nyala apinya.
549
Usai menjelaskan pembangkangan kaum Yahudi, pada ayat ini Allah lalu menjelaskan adanya kaum selain Yahudi yang juga durhaka. Sungguh, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, siapa pun mereka, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka sebagai ganjaran atas kekafiran mereka. Setiap kali kulit mereka sudah terbakar hangus, Kami ganti dengan kulit baru yang lain, agar mereka merasakan azab yang sangat pedih. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
550
Sudah menjadi kebiasaan Al-Qur’an untuk menyebut sesuatu lalu menyebut lawannya. Setelah menjelaskan apa yang menimpa orang kafir, ayat ini lalu menjelaskan apa yang didapatkan oleh orang beriman. Adapun orang-orang yang beriman dengan iman yang benar dan mengerjakan kebajikan sebagai bukti dari keimanan mereka, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Di sana, di dalam surga itu, mereka mempunyai pasangan-pasangan yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman yang tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin
551
Dua ayat terakhir dijelaskan kesudahan dari dua kelompok mukmin dan kafir, yakni tentang kenikmatan dan siksaan, maka sekarang AlQur’an mengajarkan suatu tuntunan hidup yakni tentang amanah. Sungguh, Allah Yang Mahaagung menyuruhmu menyampaikan amanat secara sempurna dan tepat waktu kepada yang berhak menerimanya, dan Allah juga menyuruh apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia yang berselisih hendaknya kamu menetapkannya dengan keputusan yang adil. Sungguh, Allah yang telah memerintahkan agar memegang teguh amanah serta menyuruh berlaku adil adalah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah adalah Tuhan Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.
552
Agar penetapan hukum dengan adil tersebut dapat dijalankan dengan baik, maka diperlukan ketaatan terhadap siapa penetap hukum itu. Ayat ini memerintahkan kaum muslim agar menaati putusan hukum, yang secara hirarkis dimulai dari penetapan hukum Allah. Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah perintah-perintah Allah dalam AlQur’an, dan taatilah pula perintah-perintah Rasul Muhammad, dan juga ketetapan-ketetapan yang dikeluarkan oleh Ulil Amri pemegang kekuasaan di antara kamu selama ketetapan-ketetapan itu tidak melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu masalah yang tidak dapat dipertemukan, maka kembalikanlah kepada nilai-nilai dan jiwa firman Allah, yakni Al-Qur’an, dan juga nilai-nilai dan jiwa tuntunan Rasul dalam bentuk sunahnya, sebagai bukti jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya, baik untuk kehidupan dunia kamu, maupun untuk kehidupan akhirat kelak.
553
Setelah menjelaskan bagaimana sikap yang harus diperankan oleh orang-orang beriman, maka ayat berikutnya menjelaskan sifat buruk yang dimiliki oleh orang-orang munafik. Tidakkah engkau, wahai Nabi Muhammad dan kaum muslim, memperhatikan dengan seksama dan cermat, bagaimana orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu, yakni Al-Qur’an, dan juga beriman kepada apa yang diturunkan sebelummu, yakni Taurat, Zabur, dan Injil? Tetapi mereka, orang-orang munafik itu, masih menginginkan ketetapan hukum kepada Tagut, padahal mereka telah diperintahkan oleh Yang Mahakuasa melalui kitab yang diturunkan-Nya, untuk mengingkari Tagut itu. Dan sikap mereka seperti itu telah dipengaruhi oleh setan yang bermaksud menyesatkan mereka dari jalan Allah dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya.
554
Bukan hanya sekadar enggan menjadikan Rasul sebagai hakim, bahkan orang-orang munafik tersebut bertindak lebih jauh dari itu. Dan apabila dikatakan kepada mereka, orang-orang munafik itu, “Marilah tunduk dan patuh kepada apa, yakni hukum dan petunjuk, yang telah diturunkan Allah dan juga tunduk dan patuh kepada keputusan Rasul,” niscaya engkau, Nabi Muhammad, melihat orang munafik, akibat dari kemunafikan mereka, menghalangi manusia dengan sekeras-keras-nya darimu.
555
Jika perilaku orang-orang munafik itu seperti yang digambarkan tersebut, bagaimana bila mereka ditimpa musibah? Maka bagaimana halnya tindakan mereka apabila kelak musibah menimpa sebagai hukuman atas keengganan mereka mengikuti tuntunan Allah disebabkan perbuatan tangannya sendiri, kemudian mereka datang kepadamu, wahai Nabi Muhammad dengan tunduk tetapi membawa dalih sambil bersumpah palsu, “Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki untuk menjadikan Tagut sebagai hakim. Tiada yang kami kehendaki selain kebaikan dan kedamaian.”
556
Ayat ini membantah pengakuan orang-orang munafik, sembari memberi umat Islam petunjuk tentang cara menghadapi kebohongan orang-orang munafik itu. Mereka itu adalah orang-orang yang sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, yakni jangan hiraukan mereka dan jangan percaya pada ucapan dan sumpah mereka, dan berilah mereka nasihat yang menyentuh hati mereka, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas dan menghunjam pada jiwa mereka.
557
Ayat ini menjelaskan kewajiban taat kepada Allah dan Rasul sembari mencela perilaku orang-orang munafik yang mencari hakim terhadap Tagut. Dan juga Kami tidak mengutus seorang rasul dari semua rasul yang telah diutus, melainkan dengan membawa bukti-bukti untuk ditaati dengan izin dan perintah Allah. Dan sungguh, sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya dengan cara berhakim kepada Tagut, lalu mereka datang kepadamu, Muhammad, lalu selanjutnya mereka memohon ampunan kepada Allah dengan sepenuh hati, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka atas kesalahan yang telah mereka perbuat, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat atas kesalahan mereka, dan juga Maha Penyayang kepada orang-orang yang bertaubat.
558
Setelah menjelaskan bahwa Rasul diutus untuk ditaati dan tobat orang-orang munafik dapat diterima dengan syarat harus melalui permohonan Nabi kepada Allah, ayat ini menjelaskan makna yang terdalam dari ketaatan kepada Rasul. Maka demi Tuhanmu Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, mereka pada hakikatnya tidak beriman dengan iman yang sesungguhnya yang dapat diterima Allah, sebelum mereka menjadikan engkau, Muhammad, sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan atau dalam masalah yang tidak jelas dalam pandangan mereka, sehingga kemudian setelah tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan dalam kedudukanmu sebagai hakim, dan mereka menerima keputusanmu dengan penerimaan yang sepenuhnya.
559
Pada ayat-ayat yang lalu diperingatkan bahwa orng-orang munafik itu sebenarnya tidak mau menerima Nabi sebagai hakim, walaupun ketentuan itu diwajibkan oleh Allah atas diri mereka. Pada ayat-ayat berikut digambarkan sikap mereka bahwa apa pun perintah tidak akan mereka lakukan disebabkan kemunafikan mereka. Dan sekalipun telah Kami perintahkan kepada mereka, orang-orang munafik itu, “Bunuhlah dirimu,” sebagaiman dulu pernah ditetapkan sanksi semacam ini terhadap orang-orang Yahudi, “atau keluarlah kamu dari kampung halamanmu,” sebagaimana yang dilakukan oleh kaum muslim dulu dari Mekah ke Madinah, ternyata mereka, orang-orang munafik, tidak akan melakukannya karena lemahnya iman mereka, kecuali sebagian kecil saja dari mereka. Dan sekiranya mereka benar-benar melaksanakan perintah dan pengajaran yang diberikan oleh Allah dan Rasul, niscaya itu lebih baik bagi mereka dari apa yang mereka lakukan selama ini, dan lebih menguatkan iman mereka yang selama ini terombang ambing dalam kemunafikan.
560
pabila mereka meksanakan perintah dan pengajaran yang diberikan oleh Allah dan Rasul itu, dan dengan demikian, pasti Kami berikan kepada mereka anugerah yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya, serta pahala yang besar dari sisi Kami.
561
Pada waktu yang bersamaan, pasti Kami akan tunjukkan pula kepada mereka jalan yang lurus yang mengantarkan mereka menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
562
Dan barang siapa menaati Allah dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya, dan juga menaati Rasul dengan cara memuliakan dan memperkenankan perintahnya, maka mereka yang sehari-hari beramal dengan ikhlas seperti itu, akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah di dalam surga, yaitu para nabi, para pencinta kebenaran, yakni para sahabat Nabi, orang-orang yang mati syahid di medan perang dan orang-orang beramal saleh. Mereka itulah orang yang telah mencapai kedudukan yang tinggi di sisi Allah dan juga merekalah sebenarnya teman yang sebaik-baiknya di kehidupan dunia.
563
Yang demikian itu, yakni keadaan bersama-sama dengan para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orangorang saleh berada di kehidupan surga, adalah karunia yang bersumber dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Pemurah yang juga Maha Mengetahui pemberi ganjaran yang setimpal.
564
Wahai orang-orang yang beriman! Bersiapsiagalah kamu menghadapi musuh, dan majulah dengan sungguh-sungguh dan penuh keberanian ke medan pertempuran secara berkelompok yakni menyerang secara bergelombang sekelompok dengan sekelompok bila taktik ini terbaik, atau majulah bersama-sama secara serentak apabila taktik ini kamu nilai lebih efektif.
565
Dan sesungguhnya ingatlah, wahai orang-orang beriman, di antara kamu pasti ada orang yang sangat enggan dan sangat berat hati bila diajak ke medan pertempuran. Lalu jika kamu ditimpa musibah, yakni kamu mengalami kekalahan di medan perang yang mereka tidak ikut itu, dia berkata, “Sungguh, Allah telah memberikan nikmat kepadaku karena tidak menjadi korban dalam peperangan itu karena aku memang tidak ikut berperang bersama mereka.”
566
Dan sungguh, jika kamu mendapat karunia dari Allah berupa kemenangan dalam perang dan memperoleh ganimah tentulah dia mengatakan dengan sangat menyesal bercampur keinginan mendapatkan ganimah, seakan-akan belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu, kaum muslim, dengan dia, orang munafik, “Wahai, sekiranya aku bersama mereka ikut dalam peperangan, tentu aku akan memperoleh kemenangan yang agung pula,” yakni bangga sebagai pemenang perang dan memperoleh harta rampasan perang.
567
Setelah ayat-ayat yang lalu mengecam perilaku orang-orang munafik yang selalu berkelit bila diajak berperang, ayat-ayat berikut membangkitkan semangat untuk maju ke medan perang menghadapi musuh. Karena itu, hendaklah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya menjual dalam arti menukar dan mengorbankan kehidupan dunia yang mereka miliki untuk mendapatkan kebahagiaan pada kehidupan akhirat, dengan cara berperang di jalan Allah menegakkan keadilan dan kebenaran. Dan barang siapa di antara kalian yang ikut berperang di jalan Allah, lalu gugur menjadi syahid karena dikalahkan oleh musuh atau memperoleh kemenangan selamat dari gugur di medan perang, maka kelak akan Kami berikan pahala dengan nikmat yang besar kepadanya.
568
Demikian besar nilai di sisi Allah terhadap orang yang ikut berperang di jalan Allah. Tidak ada alasan untuk menghindar dari tugas tersebut. Oleh sebab itu, mengapa kamu tidak mau ikut dalam barisan berperang di jalan yang bertujuan utuk menegakkan agama Allah dan juga membela orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak, apakah itu orang tua, handai tolan, atau putra-putri kamu yang masih berada di Mekah terjebak dalam pengawasan orang-orang musyrik. Mereka itulah yang selalu berdoa, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri Mekah ini, bukan karena tidak senang kepada Mekah ini, tetapi karena orang-orang kafir yang menjadi penduduknya dan yang mengusai kota tersebut berlaku zalim kepada kami. Ya Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Perkasa, berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah pula kami penolong dari sisi-Mu.”
569
Allah mengingatkan sekali lagi tentang nilai orang-orang beriman dan orang-orang kafir. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berperang di jalan Allah untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan Tagut dengan tujuan menebarkan kejahatan dan berbuat kezaliman. Maka oleh sebab itu, perangilah kawan-kawan setan itu agar kejahatan dan kezaliman tidak terus berkembang, karena sesungguhnya tipu daya setan dan juga kawan-kawan setan itu lemah dan rapuh.
570
Ayat-ayat yang lalu menggambarkan dua motivasi perang dan dua kelompok pada masing-masing motivasi itu. Ayat-ayat berikut menggambarkan fenomena yang ada di sebagian kelompok orang beriman yang enggan diajak berperang. Tidakkah engkau memperhatikan, wahai kaum beriman, orang-orang yang dikatakan kepada mereka, yakni orangorang yang menampakkan dirinya beriman dan minta izin berperang sebelum ada perintah berperang? Dikatakan kepada mereka, “Tahanlah tanganmu dari berperang karena belum waktunya, laksanakanlah salat guna membangun hubungan dengan Allah, dan tunaikanlah zakat untuk membangun hubungan dengan sesama!” Ketika situasi telah menuntut untuk melakukan perang karena kaum muslim bertambah teraniaya, maka mereka pun diwajibkan untuk berperang, tiba-tiba sebagian mereka golongan munafik yang telah hidup nyaman pada waktu turunnya ayat ini, takut kepada manusia sebagai musuh yakni orang-orang kafir seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih dahsyat lagi takut dari itu. Dalam kondisi dihantui oleh rasa takut menghadapi musuh dan takut kehilangan kesenangan yang sudah diperoleh, mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami, padahal kami belum terlepas dari kesulitan hidup? Mengapa tidak Engkau tunda kewajiban berperang itu kepada kami beberapa waktu lagi, agar kami dapat merasakan kesenangan ini lebih lama lagi?” Katakanlah, “Berapa lama pun kesenangan yang kalian dapatkan di dunia ini tidak ada artinya, karena kesenangan dunia itu hanya sedikit, dan kesenangan akhirat itu lebih baik karena banyak dan beraneka ragam, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa mendapat pahala turut berperang dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun baik di dunia maupun di akhirat.”
571
Di mana pun kamu berada, wahai orang-orang yang enggan berperang di jalan Allah, kematian itu pasti akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada pada persembunyian di dalam benteng yang tinggi dan kukuh yang tidak terdapat celah sedikit pun untuk menembusnya. Jika mereka, orang-orang yang enggan itu, memperoleh kebaikan, yakni sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah,” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan atau kondisi yang tidak menyenangkan, mereka akan mengatakan, “Ini dari engkau, yakni disebabkan olehmu, wahai Muhammad.” Katakanlah, “Semuanya datang dari sisi Allah dan karena izin-Nya.” Maka mengapa orang-orang yang mengucapkan kata-kata seperti itu, yakni orang-orang munafik, hampir-hampir tidak memahami pembicaraan dan penjelasan seperti itu sedikit pun?.”
572
Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, wahai Nabi Muhammad dan semua umat manusia, adalah dari sisi Allah Yang Maha Pemurah, Maha bijaksana, dan keburukan apa pun yang menimpamu, wahai Muhammad dan siapa pun selainmu, itu semua akibat dari kesalahan dirimu sendiri, karena Kami mengutusmu tidak lain hanya menjadi rasul untuk menyampaikan wahyu Allah kepada seluruh manusia. Dan cukuplah Allah saja yang menjadi saksi atas kebenaranmu.
573
Barang siapa menaati Rasul dan mengikuti ajaran-ajarannya, maka sesungguhnya dia telah menaati Allah karena Allah yang telah mengutusnya. Dan barangsiapa berpaling dari ketaatan itu, maka ketahuilah bahwa Kami tidak mengutusmu, wahai Nabi Muhammad, untuk menjadi pemelihara mereka sebagai orang yang bertanggung jawab dan menjamin mereka untuk tidak berbuat kesalahan.
574
Dan mereka, orang-orang munafik, mengatakan, “Kewajiban kami hanyalah sepenuhnya untuk selalu taat kepadamu, Muhammad.” Tetapi, apabila mereka telah pergi dari sisimu, Nabi Muhammad tidak lagi berada bersamamu, sebagian dari mereka, yakni para pemimpin mereka mengatur siasat di malam hari mengambil keputusan untuk sesuatu yang lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah melalui penugasan para malaikat-Nya mencatat setiap rencana dan siasat yang mereka atur di malam hari itu. Oleh sebab itu, maka berpalinglah dari mereka, jangan hiraukan sedikit pun, dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah Yang Mahaperkasa yang menjadi pelindung dari tipu daya mereka.
575
Maka tidakkah mereka menghayati, mendalami petunjuk dan ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an? Sekiranya Al-Qur’an itu bukan wahyu yang turun dari Allah, pastilah mereka akan menemukan banyak sekali hal yang bertentangan di dalamnya.
576
Dan apabila sampai kepada mereka, orang-orang munafik itu, suatu berita yang belum dapat dibuktikan kebenarannya, baik tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka langsung menyiarkannya dengan tujuan untuk menimbulkan kerancuan dan kekacauan. Padahal, apabila sebelum menyebarkan berita itu mereka menyerahkannya terlebih dahulu kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya akan dapat mengetahuinya secara resmi dari mereka, yakni Rasul dan Ulil Amri. Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu berupa ajaran dan tuntunan hidup, tentulah kamu mengikuti langkah-langkah setan, kecuali sebagian kecil saja di antara kamu yang mengikuti petunjuk Rasul.
577
Maka berperanglah engkau, Nabi Muhammad dan kaum muslim, di jalan Allah untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, dan ingatlah bahwa engkau tidaklah dibebani melainkan atas kewajiban yang diletakkan pada dirimu sendiri. Kobarkanlah semangat orang-orang beriman untuk berperang di jalan Allah. Mudah-mudahan Allah menolak dengan cara mematahkan serangan orang-orang yang kafir itu. Allah sangat besar kekuatan-Nya untuk mengalahkan para penentang agama Allah itu dan sangat keras siksaan-Nya bagi kedurhakaan orang-orang munafik itu.
578
Barang siapa memberi pertolongan, kapan pun dan di mana pun, dengan sebuah pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian pahala dari pahala orang yang mengerjakan-nya. Dan barang siapa memberi pertolongan dengan sebuah pertolongan yang buruk, niscaya dia akan memikul bagian dosa dari dosa orang yang mengerjakannya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
579
Dan apabila kamu dihormati oleh siapa saja dengan suatu salam penghormatan, baik dalam bentuk perbuatan atau perlakuan, maka balaslah dengan segera penghormatan itu dengan penghormatan yang lebih baik, atau balaslah penghormatan itu yang sepadan dengan penghormatan yang diberikan-nya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu menyangkut cara dan kualitas penghormatan balasan yang telah diberikan. Jika kita perhatikan, ayat “salam” penghormatan ini terletak di tengahtengah ayat perang. Ini bisa bermaksud menunjukkan prinsip Islam yang asasi yaitu “salam” yang bermakna keselamatan dan kedamaian. Ia melaksanakan perang hanya untuk menetapkan kedamaian dan keselamatan di muka bumi dengan makna yang luas dan menyeluruh.
580
Orang-orang yang beriman dengan sesungguhnya pasti meyakini bahwa Allah adalah Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada tuhan selain Dia, tidak ada yang patut disembah kecuali Dia. Oleh sebab itu, janganlah kaum muslim lalai berbakti dan mengabdi kepada-Nya, patuhlah terhadap perintah-perintah-Nya dan tinggalkanlah laranganlarangan-Nya, karena Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat. Tidak satu pun yang sanggup membangkitkan dan mengumpulkan kalian selain Allah, untuk mempertanggungjawabkan semua amal yang telah kalian lakukan. Hari itu merupakan hari yang tidak diragukan terjadinya. Pada hari itu tidak ada manfaat harta kekayaan dan anak-anak kalian untuk menjadi penolong bagi kalian, dari azab Allah. Yang akan aman dari azab Allah hanyalah orang-orang yang beramal saleh sewaktu berada di dunia. Oleh sebab itu, manusia harus percaya kepada firman Allah tentang kedatangan hari Kiamat itu. Siapakah yang lebih dapat dipercaya ucapannya dan benar perkataan-nya daripada Allah? Ketahuilah bahwa informasi yang bukan berasal dari Allah tidak dapat dipastikan kebenarannya, karena berita-berita itu mengandung kemungkinan benar atau kemungkinan salah. Sedangkan informasi yang bersumber dari Allah pasti benar.
581
Pada ayat-ayat yang lalu Allah telah menjelaskan sifat-sifat orangorang munafik maka pada ayat ini mengkritik sikap Kaum muslim yang terpecah menjadi dua golongan dalam menyikapi orang-orang munafik. Maka mengapa kamu, wahai orang-orang mukmin, terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-orang munafik? Satu golongan membela orang-orang munafik; dan golongan yang lain memerangi mereka, padahal Allah telah mengembalikan mereka yakni memandang mereka telah kembali kafir disebabkan usaha mereka sendiri, dengan ucapan, sikap dan perilaku mereka. Apakah kamu, wahai orangorang beriman, bermaksud memberi petunjuk, yaitu menilai mereka orang-orang yang memperoleh petunjuk Allah atau menciptakan petunjuk kepada orang yang telah dibiarkan sesat oleh Allah karena keinginan mereka sendiri untuk sesat? Barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, seperti yang dialami oleh orang-orang munafik itu, kamu, wahai Muhammad, tidak akan mendapatkan jalan apa pun untuk memberi petunjuk baginya.
582
Mereka ingin sekali, agar kamu menjadi kafir terus-menerus dan berkesinambungan sebagaimana mereka telah menjadi kafir sejak dahulu, sehingga kamu menjadi sama dengan mereka dalam kekafiran yang terus menerus dan berkesinambungan. Oleh sebab itu, janganlah kamu, wahai orang-orang beriman, menjadikan seorang pun dari antara mereka sebagai teman-teman-mu, sebagai penolong dan pelindung bagi kalian, sebelum mereka beriman kepada Allah dan mewujudkan keimanan mereka dengan berpindah atau meninggalkan kekufuran dan berjihad di jalan Allah. Apabila mereka berpaling, yaitu enggan meninggalkan kekufuran mereka, maka tawanlah dengan menaklukkan mereka dan bahkan bunuhlah mereka di mana pun mereka kamu temukan, baik di Mekah atau di Tanah Haram maupun di tempat-tempat lain, dan janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka sebagai teman setia untuk dimintai nasihatnya, dan jangan pula kamu jadikan penolong untuk dimintai pertolongannya dalam menghadapi musuh-musuh kalian. Pengertian ini menunjukkan larangan bagi orang-orang beriman menjalin hubungan baik dengan orang yang memusuhi Islam dan kaum muslim.
583
Semua boleh kamu tawan dan kamu bunuh kecuali orang-orang yang lari dan menghindar dari kamu serta meminta perlindungan kepada suatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian damai untuk tidak saling berperang atau memerangi, termasuk orang-orang yang meminta perlindungan kepada mereka, janganlah kalian tawan dan bunuh mereka atau juga orang yang datang kepadamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dalam membela keyakinan mereka atau memerangi kaumnya dalam membela kamu atau bersimpati kepadamu, maka jangan pula kalian menawan dan membunuh mereka. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya diberikan-Nya kekuasaan, kekuatan dan kemampuan kepada mereka dalam menyatukan mereka semuanya atau sebagiannya untuk menghadapi kamu, maka dengan demikian pastilah mereka memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan kamu untuk melaksanakan perintah-perintah agama kalian tanpa ada halangan dan gangguan dari mereka, dan tidak memerangimu serta menawarkan perdamaian kepadamu, yakni menyerah, maka Allah tidak memberi jalan bagimu untuk menawan dan membunuh mereka.
584
Kelak dalam waktu yang tidak lama akan kamu dapati, wahai orangorang yang beriman, golongan-golongan yang lain dari golongan orang-orang munafik yang memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat orang munafik sebelumnya, yang ingin menyatakan keimanan kepada kalian, agar dengan demikian mereka akan hidup aman bersamamu, yakni tidak mendapat gangguan dan celaan dari kalian, dan aman pula bersama kaum mereka dengan menunjukkan kekufuran mereka kepada kaumnya apabila mereka kembali kepadanya. Setiap kali mereka diajak kembali kepada fitnah, yaitu syirik, kufur, kemaksiatan dan semacamnya, mereka pun terjun dan terlibat ke dalamnya serta mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Karena itu, jika mereka tidak membiarkan kamu agar kamu dapat mengerjakan tuntutan agamamu dengan tidak menghalangi kamu dan tidak mau menawarkan perdamaian kepadamu dengan membuat perjanjian damai dengan kamu dan tetap mengganggu kamu, serta tidak menahan tangan mereka dari memerangimu, maka tawanlah mereka dengan menaklukkan mereka dengan cara apa pun yang dapat kamu lakukan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu temui, dan merekalah orang yang Kami berikan kepadamu alasan yang nyata untuk memerangi, menawan dan membunuh mereka akibat pelanggaran dan pengkhianatan mereka. Menurut sebagian mufasir, kedurhakaan yang digambarkan oleh ayat 89 lebih ringan dari kedurhakaan yang digambarkan pada ayat ini. Karena itu, perintah membunuh pada ayat 91 ini lebih tegas dan lebih keras dari perintah membunuh pada ayat 89.
585
Dan tidak patut, bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin yang lain, kecuali terjadi karena tersalah dan tidak sengaja, sebab keimanan akan menghalangi mereka untuk berbuat demikian. Barang siapa membunuh seorang mukmin, kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, karena tersalah, maka wajiblah dia memerdekakan atau membebaskan seorang hamba sahaya yang beriman, yakni membebaskannya dari sistem perbudakan walau dengan jalan menjual harta yang dimilikinya untuk pembebasannya serta membayar tebusan (diat) yang diserahkan dengan baik-baik dan tulus kepada keluarganya, yakni keluarga si terbunuh itu, kecuali jika mereka, keluarga si terbunuh memberikan maaf kepada si pembunuh dengan membebaskannya dari pembayaran itu. Jika dia, yakni si terbunuh, berasal dari kaum kafir yang memusuhimu padahal dia mukmin, maka yang diwajibkan kepada si pembunuh itu hanyalah memerdekakan hamba sahaya yang beriman, tidak disertai tebusan. Dan jika dia, si terbunuh, adalah kafir dari kaum kafir yang ada, yakni memiliki perjanjian damai dan tidak saling menyerang antara mereka dengan kamu, maka wajiblah bagi si pembunuh itu membayar tebusan yang diserahkan dengan baik-baik dan tulus kepada keluarganya si terbunuh akibat adanya perjanjian itu serta diwajibkan pula memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barang siapa tidak mendapatkan hamba sahaya yang disebabkan karena tidak menemukannya, padahal kemampuannya ada atau karena tidak memiliki kemampuan materi untuk membebaskannya, maka hendaklah dia, si pembunuh, berpuasa selama dua bulan berturut-turut sebagai gantinya. Allah mensyariatkan hal demikian kepada kalian sebagai tobat kalian kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui segala yang kalian lakukan, Mahabijaksana untuk menetapkan hukum dan hukuman bagi kalian.
586
Dan barang siapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja yakni dengan niat dan terencana, maka balasannya yang pantas dan setimpal ialah neraka Jahanam yang sangat mengerikan, dia kekal di dalamnya dalam waktu yang lama disertai dengan siksaan yang amat mengerikan. Di samping hukuman itu, Allah murka kepadanya dan melaknatnya yakni menjauhkannya dan tidak memberinya rahmat, serta menyediakan azab yang besar baginya selain dari azab-azab yang disebutkan di atas di akhirat.
587
Pada ayat yang lalu Allah telah menegaskan hukuman yang amat pedih bagi seseorang yang melakukan pembunuhan dengan sengaja. Pada ayat ini Allah memberikan peringatan kepada kaum muslim untuk berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalam pembunuhan. Salah satu kesempatan yang memungkinkan terjadinya pembunuhan dengan sengaja itu ialah pada waktu terjadinya peperangan dengan seseorang atau sekelompok yang tidak dikenal. Wahai orang-orang yang beriman! Berhati-hatilah dalam mengambil keputusan untuk membunuh seseorang. Karena itu, apabila kamu pergi melakukan perjalanan di atas bumi, baik untuk berperang dan atau untuk tugas apa pun di jalan Allah, maka telitilah dan carilah keterangan yang pasti tentang orang yang kamu hadapi itu dan jangan kamu melakukan tindakan apa pun kepadanya kalau kamu ragu dan janganlah kamu mengatakan kepada orang atau siapa pun yang mengucapkan “salam”, yakni orang yang mengucapkan kalimat la ilaha illallah, kepadamu, “Kamu bukan seorang yang beriman,” lalu kamu membunuhnya dengan maksud mencari harta benda kehidupan dunia dari pembunuhan itu, padahal di sisi Allah ada harta yang banyak, yang lebih baik daripada apa yang kamu dapatkan dari harta rampasan peperangan itu, yaitu pahala yang berlipat ganda yang disediakan oleh Allah di akhirat. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, ketika kamu kafir, sebelum kamu beriman, menyembunyikan keimananmu, lalu Allah memberikan nikmat-Nya berupa nikmat iman kepadamu lalu kamu beriman seperti sekarang ini, maka telitilah dengan pasti sebelum kamu bertindak kepadanya. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan dan Maha Memberi balasan atas apa yang kamu lakukan.
588
Tidaklah sama derajat yang diperoleh antara orang beriman yang duduk, yakni yang tidak turut berperang tanpa mempunyai uzur atau halangan, yakni alasan yang dibenarkan agama, dan orang yang berjihad menegakkan agama-Nya di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk, tidak ikut berperang tanpa halangan yang dibenarkan agama dengan kelebihan satu derajat. Kepada masing-masing dari dua kelompok tadi, Allah menjanjikan pahala yang baik berupa surga, dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad, baik dengan harta atau dengan jiwa saja atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, yaitu beberapa derajat yang didapatnya daripada-Nya, serta ampunan atas dosa-dosa mereka dan rahmat yang selalu tercurah kepada mereka. Allah Maha Pengampun atas dosa-dosa mereka, Maha Penyayang dengan curahan rahmat-Nya kepada mereka.
589
Tidaklah sama derajat yang diperoleh antara orang beriman yang duduk, yakni yang tidak turut berperang tanpa mempunyai uzur atau halangan, yakni alasan yang dibenarkan agama, dan orang yang berjihad menegakkan agama-Nya di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk, tidak ikut berperang tanpa halangan yang dibenarkan agama dengan kelebihan satu derajat. Kepada masing-masing dari dua kelompok tadi, Allah menjanjikan pahala yang baik berupa surga, dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad, baik dengan harta atau dengan jiwa saja atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, yaitu beberapa derajat yang didapatnya daripada-Nya, serta ampunan atas dosa-dosa mereka dan rahmat yang selalu tercurah kepada mereka. Allah Maha Pengampun atas dosa-dosa mereka, Maha Penyayang dengan curahan rahmat-Nya kepada mereka.
590
Sesungguhnya orang-orang yang dimatikan atau dicabut nyawanya oleh malaikat maut setelah sampai ajal yang telah ditetapkan oleh Allah kepada mereka dalam kehidupan di dunia ini, sementara mereka sebelumnya berada dalam keadaan menzalimi diri mereka sendiri karena enggan melakukan tuntunan agama padahal mereka mempunyai kesanggupan, mereka, para malaikat pencabut nyawa mereka itu, bertanya kepada mereka, “Dalam keadaan bagaimana kamu dahulu ketika kalian hidup sehingga tidak melakukan tuntunan agama, tidak berjihad dan tidak pula berhijrah? Mereka menjawab, “Kami dulu adalah orang-orang yang tertindas dan tak berdaya di bumi Mekah.” Mereka, para malaikat, berkata untuk menolak alasan mereka, “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah atau berpindah di bumi itu dari daerah kufur ke daerah lain di mana kalian dapat melakukan tuntunan agama?” Maka Allah menyatakan bahwa mereka yang dimatikan dalam keadaan menzalimi diri sendiri itu adalah orang-orang yang tempatnya di neraka Jahanam dan mendapat siksaan yang amat pedih, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.
591
Kecuali mereka yang tertindas, yang sangat lemah, baik laki-laki atau perempuan dan anak-anak yang karenanya mereka tidak berdaya dan tidak pula mengetahui jalan untuk berhijrah, maka mereka itu adalah orang-orang yang mudah-mudahan Allah memaafkan mereka karena ketidakmampuan mereka untuk berhijrah, bukan karena pilihan dan kemauan mereka sendiri. Allah senantiasa Maha Pemaaf atas segala kesalahan mereka, dan Maha Pengampun atas segala dosa mereka.
592
Kecuali mereka yang tertindas, yang sangat lemah, baik laki-laki atau perempuan dan anak-anak yang karenanya mereka tidak berdaya dan tidak pula mengetahui jalan untuk berhijrah, maka mereka itu adalah orang-orang yang mudah-mudahan Allah memaafkan mereka karena ketidakmampuan mereka untuk berhijrah, bukan karena pilihan dan kemauan mereka sendiri. Allah senantiasa Maha Pemaaf atas segala kesalahan mereka, dan Maha Pengampun atas segala dosa mereka.
593
Usai mengecam mereka yang enggan berhijrah, pada ayat ini Allah lalu memberi janji dan harapan kepada mereka yang berhijrah. Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah dengan niat dan hanya mengharap keridaan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan menemukan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya sebelum sampai ke tempat yang dituju dan sebelum kembali ke rumahnya, maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun atas segala dosa orangorang yang berhijrah atau siapa pun yang memohon ampunannya, dan Maha Penyayang yang senantiasa mencurahkan aneka rahmatnya.
594
Dan apabila kamu bepergian di bumi untuk melakukan peperangan atau melakukan perniagaan atau lainnya, maka tidaklah berdosa kamu mengqashar salat, yaitu dengan cara memperpendek jumlah rakaat salat yang empat rakaat menjadi dua rakaat, seperti salat Zuhur, Asar, dan Isya, jika kamu takut diserang atau takut akan bahaya yang ditimbulkan oleh orang-orang kafir yang merupakan musuhmu. Sesungguhnya orangorang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.
595
Kalau pada ayat sebelumnya Allah memberikan kemudahan kepada kaum muslim untuk meng-qashar salat dalam perjalanan dan karena rasa takut, maka pada ayat ini Allah menjelaskan tata cara pelaksanaan salat itu. Dan apabila suatu ketika ada situasi yang membahayakan keselamatan, seperti karena adanya musuh dan ketika itu engkau, wahai Nabi Muhammad, berada di tengah-tengah mereka, para sahabatmu, lalu engkau hendak melaksanakan salat khauf bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri besertamu untuk melaksanakan salat dan segolongan yang lain menghadapi musuh yang mungkin dapat melakukan penyerangan terhadapmu dan yang bersamamu itu hendaklah menyandang senjata mereka. Kemudian apabila mereka yang salat besertamu itu melakukan sujud, yakni telah menyempurnakan satu rakaat atau telah selesai melaksanakan salat, maka hendaklah mereka itu pindah dari belakangmu untuk menghadapi musuh dan berjaga-jaga seperti yang telah dilakukan oleh kelompok yang sebelumnya, dan hendaklah datang golongan yang lain, yakni golongan kedua, yang belum salat, lalu mereka melakukan salat seperti kelompok pertama melakukannya denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka. Hal ini dilakukan karena orang-orang kafir ingin dengan keinginan dan harapan yang besar agar kalian lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu sekaligus. Dan tidak ada dosa atas kamu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat suatu kesusahan atau kesulitan yang disebabkan karena hujan yang menyebabkan rusaknya senjata kamu atau karena kamu sakit yang menyebabkan kamu tidak dapat menyandang senjatamu, dan bersiap siagalah kamu menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi pada kalian akibat dari dua kondisi itu. Sungguh, Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu, baik di dunia maupun di akhirat.
596
Ayat yang lalu menggambarkan pelaksanaan salat khauf dengan tata cara tersendiri dalam suasana perang. Pada ayat ini Allah memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan zikir sesuai dengan kondisi mereka, berdiri, duduk, atau berbaring setelah selesai melakukan salat. Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan salat yang dilakukan dalam keadaan takut tersebut, ingatlah Allah sebanyak-banyaknya sesuai dengan kondisi dan kemampuan kamu, ketika kamu berdiri, pada waktu duduk, dan ketika berbaring, dan semoga dengan memperbanyak zikir itu kamu mendapat pertolongan dari Allah. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman dari suasana menakutkan yang kamu alami yang menyebabkan kamu melaksanakannya dengan cara yang disebutkan di atas atau sudah kembali ke tempat asal kamu dari medan perang, maka laksanakanlah salat itu sebagaimana biasa sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan syariat, terpenuhi rukun dan syaratnya serta sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sungguh, salat yang kamu lakukan itu adalah kewajiban yang ditentukan batas-batas waktunya atas orang-orang yang beriman. Karena itu, setiap salat dalam kondisi normal itu harus dilakukan pada waktu yang ditentukan untuknya, tidak bisa dimajukan atau dimundurkan.
597
Ayat ini masih merupakan rangkaian tuntunan yang diberikan pada ayat 102 yang memerintahkan kaum muslim untuk berhati-hati terhadap musuh kamu. Pada ayat ini Allah memberikan tuntunan dan semangat kepada kaum muslimin. Dan janganlah kamu berhati lemah, berkecil hati, takut, dan pesimistis dalam mengejar mereka, yakni musuhmu, walaupun kamu tahu bahwa mereka memiliki kelebihan dari kamu, kekuatan mereka lebih baik, jumlah mereka lebih banyak, dan persenjataan mereka lebih lengkap. Kamu dan mereka sesungguhnya memiliki kesamaan dalam hal yang lain, yaitu bahwa jika kamu menderita kesakitan, maka ketahuilah bahwa mereka pun menderita kesakitan pula, sebagaimana kamu merasakannya, sedang kamu memiliki kelebihan lain, yaitu masih dapat mengharapkan dari Allah apa yang disebut mati syahid, pahala yang berlipat ganda, dan pertolongan yang tidak dapat mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui segala kebaikan bagi semua makhlukNya, Mahabijaksana dalam menetapkan hukum-hukum-Nya.
598
Rangkaian ayat-ayat yang lalu membicarakan banyak hal tentang orang-orang munafik dan sifat-sifat buruk yang mereka miliki yang tidak mau melakukan tuntunan, dan perintah untuk bersikap tegas kepada mereka, bahkan dengan memerangi mereka, maka pada ayat ini Allah menyebutkan bahwa kitab Al-Qur’an itu telah membawa kebenaran. Sungguh, Kami, melalui malaikat Jibril, telah menurunkan Kitab Al-Qur’an kepadamu, Nabi Muhammad, yaitu suatu kitab yang sempurna dalam segala aspeknya, yang mengandung tuntunan, petunjuk, nasihat, dan rahmat bagimu dan bagi kaummu yang membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara semua manusia tanpa membedakan jenis kelamin, agama, posisi dan kedudukan sosial mereka dengan apa yang telah Allah ajarkan, ilhamkan, perlihatkan, dan atau tunjukkan kepadamu melalui hati dan akalmu, dan janganlah engkau menjadi penentang bagi orang yang tidak bersalah, karena membela orang-orang yang berkhianat.
599
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya untuk memohon ampun. Dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sungguh, Allah selamanya, sejak dahulu hingga kini dan masa mendatang, Maha Pengampun atas dosa-dosa yang telah dilakukan oleh hamba-hamba-Nya, Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di dunia dan di akhirat.
600
Dan janganlah kamu, wahai Nabi Muhammad dan umatmu, berdebat untuk membela orang-orang yang sengaja dan terus-menerus mengkhianati diri mereka. Sungguh, Allah tidak menyukai, yakni tidak menurunkan rahmat-Nya, kepada orang-orang yang selalu mengulangi perbuatan berkhianat dari waktu ke waktu, dan bergelimang dosa.
601
Mereka yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa itu dapat saja bersembunyi dari manusia, termasuk dari kamu sekalian, karena takut ketahuan pengkhianatan dan dosa yang dilakukakannya, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah. Hal ini disebabkan karena Allah yang mengetahui seluruh gerak-gerik mereka dan apa yang terlintas di dalam hati dan pikiran mereka, selamanya beserta mereka, kapan dan di mana pun mereka berada, dan bahkan ketika pada suatu malam yang gelap gulita lagi tersembunyi mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridai-Nya. Dan Allah selamanya Maha Meliputi pengetahuan dan ilmu-Nya, mencakup seluruh apa yang mereka kerjakan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, yang besar maupun yang kecil, dan yang lahir maupun batin.
602
Pada ayat ini Allah mempertanyakan siapa yang dapat menentang Allah dan melindungi mereka dari azab-Nya di akhirat. Begitulah kamu! Kamu berdebat untuk membela mereka, dan mungkin saja kamu dapat membela mereka dan melindungi mereka dalam kehidupan di dunia ini, tetapi siapa yang akan menentang Allah untuk membela mereka pada hari Kiamat? Atau siapakah yang menjadi pelindung mereka terhadap azab Allah di akhirat? Tidak satu pun yang dapat melakukannya.
603
Dan barang siapa berbuat kejahatan, atau berbuat dosa terhadap orang lain yang menimbulkan dampak buruk terhadap diri mereka, atau menganiaya dirinya, yaitu melakukan perbuatan dosa yang berdampak buruk hanya terhadap dirinya sendiri, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah atas perbuatan dosa yang dilakukannya itu disertai penyesalan atas perbuatannya dan bertekad untuk tidak melakukannya lagi, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun atas dosadosanya dan segala dosa yang dilakukan oleh siapa pun yang bertobat kepada-Nya, Maha Penyayang dengan mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka yang bertobat.
604
Dan barang siapa yang berbuat dosa, apa pun bentuk dan macam dosa yang dilakukannya, maka sesungguhnya dia mengerjakannya untuk keburukan dirinya sendiri, karena akibat dari perbuatan dosanya itu akan kembali kepada dirinya, dan Allah menjatuhkan sanksi dari perbuatannya itu kepada dirinya, bukan kepada orang lain. Dan ketahuilah bahwa semua sikap, perilaku, dan perbuatan yang kamu dan siapa pun lakukan, termasuk segala macam dosa-dosa, pasti diketahui oleh Allah karena Allah selamanya Maha Mengetahui semua itu, Mahabijaksana memberikan ganjaran, sanksi dan hukuman kepada siapa pun secara wajar dan benar.
605
Dan barang siapa berbuat kesalahan, yaitu perbuatan atau pelanggaran yang dilakukan tanpa sengaja, atau perbuatan dosa yang dilakukan dengan sengaja, kemudian dia tuduhkan atau lemparkan kesalahan dan perbuatan dosa itu kepada orang lain yang tidak bersalah, maka sungguh, dia telah memikul suatu kebohongan yang besar dan dosa yang nyata karena dia yang melakukan kesalahan dan perbuatan dosa itu.
606
Ayat ini menggambarkan begitu banyak nikmat dan rahmat yang Allah anugerahkan kepada Nabi Muhammad, termasuk nikmat melindungi beliau dari segala upaya orang-orang munafik untuk menyesatkan beliau. Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya yang beraneka ragam yang dianugerahkan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, termasuk memelihara kamu dari kesalahan, tentulah segolongan dari mereka, orang-orang munafik, berkeinginan keras dan berusaha untuk menyesatkanmu dan memalingkan kamu dari kebenaran. Tetapi apa yang mereka inginkan dan usahakan itu hanya menyesatkan diri mereka sendiri, dan tidak membahayakanmu sedikit pun, kapan dan di mana pun. Dan juga karena Allah telah menurunkan Kitab, yaitu AlQur'an yang amat sempurna dengan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya, yang dengannya engkau dapat mengambil keputusan yang benar dan menjadi petunjuk bagi umatmu dan juga memberikan Hikmah kepadamu, yaitu pemahaman dan pengamalan melalui sunahsunahmu yang dapat diteladani, dijadikan pedoman, dan diikuti oleh umatmu dan Dia juga telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui, yaitu hal-hal yang belum disampaikan Allah di dalam Al-Qur’an maupun hikmah. Demikianlah karunia-karunia Allah yang dianugerahkan kepadamu dan karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar.
607
Sama sekali tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia atau bisikan-bisikan yang mereka lakukan, tetapi yang baik itu adalah orang yang menyuruh untuk bersedekah, atau berbuat makruf, yaitu perbuatan kebajikan yang sesuai dengan tuntunan agama dan sudah dikenal oleh masyarakat sebagai sesuatu yang baik, atau mengadakan perdamaian di antara manusia yang berselisih dan bertikai. Barang siapa berbuat demikian, yaitu perbuatan-perbuatan yang disebutkan di atas karena niat mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pa-hala yang besar, banyak dan berlipat ganda.
608
Pada ayat yang lalu Allah menerangkan pahala bagi orang-orang yang mengikuti tuntunan Rasulullah, sedang pada ayat ini Allah mem-beri peringatan. Dan barang siapa yang terus-menerus menentang Rasul, yaitu Nabi Muhammad, setelah jelas baginya kebenaran yang disampaikan kepadanya, bukan sebelum diketahuinya kebenaran itu, dan dilanjutkan dengan mengikuti jalan yang sesat, yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia, kelak di hari Akhirat ke dalam neraka Jahanam sebagai balasan yang setimpal atas penentangan mereka terhadap Rasulullah, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.
609
Syirik adalah perbuatan dosa yang paling besar. Karena itu, sesungguhnya Allah Yang Maha Esa tidak akan mengampuni dosa syirik yakni mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun tanpa bertobat sebelum ia mati, dan Dia mengampuni dosa yang dilakukan selain syirik itu, baik dosa besar maupun kecil, baik yang bersangkutan memohon ampun atau tidak, bagi siapa yang Dia kehendaki berdasarkan kebijakanNya. Dan barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali sehingga sulit baginya untuk menemukan jalan kembali kepada kebenaran (Lihat: Surah an-Nisa/4: 48, 116; dan Surah Luqman/31: 13).
610
Ayat yang lalu menjelaskan dosa perbuatan syirik dan kesesatan yang sangat jauh yang dialami oleh mereka musyrik, sedangkan pada ayat ini Allah menjelaskan beberapa bentuk perbuatan syirik itu. Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah inas, yaitu berhala-berhala, yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Berhala-berhala itu disebut inas, yang berasal dari kata anasa yang serupa dengan huruf-huruf yang membentuk kata wasana, karena mengandung makna kelemahan, keterpisahan, banyak, dan karena diyakini bahwa berhala-berhala itu adalah anak-anak perempuan. Dan oleh sebab itu, mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka, karena setanlah yang membawa dan mengantarkan mereka untuk melakukan perbuatan syirik itu.
611
Mereka dilaknati Allah, yaitu dijauhkan rahmat dan karunia serta kebajikan dari-Nya dan setan itu mengatakan, “Aku pasti akan selalu berusaha mengambil bagian tertentu yang telah Engkau tentukan bagiku dari hamba-hamba-Mu yang durhaka kepada-Mu.
612
Dan pasti kusesatkan mereka dari jalan-Mu yang benar dan lurus, kapan pun dan di mana pun, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka sehingga mereka tidak dapat melakukan kebajikan-kebajikan dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan kusuruh mereka mengubah ciptaan Allah yang ada pada diri mereka, seperti fitrah keagaman dan keyakinan akan keesaan Allah yang sudah diikrarkan mereka pada waktu akan ditiupkan roh oleh Allah ke dalam diri mereka, dan mereka benar-benar mengubahnya, termasuk memperburuk wajah unta atau bentuk tubuhnya, padahal unta itu selama ini menjadi kendaraan mereka.” Barangsiapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata di dunia dan di akhirat.
613
Ayat ini menjelaskan kerugian yang dialami oleh mereka yang mengikuti setan. Setan itu memberikan janji-janji bohong semata tanpa bukti kepada mereka, dan ini semua akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka sehingga mereka menunda dan bahkan tidak dapat melakukan kebajikan-kebajikan. Padahal, janji-janji bohong dan angan-angan kosong yang dijanjikan setan itu hanyalah tipuan belaka kepada mereka yang menyebabkan mereka sesat dari jalan Allah.
614
Mereka yang tertipu dengan janji-janji bohong dan omong kosong yang dijanjikan setan itu tempatnya di neraka Jahanam yang sangat menyeramkan dengan siksaan yang amat pedih, dan mereka kekal di dalamnya dan tidak akan mendapat tempat lain untuk lari dan menghindar darinya.
615
Beberapa ayat sebelumnya menggambarkan bahwa orang-orang yang mengikuti langkah-langkah setan akan ditempatkan oleh Allah kelak di neraka Jahanam. Sebaliknya, pada ayat ini Allah menggambarkan balasan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Dan orang yang beriman dengan keimanan yang benar dan mengerjakan amal kebajikan sesuai dengan tuntunan agama, kelak di hari Akhirat nanti akan Kami masukkan ke dalam surga sebagai balasan atas kepatuhan dan ketaatan mereka terhadap tuntunan Allah dan Rasul-Nya, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan segala hal yang menjadi janji Allah itu benar dan pasti sesuai dengan kenyataan karena yang menjanjikan itu adalah Allah Yang Mahabenar perkataan-Nya. Dan siapakah yang lebih benar dan pasti perkataannya daripada Allah? Tidak ada satu pun.
616
Pahala yang Allah janjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh itu, bukanlah angan-anganmu yang kosong, wahai kaum musyrik atau kaum muslim yang belum memahami dan menghayati agama dengan benar, dan bukan pula angan-angan Ahli Kitab dari golongan Yahudi dan Nasrani, tetapi dicapai berkat karunia Allah yang dibagi-bagikan karena keberimanan dan amal saleh. Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, cepat atau lambat, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong yang dapat melindunginya dari azab Allah selain Allah.
617
Dan barang siapa mengerjakan amal-amal kebajikan, yakni perbuatanperbuatan baik dan bermanfaat menurut Allah dan Rasul-Nya, baik pelakunya laki-laki maupun perempuan sedang dia beriman dengan iman yang benar, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga sebagai anugerah Allah atas mereka dan mereka tidak dizalimi atau dikurangi sedikit pun dari amal saleh yang telah mereka lakukan.
618
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas, tunduk, patuh, dan berserah diri kepada Allah secara total, sedang dia mengerjakan kebaikan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya dan mengikuti agama Ibrahim secara lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan-Nya, karena ia berada pada tingkat kecintaan yang paling tinggi dan ketaatan yang luar biasa terhadap Allah.
619
Dan milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, yaitu seluruh wujud yang ada di alam raya ini, dan Dia Mahakuasa atas segalanya, dan pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu, yang besar maupun yang kecil, yang tampak maupun yang tersembunyi, dan yang diucapkan maupun yang hanya terlintas di dalam hati dan pikiran manusia.
620
Dan mereka meminta fatwa, yaitu penjelasan hukum, kepadamu, wahai Muhammad, tentang berbagai persoalan hukum yang terkait dengan perempuan-perempuan, seperti hak dan kewajiban mereka sebagai istri. Katakanlah, wahai Muhammad, “Bukan aku yang memberi fatwa, tetapi Allah memberi fatwa kepada kamu tentang mereka, dan juga apa yang dibacakan kepadamu dalam al-Kitab, yaitu Al-Qur’an, memfatwakan tentang para perempuan yatim yang tidak kamu berikan sesuatu yang ditetapkan untuk mereka, seperti mahar yang wajar bagi mereka dan harta warisan yang merupakan hak mereka, sedang kamu ingin menikahi mereka karena kecantikan dan kekayaan mereka, dan kamu tidak membayar mahar-mahar mereka dengan sempurna dan Allah memberi fatwa pula kepadamu tentang anak-anak yang masih dipandang lemah untuk diberikan hak-hak mereka. Dan Allah menyuruh kamu agar mengurus anak-anak yatim secara adil dalam soal harta waris dan mahar mereka. Dan kebajikan apa pun yang kamu kerjakan, termasuk sikap adil kamu dalam memberikan hak-hak mereka, sesungguhnya Allah selamanya, sejak dahulu hinga sekarang dan akan datang, Maha Mengetahui.”
621
Dan jika seorang perempuan, yaitu istri, khawatir suaminya akan melakukan nusyuz (lihat Surah an-Nisa/4: 34), yaitu sikap kebencian suami terhadap dirinya, aki-bat sikapnya yang buruk, usianya yang lebih tua dari suaminya, atau karena suami menginginkan perempuan lain yang lebih muda dan lebih cantik daripadanya yang mengakibatkan suami meninggalkan kewajibannya selaku suami, tidak memberikan nafkah lahir dan batin, melakukan tindakan kekerasan, dan tindakan-tindakan lainnya yang dapat mengancam keselamatan dirinya, atau khawatir suaminya bersikap tidak acuh dan berpaling dari dirinya, bahkan meninggalkannya yang dapat menyebabkan ikatan perkawinannya terancam putus, maka untuk mengatasi dan menyelesaikan persoalan tersebut keduanya dapat mengadakan musyawarah untuk mencapai perdamaian dan kesepakatan yang sebenarnya, seperti dengan cara mengurangi sebahagian dari hak-hak istri, seperti nafkah, pakaian, dan lainnya dengan harapan suami dapat kembali kepadanya. Kesepakatan dan perdamaian yang diusahakan, itu lebih baik bagi keduanya daripada perceraian, walaupun pada hakikatnya manusia itu, baik suami maupun istri, menurut tabiatnya sama-sama kikir, yaitu bahwa istri hampir hampir tidak mau menerima pengurangan hak-haknya atas nafkah lahir dan batin, dan sementara suami hampir-hampir tidak mau lagi berbagi atau kembali kepada istrinya, apalagi kalau suami sudah mencintai dan menginginkan wanita lain. Dan jika kamu bersikap baik dan memperbaiki pergaulan de-ngan istrimu dan memelihara dirimu dari nusyuz, sikap acuh tak acuh, dan sikap-sikap lain yang menimbulkan dosa, maka sungguh, Allah Ma-hateliti dan Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan dan memberimu balasan yang lebih baik.
622
Pada ayat ini Allah mengingatkan kepada mereka yang ingin berpoligami. Dan kamu, wahai para suami, tidak akan dapat berlaku adil yang mutlak dan sempurna dengan menyamakan cinta, kasih sayang, dan pemberian nafkah batin di antara istri-istri-mu, karena keadilan itu merupakan suatu hal yang sulit diwujudkan dan bahkan di luar batas kemampuan kamu, walaupun kamu dengan sungguh-sungguh sangat ingin berbuat demikian. Karena itu, janganlah kamu terlalu cenderung kepada perempuan-perempuan yang kamu cintai dan kamu ingin nikahi, sehingga kamu membiarkan istri yang lain terkatung-katung, seakan-akan mereka bukan istrimu, dan bukan istri yang sudah kamu ceraikan. Dan jika kamu mengadakan perbaikan atas kesalahan dan perbuatan dosa yang telah kamu lakukan sebelumnya dan selalu memelihara diri dari kecurangan, maka sungguh, Allah Maha Pengampun atas dosa-dosa yang kamu lakukan, Maha Penyayang dengan memberikan rahmat kepadamu.
623
Dan jika upaya-upaya perdamaian dan kesepakatan yang telah dilakukan di antara mereka gagal dicapai dan keduanya tidak dapat disatukan kembali, dan keadaan demikian akan menyebabkan keduanya harus bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan dalam rezekinya kepada masing-masing, suami dan istri itu, dari karunia-Nya, berupa pasangan yang lebih baik dari pasangan sebelumnya dan kehidupan yang lebih tenang daripada kehidupan sebelumnya. Dan Allah Mahaluas dalam memberikan karunia-Nya, Mahabijaksana dalam memberikan keputusan-keputusan kepada hamba-hamba-Nya.
624
Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, yaitu seluruh wujud yang ada di alam ini dan Dia Mahakuasa atas segalanya, dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani yang diberi kitab suci sebelum kamu, yaitu Taurat, Injil, dan Zabur melalui para rasul yang telah kami utus kepada mereka dan juga kepadamu, wahai Nabi Muhammad dan umatmu, agar bertakwa kepada Allah, yaitu melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Tetapi jika kamu ingkar terhadap kerasulan Nabi Muhammad, ayat-ayat yang disampaikannya kepadamu, dan nikmat yang dianugerahkan-Nya kepadamu, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kekafiranmu itu tidak akan membahayakan Allah dan tidak akan mengurangi sedikit pun kekayaan-Nya, sebagaimana syukurmu dan takwamu kepada-Nya tidak akan memberi manfaat sedikit pun kepada-Nya, karena milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Allah Mahakaya, yang tidak membutuhkan apa pun dari hamba-hamba-Nya, zat-Nya Maha Terpuji, yang tidak berpengaruh sedikit pun bagi-Nya, baik karena kepatuhan maupun kemaksiatan hamba-hamba-Nya kepada-Nya.
625
Dan Allah menegaskan kembali pada ayat ini apa yang telah dinyatakan-Nya pada ayat sebelumnya bahwa milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai pemeliharanya, yaitu memelihara amal hamba-hamba-Nya.
626
Dengan tegas Allah menyatakan pada ayat ini bahwa kalau Allah menghendaki untuk memusnahkanmu karena kekafiranmu terhadapNya, niscaya dimusnahkan-Nya kamu semua, wahai manusia! Kemudian setelah kemusnahanmu itu, Dia datangkan umat yang lain sebagai penggantimu. Dan Allah Mahakuasa, dan tidak ada halangan sedikit pun bagi-Nya untuk berbuat demikian.
627
Barang siapa di antara kalian, wahai manusia, menghendaki pahala di dunia ini sebagai ganjaran atas perbuatan baik dan amal saleh yang telah ia lakukan, maka ketahuilah bahwa di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat, yang lebih baik dan lebih tinggi nilainya daripada apa yang ia dapatkan di dunia ini. Lalu mengapa ia meminta yang lebih rendah, tidak meminta yang lebih tinggi nilainya? Dan hendaklah hamba-Nya memohon kepada-Nya kebaikan dunia dan akhirat karena Allah Maha Mendengar apa yang diucapkan dan didoakan hamba-hamba-Nya, Maha Melihat apa yang diperbuat mereka.
628
Kalau pada ayat-ayat sebelumnya Allah memerintahkan untuk berlaku adil terhadap anak-anak yatim dan perempuan-perempuan, dalam ayat ini Allah memerintahkan berbuat adil terhadap semua manusia. Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu secara sungguhsungguh penegak keadilan di antara umat manusia secara keseluruhan, menjadi saksi yang benar karena Allah, tanpa ada diskriminasi, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap orang-orang yang sangat dekat denganmu sekali pun, seperti ibu bapak dan kaum kerabatmu, janganlah jadikan hal itu sebagai penghalang bagimu untuk berbuat adil. Jika dia, yang terdakwa itu, kaya, janganlah kamu terpengaruh dengan kekayaannya, ataupun jika ia miskin, janganlah merasa iba karena kemiskinannya, maka Allah lebih tahu kemaslahatan atau kebaikannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu sehingga kamu memberi keputusan yang tidak adil dan menjadi saksi yang tidak benar, karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan kata-kata dan fakta yang benar atau enggan menjadi saksi yang benar untuk menyatakan kebenaran dan menegakkannya, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan dalam setiap keputusan yang kamu ambil dan setiap kesaksian yang kamu berikan.
629
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad, dan kepada Kitab Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh dari kebenaran dan petunjuk Allah.
630
Ayat ini secara khusus menerangkan keadaan orang-orang munafik. Sesungguhnya orang-orang yang beriman lalu kafir, kemudian beriman lagi, kemudian kafir lagi, lalu bertambah kekafirannya selamanya hingga mati dalam kekafiran, maka Allah tidak akan mengampuni mereka setelah mereka mati, dan tidak pula menunjukkan kepada mereka jalan yang lurus, yaitu jalan menuju surga.
631
Sampaikanlah berita gembira sebagai ejekan dan kecaman kepada orang-orang munafik, wahai Nabi Muhammad, bahwa bagi mereka di akhirat kelak siksaan yang pedih, dan bahkan mereka akan berada pada tingkat yang paling rendah, buruk, dan berat dari neraka Jahanam sebagai balasan dari perbuatan mereka.
632
Walau mengaku beriman, mereka sebenarnya tetap dalam keadaan kufur dan menyembunyikannya. Salah satu buktinya ialah bahwa mereka adalah orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai auliya, yakni pemimpin-pemimpin, teman-teman penolong serta pendukung meraka. Hal itu dilakukan dengan meninggalkan orang-orang mukmin, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan iman yang mantap. Mereka seharusnya menjadikan orang mukmin itu auliya mereka, tetapi hal itu tidak mereka lakukan. Apakah mereka, yaitu orang-orang munafik mencari kekuatan di sisi mereka, yakni orang-orang kafir untuk memberikan pertolongan dan dukungan kepada mereka? Ketahuilah, wahai Muhammad dan orang-orang yang beriman, bahwa apa yang mereka lakukan itu merupakan hal yang sia-sia karena semua kekuatan itu milik Allah.
633
Sungguh aneh apa yang telah mereka lakukan itu, padahal sungguh, Allah telah menurunkan ketentuan-ketentuan bagimu, wahai orang-orang yang benar-benar beriman, di dalam Kitab Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah, diingkari dan diperolok-olokkan oleh orang-orang kafir dan munafik, maka janganlah kamu duduk di tempat atau lokasi itu bersama mereka, bahkan putuskanlah pembicaraan dengan mereka, sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain, yaitu hal-hal yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Karena sesungguhnya kamu, wahai orang-orang yang beriman, apabila tetap duduk bersama mereka, tentulah serupa dengan mereka dalam kekafiran dan kemunafikan. Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di neraka Jahanam, sebagaimana mereka berkumpul dan bergabung dalam tujuan yang sama.
634
Orang-orang munafik yang dibicarakan pada ayat-ayat di atas adalah orang-orang yang setiap saat menunggu-nunggu peristiwa menyedihkan yang akan terjadi pada dirimu, wahai orang-orang yang beriman. Begitu konsistensinya kemunafikan mereka sehingga apabila kamu mendapat kemenangan dan pertolongan dari Allah dalam suatu peperangan melawan kaum kafir, mereka berkata, “Bukankah kami ikut serta dan turut berperang bersama kamu?” Dan jika orang kafir mendapat bagian, yaitu kemenangan dalam suatu hal dari orang-orang yang beriman, mereka berkata, “Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang mukmin sehingga kamu mendapat bahagian itu?” Maka, ketahuilah wahai orang-orang yang beriman, bahwa Allah, Yang Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan dan apa yang kamu sembunyikan serta Mahabijaksana dalam keputusan-Nya, akan memberi keputusan di antara kamu, wahai manusia, pada hari Kiamat. Allah Yang Mahakuasa sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang kafir di dunia ini untuk mengalahkan orang-orang beriman dan tidak pula memberi mereka sedikit pun jalan untuk menuju ke surga di akhirat nanti.
635
Sesungguhnya dengan sikap dan perbuatan yang mereka lakukan seperti yang digambarkan pada ayat-ayat di atas, orang-orang munafik itu berusaha hendak menipu Allah, tetapi usaha-usaha mereka menjadi sia-sia, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya bahwa Allah-lah yang menipu mereka dengan membiarkan mereka tetap dalam kesesatan dan penipuan mereka. Apabila mereka melaksanakan salat, baik salat-salat wajib maupun salat sunah, mereka lakukan dengan malas, yaitu mereka tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh, tidak bersemangat, merasa sangat berat, bahkan tidak senang, karena mereka tidak merasakan nikmatnya. Kalaupun mereka melakukannya, mereka hanya bermaksud ria, ingin dilihat dan dipuji di hadapan manusia, tidak karena mengharap rida Allah dan takut akan siksaan-Nya. Dan mereka tidak mengingat Allah, yaitu salat dan zikir, kecuali di hadapan orang dan sedikit sekali, baik dari segi waktunya maupun jumlah yang dilakukannya.
636
Mereka adalah orang-orang yang senantiasa dalam keadaan ragu dan bingung antara yang demikian, yaitu iman atau kafir. Mereka tidak termasuk kepada golongan ini, yaitu golongan orang-orang beriman, dan tidak pula kepada golongan itu, yaitu orang-orang kafir. Keraguan mereka disebabkan karena mereka tidak mengikuti petunjuk Allah dan memilih kesesatan. Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka kamu, wahai Muhammad, sekali-kali tidak akan mendapatkan jalan untuk memberi petunjuk baginya.
637
Perbuatan orang-orang munafik yang memilih orang-orang kafir sebagai auliya mereka pada ayat di atas mendapat kecaman dari Allah. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai auliya, yakni pemimpin-pemimpin, teman-teman penolong serta pendukung kamu, dengan meninggalkan orang-orang mukmin, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan iman yang mantap. Maukah kamu memberi alasan yang jelas bagi Allah untuk menghukum dan menyiksamu?
638
Ketahuilah wahai Muhammad dan orang-orang yang beriman, bahwa sungguh, orang-orang munafik itu di akhirat kelak ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah, paling rendah, dan paling hina dari neraka. Dan kamu, wahai Muhammad dan siapa pun, sama sekali tidak akan mendapat seorang penolong pun yang dapat memberikan pertolongan bagi mereka dari azab neraka itu.
639
Orang-orang munafik yang terhindar dari tempat terendah dan terhina dari neraka Jahanam itu tidak lain kecuali orang-orang munafik yang bertobat, yang menyesali perbuatan mereka, meninggalkan kemunafikan, dan memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa dan kesalahan mereka, dan memperbaiki diri mereka dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa yang mereka lakukan sebelumnya dan kemudian meningkatkan amal-amal saleh, termasuk salat yang selama dilakukannya dengan malas dan pamrih, berpegang teguh pada agama Allah dan dengan tulus ikhlas menjalankan agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dengan keimanan yang mantap di dalam surga dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman dan juga kepada orang-orang munafik yang telah bertobat akan memperoleh ganjaran serupa.
640
Apa yang dilakukan, yaitu apa manfaat yang Allah dapatkan dengan memberikan hukuman dan siksaan terhadap kamu, jika kamu bersyukur dan beriman kepada-Nya? Sama sekali tidak ada. Dan Allah selamanya, dari dahulu hingga kini dan masa akan datang, Maha Mensyukuri orangorang yang beriman dan beramal saleh dan memberi ganjaran kepada mereka, Maha Mengetahui apa yang mereka lakukan dan yang tersimpan di dalam hati mereka.
641
Pada ayat sebelumnya Allah menerangkan orang-orang munafik dan keburukan sifat mereka. Uraian itu dapat menimbulkan kebencian dan mengundang caci maki dari kalangan kaum muslim. Maka ayat ini memberikan tuntunan kepada kaum muslim terkait dengan kata-kata yang buruk. Allah tidak menyukai perkataan buruk yang diucapkan secara terus terang, kecuali diucapkan secara terpaksa oleh orang yang dizalimi; dalam keadaan itu dibenarkan baginya mengucapkannya dalam batasbatas tertentu. Dan Allah Maha Mendengar, ucapan yang baik maupun yang buruk, yang diucapkan secara rahasia maupun terang-terangan, lagi Maha Mengetahui, segala sesuatu yang diperbuat hamba-Nya.
642
Jika kamu menyatakan suatu kebajikan sehingga diketahui orang lain, atau menyembunyikannya sehingga tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, atau memaafkan sesuatu kesalahan orang lain padahal engkau mampu membalasnya, maka sungguh Allah akan memaafkan kesalahan kamu, sebab Dia Maha Pemaaf, Mahakuasa.
643
Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasulrasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara keimanan kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, seperti orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani, dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian, yakni beriman kepada Nabi Musa atau Nabi Isa, dan kami mengingkari sebagian yang lain, tidak beriman kepada Nabi Muhammad, serta dengan ucapannya itu mereka bermaksud mengambil jalan tengah antara iman atau ingkar, merekalah, yaitu orang-orang yang beriman kepada sebagian rasul-rasul Allah dan ingkar kepada sebagian rasul-rasul yang lain, orang-orang kafir yang sebenarnya. Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan sesuai dengan perbuatannya.
644
Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasulrasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara keimanan kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, seperti orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani, dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian, yakni beriman kepada Nabi Musa atau Nabi Isa, dan kami mengingkari sebagian yang lain, tidak beriman kepada Nabi Muhammad, serta dengan ucapannya itu mereka bermaksud mengambil jalan tengah antara iman atau ingkar, merekalah, yaitu orang-orang yang beriman kepada sebagian rasul-rasul Allah dan ingkar kepada sebagian rasul-rasul yang lain, orang-orang kafir yang sebenarnya. Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan sesuai dengan perbuatannya.
645
Adapun orang-orang yang beriman dengan sesungguhnya kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, para rasul-rasul itu, kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada mereka sesuai dengan amalnya. Allah Maha Pengampun terhadap dosa-dosa hamba-Nya, lagi Maha Penyayang dengan mencurahkan rahmat-Nya yang tidak terkira kepada orang-orang yang beriman.
646
Orang-orang Ahli Kitab, yakni orang-orang Yahudi, meminta kepadamu, wahai Nabi Muhammad, agar engkau menurunkan sebuah kitab dari langit, yang diturunkan secara khusus kepada mereka. Janganlah karena permintaan itu engkau menjadi sedih dan jengkel kepada mereka, permintaan itu bukanlah puncak dari keburukan mereka, karena sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa, suatu permintaan yang lebih besar keburukannya dari itu. Mereka berkata, “Perlihatkan Allah kepada kami secara nyata sehingga kami dapat melihat-Nya dengan mata kepala.” Maka mereka disambar petir, sebagai bentuk peringatan Allah, karena kezaliman mereka. Walaupun demikian, mereka tidak berhenti berbuat aniaya dan melampaui batas. Kemudian mereka menyembah anak sapi, sesudah mereka melihat bukti-bukti yang nyata berupa keterangan-keterangan dan mukjizat yang dibawa oleh para rasul. Namun demikian, terhadap kesalahan yang mereka lakukan, Kami maafkan mereka, dan telah kami berikan kepada Musa kekuasaan yang nyata, untuk menghadapi sikap dan perbuatan orang-orang Yahudi itu.
647
Dan Kami angkat gunung, yaitu gunung Sinai, sehingga tampak seperti awan di atas kepala mereka untuk menguatkan agar mereka menepati perjanjian mereka. Dan Kami perintahkan kepada mereka, “Masukilah pintu gerbang Baitulmakdis itu sambil bersujud,” dan Kami perintahkan pula kepada mereka, “Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabat,” yaitu menjadikan hari Sabat untuk beribadah kepada Allah dan tidak memancing pada hari itu. Akan tetapi, mereka mengabaikan perintah itu. Dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kukuh, yaitu perjanjian bahwa mereka akan menaati hukum Allah yang termaktub di dalam kitab Taurat.
648
Maka Kami hukum mereka karena mereka melanggar perjanjian itu, yaitu mereka mengabaikan perintah Allah yang termaktub di dalam kitab Taurat, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah yang disampaikan oleh para utusan Allah, serta karena mereka telah membunuh nabi-nabi tanpa hak, tanpa alasan yang benar. Mereka membunuh Nabi Zakaria, Nabi Yahya dan lain-lainnya. Dan karena mereka mengatakan, “Hati kami tertutup.” Maksudnya hati mereka ditutup oleh Allah, sehingga mereka merasa tidak berdosa disebabkan perbuatan itu. Ucapan yang demikian itu hanya dijadikan alasan oleh mereka. Sebenarnya, Allah telah mengunci hati mereka karena kekafirannya, karena itu hanya sebagian kecil dari mereka yang beriman kepada Allah dan kepada para rasul-Nya tanpa membedakan rasul yang satu dengan lainnya.
649
Dan Kami hukum juga mereka karena kekafiran mereka terhadap Isa, mereka tidak percaya bahwa Isa adalah utusan Allah, dan tuduhan mereka yang sangat keji yang mengandung kedustaan yang besar terhadap Maryam, yaitu menuduhnya berzina padahal telah dibuktikan kesuciannya.
650
Kami hukum juga mereka karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam,” yang mereka ejek dengan menamainya Rasul Allah padahal mereka tidak beriman kepadanya. Mereka mengatakan telah membunuhnya, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi diserupakan bagi mereka orang yang dibunuh itu dengan Nabi Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentangnya, yakni tentang Nabi Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang hal, yakni pembunuhan itu. Mereka tidak mempunyai sedikit pun pengetahuan menyangkut hal itu, yakni tentang pembunuhan Nabi Isa, dan apa yang mereka katakan kecuali mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak membunuhnya dengan yakin. Tetapi Allah telah mengangkatnya, Isa, kepada-Nya, yakni mengangkatnya ke tempat yang aman sehingga tidak dapat disentuh oleh musuh-musuhnya. Dan Allah Maha Perkasa, mengalahkan musuh-musuhnya, Maha Bijaksana dalam segala perbuatan-Nya.
651
Kami hukum juga mereka karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam,” yang mereka ejek dengan menamainya Rasul Allah padahal mereka tidak beriman kepadanya. Mereka mengatakan telah membunuhnya, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi diserupakan bagi mereka orang yang dibunuh itu dengan Nabi Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentangnya, yakni tentang Nabi Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang hal, yakni pembunuhan itu. Mereka tidak mempunyai sedikit pun pengetahuan menyangkut hal itu, yakni tentang pembunuhan Nabi Isa, dan apa yang mereka katakan kecuali mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak membunuhnya dengan yakin. Tetapi Allah telah mengangkatnya, Isa, kepada-Nya, yakni mengangkatnya ke tempat yang aman sehingga tidak dapat disentuh oleh musuh-musuhnya. Dan Allah Maha Perkasa, mengalahkan musuh-musuhnya, Maha Bijaksana dalam segala perbuatan-Nya.
652
Tidak ada seorang pun di antara Ahli Kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, yang tidak beriman kepadanya, yakni kepada Nabi Isa bahwa beliau adalah utusan Allah, sebelum kematiannya, yakni sebelum kematian dari Ahli Kitab itu. Dan pada hari Kiamat, dia, Nabi Isa, akan menjadi saksi terhadap mereka bahwa beliau adalah utusan Allah, dan tidak pernah menyampaikan kepada umatnya selain apa yang diperintahkan Allah agar disampaikan kepadanya.
653
Maka disebabkan karena kezaliman orang-orang Yahudi, sebagaimana diterangkan dalam ayat sebelum ini, Kami haramkan kepada mereka makanan yang baik-baik yang dahulu, sebelum mereka berbuat kedurhakaan itu, pernah dihalalkan, antara lain semua binatang yang berkuku sebagaimana disebutkan dalam Surah al-An'am/6: 146; dan karena mereka sering menghalangi orang lain dari jalan Allah dengan melarang berbuat baik dan menyuruh kepada yang mungkar.
654
Dan, selain itu, juga karena mereka menjalankan riba yang merupakan perbuatan yang tidak manusiawi, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, sebagaimana diterangkan di dalam kitab Taurat, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah, cara yang batil, seperti penipuan, sogok menyogok, dan lain-lainnya. Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih kelak di akhirat.
655
Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya tentang ajaran Allah di antara mereka, yakni Ahli Kitab; dan orang-orang yang beriman di antara mereka walaupun tidak mendalam ilmunya, mereka beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, yaitu Al-Qur’an, dan kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelummu, yaitu antara lain Taurat, Zabur, dan Injil. Dan secara khusus Allah memuji mereka yaitu orang-orang yang melaksanakan salat dengan khusyuk dan menyempurnakan syarat dan rukunnya, dan selanjutnya orang-orang yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Kepada mereka, orang-orang yang disebutkan di atas itu, akan Kami berikan pahala yang besar kelak di akhirat.
656
Sesungguhnya Kami, melalui malaikat-malaikat Kami, telah mewahyukan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh, yaitu rasul yang pertama, dan nabi-nabi yang diutus setelahnya, dan Kami telah mewahyukan pula kepada Ibrahim yang digelari bapak dari para nabi, Ismail, putra Ibrahim yang merupakan kakek buyut Nabi Muhammad, dan Ishak, putra Ibrahim yang merupakan kakek Bani Israil, selanjutnya kepada putra Ishak yaitu Yakub dan nabi-nabi yang merupakan anak cucunya, dan Kami mewahyukan kepada Isa, nabi yang terakhir dari anak cucu Yakub, dan Kami telah mewahyukan kepada Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman, dan Kami telah menganugerahkan Kitab Zabur kepada Dawud.
657
Dan di antara para rasul itu ada beberapa rasul yang sungguh telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya, yakni sebelum turun ayat ini, dan ada beberapa rasul yang lain yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung atau secara bertahap sesuai kemaslahatan dan kebutuhan umatnya.
658
Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira kepada orang yang beriman bahwa mereka akan memperoleh pahala, dan pemberi peringatan kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan disiksa, agar dengan diutusnya para rasul itu tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah dan ingkar kepada-Nya setelah rasul-rasul itu diutus. Allah Mahaperkasa, tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun, Mahabijaksana dalam segala perbuatannya.
659
Tetapi, ketahuilah bahwa Allah menjadi saksi atas kebenaran AlQur’an, kitab suci yang diturunkan-Nya kepadamu, wahai Muhammad. Dia menurunkannya dengan ilmu-Nya yang amat sempurna, dan demikian pula para malaikat pun menyaksikan kebenaran Al-Qur’an itu. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi, sebab Dia yang mengutusmu dan mewahyukan Al-Qur’an kepadamu.
660
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, tidak percaya kepada Allah dan kepada kebenaran Al-Qur'an, dan menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah, benar-benar telah sesat sejauh-jauhnya, dari jalan yang benar disebabkan oleh kekafirannya itu.
661
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman dengan mempersekutukan Allah, maka Allah tidak akan mengampuni mereka, dan tidak pula akan menunjukkan kepada mereka jalan, kecuali jalan ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan hal itu, yakni memasukkan mereka ke neraka Jahanam, adalah sangat mudah bagi Allah, sebab Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
662
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman dengan mempersekutukan Allah, maka Allah tidak akan mengampuni mereka, dan tidak pula akan menunjukkan kepada mereka jalan, kecuali jalan ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan hal itu, yakni memasukkan mereka ke neraka Jahanam, adalah sangat mudah bagi Allah, sebab Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
663
Wahai manusia! Sungguh telah datang Rasul, yaitu Nabi Muhammad, kepadamu dengan membawa tuntunan kitab suci Al-Qur’an yang mengandung kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kepadanya dengan iman yang benar, sesungguhnya keimanan itu lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, kekafiranmu itu tidak merugikan Allah sedikit pun, karena sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui siapa yang taat dan siapa yang durhaka dari hamba-Nya, Mahabijaksana dengan memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan amal perbuatannya.
664
Setelah mengajak seluruh manusia untuk beriman, ayat ini menyeru kepada Ahli Kitab yang pada ayat-ayat lalu dilukiskan telah melampaui batas dalam kepercayaan mereka. Orang-orang Nasrani melampaui batas dalam kepercayaan mereka karena menuhankan Nabi Isa dan orang-orang Yahudi melampaui batas karena menuduh Nabi Isa sebagai pendusta. Kepada Ahli Kitab yang melampaui batas itu, ayat ini diarahkan. Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas kewajaran yang ditetapkan oleh akal dan agama dalam melaksanakan agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Jangan mengatakan bahwa Isa adalah Tuhan atau anak Tuhan sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani, dan jangan pula mengatakan bahwa Isa adalah pendusta sebagaimana dikatakan oleh orang-orang Yahudi. Sungguh, Al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan yang diciptakan dengan kalimat-Nya, yaitu dengan kalimat kun (jadilah) yang menunjukkan kepada kehendak-Nya dan kekuasaan-Nya dalam menciptakan Nabi Isa, yang disampaikan-Nya kalimat itu kepada Maryam, dan dengan roh dari-Nya, yang ditiupkan dengan perintah-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, termasuk beriman kepada Nabi Muhammad, dan janganlah kamu mengatakan, yakni percaya bahwa “Tuhan itu tiga.” Berhentilah dari mengatakan ucapan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya, Mahasuci Dia dari anggapan mempunyai anak, sebab jika demikian berarti ia butuh kepada sesuatu, padahal milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung yang melindungi dan memelihara kamu semua.
665
Ayat selanjutnya menyatakan bahwa Nabi Isa bukan Tuhan dan bukan pula pelindung atau juru selamat bagi umat manusia, melainkan seorang hamba Allah. Ayat ini menyatakan bahwa Al-Masih yang dipertuhankan oleh orang-orang Nasrani sama sekali tidak enggan, tidak malu, menjadi hamba Allah yang tunduk dan taat kepada-Nya, dan begitu pula para malaikat yang terdekat kepada Allah, yakni malaikatmalaikat yang didekatkan kedudukannya di sisi Allah seperti Malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Dan barang siapa enggan menyembah-Nya dan menyombongkan diri, serta tidak taat kepada perintah-Nya, maka Allah akan mengumpulkan mereka semua, baik yang enggan maupun yang menyombongkan diri, kepada-Nya, kelak di hari kemudian.
666
Setelah dijelaskan bahwa semua orang yang beriman akan dikumpulkan Allah kelak di hari Kiamat, pada ayat ini dikemukakan balasan yang dijanjikan kepada orang-orang yang beriman dan siksaan yang pedih bagi orang yang enggan, sombong, dan tidak mau beribadah kepada-Nya. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sebagai bukti bahwa mereka tidak enggan menjadi hamba Allah, maka Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka di akhirat kelak dan menambah sebagian dari karunia-Nya yang tidak terhitung banyaknya. Sedangkan orang-orang yang enggan menyembah Allah, tidak taat kepada perintah-Nya, dan menyombongkan diri dengan mengingkari perintahNya itu, maka Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih disebabkan kedurhakaan mereka. Dan mereka tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong yang dapat meringankan siksa atas mereka selain Allah yang mereka enggan menyembah dan taat kepada-Nya.
667
Ayat selanjutnya menegaskan sekali lagi seruan Allah kepada seluruh umat manusia, baik Ahli Kitab maupun orang-orang yang beriman dari umat Nabi Muhammad. Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran yang amat jelas dari Tuhanmu, yaitu Nabi Muhammad yang diutus Allah disertai bukti kenabian yang amat nyata, dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang, yaitu kitab suci Al-Qur’an yang cahaya petunjuknya menerangi umat manusia.
668
Setelah menjelaskan bukti kebenaran dan cahaya petunjuk yang diperuntukkan bagi umat manusia, ayat ini menjelaskan sikap manusia dalam menghadapi bukti kebenaran itu. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada tali Allah, yakni tuntunan agama-Nya yang terhimpun di dalam Al-Qur’an, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia yang besar dari-Nya, yaitu surga, dan memberikan kepadanya bermacam-macam karunia, dan menunjukkan mereka jalan yang lurus dalam kehidupan di dunia dan kelak di akhirat untuk sampai kepada-Nya.
669
Pada ayat yang lalu Allah berjanji menuntun umat manusia dan menunjukkan kepada mereka jalan yang membawa kepada kebahagiaan, di dunia dan akhirat. Pada ayat ini dipenuhi sebagian dari janji Allah itu, yaitu berupa jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Mereka meminta fatwa kepadamu, Nabi Muhammad, tentang kalalah, yaitu seorang yang mati tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak. Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah, yaitu jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak, tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya, yakni bagian dari saudara perempuan itu, adalah seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi seluruh harta saudara perempuan, jika saudara perempuan itu mati dan saudara laki-laki itu masih hidup, ketentuan ini berlaku jika dia, saudara perempuan yang mati itu, tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan yang mewarisi itu berjumlah dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka, ahli waris itu, terdiri atas saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Demikian Allah menerangkan hukum tentang pembagian waris kepadamu, agar kamu tidak sesat, dalam menetapkan pembagian itu. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang membawa kebaikan bagimu dan yang menjerumuskan kamu ke dalam kesesatan, maka taatilah segala perintah-Nya dan jauhilah segala larangan-Nya.
670
Surah ini diawali dengan perintah kepada setiap orang yang beriman agar memenuhi janji-janji yang telah diikrarkan, baik janji kepada Allah maupun janji kepada sesama manusia. Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji, yaitu janji-janji antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan dirinya sendiri, selama janji-janji itu tidak mengharamkan yang halal dan tidak menghalalkan yang haram. Di antara janji Allah itu ialah hukum-hukum-Nya yang ditetapkan kepadamu, yaitu bahwasanya hewan ternak, yaitu unta, sapi, kambing, dihalalkan bagimu sesudah disembelih secara sah, kecuali yang akan disebutkan kepadamu haramnya, yaitu yang disebut pada ayat ketiga dari surat ini, dan juga dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram haji atau umrah. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum halal dan haram sesuai dengan yang Dia kehendaki, menurut ilmu-Nya dan hikmah-Nya.
671
Ayat berikut berisi hukum-hukum Allah yang berkaitan dengan tata cara pelaksanaan ibadah haji. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah, yakni segala amalan yang dilakukan dalam melaksanakan ibadah haji seperti tata cara melakukan tawaf dan sa'i, serta tempat-tempat mengerjakannya, seperti Kakbah, Safa, dan Marwah, jangan engkau melanggarnya dengan berburu ketika dalam keadaan ihram dan jangan pula melanggar kehormatan bulan-bulan haram, yaitu bulan Zulkaidah, Zulhijah, Muharram, dan Rajab, janganlah pula engkau melanggar kehormatannya dengan berperang pada bulan itu kecuali untuk membela diri ketika diserang. Jangan pula mengganggu hadyu, yaitu hewan-hewan kurban yang dihadiahkan kepada Kakbah untuk mendekatkan diri kepada Allah, hewan-hewan itu disembelih di tanah haram dan dihadiahkan dagingnya kepada fakir miskin, dan qalaid, hewan-hewan kurban yang diberi tanda, dikalungi dengan tali sebagai tanda yang menunjukkan bahwa hewan itu telah dipersiapkan untuk dikurbankan dan dihadiahkan, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam, untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah, mereka mencari karunia berupa keuntungan duniawi, dan keridaan yang berupa ganjaran dari Tuhannya. Akan tetapi, apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu apabila kamu mau. Jangan sampai kebencian sebagian kamu kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari mengunjungi Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas kepada mereka dengan cara membunuh mereka atau melakukan kejahatan kepada mereka. Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan, melakukan yang diperintahkan Allah, dan takwa, takut kepada larangannya, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa, melakukan maksiat dan permusuhan, sebab yang demikian itu melanggar hukum-hukum Allah. Bertakwalah kepada Allah, takut kepada Allah dengan melakukan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, karena sungguh Allah sangat berat siksaan-Nya kepada orang-orang yang tidak taat kepada-Nya.
672
Pada ayat yang lalu telah dijelaskan beberapa perbuatan yang diharamkan. Ayat ini menguraikan lebih terperinci makanan-makanan yang diharamkan. Ada sepuluh jenis makanan yang diharamkan, semuanya berasal dari hewan. Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam Surah alAn'am/6: 145, daging babi, dan daging hewan yang disembelih bukan atas nama Allah, demikian pula diharamkan daging hewan yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Hewan yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas adalah halal hukumnya kalau sempat disembelih sebelum mati. Dan diharamkan pula hewan yang disembelih untuk berhala. Dan diharamkan pula mengundi nasib dengan anak panah. Orang Arab Jahiliah menggunakan anak panah untuk menentukan apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Mereka mengambil tiga buah anak panah yang belum memakai bulu, masing-masing anak panah itu ditulis dengan kata-kata “lakukan”, “ jangan lakukan”, dan anak panah yang ketiga tidak ditulis apa-apa. Semua anak panah itu diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Kakbah. Bila mereka hendak melakukan suatu perbuatan, maka mereka meminta agar juru kunci Kakbah mengambil salah satu dari tiga anak panah itu. Mereka melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan sesuai dengan bunyi kalimat yang tertulis dalam anak panah yang diambilnya. Kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, maka undian diulangi sekali lagi. Janganlah melakukan yang demikian itu karena itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini, yaitu pada waktu Haji Wada’, haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, orang-orang kafir telah putus asa untuk mengalahkan agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa, dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
673
Setelah ayat yang lalu menjelaskan makanan-makanan yang diharamkan, ayat ini menerangkan makanan-makanan yang dihalalkan. Mereka bertanya kepadamu, wahai Nabi Muhammad, apakah yang dihalalkan bagi mereka. Katakanlah, “Yang dihalalkan bagimu adalah makanan yang baik-baik, yang sesuai dengan selera kamu selama tidak ada tuntunan agama yang melarangnya, dan buruan yang ditangkap oleh binatang pemburu, seperti anjing, singa, harimau, burung yang telah kamu latih untuk berburu, binatang yang kamu latih menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah apa yang ditangkapnya untukmu, bukan untuk dimakan binatang pemburu itu, dan sebutlah nama Allah, sewaktu kamu melepas binatang pemburu itu. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”
674
Ayat ini masih berkaitan dengan ayat yang lalu memberikan jawaban atas pertanyaan orang yang beriman tentang apa saja yang dihalalkan bagi mereka. Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan, yakni binatang halal yang disembelih Ahli Kitab itu halal bagimu selagi tidak bercampur dengan barang-barang yang haram, dan makananmu halal pula bagi mereka, maka kamu tidak berdosa memberikannya kepada mereka. Dan dihalalkan bagimu menikahi perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan halal pula menikahi perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya, yakni melangsungkan akad nikah secara sah, tidak dengan maksud berzina dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. Demikian Allah menetapkan hukum-hukum-Nya untuk dijadikan tuntunan bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa kafir setelah beriman, maka sungguh, sia-sia amal mereka, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.
675
Setelah Allah menjelaskan hukum tentang makanan dan hewanhewan sembelihan yang dihalalkan dan menjelaskan ketentuan menyangkut wanita-wanita yang boleh dinikahi, pada ayat ini Allah menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan tata cara beribadah kepada Allah dimulai dengan salat sebagai ibadah yang paling mulia. Ayat ini memberikan petunjuk tentang persiapan yang harus dilakukan ketika hendak melakukan salat, yaitu cara menyucikan diri dengan berwudu, tayamum, dan mandi. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu telah membulatkan hati hendak melaksanakan salat, sedangkan kamu saat itu dalam keadaan tidak suci atau berhadas kecil, maka berwudulah, yaitu dengan cara basuhlah wajahmu dengan air dari ujung tempat tumbuhnya rambut kepala sampai ke ujung dagu dan bagian antara kedua telinga, dan basuhlah tanganmu sampai ke siku, dan sapulah sedikit atau sebagian atau seluruh kepalamu dan basuhlah kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Dan jika kamu dalam keadaan junub, yakni keluar mani karena bersetubuh atau karena sebab lain, maka mandilah, yakni basuhlah dengan air seluruh badanmu. Dan jika kamu sakit yang menghalangi kamu menggunakan air karena khawatir penyakitmu bertambah parah atau memperlambat kesembuhan kamu, atau kamu berada dalam perjalanan yang dibenarkan agama dan dalam jarak tertentu, atau kembali dari tempat buang air, yakni kakus, setelah selesai membuang hajat, atau menyentuh perempuan, yakni persentuhan dalam arti pertemuan dua alat kelamin yang berbeda atau dalam arti persentuhan kulit seorang laki-laki dan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, tidak dapat menggunakannya, baik karena tidak ada, tidak cukup, atau karena sakit, maka bertayamumlah dengan debu yang baik, yakni debu yang bersih dan suci; yaitu dengan cara sapulah wajahmu dan tanganmu dengan debu itu. Allah Yang Mahakuasa tidak ingin menyulitkan kamu dan tidak menghendaki sedikit pun kesulitan bagimu dengan mengharuskan kamu berwudu ketika tidak ada air atau ketika dalam keadaan sakit yang dikhawatirkan kamu bertambah sakit apabila anggota badanmu terkena air, tetapi Dia hendak membersihkan kamu, menyucikan kamu dari dosa maupun dari hadas, dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, dengan meringankan apa yang menyulitkan kamu agar kamu bersyukur atas nikmat yang dianugerahkan-Nya kepadamu.
676
Tuntunan tersebut di atas merupakan bagian dari nikmat Allah yang harus disyukuri sekaligus merupakan perjanjian yang harus ditaati sebagaimana tersebut pada permulaan surat ini. Dan ingatlah akan karunia Allah kepadamu, berupa tuntunan agama dan nikmat-Nya yang bermacam-macam yang dianugerahkan kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikatkan dengan kamu, yakni perjanjian yang diambil melalui Rasulullah berupa ketaatan kepada Allah, baik dalam hal yang mudah maupun yang sulit, dan perjanjian-perjanjian lain yang diikatkan dengan kamu ketika kamu mengatakan, “Kami dengar, yakni kami mengetahui dan memahami perjanjian itu, dan kami taati semua yang dinyatakan dalam perjanjian itu, baik berupa perintah maupun larangan.” Dan bertakwalah kepada Allah, janganlah kamu melanggar perjanjian itu, sungguh, Allah Maha Mengetahui segala isi hati setiap makhluk-Nya.
677
Ayat selanjutnya memberikan tuntunan agar umat Islam berlaku adil, tidak hanya kepada sesama umat Islam, tetapi juga kepada siapa saja walaupun kepada orang-orang yang tidak disukai. Wahai orangorang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan, yakni orang yang selalu dan bersungguh-sungguh menegakkan kebenaran, karena Allah, ketika kalian menjadi saksi maka bersaksilah dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, yakni kepada orang-orang kafir dan kepada siapa pun, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil terhadap mereka. Berlaku adillah kepada siapa pun, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah dengan mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, sungguh, Allah Mahateliti, Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, baik yang kamu lahirkan maupun yang kamu sembunyikan.
678
Pada ayat ini Allah menjanjikan pahala bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dengan ucapan yang sesuai dengan isi hati mereka dan membuktikannya dengan beramal saleh bahwa mereka akan mendapat ampunan atas dosa-dosa mereka dan pahala yang besar berupa surga.
679
Setelah itu, Allah menyatakan pembalasan yang akan ditimpakan kepada orang-orang kafir. Adapun orang-orang yang kafir yang menolak ajakan Rasul dan mendustakan ayat-ayat Kami yang disampaikan melalui rasul-rasul Kami, mereka itulah yang akan menjadi penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
680
Ayat ini sekali lagi mengingatkan orang-orang beriman agar mensyukuri anugerah keselamatan dari gangguan musuh. Wahai orangorang yang beriman! Ingatlah nikmat Allah yang dianugerahkan kepadamu, ketika suatu kaum, yakni orang-orang kafir Mekah dan orangorang Yahudi Bani Nadir, bermaksud hendak menyerangmu dengan tangannya untuk membunuhmu dan para sahabat yang bersamamu dengan cara yang licik, lalu Allah menahan tangan mereka dari kamu sehingga mereka tidak dapat melaksanakan niatnya berbuat jahat kepadamu. Dan bertakwalah kepada Allah pada setiap waktu dan dalam segala keadaan, dan hanya kepada Allah-lah, tidak kepada selain-Nya, hendaknya orang-orang beriman itu bertawakal, menyerahkan segala keputusan kepada Allah yang memutuskan segala sesuatu sesuai ilmu-Nya yang mahaluas dan kekuasaan-Nya yang mahabesar.
681
Setelah mengingatkan orang-orang yang beriman agar senantiasa melaksanakan kewajiban dan mensyukuri nikmat yang dianugerahkan Allah kepada mereka, pada ayat ini diingatkan sikap dan perilaku Ahli Kitab terhadap perjanjian-perjanjian mereka dengan Allah, agar orang-orang yang beriman tidak mengalami apa yang menimpa Ahli Kitab itu. Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, sebagaimana Kami telah mengambil perjanjian pula dari kamu, wahai kaum muslim, dan Kami telah mengangkat dengan mengutus Nabi Musa untuk memilih dua belas orang pemimpin di antara mereka yang bertugas membimbing mereka. Jumlah itu ditentukan sesuai dengan jumlah suku-suku Bani Israil pada masa itu. Dan Allah berfirman kepada Bani Israil, “Aku bersamamu, senantiasa melindungi dan menolong kamu, jika kamu memenuhi perjanjianmu dengan-Ku.” Bagian selanjutnya dari ayat ini menyebutkan sebagian dari tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka. Sungguh, jika kamu melaksanakan salat dengan baik dan benar sesuai dengan syarat-syarat dan rukunnya, dan menunaikan dengan sempurna kewajiban zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku seluruhnya, dan kamu bantu mereka, kamu dukung dengan dukungan yang kuat dari gangguan orang-orang yang memusuhinya, dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik dengan bersedekah dan berinfak di jalan Allah, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi barang siapa kafir di antaramu dengan melanggar perjanjian dengan-Ku setelah itu, yakni setelah diikatnya perjanjian itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.
682
Tetapi, karena mereka melanggar janjinya dengan mengingkarinya bahkan membunuh rasul-rasul Allah, maka Kami melaknat mereka, mereka Kami jauhkan dari rahmat Kami, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu, tidak dapat menerima ajakan beriman dan berbuat kebajikan, sebagaimana sesuatu yang keras membatu tidak dapat dibentuk lagi. Mereka suka mengubah firman Allah dari tempatnya, di antaranya keterangan-keterangan dalam Kitab Taurat tentang kedatangan Nabi Muhammad dan sifat-sifatnya, dan mereka dengan sengaja melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka, di antaranya agar mereka beriman kepada Nabi Muhammad. Engkau, wahai Nabi Muhammad, senantiasa akan melihat dan mendengar, baik secara langsung maupun tidak langsung, pengkhianatan dari mereka terhadap dirimu, yakni pengkhianatan orang-orang yang menyatakan janji beriman kepada Nabi Muhammad, kecuali sekelompok kecil di antara mereka yang tidak berkhianat, maka maafkanlah mereka atas kesalahan yang mereka perbuat, dan biarkan mereka, yakni jangan hiraukan mereka. Dengan demikian, engkau telah berbuat baik dengan membalas keburukan dengan kebaikan. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
683
Sebagaimana orang-orang Bani Israil mengingkari janjinya, demikian pula yang diperbuat oleh orang-orang Nasrani. Dan di antara orang-orang yang mengatakan, “Kami ini orang Nasrani, pengikut Nabi Isa, dan pembela ajarannya,” Kami telah mengambil perjanjian mereka, sebagaimana Kami telah mengambil perjanjian dengan orang-orang Yahudi, tetapi mereka dengan sengaja melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka di dalam Kitab Injil, maka Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka, kelompok yang satu di antara orang-orang Nasrani itu mengkafirkan kelompok lainnya dan mereka terus bertikai hingga hari Kiamat. Dan kelak, yakni pada hari Kiamat, Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan yakni keburukan yang mereka lakukan dan memberikan balasan terhadap perbuatan mereka.
684
Setelah ayat-ayat yang lalu menjelaskan perilaku buruk kedua kelompok Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani, ayat ini mengajak mereka agar beriman kepada Nabi Muhammad. Wahai Ahli Kitab, kaum Yahudi dan Nasrani, pemilik kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa! Sungguh, Rasul Kami yang diberitakan kedatangannya oleh Nabi Musa dan Nabi Isa, yaitu Nabi Muhammad, telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari isi yang terkandung dalam kitab yang kamu sembunyikan, seperti kedatangan Nabi Muhammad dan banyak pula yang dibiarkannya, tidak dijelaskan karena tidak membawa maslahat bagi kamu. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, yakni Nabi Muhammad, dan Kitab, yakni Al-Qur’an, yang menjelaskan segala sesuatu yang diperlukan manusia dalam kehidupan beragam.
685
Allah menyatakan sekali lagi pada ayat ini jalan keselamatan bagi orang-orang yang beriman yaitu dengan mengikuti petunjuk dan tuntunan kitab suci Al-Qur’an. Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang dengan sungguh-sungguh mengikuti keridaan-Nya, mengantarkan ke jalan keselamatan, yaitu dengan beriman kepada-Nya, dan dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita, yaitu kegelapan kufur kepada Allah dan mengantarkan kepada cahaya, yaitu iman kepada Allah, dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus, jalan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
686
Setelah menjelaskan fungsi diutusnya para rasul dan kedatangan kitab suci sebagai petunjuk ke jalan keselamatan, ayat ini menjelaskan bahwa salah satu kegelapan yang menyelubungi jiwa dan pikiran Ahli Kitab adalah kepercayaan mereka tentang Tuhan. Sungguh, telah kafir orang-orang, yakni segolongan orang-orang Nasrani, yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam,” yakni bahwa Isa Al-Masih adalah Tuhan atau anak Tuhan. Keyakinan mereka itu sungguh sesat. Untuk membuktikan kesesatan itu, katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh manusia yang berada di bumi?” Tentu tidak ada. Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Semuanya tunduk dan patuh kepada kehendak Allah. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki sesuai dengan cara yang dipilih-Nya, di antaranya menciptakan seorang manusia tanpa ayah yaitu Nabi Isa. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
687
Kesesatan lainnya yang terjadi pada orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah bahwa mereka menganggap dirinya sebagai anak dan sebagai kekasih Allah. Ayat ini meluruskan pandangan mereka. Orang Yahudi dan Nasrani, masing-masing dari mereka itu mempunyai keyakinan dan berkata, “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya, selain kami bukanlah anak-anak-Nya atau kekasih-Nya.” Perkataan mereka itu tidak benar. Oleh karena itu, katakanlah, “Mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? Jika benar kamu anak-anak Allah dan kekasihNya, niscaya Dia tidak akan menyiksamu. Tidak, kamu bukanlah anak Allah dan bukan pula kekasih-Nya! Kamu adalah manusia biasa di antara orang-orang yang Dia ciptakan. Mereka akan disiksa apabila berdosa, dan diberi pahala apabila berbuat kebajikan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki di antara para hamba-Nya itu, termasuk orang-orang Yahudi dan Nasrani, dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki dengan seadil-adilnya. Dan milik Allah seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya, semua berada di bawah kendali kekuasaan-Nya. Dan kepada-Nya, yakni kepada Allah semata-mata, semua akan kembali.
688
Setelah meluruskan pandangan Ahli Kitab tentang Tuhan, ayat ini menyatakan sekali lagi tentang kedatangan Nabi Muhammad. Wahai Ahli Kitab, yakni orang-orang Yahudi dan Nasrani! Sungguh, Rasul Kami, yaitu Nabi Muhammad, telah datang kepadamu menjelaskan syariat Kami kepadamu dan meluruskan apa yang keliru dari keyakinan dan perilaku kamu ketika terputus pengiriman rasul-rasul dalam masa yang sangat lama, lebih dari enam ratus tahun antara masa Nabi Isa dengan diutusnya Nabi Muhammad, agar kamu tidak mengatakan, kelak ketika kamu mempertanggungjawabkan dosa dan kesalahan kamu, “Tidak ada yang datang kepada kami, baik seorang pembawa berita gembira yang memberitakan kepada kami ganjaran bagi orang yang berbuat kebajikan maupun seorang pemberi peringatan yang mengingatkan kami akan siksa bagi orang yang berbuat dosa.” Sungguh, telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
689
Ayat-ayat yang lalu berbicara tentang pengingkaran janji orangorang Yahudi dan Nasrani yang diikuti dengan peringatan Allah bahwa banyak sekali kenikmatan yang dianugerahkan Allah kepada mereka, tetapi mereka tidak bersyukur dan tidak mematuhi perintah-Nya. Ayat ini menyatakan sekali lagi kenikmatan Allah yang dianugerahkan kepada mereka. Dan ingatlah, wahai Nabi Muhammad, dan ingatkan pula orang-orang yang beriman, ketika Musa berkata kepada kaumnya untuk menasihati mereka, “Wahai kaumku, yakni orang-orang Yahudi! Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu yang banyak jumlahnya, yakni para nabi leluhur mereka yaitu Nabi Yakub dan anak cucunya, dan menjadikan kamu sebagai orang-orang merdeka, memiliki istri dan pelayan-pelayan layaknya raja setelah kamu tertindas bertahun-tahun lamanya oleh Fir’aun. Dan ingatlah pula bahwa Allah telah memberikan nikmat kepada kamu, yaitu apa yang belum pernah diberikan kepada seorang pun di antara umat yang lain.” Di antara nikmat yang diturunkan Allah kepada Bani Israil adalah manna dan salwa, melindungi mereka dengan awan, dan mengutus nabi-nabi yang banyak jumlahnya.
690
Nabi Musa selanjutnya berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci, yaitu tanah Palestina yang disucikan dari kemusyrikan karena banyaknya nabi-nabi yang diutus di tanah itu, itulah tanah yang telah ditentukan Allah bagimu dalam ilmu-Nya yang azali untuk memasukinya dan merasakan kedamaian di dalamnya apabila engkau beriman dan taat kepada perintah-Nya, dan janganlah kamu berbalik ke belakang karena takut kepada musuh, nanti kamu menjadi orang yang rugi di dunia dan akhirat karena kamu tidak mempercayai jaminan Allah bahwa tanah itu ditetapkan Allah bagimu untuk memasukinya.”
691
Mereka tidak serta merta menuruti perintah Nabi Musa yang menyuruh agar mereka memasuki tanah Palestina. Sebaliknya, mereka bahkan menyatakan keengganan untuk memasukinya karena takut kepada para penjahat perkasa yang tengah menduduki tanah itu. Mereka, kaum Bani Israil itu, berkata, “Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu yang kami diperintahkan untuk memasukinya ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, yakni orang-orang Kana’an, yang akan menindas dan berbuat jahat kepada kami. Kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya tanpa kami berperang melawan mereka. Kami tidak sanggup mengusirnya karena mereka sangat perkasa. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk ke negeri itu.
692
Di antara orang-orang Bani Israil itu ada dua orang yang setia dan taat kepada perintah Nabi Musa, yaitu Yosua bin Nun dan Kalaeb bin Yefune, keduanya adalah pemimpin-pemimpin Bani Israil yang semuanya ada dua belas orang sebagaimana disebut dalam ayat 12 surah ini. Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, orang yang takut kepada Allah, atau di antara mereka yang takut kepada para penjahat yang perkasa itu, yang telah diberi nikmat oleh Allah, dengan penuh semangat, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang negeri itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan Allah telah menjanjikan kemenangan itu, maka bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang yang beriman dengan sebenar-benar iman kepada Allah.”
693
Setelah orang-orang Yahudi menolak perintah dua utusan Nabi Musa, yaitu Yosua bin Nun dan Kalaeb bin Yefune, mereka berkata, “Wahai Musa! Meski engkau menyuruh kami untuk masuk ke Kana’an yang merupakan daerah orang Palestina, sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka, yaitu penduduknya yang merupakan orang-orang kuat lagi besar, masih ada di dalamnya. Karena itu, lebih baik pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan kemudian berperanglah kamu berdua untuk mengalahkan mereka. Sementara kalian berperang, biarlah kami tetap berada dan menanti di sini saja sambil menunggu hasil dari perjuanganmu.”
694
Mendengar penolakan dari kaumnya, dia, Musa, mengadu kepada Allah dan berkata, “Ya Tuhanku, aku hanya dapat menguasai diriku sendiri dan saudaraku, Harun, dan aku tidak mampu mengajak kaumku untuk menaati perintah-Mu. Oleh karena itu, hendaknya Engkau pisahkan antara kami yang selalu taat pada-Mu dengan orang-orang yang fasik yang tidak mau mendengarkan ketetapan-Mu itu.”
695
Setelah menerima pengaduan Nabi Musa, Allah berfirman, “Jika memang demikian sikap mereka, maka negeri atau daerah Kana’an, yang sekarang dikenal dengan daerah Gurun Sinai sampai tepi Sungai Yordan, itu terlarang buat mereka, dan mereka tidak akan memasukinya selama empat puluh tahun. Selanjutnya, selama kurun waktu yang panjang itu, sebagai hukumannya mereka akan mengembara kebingungan, karena tidak memiliki tempat yang tetap di bumi sekitar Kana’an. Maka janganlah engkau, hai Musa, bersedih hati karena memikirkan nasib orang-orang yang fasik itu.”
696
Setelah Allah mengisahkan kedurhakaan Bani Israil, pada ayat ini diceritakan pula tentang kedengkian salah seorang putra Nabi Adam. Kisah ini diawali dengan perintah kepada Nabi Muhammad untuk mengisahkannya. Dan ceritakanlah, wahai Muhammad, yang sebenarnya kepada mereka, yaitu kaum Yahudi, tentang kisah kedua putra Adam, yaitu Qabil dan Habil, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka kurban yang dipersembahkan dengan penuh keikhlasan oleh salah seorang dari mereka berdua, yaitu Habil, diterima, dan dari yang lain, yaitu Qabil, tidak diterima. Dia, Qabil, menjadi tidak senang dengan kenyataan ini dan kemudian berkata, “Sungguh, aku pasti akan membunuhmu!” Mendengar ancaman ini, dia, Habil, berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima amal perbuatan dari orang yang bertakwa.”
697
Selanjutnya Habil mengatakan, “Sungguh, jika engkau memang benar-benar berniat untuk menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, maka ketahuilah bahwa aku tidak akan membalas dengan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku sangat takut kepada murka dan ancaman Allah bila melakukan perbuatan itu. Dialah Allah, Tuhan seluruh alam.”
698
Sesudah mengungkapkan sikapnya, kemudian Habil mengatakan, “Sesungguhnya, dengan perbuatanmu yang zalim ini, aku ingin agar engkau kelak di akhirat akan kembali dengan membawa dosa karena telah membunuh-ku dan dosamu sendiri sebagai akibat dari ketidakikhlasanmu, maka engkau kelak akan menjadi penghuni neraka yang abadi, dan itulah balasan yang ditetapkan Allah bagi orang yang zalim.”
699
Pernyataan Habil tersebut memberi pengaruh pada Qabil, maka ia agak ragu untuk melakukan pembunuhan, tetapi nafsu Qabil dengan kuat mendorongnya untuk membunuh saudaranya, sehingga muncullah keberaniannya dan kemudian dia pun benar-benar membunuh saudaranya itu, maka jadilah dia termasuk orang yang merugi dunia dan akhirat.
700
Sesudah melakukan pembunuhan, Qabil tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan mayat saudaranya, karena peristiwa ini merupakan yang pertama terjadi. Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak yang menggali tanah dengan menggunakan cakarnya untuk diperlihatkan kepadanya, Qabil, bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya yang baru saja dibunuhnya. Melihat peristiwa itu, Qabil berkata, “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak berpikir dan mampu berbuat seperti yang dilakukan burung gagak ini, sehingga dengan cara itu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Maka ia menggali tanah untuk menguburkan mayat Habil, dan jadilah dia termasuk orang yang sangat menyesal atas perbuatan yang telah dilakukannya.
701
Pembunuhan yang dilakukan Qabil ini ternyata berdampak panjang bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, kemudian Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, dan juga bagi seluruh masyarakat manusia, bahwa barang siapa membunuh seseorang tanpa alasan yang dapat dibenarkan, dan bukan pula karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka dengan perbuatannya itu seakan-akan dia telah membunuh semua manusia, karena telah mendorong manusia lain untuk saling membunuh. Sebaliknya, barang siapa yang siap untuk memelihara dan menyelamatkan kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan, dengan perilakunya itu, dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya, untuk menjelaskan ketetapan ini, Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas untuk mereka dan juga semua manusia sesudahnya. Tetapi kemudian banyak di antara manusia yang tidak memperhatikan dan melaksanakannya, sehingga mereka setelah itu bersikap melampaui batas dan melakukan kerusakan di bumi dengan pembunuhan-pembunuhan yang dilakukannya.
702
Pada ayat ini Allah menjelaskan hukuman bagi perampok dan pengganggu keamanan umum, yang acap kali juga disertai pembunuhan. Dalam kaitan ini ditetapkan bahwa hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya, yaitu orang-orang yang tidak berdosa dan tidak bersalah, dan membuat kerusakan di bumi, balasannya tidak ada lain hanyalah dibunuh bila membunuh atau disalib bila membunuh dan mengambil harta, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang bila mengambil harta, tetapi tidak membunuh, atau diasingkan dari tempat kediamannya bila hanya menakut-nakuti. Ketetapan hukuman yang demikian itu merupakan kehinaan bagi mereka di dunia yang disebabkan perilaku mereka, dan di akhirat mereka pasti akan mendapat azab yang besar.
703
Ketetapan hukuman ini berlaku bagi seluruh manusia, kecuali bagi orang-orang yang bertobat, menyesali perbuatannya, dan tidak lagi mengulanginya sebelum kamu dapat menguasai mereka; maka ketahuilah bahwa orang yang seperti ini layak diberi ampunan, karena sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang.
704
Sesudah dijelaskan tentang hukuman para pengacau keamanan dan pelanggar larangan Allah dan Rasul-Nya karena dengki dan ketidaktaatan mereka, maka ayat ini memerintahkan orang mukmin untuk bertakwa dan melakukan perbuatan baik. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dengan ibadah dan melaksanakan semua perintah-Nya, dan carilah wasilah, jalan yang paling tepat, untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah, yakni berjuanglah, di jalan-Nya dengan melakukan kebaikan dan membantu mereka yang memerlukan. Semua perintah ini dimaksudkan agar kamu menjadi lebih beruntung, baik ketika di dunia maupun kelak di akhirat.
705
Sesungguhnya orang-orang yang kafir, yaitu mereka yang tidak mau bertakwa kepada Allah dan tidak mau membersihkan diri dari dosa, serta mengingkari keesaan-Nya pasti akan mendapat balasan. Seandainya mereka memiliki segala apa yang ada di bumi dan ditambah dengan sebanyak itu lagi yang kemudian dipergunakan untuk menebus diri mereka agar terlepas dari azab pada hari Kiamat akibat keingkarannya, niscaya semua itu tidak akan diterima Allah sebagai tebusan dari mereka. Oleh karena itu, di akhirat mereka tetap akan mendapat azab yang pedih.
706
Ketika merasakan betapa pedihnya azab di akhirat nanti, mereka ingin sekali untuk keluar dari neraka yang merupakan tempat hukumannya, tetapi ternyata mereka tidak akan dapat keluar dari sana. Akibat dari sikap dan perilakunya, di akhirat kelak mereka akan mendapat azab yang kekal.
707
Bila pada ayat yang lalu dijelaskan tentang hukuman bagi orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kekacauan, maka pada ayat ini diterangkan tentang hukuman bagi pencuri. Setiap kejahatan pasti ada hukumannya. Adapun setiap orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, maka potonglah tangan keduanya sebagai balasan atas perbuatan buruk dan bertentangan dengan syariat yang mereka lakukan, dan hal itu juga sebagai siksaan dari Allah sesuai dengan peringatan-Nya. Sungguh dengan ketetapan dan peringatan ini, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
708
Yang dijelaskan itu merupakan ketetapan Allah, tetapi barang siapa bertobat setelah melakukan kejahatan itu, menyesalinya, dan memperbaiki diri, serta berjanji untuk tidak mengulanginya, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya yang dilakukan dengan sepenuh hati. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
709
Sesudah mengingatkan tentang ketetapan dan syariat-Nya, Allah kemudian menekankan bahwa hanya Dia penguasa alam semesta ini. Peringatan ini diungkapkan dengan pertanyaan retorika sebagai berikut, “Tidakkah kamu tahu bahwa Allah yang telah mencipta semua yang ada adalah juga yang memiliki seluruh kerajaan langit dan bumi. Selain itu, Dia akan menyiksa siapa saja yang Dia kehendaki karena telah melakukan kejahatan dan mengampuni siapa yang Dia kehendaki karena telah bertobat. Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
710
Pada ayat yang lalu diterangkan tentang hukuman bagi pencuri, sementara ayat ini menjelaskan sikap orang Yahudi terhadap hukum dalam Kitab Taurat. Keterangan ini diawali dengan peringatan kepada Rasulullah. Wahai Rasul! Janganlah engkau disedihkan karena mereka berlomba-lomba dalam kekafirannya dan menampakkan permusuhan, karena Allah pasti akan melindungimu. Ketahuilah bahwa mereka adalah orang-orang munafik yang mengatakan dengan mulut mereka, “Kami telah beriman,” padahal hati mereka meyakini yang lain, dan mereka sesungguhnya belum beriman; dan waspadalah juga terhadap orang-orang Yahudi yang sangat suka mendengar berita-berita bohong yang diungkapkan oleh pendeta-pendetanya, dan mereka juga sangat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu yang menjelek-jelekkanmu. Mereka tidak segan-segan untuk mengubah kata-kata dalam Kitab Taurat dari makna yang sebenarnya, seperti mengubah hukum rajam bagi pezina menjadi menghitamkan wajah dan cambukan, atau diselewengkan pengertiannya. Mereka mengatakan kepada utusan yang diperintahkan untuk bertanya kepada Rasulullah tentang hukum bagi pezina, “Jika ini, seperti yang mereka lakukan, yang diberikan kepadamu, yaitu hukum yang sudah diubah, terimalah, dan jika kamu diberi hukum yang bukan ini, maka hati-hatilah dan jangan diterima.” Barang siapa dikehendaki Allah untuk dibiarkan sesat karena keangkuhan dan keras kepalanya, sedikit pun engkau tidak akan mampu menolak suatu akibat atau hukuman apa pun dari Allah untuk menolongnya. Karena pilihan pada kesesatan, maka mereka itu adalah termasuk orang-orang yang sudah tidak dikehendaki Allah untuk diberi petunjuk agar dapat menyucikan hati mereka. Di dunia mereka pasti akan mendapat kehinaan akibat sikapnya itu, dan di akhirat mereka pasti akan mendapat azab yang besar karena kesesatannya
711
Ayat ini sekali lagi menjelaskan sifat buruk orang Yahudi, yaitu bahwa mereka sangat suka mendengar berita bohong, terutama yang berkaitan dengan pribadi Nabi Muhammad, banyak memakan makanan yang haram, seperti menerima suap, makan riba, dan lainnya. Jika mereka, orang Yahudi, datang kepadamu, wahai Nabi Muhammad, untuk meminta putusan, maka berilah putusan di antara mereka sesuai dengan yang ditetapkan dalam Kitab Taurat atau berpalinglah dari mereka, karena sebenarnya tidak ada manfaat sedikit pun, dan jika engkau berpaling dari mereka dengan tidak melayani permintaan yang tidak akan mereka lakukan, maka mereka tidak akan membahayakanmu sedikit pun. Tetapi jika engkau memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah dengan adil sesuai dengan hukum yang terdapat dalam Taurat. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah sangat menyukai orang-orang yang adil dalam memutuskan perkara.
712
Dan bagaimana mungkin mereka akan mengangkatmu, wahai Nabi Muhammad, menjadi hakim untuk menyelesaikan perselisihan di antara mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang di dalamnya terdapat hukum Allah? Mereka mengubah isi dan tidak menaati hukum dalam Taurat. Jika mereka berbuat demikian terhadap kitab mereka sendiri, nanti mereka pasti akan berpaling dari putusanmu setelah itu? Sungguh, mereka itu benar-benar bukan termasuk orang-orang yang beriman.
713
Pada ayat yang lalu dijelaskan sikap orang Yahudi terhadap Taurat dan hukum yang terdapat di dalamnya. Pada ayat ini diterangkan bahwa Taurat diwahyukan sebagai petunjuk bagi Bani Israil, tetapi sebagian hukumnya mereka tinggalkan. Penjelasan ini diawali dengan suatu ungkapan untuk meyakinkan. "Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat kepada Nabi Musa; di dalamnya ada petunjuk untuk membimbing mereka ke jalan yang lurus dan cahaya yang akan menerangi jalan hidup mereka. Yang dengan Kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah dari Bani Israil telah memberi putusan atas perkara yang terjadi di antara orang Yahudi, demikian juga yang diperbuat oleh para ulama dan pendeta-pendeta mereka, yang sedemikian ini sebab mereka memang diperintahkan untuk memelihara kitab-kitab Allah dengan melaksanakan hukum-hukumnya, dan mereka siap untuk menjadi saksi terhadapnya. Karena itu, wahai Muhammad, janganlah kamu takut kepada manusia, tetapi takutlah hanya kepada-Ku. Dan janganlah pula kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah dengan mengharap imbalan duniawi yang sedikit. Barang siapa tidak memutuskan hukum suatu perkara dengan apa yang diturunkan Allah, maka ketahuilah bahwa mereka itulah termasuk orang-orang kafir.
714
Di antara hukum yang terdapat dalam Taurat adalah bahwa Kami telah menetapkan bagi mereka di dalamnya, Taurat, hukuman yang sepadan, yaitu bahwa menghilangkan nyawa dibalas dengan nyawa, melukai mata dibalas dengan melukai mata, mencederai hidung dibalas dengan hidung, memotong telinga dibalas dengan telinga, merontokkan gigi dibalas dengan gigi, dan luka-luka pun ada qisas-nya, yakni ada balasannya yang sama. Namun demikian, barang siapa melepaskan hak untuk melakukan qisasnya, maka sikap itu akan menjadi penebus dosa baginya. Sebaliknya barang siapa tidak memutuskan perkara yang terjadi dengan saudaranya menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah akan termasuk orang-orang yang zalim.
715
Dan setelah masa para nabi penganut dan pelaksana isi Taurat berakhir, Kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam yang mendapat amanah untuk membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat dan mengajarkan serta melaksanakan ajaran-ajarannya. Dan, selain itu, Kami menurunkan pula Injil kepadanya sebagai penyempurna Taurat, yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan juga berfungsi untuk membenarkan Kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, dan Injil ini juga berisi ajaran sebagai petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu yang selalu menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
716
Dan hendaknya pengikut Injil, yaitu mereka yang meyakini dan mengikuti Nabi Isa, memutuskan semua perkara dalam kehidupan mereka menurut apa yang telah diturunkan Allah di dalamnya. Barang siapa dengan sengaja tidak memutuskan perkara yang mereka hadapi menurut apa yang diturunkan Allah, maka sesungguhnya mereka itulah yang disebut sebagai orang-orang fasik, yaitu yang beriman pada Allah dan tuntunan-Nya, tetapi tidak melaksanakan ajaran tersebut.
717
Pada ayat-ayat yang lalu Allah menerangkan tentang diturunkannya Taurat dan Injil yang mengandung petunjuk dan cahaya, serta adanya kewajiban bagi umat masa itu untuk melaksanakan ajaran-ajarannya. Dan Kami selanjutnya telah pula menurunkan Kitab Al-Qur’an kepadamu, Muhammad, sebagai nabi terakhir, dengan membawa kebenaran yang hakiki, yang membenarkan sebagian isi dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, yaitu Taurat, Zabur, dan Injil, dan menjaganya dari penyimpangan atau pengubahan yang dilakukan oleh orang-orang yang mencari keuntungan diri, maka putuskanlah perkara yang mereka perselisihkan menurut ketetapan dalam kitab-kitab yang diturunkan Allah itu dan janganlah sekali-kali engkau mengikuti kemauan dan keinginan nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Ketahuilah bahwasanya untuk setiap umat di antara kamu, di mana saja mereka berada, Kami berikan aturan bagi mereka masing-masing dan jalan yang terang sesuai dengan keadaannya. Kalau Allah menghendaki sesuai dengan kehendak-Nya, niscaya kamu semua akan dijadikan-Nya sebagai satu umat saja, tetapi Allah berkehendak lain, yaitu ingin menguji kamu terhadap karunia dan semua nikmat yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka sebagai jawaban dari semua rahmat yang telah dilimpahkan itu, berlomba-lombalah untuk berbuat kebajikan. Ketahuilah bahwa hanya kepada Allah saja kamu semua akan kembali, lalu pada saat itu akan diberitahukan-Nya kepadamu apa saja yang dahulu pernah kamu perselisihkan pada saat menjalani kehidupan di dunia.
718
Selanjutnya ingatlah, wahai Nabi Muhammad, ketika orang-orang Yahudi mengajukan persoalan di antara mereka dan mengharapkan keputusanmu, maka tetapkanlah sesuai aturan dan hendaklah engkau memutuskan perkara yang terjadi di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, sebagaimana yang terdapat dalam Taurat, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka yang menyebabkan terjadinya kezaliman terhadap sebagian yang lain. Karena itu, hati-hati dan waspadalah terhadap sikap dan perkataan mereka, jangan sampai mereka berhasil memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu, yaitu Al-Qur’an yang berisi petunjuk yang lebih lurus. Jika mereka berpaling dari hukum yang telah diturunkan Allah dan tidak mau mengikutinya, maka ketahuilah bahwa dengan keadaan itu sesungguhnya Allah berkehendak untuk menimpakan musibah sebagai peringatan kepada mereka yang disebabkan oleh sebagian dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Itulah pelajaran dan ujian bagi mereka, namun sungguh banyak manusia tidak menyadarinya, sehingga mereka ini adalah termasuk sebagai orang-orang yang fasik, yaitu mereka yang tidak melaksanakan ajaran yang diimaninya.
719
Apakah keinginan yang tidak sesuai dengan ajaran Allah itu karena mereka ingin kembali pada hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? Sesungguhnya hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum yang telah ditetapkan Allah, yaitu yang telah disyariatkan bagi orang-orang yang benar-benar beriman dan yang meyakini agama-nya?
720
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kamu semua, janganlah sekali-kali kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia-mu karena akibat negatifnya lebih banyak ketimbang positifnya. Selain itu, mereka satu sama lain saling melindungi karena adanya persamaan kepentingan di antara mereka. Oleh karena itu, barang siapa di antara kamu yang tetap saja memilih dan menjadikan mereka sebagai teman setia dengan mengabaikan umat Islam, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka yang sering kali mengabaikan ajaran-ajaran Allah. Sungguh, karena keingkaran mereka, Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang ingkar dan zalim karena selalu mengabaikan tuntunan-Nya.
721
Orang-orang munafik, yaitu yang antara perkataan dan hatinya berbeda, sesungguhnya mereka akan selalu merasa tidak senang pada umat Islam. Bila diperhatikan, maka kamu akan melihat orang-orang yang hatinya berpenyakit itu akan segera mendekati mereka, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani, karena mereka menganggapnya sebagai kelompok yang kuat, sehingga bila hubungannya tidak baik, ada kekhawatiran mereka akan terancam seraya berkata, “Kami takut akan mendapat bencana.” Sesungguhnya sikap mereka menunjukkan ketidakpercayaan pada umat Islam. Karena itu, mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan kepada Rasul-Nya dan kaum muslim, atau Dia berkenan untuk menetapkan suatu keputusan dari sisi-Nya yang membuktikan kekuasaan dan rahmat-Nya kepada kaum muslim, sehingga mereka betul-betul menjadi menyesal terhadap apa yang selama ini mereka rahasiakan dalam diri mereka.
722
Melihat keadaan orang-orang munafik itu, umat Islam heran dengan kondisi mereka, dan selanjutnya orang-orang yang beriman itu akan berkata, “Inikah orang yang telah bersumpah setia secara sungguhsungguh dengan nama Allah, bahwa mereka benar-benar beserta kamu dan siap untuk menjalin kerja sama dalam menegakkan kedamaian?” Ketahuilah bahwa sesungguhnya segala amal dan kegiatan yang mereka kerjakan akan menjadi sia-sia, sehingga sebagai akibatnya mereka betul-betul akan menjadi orang yang rugi.
723
Bila sebelumnya dijelaskan tentang larangan untuk tidak menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia serta tentang buruknya sikap kaum munafik, maka ayat-ayat berikut berbicara tentang orang mukmin. “Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad atau keluar dari agamanya, maka ketahuilah bahwa kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang benar-benar beriman untuk menggantikanmu. Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya dengan segenap keikhlasannya, dan mereka juga selalu bersikap lemah lembut terhadap sesama orang-orang yang beriman, tetapi sebaliknya, mereka akan bersikap keras terhadap orang-orang kafir. Selain itu, mereka juga merupakan umat yang selalu siap untuk berjihad di jalan Allah, dan mereka juga termasuk orang-orang yang tidak takut kepada celaan orang yang dengki dan tidak senang yang suka mencela. Itulah salah satu bentuk karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dari makhluk-Nya. Karena itu ketahui dan pahami bahwa Allah itu Mahaluas pemberian-Nya, lagi Maha Mengetahui.
724
Allah sangat mencela orang yang menjadikan kaum Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia atau penolongnya, karena sesungguhnya penolongmu yang dapat diandalkan itu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan salat secara rutin, dan menunaikan zakat dengan ikhlas, seraya tunduk dan patuh kepada Allah.
725
Tuntunan Al-Qur'an tentang penolong dan pemimpin mesti dipahami dan diikuti, karena itu barang siapa yang menjadikan Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya dalam menyelesaikan segala urusannya, maka sungguh mereka akan mendapatkan bukti bahwa pengikut agama Allah itulah yang akan menang.
726
Pada ayat-ayat yang lalu Allah melarang orang beriman untuk menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrab, penolong, atau pelindung, sedang pada ayat-ayat berikut dijelaskan tentang sebab-sebabnya. "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah sekali-kali kamu menjadikan pemimpinmu dari orang-orang yang membuat syariat atau ajaran agamamu jadi bahan ejekan dan permainan, sebab hal ini hanya akan menyebabkan terjadinya pelecehan terhadap tuntunan Ilahi. Mereka yang termasuk kelompok demikian adalah sebagian di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, yaitu orang Yahudi dan Nasrani, dan orang-orang kafir yang di antaranya adalah orang musyrik. Karena itu, tetaplah teguh dalam Islam dan bertakwalah hanya kepada Allah jika kamu semua memang benar-benar merupakan orang-orang beriman.
727
Selain menjadikan ajaran agama sebagai ejekan, sikap buruk lain dari mereka dan yang sering dapat disaksikan adalah apabila kamu menyeru mereka dengan azan untuk melaksanakan salat, maka mereka akan menjadikannya sebagai bahan ejekan dan permainan. Perilaku mereka yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka merupakan orang-orang yang tidak mengerti.
728
Karena perilaku yang buruk itu, kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk memperingatkan mereka. Katakanlah, "Wahai Ahli Kitab! Apakah kamu memandang kami salah dengan semua ajaran Islam yang kami laksanakan, apakah kami juga keliru hanya karena kami beriman kepada Allah Yang Maha Esa, percaya kepada apa yang diturunkan kepada kami, yaitu Al-Qur'an, dan juga beriman kepada apa yang diturunkan sebelumnya, yaitu Taurat, Zabur, dan Injil? Bila tidak ada alasan yang kuat dari sikap-sikap tersebut, sungguh, kebanyakan dari kamu ternyata adalah orang-orang yang fasik."
729
Sebagai kelanjutan dari teguran itu, Allah memerintahkan RasulNya. Katakanlah, wahai Muhammad," Apakah sebaiknya akan aku beritakan kepadamu semua tentang orang yang lebih buruk pembalasannya akibat dari perilakunya yang menyimpang dan perbuatannya yang bertentangan dengan jalan lurus dari balasan orang fasik di sisi Allah? Yang dimaksud yaitu orang yang dilaknat dan dimurkai Allah karena melanggar larangan, di antara mereka ada yang dijadikan kera dan ada pula yang dijadikan babi, dan juga orang yang menyembah Tagut." Sesungguhnya keadaan mereka itu lebih buruk tempatnya ketimbang orang mukmin dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.
730
Karena peringatan dan ancaman itu telah menyebabkan ketakutan, sehingga apabila mereka, yaitu orang Yahudi atau munafik, datang kepadamu, mereka akan mengatakan, "Kami telah beriman," padahal sesungguhnya mereka datang kepadamu dengan kekafiran dan mereka pergi pun dalam keadaan demikian pula; dan sesungguhnya Allah lebih mengetahui apa yang mereka kemukakan dan yang mereka sembunyikan.
731
Selanjutnya Allah memberikan informasi kepada nabi dan rasul-Nya," Kamu, wahai Nabi Muhammad, akan melihat banyak di antara mereka, yaitu orang Yahudi yang berlomba dalam berbuat dosa, menimbulkan permusuhan, baik di antara mereka sendiri maupun dengan orang mukmin, dan memakan yang haram tanpa menghiraukan syariat yang telah ditetapkan Tuhan. Sungguh, sangat buruk apa saja yang telah mereka perbuat dan yang mereka kerjakan."
732
Di antara sebab dari perbuatan buruk yang dilakukan orang-orang Yahudi itu adalah karena mereka tidak mendapat peringatan dari pendetanya. Karena itu muncul pertanyaan mengapa para ulama Yahudi dan para pendeta mereka, setelah mengetahui perilaku masyarakat, tidak melarang mereka yang sering mengucapkan perkataan bohong dan terbiasa memakan yang haram? Bila terus dibiarkan, sungguh, hal itu merupakan kebiasaan yang sangat buruk dan apa yang mereka perbuat merupakan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Allah.
733
Ayat-ayat yang lalu menjelaskan perilaku dan sikap buruk dari orang-orang Yahudi, selanjutnya ayat-ayat berikut menerangkan tentang perbuatan mereka yang lebih buruk lagi. Sikap yang sangat tidak baik ini diawali ketika mereka berkata, "Tangan Allah terbelenggu," yang maksudnya adalah kikir atau tidak mau melimpahkan rahmat-Nya. Padahal sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu sehingga mereka dikenal sebagai orang yang bakhil dan karenanya merekalah yang akan dilaknat yang disebabkan oleh apa yang telah mereka katakan itu. Padahal dengan memperhatikan apa saja yang terjadi di sekitarnya, mereka sesungguhnya mengetahui bahwa kedua tangan Allah selalu terbuka untuk semua makhluk-Nya; Dia memberi rezeki kepada siapa saja sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu, hai Muhammad, dari Tuhanmu itu pasti juga akan menambah kedurhakaan yang telah mendarah daging dan kekafiran yang sudah menjadi kebiasaan bagi kebanyakan mereka. Sebagai akibat dari kedua sikap buruk itu, Kami timbulkan permusuhan yang terus menerus dan kebencian yang mendalam di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap saat mereka menyalakan api peperangan pada siapa saja, Allah pasti akan memadamkannya. Selain melakukan penyimpangan dan keingkaran, mereka juga selalu berusaha untuk menimbulkan kerusakan di muka bumi. Dan sesungguhnya Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
734
Ayat ini menerangkan balasan bagi umat yang sering mengingkari ajaran Allah. Dan sekiranya Ahli Kitab itu, yaitu orang Yahudi dan Nasrani, beriman kepada Allah dan meyakini bahwa Nabi Muhammad itu nabi terakhir, dan bertakwa dengan selalu mematuhi perintah Allah serta menjauhi semua larangan-Nya, niscaya Kami hapus atau ampuni kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan selama ini, dan sebagai balasan atas ketaatan itu, mereka semua tentu akan Kami masukkan ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan, sehingga mereka akan dapat merasakan balasan dari kepatuhan dan ketakwaan mereka.
735
Selanjutnya Allah juga menjelaskan tentang keadaan mereka yang berkaitan dengan ketaatan itu, dan sekiranya mereka, yaitu umat Yahudi dan Nasrani, sungguh-sungguh menjalankan hukum dan tuntunan yang terdapat dalam Taurat dan Injil dan percaya pula pada Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang ada di tengah mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat rahmat berupa rezeki atau makanan yang berasal dari atas mereka, yaitu berupa manna dan salwa atau hujan yang dapat menumbuhkan tanaman, dan dari bawah kaki mereka berupa hasil bumi yang melimpah. Sesungguhnya di antara mereka itu masih ada sekelompok yang jujur dan taat, yaitu yang selalu menelaah kitab suci dan tidak fanatik pada ajaran pendeta yang dinilai tidak sesuai serta selalu bersikap lurus, dan banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan dan telah menyimpang dari tuntunan kitab sucinya.
736
Sesudah menjelaskan tentang keingkaran Ahli Kitab, maka pada ayat ini Allah menerangkan tugas Rasulullah, yang di antaranya adalah untuk menyampaikan ajaran Islam kepada mereka. Demikian informasi dari sabab nuzul yang diriwayatkan Ibnu Mardawaih. "Wahai Rasul! Sampaikanlah kepada orang-orang Ahli Kitab apa yang diturunkan kepadamu, yaitu ajaran-ajaran Islam melalui wahyu dari Tuhanmu. Itulah tugas atau kewajibanmu. Jika tidak engkau lakukan apa yang diperintahkan itu, berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan ketahuilah bahwa Allah akan selalu memelihara engkau dari gangguan atau maksud buruk manusia. Tugasmu hanya menyampaikan ajaran Islam dan bukan menjadikan mereka beriman, karena sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir, sehingga kekafiran mereka bukan menjadi tanggung jawabmu.
737
Selanjutnya untuk meyakinkan mereka, katakanlah dengan tegas wahai Muhammad, "Hai Ahli Kitab, kamu semua tidak dipandang telah beragama dengan benar dan baik sedikit pun hingga kamu telah sanggup menegakkan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Taurat, Injil, dan AlQur'an yang diturunkan Tuhanmu kepadamu." Ketahuilah bahwa sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu, Muhammad, dari Tuhanmu hanya akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka yang disebabkan kedengkian mereka kepadamu. Bila itu yang kamu rasakan dari mereka, maka janganlah engkau berputus asa terhadap orang-orang kafir itu, karena tugasmu hanya untuk menyampaikan ajaran Islam saja.
738
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman, yaitu umat Islam, orang-orang Yahudi, sabi'in, dan orang-orang Nasrani, barang siapa di antara mereka yang beriman kepada Allah dengan selalu mengesakan dan beribadah hanya kepada-Nya, percaya kepada hari kemudian sebagai wahana untuk pemberian ganjaran atau hukuman dari perbuatan mereka, dan selalu berbuat kebajikan sesuai dengan tuntunan Allah yang terdapat dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an, maka tidak ada rasa khawatir sedikit pun pada mereka dan mereka tidak perlu untuk bersedih hati karena Allah selalu akan memberikan jalan keluar terbaik bagi semua persoalan yang dihadapi.
739
Allah menegaskan bahwa sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, yaitu berupa ikrar mereka untuk beriman kepada Allah dan melaksanakan ajaran Taurat yang merupakan syariat bagi mereka, dan untuk mengingatkannya, telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul yang diberi tugas untuk menjelaskan ajaran kitab suci itu. Akan tetapi, kenyataannya ternyata tidak seperti yang diinginkan. Setiap datang seorang rasul kepada mereka untuk mengingatkan ikrar tersebut dengan membawa atau menyampaikan ajaran agama, tetapi jika apa yang dibawa atau disampaikan itu adalah yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, maka sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan ajaran-ajarannya dan bahkan sebagian yang lain, seperti Nabi Zakaria dan Nabi Yahya, mereka bunuh dengan keji.
740
Allah akan selalu memperingatkan manusia yang melakukan kesalahan, tetapi kaum Yahudi mengabaikan hal ini, dan mereka mengira bahwa dengan status yang dianugerahi kelebihan, maka tidak akan terjadi bencana apa pun terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu. Oleh karena itu, anggapan tersebut telah menyebabkan mereka menjadi buta terhadap kebaikan-kebaikan yang dicontohkan para rasul dan tuli terhadap nasihat-nasihat agama yang disampaikan. Kemudian Allah Yang Maha Pengampun menerima tobat mereka ketika mereka bertobat dan memohon ampunan-Nya. Akan tetapi, ternyata kemudian kebanyakan dari mereka tetap dalam keadaan buta terhadap amal saleh yang diajarkan dan tuli karena tidak mau mendengarkan ajaran agama yang disampaikan, dan sesungguhnya Allah Maha Melihat terhadap apa saja yang mereka kerjakan.
741
Bila pada ayat-ayat yang lalu diterangkan tentang penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan orang Yahudi, maka pada ayat-ayat berikut dijelaskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh umat Nasrani. Paparan tentang penyimpangan ini diawali dengan pernyataan bahwa sesungguhnya telah kafir dan menyimpang dari akidah yang benar orang-orang yang berkata," Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam." Padahal Isa Al-Masih sendiri berkata kepada mereka, "Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah yang merupakan Tuhanku dan juga sebagai Tuhanmu." Mereka mestilah mengetahui pula bahwa sesungguhnya barang siapa mempersekutukan Allah dengan sesuatu, maka pasti Allah akan mengharamkan surga baginya yang merupakan balasan bagi yang taat dan tidak menyimpang dari tuntunan-Nya, dan tempat yang disediakan bagi-nya ialah neraka, dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu yang akan membantunya, baik ketika di dunia, maupun kelak di akhirat.
742
Selain menganggap Isa al-Masih sebagai Tuhan, mereka juga menuhankan yang lainnya. Karena itu sungguh, telah kafir orang-orang yang dengan sadar mengatakan bahwa Allah itu adalah salah satu dari tuhan yang tiga. Padahal sesungguhnya sekali-kali tidak ada tuhan yang berhak disembah selain dari Tuhan yang Esa. Jika mereka tetap pada keyakinan salah itu dan tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir yang tetap mempersekutukan Tuhan di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih, sebagai akibat dari penyimpangan itu.
743
Setelah mendapatkan penjelasan tentang keesaan Tuhan, maka mengapa mereka, orang-orang yang menganggap Isa putra Maryam sebagai Tuhan itu, tidak bertobat kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan memohon ampun kepada-Nya? Ketahuilah bahwa Allah itu Maha Pengampun atas semua dosa dari mereka yang mau bertobat dan Maha Penyayang terhadap semua makhluk-Nya.
744
Ketahuilah, wahai umat Nasrani, sesungguhnya Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang diutus Allah. Selain itu, perlu diketahui bahwa sesungguhnya telah berlalu pula sebelumnya beberapa rasul yang juga merupakan utusan-Nya, dan ibunya yang merupakan wanita pilihan adalah seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Kedua-duanya sebagaimana layaknya manusia biasa juga memakan makanan, meminum minuman, merasakan sakit, gembira, sedih, dan lainnya. Oleh karena itu, perhatikan bagaimana Kami telah menurunkan wahyu dan mengutus rasul untuk menjelaskan kepada mereka, yaitu para Ahli Kitab, tentang tanda-tanda kekuasaan Kami, kemudian sesudah itu perhatikan pula bagaimana mereka berpaling dari memperhatikan ayatayat Kami yang merupakan tanda-tanda Keesaan Tuhan.
745
Sebagai peringatan kepada umat Nasrani tersebut, Allah memerintahkan kepada Rasulullah sebagai berikut. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Mengapa kamu mengimani dan menyembah kepada tuhan yang selain Allah, padahal yang kamu yakini itu hanya sesuatu yang tidak akan dapat menimbulkan bencana apa pun kepadamu dan ia tidak pula dapat memberi manfaat apa-apa?” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mendengar semua yang kamu ucapkan lagi Maha Mengetahui semua yang kamu lakukan.
746
Selain mempersekutukan Tuhan, ternyata sebagian dari Ahli Kitab juga sering bersikap melampaui batas. Oleh karena itu, Allah memerintah kepada Rasulullah untuk mengingatkan mereka. Katakanlah, Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan atau melampaui batas dengan cara yang tidak benar dalam berkeyakinan dan melaksanakan ajaran agamamu. Selain itu, hendaknya kamu semua tidak bersikap taklid dan jangan pula kamu mengikuti keinginan atau hawa nafsu orang-orang yang telah tersesat sejak masa dahulu, yaitu sejak sebelum kedatanganku. Sebab pada hakikatnya, mereka itu merupakan orang yang sesat, dan mereka dengan perilaku dan keinginan itu juga telah menyesatkan banyak manusia. Dan ketahuilah bahwa mereka sendiri itu sungguh telah tersesat dari jalan yang lurus yang telah ditetapkan Allah.”
747
Bila pada ayat-ayat yang lalu diterangkan tentang penyimpangan umat Nasrani, pada ayat-ayat berikut dijelaskan tentang kutukan Allah pada orang Yahudi yang kafir. Allah menerangkan bahwa orang-orang kafir dari Bani Israil, yaitu mereka yang selalu ingkar dan mengabaikan perjanjiannya dengan Allah, telah dilaknat melalui atau dengan perantaraan lisan Nabi Dawud dan Isa putra Maryam. Kutukan Allah yang demikian itu, disebabkan karena mereka durhaka dengan tidak menepati janji yang telah diikrarkan dan selalu melampaui batas dalam melaksanakan ajaran dan tuntunan agama, sehingga cenderung mengarah pada kesesatan.
748
Kebanyakan dari umat Yahudi itu bersikap melampaui batas, sehingga mereka tidak berbeda satu sama lain, dan mereka juga tidak saling mencegah dari perbuatan mungkar atau penyimpangan yang selalu mereka perbuat. Sesungguhnya keadaan seperti ini mengisyaratkan betapa sangat buruk apa yang selalu mereka perbuat selama itu.
749
Kamu telah melihat dari peristiwa-peristiwa yang lalu bahwa banyak di antara mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir musyrik untuk memerangimu, seperti yang terjadi dalam Perang Ahzab. Karena itu, sesungguhnya dengan perilaku semacam itu betul-betul sangat buruk apa yang mereka lakukan untuk diri mereka, sebab tindakan demikian hanya akan menuai balasan yang berat, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka, dan di akhirat nanti, mereka akan kekal dalam siksaan atau azab api neraka.
750
Dan sekiranya mereka, yaitu orang-orang Yahudi yang bekerja sama dengan orang kafir, itu beriman kepada Allah, kepada Nabi Muhammad, dan kepada apa yang diturunkan kepadanya, yaitu Al-Qur’an, niscaya mereka tidak akan menjadikan orang-orang musyrik itu sebagai penolong-penolong atau teman setia yang membantu mereka untuk memerangi Nabi dan umat Islam. Akan tetapi, kenyataannya banyak di antara mereka adalah orang-orang yang fasik, yang sering melakukan penyimpangan dari ajaran agamanya.
751
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan tentang kutukan Allah terhadap orang Yahudi, selanjutnya pada ayat ini dijelaskan bagaimana sikap para Ahli Kitab terhadap orang mukmin. Allah memberikan informasi kepada Nabi Muhammad, “Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman (umat Islam), ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik, yang memang merasa tidak senang dan selalu memusuhi Rasulullah dan umat Islam. Dan di samping itu, pasti akan kamu dapati juga orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani,” yaitu yang tekun melaksanakan ajaran agamanya. Yang sedemikian itu karena di antara mereka, orang-orang Nasrani, terdapat para pendeta dan rahib yang saleh dan selalu melaksanakan tuntunan agamanya dengan benar, selain itu juga karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri dengan segala kesalehan dan ketekunan dalam beribadah.
752
Setelah pada ayat-ayat sebelumnya Allah menjelaskan tentang Ahli Kitab yang paling memusuhi kaum muslim, yaitu kaum Yahudi, dan Ahli Kitab yang merasa paling dekat dengan kaum muslim, yaitu kaum Nasrani; pada ayat ini Allah menjelaskan mengenai sebagian kaum Nasrani yang beriman kepada Al-Qur'an. Dan apabila mereka, sebagian Ahli Kitab seperti utusan kaum Nasrani dari Ethiopia, mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul, yaitu Al-Qur'an, kamu, wahai Nabi Muhammad, akan melihat mata mereka mencucurkan air mata, karena ayat-ayat Al-Qur'an itu meresap ke dalam kalbu mereka secara mendalam, disebabkan mereka telah mengetahui kebenaran Al-Qur'an dari kitab kitab mereka sendiri, seraya berkata dengan tulus, “Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada Al-Qur'an, maka catatlah kami menjadi bagian yang tidak terpisahkan bersama orang-orang yang menjadi saksi atas kebenaran Al-Qur'an dan kerasulan Nabi Muhammad.
753
Ayat ini menjelaskan harapan sebagian kaum Nasrani yang beriman kepada Al-Qur'an agar Allah memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang saleh. Dan tidak ada alasan bagi kami tidak akan beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan; dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia; dan tidak ada alasan pula bagi kami tidak beriman kepada kebenaran Al-Qur'an yang datang kepada kami, melalui wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Dan kami sangat ingin, dengan senantiasa berdoa dan berusaha, agar Tuhan kami memasukkan kami, sejak di dunia hingga di akhirat, ke dalam golongan orang-orang saleh, yakni orang-orang yang baik, taat, dan bermanfaat bagi orang banyak?”
754
Maka Allah memberi pahala kepada mereka, Ahli Kitab yang jujur dan konsisten terhadap kebenaran agamanya, atas perkataan yang telah mereka ucapkan, yaitu pernyataan, “Dan tidak ada alasan bagi kami tidak akan beriman kepada Allah.” Mereka mendapat balasan berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, merasakan kenikmatan yang tidak putus. Dan itulah balasan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, terhadap diri mereka sendiri dengan tidak menyembunyikan kebenaran Taurat atau Injil, yang merupakan wahyu Allah.
755
Dan orang-orang kafir, termasuk dari kalangan ahli kitab seperti Yahudi dan Nasrani, serta orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, yaitu Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, di akhirat nanti, mereka itu akan menjadi penghuni neraka jahim yang kekal di dalamnya.
756
Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya! Janganlah kamu mengharamkan apa yang baik bagi kesehatan kamu, yang telah dihalalkan Allah di dalam Al-Qur'an kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas dalam segala hal yang telah ditetapkan Allah di dalam Al-Qur'an. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas, baik dalam agama maupun kehidupan sosial.
757
Dan makanlah oleh kamu wahai orang-orang yang beriman, dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu, berupa bahan makanan yang berasal dari darat maupun dari laut, baik protein nabati maupun protein hewani sebagai rezeki yang halal dan baik untuk menopang aktivitas kamu dalam hidup dan kehidupan ini; dan bertakwalah kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, yang kepada-Nya kamu beriman dengan ikhlas dan istikamah.
758
Ayat ini menjelaskan macam-macam kafarat atau denda bagi siapa saja yang melanggar sumpah yang diucapkan secara sadar dan sengaja. Namun demikian, kafarat ini tidak berlaku bagi sumpah yang tidak disengaja. Allah tidak akan menghukum kamu, wahai orang beriman, disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak disengaja untuk diucapkan, seperti perkataan, “Tidak, demi Allah,” atau “Benar, demi Allah,” tetapi Dia akan menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja. Jika kamu dalam mengucapkan sumpah itu benar benar bermaksud untuk bersumpah, maka kafaratnya, denda pelanggaran sumpah supaya dosa sumpahmu diampuni oleh Allah, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, baik yang kamu kenal maupun tidak, yaitu dari jenis makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, baik dari segi jumlah maupun jenis makanannya, atau memberi mereka pakaian baru maupun layak pakai, atau memerdekakan seorang hamba sahaya, baik laki-laki maupun perempuan. Barang siapa tidak mampu melakukannya, salah satu dari tiga pilihan kafarat tersebut, maka kafaratnya berpuasalah tiga hari dengan ikhlas sambil berharap agar Allah mengampuni dosa sumpah yang pernah diucapkannya. Itulah ketentuan Allah tentang kafarat sumpah-sumpahmu, apabila kamu benar-benar bersumpah dengan sengaja. Dan jagalah sumpahmu supaya kamu tidak mudah bersumpah, apalagi bersumpah palsu. Demikianlah Allah menerangkan hukum-hukumNya tentang sumpah kepadamu agar kamu bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada kamu.
759
Melalui ayat ini, Allah memerintahkan kaum mukmin untuk menjauhi perbuatan setan. Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah, kitab-Nya, dan Rasul-Nya! Sesungguhnya minuman keras, apa pun jenisnya, sedikit atau banyak, memabukkan atau tidak memabukkan; berjudi, bagaimana pun bentuknya; berkurban untuk berhala, termasuk sesajen, sedekah laut, dan berbagai persembahan lainnya kepada makhluk halus; dan mengundi nasib dengan anak panah atau dengan cara apa saja sesuai dengan budaya setempat, adalah perbuatan keji karena bertentangan dengan akal sehat dan nurani serta berdampak buruk bagi kehidupan pribadi dan sosial; dan termasuk perbuatan setan yang diharamkan Allah. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu dalam kehidupan pribadi dan kehidupan sosial dengan peraturan yang tegas dan hukuman yang berat agar kamu beruntung dan sejahtera lahir batin dalam kehidupan dunia dan terhindar dari azab Allah di akhirat.
760
Allah menegaskan bahwa setan itu bertujuan menciptakan permusuhan dan kebencian di antara manusia. Dengan membujuk kamu meneguk minuman keras dan mendorong kamu mencoba-coba berjudi, setan hanyalah bermaksud dengan sangat cerdik menimbulkan permusuhan akibat kamu dipengaruhi minuman keras dan kecanduan judi. Minuman keras dan judi juga menimbulkan kebencian antara kamu dengan anak, istri, saudara, tetangga, dan teman temanmu. Di samping itu, minuman keras dan judi itu menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan salat, karena pikiranmu menjadi kusut, hatimu menjadi kusam, dan jiwamu menjadi kotor; maka tidakkah kamu mau berpikir jernih dan sadar, serta bertekad untuk berhenti dari kebiasaan meneguk minuman keras dan berjudi itu?
761
Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk menaati Allah dan Rasul-Nya dengan tulus, serta berhati-hati menghadapi godaan setan. Dan taatlah kamu kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dengan ikhlas dan penuh kesadaran; dan taatlah kamu kepada Rasul dengan memelihara sunnahnya secara istikamah; serta berhati-hatilah dalam segala hal dari bujukan hawa nafsu dan bisikan setan. Jika kamu berpaling dari agama Allah dan ajaran Rasul-Nya, maka ketahuilah dengan penuh kesadaran bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan ajaran Allah dengan jelas kepada kamu, bukan menjadikan kamu beriman dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
762
Allah tidak mempermasalahkan apa yang pernah dimakan dan diminum oleh kaum mukmin sebelum mereka beriman. Tidak berdosa bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal-amal saleh, baik kesalehan secara individu maupun sosial, tentang apa yang mereka makan atau minum dahulu pada masa jahiliah seperti minuman keras, apabila mereka bertakwa, takut kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya, dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta mengerjakan amal saleh, kemudian mereka tetap bertakwa kepada Allah dalam segala keadaan dan beriman kepada Allah dengan memelihara keimanannya. Selanjutnya mereka tetap juga bertakwa dengan mantap dan berbuat kebajikan yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan, baik dengan harta maupun tenaga dengan ikhlas semata mengharap keridaan Allah. Ayat ini kemudian di-mansukh atau dihapuskan masa berlakunya oleh Surah al-Maidah ayat 90 yang secara tegas mengharamkan minuman keras.
763
Ayat ini menjelaskan tentang ujian yang akan diberikan Allah kepada orang-orang yang sedang berihram untuk haji atau umrah. Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya! Allah pasti akan menguji kamu pada waktu kamu sedang berihram untuk haji atau umrah dengan diharamkan membunuh hewan buruan yang hidup di tanah haram yang dengan mudah kamu peroleh dengan tangan dan tombakmu, karena banyak dan jinak. Hal ini bertujuan agar Allah mengetahui di antara kamu yang sedang berhaji dan umrah siapa yang benar-benar takut kepada-Nya dengan konsisten menjauhi larangan berihram, meskipun dia tidak melihat-Nya. Barang siapa melampaui batas kewajaran dalam berburu hewan setelah selesai melaksanakan haji dan umrah dalam berburu hewan di tanah haram, maka dia akan mendapat azab yang pedih di akhirat dengan dimasukkan ke dalam neraka.
764
Hewan buruan di tanah haram, haram dibunuh. Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya! Selama kamu berihram untuk haji atau umrah janganlah kamu membunuh hewan buruan, baik yang boleh dimakan maupun tidak, kecuali burung gagak, burung elang, kalajengking, tikus, anjing buas, dan juga ular; ketika kamu sedang berihram untuk haji atau umrah. Barang siapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, ketika kamu sedang berihram untuk haji atau umrah, maka dendanya ialah mengganti hewan yang dibunuh secara sengaja itu dengan hewan ternak yang sepadan jenis, usia, maupun beratnya dengan buruan yang dibunuhnya, di tanah haram tersebut yang ditentukan menurut putusan dua orang hakim atau dua orang tokoh yang adil di antara kamu sebagai hadyu, denda karena melanggar larangan ihram, yang dibawa ke Ka'bah, yakni dibawa sampai ke tanah haram untuk disembelih di sana dan dagingnya dibagikan kepada fakir miskin; atau membayar kafarat (tebusan) dengan memberi makan kepada orang-orang miskin, sepadan dengan harga hewan pengganti hewan yang dibunuh pada waktu berihram tersebut; atau berpuasa beberapa hari sepadan dengan makanan yang dikeluarkan itu; yaitu setiap satu mud lebih kurang 6,5 ons beras yang diberikan kepada fakir miskin diganti dengan satu hari berpuasa. Ini bertujuan agar dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya, yaitu melanggar larangan ihram dengan membunuh hewan ternak yang hidup di tanah haram. Allah telah memaafkan apa yang kamu lakukan di masa lalu, membunuh hewan ternak pada waktu berihram di tanah haram sebelum turun ayat yang mengharamkan ini. Dan barang siapa kembali mengerjakannya dengan sengaja setelah ada larangan ini, niscaya Allah akan menyiksanya dengan azab yang pedih. Dan Allah Mahaperkasa menghadapi hamba yang membangkang, memiliki kekuasaan untuk menyiksa siapa saja yang melanggar hukum-Nya.
765
Allah membolehkan kaum mukmin untuk memakan hewan buruan yang hidup di laut. Dihalalkan bagimu orang-orang beriman memakan hewan buruan laut yang diperoleh dengan berbagai cara seperti memancing, menjala, atau memukat. Termasuk dalam pengertian laut di sini ialah sungai, danau, kolam, dan sebagainya. Dan dihalalkan pula makanan yang berasal dari laut, ikan atau hewan laut yang diperoleh dengan mudah, karena telah mati terapung atau terdampar di pantai sebagai makanan yang lezat bagimu dan makanan yang lezat bagi orang-orang yang dalam perjalanan di laut. Dan tetap diharamkan atasmu menangkap hewan darat yang hidup di tanah haram selama kamu sedang berihram untuk haji atau umrah. Dan bertakwalah kepada Allah dengan mengerjakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi laranganNya, yang hanya kepada-Nya kamu sekalian akan dikumpulkan kembali pada hari kiamat di padang mahsyar.
766
Ayat ini menjelaskan bahwa pada bulan haram, orang-orang beriman dilarang berperang di sekitar Ka'bah. Allah telah menjadikan Kakbah rumah suci tempat manusia berkumpul. Ka'bah dan sekitarnya menjadi tempat yang aman bagi manusia untuk mengerjakan urusan dunia seperti berbisnis dan berdagang; dan urusan akhirat seperti berhaji dan berumrah. Demikian pula Allah telah menjadikan bulan haram, yaitu bulan Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab, sebagai waktu yang diharamkan untuk berperang di sekitar Kakbah dan tanah haram. Allah juga telah menetapkan hadyu, hewan yang menjadi denda atas pelanggaran larangan ihram yang akan disembelih di tanah haram; dan qala'id, hewan yang diberi kalung sebagai tanda akan disembelih di tanah haram. Semuanya merupakan tanda keagungan Allah, Tuhan yang memelihara Kakbah. Yang demikian itu agar kamu mengetahui bahwa Allah Tuhan yang menciptakan alam semesta ini mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi dalam penglihatan manusia.
767
Wahai orang-orang beriman, ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya bagi siapa saja yang melanggar hukum-Nya; dan ketahuilah juga bahwa Allah Maha Pengampun bagi siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang bertobat dari dosa-dosanya dengan tobat nasuha, Maha Penyayang kepada siapa saja yang menyayangi makhluk-Nya.
768
Allah menyatakan bahwa tidak ada kewajiban seorang Rasul menjadikan seseorang untuk beriman, selain menyampaikan kepadanya ajaran Allah dengan benar sehingga ia tidak dapat beralasan bahwa ajaran Allah tidak sampai kepadanya. Dan ketahui jugalah dengan penuh keinsafan bahwa Allah mengetahui apa yang kamu tampakkan dengan ucapan dan perbuatan dan apa yang kamu sembunyikan di dalam hati.
769
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Tidaklah sama yang buruk, kekufuran, kemusyrikan, kemunafikan, dan harta yang haram dengan yang baik, iman, tauhid, kejujuran, dan harta yang halal; meskipun banyaknya keburukan itu, kekayaan hasil korupsi dan harta yang diperoleh dengan cara yang haram secara lahiriah, menarik hatimu, karena tertarik kepada kenikmatan, kepuasan dan kemudahan, serta kebanggaan sebagai seorang yang kaya; maka bertakwalah kepada Allah dengan menjauhkan diri kamu dari kekufuran, kemusyrikan, dan kemunafikan, serta dari harta yang haram; wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat sehingga kamu berpikir jernih dan mendalam agar kamu beruntung dunia dan akhirat.’’
770
Wahai orang-orang yang beriman, yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya! Janganlah kamu menanyakan kepada Nabimu hal-hal yang jika diterangkan kepadamu justru menyusahkan dan berdampak buruk bagi kamu. Sebab dalam Islam yang terpenting bukan bertanya, tetapi semangat untuk melaksanakan. Sebaliknya jika kamu bertanya kepada Nabi tentang masalah-masalah itu ketika Al-Qur'an sedang diturunkan, niscaya jawabannya akan diterangkan kepadamu dengan sejelas-jelasnya. Allah telah memaafkan kamu tentang hal itu, menanyakan masalah-masalah yang sudah jelas bagi orang-orang beriman. Dan Allah Maha Pengampun kepada orang-orang yang menyadari kesalahannya dengan bertobat, dan Maha Penyantun kepada seluruh hamba-hamba-Nya.
771
Wahai orang-orang beriman, sesungguhnya suatu kaum sebelum kamu, yaitu kaum Yahudi umat Nabi Musa, sungguh telah memohon kepada Nabi Musa agar bisa melihat Allah dengan nyata, tetapi setelah permohonan itu dipenuhi, mereka tidak sanggup melihat-Nya dan pingsan. Kemudian mereka menjadi kafir setelah Allah memberikan bukti bahwa mereka tidak akan pernah sanggup melihat Allah.
772
Ayat ini menjelaskan tentang kaum kafir Mekah yang membuatbuat kedustaan kepada Allah. Allah tidak pernah mensyariatkan adanya bahirah, yaitu unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang kelima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi, dan tidak boleh diambil air susunya. Allah juga tidak mensyariatkan saibah, yaitu unta betina yang dibiarkan bebas karena suatu nazar. Masyarakat Arab Jahiliah ketika hendak melakukan sesuatu atau perjalanan jauh biasa bernazar menjadikan unta mereka sa’ibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dan selamat. Tidak ada juga syariat tentang wasilah, yaitu jika seekor domba betina melahirkan anak kembar dampit, maka anak yang jantan disebut wasilah; ia tidak boleh disembelih, melainkan harus dipersembahkan kepada berhala. Allah juga tidak mensyariatkan ham, yaitu unta jantan yang tidak boleh diganggu lagi karena telah membuahi unta betina sepuluh kali. Perlakuan terhadap bahirah, sa’ibah, washilah, dan ham adalah kepercayaan Arab Jahiliah; tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah dengan meyakini bahwa semuanya merupakan ketetapan Allah; dan kebanyakan mereka tidak mengerti sedikit pun makna dan maksud dari mitologi tersebut.
773
Dan apabila dikatakan kepada mereka, yakni masyarakat Arab Jahiliah itu, “Marilah kita mengikuti apa yang diturunkan Allah berupa AlQur’an yang melarang menyembah berhala, dan yang diturunkan kepada Rasul berupa ajaran Islam dengan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta menerima kebenaran Al-Qur’an,” mereka menjawab dengan perasaan bangga, “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati dari nenek moyang kami,” tradisi yang sudah mengakar pada masyarakat Arab. Mereka menutup diri dari kebenaran dan bangga dengan leluhur mereka. Apakah mereka akan mengikuti nenek moyang mereka dengan meneruskan tradisi menyembah berhala dan berbuat kebohongan kepada Allah, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa tentang kebenaran dan tidak pula mendapat petunjuk dari Allah?
774
Dalam ayat ini ditegaskan agar orang-orang beriman memiliki keteguhan sikap dalam beragama. Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu dari kebodohan dan pembangkangan dengan memperkuat ilmu dan amal, serta memperhatikan kualitas iman dan ketaatan kepada Allah; karena orang yang sesat itu, karena kebodohannya, tidak akan sanggup membahayakanmu dengan menjadikan kamu tergelincir, apabila kamu telah mendapat petunjuk dari Allah dan kamu mengikuti petunjuk ini dengan teguh. Hanya kepada Allah kamu semua akan kembali pada hari Kiamat, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu semua yang kamu lakukan dengan menampilkan catatan amal secara lengkap dan menyeluruh sehingga terinci apa yang telah kamu kerjakan selama hidup di dunia.
775
Allah menekankan kejujuran dalam menerima dan melaksanakan wasiat. Wahai orang-orang yang beriman! Perhatikanlah pesan ini. Apabila tanda-tanda kematian sudah dekat kepada salah seorang di antara kamu dengan melihat dan merasakan tanda-tanda tersebut, sedang dia akan berwasiat kepada ahli waris tentang harta, maka hendaklah wasiat itu disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, kaum kerabat yang sama-sama muslim; atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika tidak ada kaum kerabat yang sama-sama muslim. Hal ini terutama, jika kamu dalam perjalanan di bumi, baik perjalanan bisnis maupun perjalanan sosial, lalu kamu ditimpa kematian dalam perjalanan tersebut; maka hendaklah kamu, wahai orang-orang beriman! menahan kedua saksi itu yang menghadap kamu menjelang waktu salat menunggu hingga usai salat di masjid agar keduanya bersumpah dengan nama Allah di hadapan orang banyak, jika kamu ragu-ragu atas kejujuran kedua saksi itu, “Demi Allah kami tidak akan mengambil keuntungan dengan sumpah ini, sekecil apa pun, walaupun dia karib kerabat, dan kami tidak menyembunyikan sesuatu pun dalam kesaksian atas nama Allah ini; sesungguhnya jika demikian, yakni menyembunyikan sesuatu dalam kesaksian ini, tentu kami termasuk orang-orang yang berdosa kepada Allah dan berbuat jahat kepada ahli waris.”
776
Jika terbukti kedua saksi itu berbuat dosa, ini berkaitan dengan dua orang Nasrani, Tamim ad-Dariy dan ‘Adiy bin Badda, yang menerima wasiat dari Budail yang wafat waktu berdagang di Syam dan berbohong dalam persaksiannya dengan bersumpah palsu di hadapan Nabi Muhammad; maka dua orang yang lain, yaitu dua orang saksi dari keluarga yang meninggal, menggantikan kedudukannya menjadi dua saksi, yaitu dua saksi yang termasuk di antara ahli waris yang berhak menjadi saksi dan lebih dekat hubungan nasabnya kepada yang meninggal, lalu keduanya bersumpah dengan nama Allah, dengan disaksikan oleh orang banyak, “Sungguh, kesaksian kami lebih layak diterima daripada kesaksian kedua saksi itu, Tamim ad-Dariy dan ‘Adiy bin Badda yang berbeda agama dan menyembunyikan barang milik Budail, dan kami, dua saksi dari keluarga yang meninggal, tidak melanggar batas dalam kesaksian ini. Sesungguhnya jika kami berbuat demikian, curang dan tidak adil, tentu kami termasuk orang-orang zalim terhadap diri sendiri.”
777
Dengan cara itu, dua saksi yang termasuk di antara ahli waris yang berhak menjadi saksi dan lebih dekat hubungan nasabnya dengan almarhum, lebih patut memberikan kesaksiannya menurut yang sebenarnya, bahwa kendi emas itu milik Budail sebagaimana tercantum dalam surat wasiat yang disisipkan pada barang-barang yang dititipkan kepada dua teman bisnisnya yang beragama Nasrani; dan mereka, Tamim ad-Dariy dan ‘Adiy bin Badda, merasa takut sumpahnya yang palsu akan dikembalikan kepada ahli waris, yakni dikonfrontir dengan sumpah mereka, setelah mereka bersumpah dengan benar di hadapan Rasulullah. Sumpah saksi-saksi yang berlainan agama itu ditolak dengan bersumpahnya saksi-saksi yang terdiri dari kerabat. Orang-orang yang bersumpah itu akan mendapat balasan di dunia dan akhirat. Bertakwalah kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, dan dengarkanlah dengan saksama perintah-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik, yakni para pelaku dosa besar untuk kembali kepada yang lurus, karena sikap mereka yang terus-menerus berbuat dosa besar sehingga kalbu mereka tertutup.
778
Ingatlah suatu peristiwa penting pada hari kiamat, ketika Allah mengumpulkan para rasul, sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad, lalu Dia bertanya kepada mereka, “Apa jawaban atau tanggapan umat terhadap misi dakwah kamu sekalian? Apakah mereka menanggapinya dengan iman atau dengan kufur? Apakah dengan iman yang taat atau iman yang fasik?” Mereka, para rasul, menjawab, saat itu umat hadir guna menyaksikan tanya jawab ini, “Kami tidak tahu tentang itu setelah kami wafat. Sesungguhnya Engkaulah sendiri Yang Maha Mengetahui segala yang gaib, karena pengetahuan-Mu meliputi segala sesuatu.”
779
Pada ayat yang lalu telah dijelaskan bahwa Allah mengajukan pertanyaan kepada para rasul pada umumnya, bagaimana tanggapan umat terhadap misi kerasulan mereka. Pada ayat ini Allah berbicara di Padang Mahsyar dengan Nabi Isa. Ingatlah ketika Allah mengumpulkan para rasul pada hari kiamat, ketika itu Allah berfirman kepada Nabi Isa, “Wahai Isa putra Maryam! Ingatlah nikmat-Ku, yang telah dianugerahkan kepadamu dan kepada ibumu di dunia, sewaktu Aku menguatkanmu, ketika ibumu mengandungmu, dengan kehadiran Ruhulkudus, Malaikat Jibril yang meniupkan roh ke dalam rahim ibumu; juga ketika menguatkan engkau sehingga engkau dapat berbicara dengan manusia pada waktu masih dalam buaian, di luar adat kebiasaan; dan setelah dewasa sewaktu menyampaikan misi kerasulan, setelah Jibril menyampaikan wahyu kepada kamu. Dan ingatlah ketika Aku, melalui Jibril, mengajarkan menulis kepadamu, juga mengajarkan Hikmah, kearifan, Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa, dan Injil yang berisi ajaran tidak ada tuhan selain Allah dan tidak ada ibadah kecuali kepada-Nya. Dan ingatlah mukjizat yang diberikan kepadamu, ketika engkau membentuk dari tanah berupa burung dengan seizin-Ku, karena engkau tidak memiliki daya dan kekuatan kecuali daya dan kekuatan-Ku; kemudian engkau meniupnya, sehingga burung itu benar-benar hidup, lalu menjadi seekor burung yang sebenarnya, juga dengan seizin-Ku. Dan ingatlah, mukjizat yang lain, ketika engkau menyembuhkan orang yang buta sejak lahir yang secara lahiriah tidak mungkin sembuh; dan engkau juga dapat menyembuhkan orang yang berpenyakit kusta, yang pada umumnya sulit disembuhkan, dengan seizin-Ku. Dan ingatlah, kenikmatan-Ku kepadamu, ketika engkau mengeluarkan orang mati dari sebuah kuburan tua yang sudah bertahuntahun mati menjadi hidup kembali, juga dengan seizin-Ku. Dan ingatlah, kenikmatan yang sangat berharga, ketika Aku menghalangi Bani Israil dari rencana mereka untuk membunuhmu, sewaktu engkau menyampaikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, berdasarkan wahyu tentang bukti-bukti kerasulan dengan beberapa mukjizat, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata, dengan sombong, “Ini tidak lain, semua keanehan yang diperlihatkan Isa kepada kita, hanyalah sihir yang nyata, bukan mukjizat atau bukti kebenaran.”
780
Allah lalu mengingatkan Nabi Isa tentang kenikmatan lain yang sangat berharga, yaitu mendapat pengikut setia. Dan ingatlah, wahai Rasulullah dan sampaikan kepada umatmu, ketika Aku mengilhamkan kepada al-hawariyyun, para pengikut setia Nabi Isa, “Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku, yakni Nabi Isa.” Mereka, al-hawariyyun, menjawab dengan meyakinkan, “Kami telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan saksikanlah, wahai Rasul, Nabi Isa, bahwa kami adalah orang-orang yang setia mematuhi perintah-perintahmu, yang berserah diri kepada Allah secara total.”
781
Ingatlah, wahai Rasulullah, ketika al-hawariyyun, para pengikut setia Nabi Isa, berkata kepadanya, “Wahai Isa putra Maryam! Apakah Tuhanmu berkenan, jika kami mengajukan permohonan untuk menurunkan hidangan dari langit kepada kami supaya kami bisa menikmati hidangan bersama kamu?” Nabi Isa menjawab, “Bertakwalah kepada Allah, wahai al-hawariyyun, jika kamu benar-benar orang-orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan mengabulkan permohonanmu itu.”
782
Mereka, al-hawariyyun, berkata kepada Nabi Isa, “Kami, wahai Nabi Isa, memohon hidangan langsung dari Allah, karena kami ingin memakan hidangan itu bersamamu, agar hati kami menjadi tenteram menyaksikan mukjizatmu dan agar kami menjadi yakin atas kerasulanmu dan menjadi yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami dalam membacakan dan mengajarkan agama Allah kepada kami, dan kami, dengan hidayah Allah, menjadi orang-orang yang menyaksikan mukjizat yang meyakinkan ini.”
783
Nabi Isa putra Maryam menjawab permohonan al-hawariyyun dengan berdoa kepada Allah, “Ya Tuhan kami, yang menguasai semua urusan, turunkanlah kepada kami hidangan yang lezat, nikmat, dan penuh berkah dari langit secara langsung, yang peristiwa turunnya hidangan ini akan menjadi hari raya, yakni menjadi peristiwa penting bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami, al-hawariyyun, maupun yang datang setelah kami, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad; dan turunnya hidangan ini akan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau sekaligus menjadi mukjizat bagiku. Kami pun memohon kepada-Mu, Ya Allah, berikanlah kepada kami rezeki yang halal dan berkah, karena Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki kepada seluruh makhluk dengan adil dan merata.”
784
Allah mengabulkan doa Nabi Isa. Allah berfirman, “Sungguh, Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, wahai al-hawariyyun sebagaimana kalian minta, tetapi barang siapa di antara kamu setelah hidangan itu turun, menjadi kafir dengan mempertuhankan Nabi Isa dan ibunya, Maryam, maka sungguh, Aku akan mengazabnya di akhirat dengan azab khusus yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun, baik sebelum maupun sesudah kamu di antara umat manusia seluruh alam. Kekufuran mereka itu ialah telah mempertuhankan manusia, yaitu Nabi Isa dan ibunya, setelah Allah mengutus para nabi dan rasul yang menegaskan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan tidak ada ibadah kecuali kepada-Nya. Isa putra Maryam itu seorang Rasul Allah dan Maryam itu seorang perempuan salehah. Keduanya adalah manusia, tidak akan pernah menjadi Tuhan.
785
Beberapa ayat sebelumnya menjelaskan nikmat Allah yang dianugerahkan kepada Nabi Isa, termasuk nikmat mendapat pengikut setia dan turunnya hidangan dari langit. Pada ayat ini, Allah meminta pertanggungjawaban Nabi Isa tentang sikap Bani Israil yang mempertuhankan dirinya dan ibunya. Dan ingatlah, wahai Nabi Muhammad apa yang akan terjadi pada hari kiamat, ketika Allah berfirman kepada Nabi Isa, “Wahai Isa putra Maryam! Apa engkau pernah mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah yang menyebabkan mereka meyakini trinitas, tiga tuhan, hingga menyimpang dari ajaran tauhid?” Nabi Isa menjawab di hadapan Allah di akhirat, “Mahasuci Engkau dari apa yang mereka nisbahkan kepadaMu; tidak patut bagiku sebagai hamba-Mu dan Rasul-Mu, mengatakan kepada manusia yang bukan kebenaran, yakni mempertuhankan manusia dan menyembahnya sehingga menyimpang dari ajaran tauhid. Jika aku, selama hidupku yang singkat di dunia, pernah mengatakannya, menjadikan aku dan ibuku dua tuhan selain Engkau, ya Allah, tentulah Engkau telah mengetahuinya. Sebab, Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku, yang tampak dan yang tersembunyi, dan aku sebagai manusia sangat terbatas, tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh merupakan keharusan yang mutlak, Engkaulah, Tuhan, Yang Maha Mengetahui segala yang gaib, tersembunyi dari pandangan dan pengetahuan manusia.”
786
Nabi Isa melanjutkan pertanggungjawabannya di hadapan Allah di akhirat, “Aku tidak pernah, selama hidupku, mengatakan kepada mereka, Bani Israil, kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku dalam kedudukanku sebagai rasul Allah, yaitu, sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, tidak ada tuhan selain Allah dan tidak ada ibadah kecuali kepada-Nya. Dan aku, sebagai utusan Allah kepada Bani Israil, menjadi saksi terhadap sikap mereka; di antara mereka ada yang beriman dan lurus keyakinannya, dan ada pula kufur yang menyeleweng keyakinannya dengan menjadikan aku dan ibuku dua tuhan selain Allah, selama aku berada, hidup dan bergaul, di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mewafatkan aku, selesailah tugasku sebagai nabi dan rasul dalam mengawasi keyakinan mereka. Sejak itu, Engkaulah yang mengawasi mereka; apakah mereka lurus atau menyeleweng dengan menjadikan aku dan ibuku dua tuhan selain Allah. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu, yang terlihat maupun tersembunyi dari pandangan manusia.” Jadi, Nabi Isa selama hidupnya tidak pernah menyatakan kepada Bani Israil bahwa dirinya dan ibunya, Maryam, adalah tuhan dan tidak pernah pula memerintahkan untuk menyembah mereka berdua.
787
Nabi Isa lalu mengembalikan nasib umatnya yang menyimpang dari ajarannya di akhirat kepada keputusan Allah. “Wahai Tuhan Yang Maha Bijaksana, jika Engkau menyiksa mereka, karena mereka menjadikan aku dan ibuku dua tuhan selain Allah, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, tidak ada seorang atau suatu apa pun yang menghalangi kehendak-Mu; dan jika Engkau mengampuni mereka, dengan kebesaran dan keagungan-Mu, meskipun mereka menyeleweng; sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana dalam segala yang hal yang Engkau putuskan.”
788
Allah menjawab apa yang disampaikan Nabi Isa dengan berfirman kepadanya, “Inilah saat orang-orang yang benar tauhidnya kepada Allah, tidak mempertuhankan manusia, dan tidak beribadah kecuali kepada Allah; ibadahnya mengikuti ketentuan Allah, niatnya ikhlas dan hatinya bersih selama hidup di dunia, memperoleh manfaat dari kebenarannya di akhirat dengan memperoleh jaminan keselamatan dan terbebas dari azab jahanam. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, kenikmatan yang tiada bandingannya di dunia; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, dalam keabadian tanpa batas waktu. Allah rida kepada mereka atas keyakinan mereka yang lurus, ibadah mereka yang istikamah, dan akhlak mereka yang mulia; dan mereka pun rida kepada-Nya atas segala perlakuan Allah kepada mereka. Itulah, sejatinya, kemenangan yang agung, menurut Allah.”
789
Allah kembali menegaskan tentang kekuasaan dan kepemilikan-Nya yang serba mencakup dan menyeluruh. Milik Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, kerajaan langit dan bumi, dengan kehendak dan kekuasaan mutlak tiada batas; dan milik Allah juga apa yang ada di dalamnya, manusia, jin, setan, dan malaikat; dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, dengan kekuasaan yang adil dan bijaksana.
790
Pada akhir Surah al-Ma'idah Allah menjelaskan bahwa Nabi Isa dan ibunya bukanlah tuhan sebagaimana anggapan orang Nasrani. Nabi Isa adalah rasul atau utusan Allah yang bertugas mengajak Bani Israil untuk mengesakan Allah. Pada awal surah ini dijelaskan bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi serta menunjukkan manusia kepada jalan yang terang agar manusia meninggalkan jalan yang gelap, namun kebanyakan manusia menyimpang dari ajaran Allah yang lurus. Segala puji bagi Allah, yang berhak atas segala kesempurnaan, dan jauh dari segala kekurangan; yang telah menciptakan langit dan bumi, atas dasar cinta dan kasih sayang kepada makhluk-Nya; dan Allah telah menjadikan gelap dan terang, malam dan siang, salah dan benar, kufur dan iman; namun demikian orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang menutup pikiran dan hati nurani mereka dari cahaya Allah menghindar dari ajaran Tuhan mereka dengan menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lebih rendah dari dirinya sebagai manusia.
791
Dialah Allah, yang menciptakan kamu dan nenek moyangmu, Nabi Adam, langsung dari tanah, dan menciptakan kamu, anak keturunan Adam dari saripati tanah; kemudian Dia menetapkan ajal, saat kematianmu; sedangkan batas akhir hidupmu di dunia bersifat rahasia, hanya diketahui oleh-Nya semata-mata; namun demikian, kamu, manusia yang kafir masih saja meragukannya, yakni meragukan keberadaan Allah beserta kekuasaan, kebesaran, dan kasih sayang-Nya.
792
Dan Dialah Allah, Tuhan yang menciptakan makhluk, baik yang berada di langit maupun di bumi; di antara sifat-sifat-Nya adalah bahwa Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan, tidak ada satu titik pun yang tidak diketahui-Nya; dan Dia pun mengetahui apa yang kamu nyatakan, dan Dia pun mengetahui pula apa saja yang kamu kerjakan, baik maupun buruk, terbuka maupun tertutup.
793
Allah menjelaskan bahwa manusia yang kafir selalu menolak tandatanda kekuasaan-Nya. Mereka tidak menyadari bahwa Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan. Dan setiap ayat dari ayat-ayat Tuhan yang menjelaskan bahwa Allah Tuhan Yang Maha Esa, bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, bahwa Al-Qur'an yang diterimanya adalah wahyu Allah, yang sampai kepada mereka, orang-orang kafir, semuanya selalu diingkarinya dengan kesombongan, tanpa argumentasi yang masuk akal.
794
Selain menolak tanda-tanda kekuasaan Allah, orang-orang kafir selalu juga menutup diri, menolak, dan mendustakan kebenaran AlQur'an. Sungguh, mereka, orang-orang kafir dan munafik, telah mendustakan kebenaran Al-Qur'an yang menjelaskan tentang kerasulan Nabi Muhammad, kehidupan setelah mati, surga, dan neraka, ketika ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad itu sampai kepada mereka. Maka kelak di akhirat, akan sampai kepada mereka, orang-orang kafir yang mendustakan kehidupan di akhirat itu, berita-berita yang benar-benar nyata yang selama ini selalu mereka perolok-olokkan di dunia.
795
Sebagai perbandingan, Allah mengajak orang-orang kafir itu untuk memperhatikan nasib orang-orang sebelum mereka yang selalu mengingkari ayat-ayat Allah. Tidakkah mereka memperhatikan dengan cermat dan merenungkan secara mendalam berapa banyak generasi sebelum mereka yang menolak keyakinan tidak ada tuhan selain Allah karena kesombongannya, telah Kami binasakan dengan berbagai bencana alam yang menimpa mereka; padahal Kami telah meneguhkan kedudukannya di bumi dengan memberikan kekuasaan, kekayaan, dan keturunan yang banyak dan berkualitas yang belum pernah Kami berikan kepadamu, Muhammad dan umatmu. Selain itu, Kami pun mencurahkan hujan yang lebat untuk mereka sehingga lahan pertanian mereka menjadi subur; dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah tempat tinggal mereka, sehingga negeri mereka indah dan subur, kehidupan mereka sejahtera; kemudian Kami binasakan mereka, karena kekufuran dan kesombongannya dengan berbagai bencana alam. Bencana itu Kami timpakan karena dosa-dosa mereka sendiri dan kesukaan mereka hidup berfoya-foya, boros, dan hedonis, serta melakukan penyimpangan seksual, kejahatan, dan pembunuhan yang melampaui batas kemanusiaan. Dan Kami pun segera menciptakan generasi yang lain, yang baru sama sekali, setelah generasi mereka dibinasakan.
796
Orang-orang kafir tetap akan menolak kebenaran Al-Qur'an, walaupun diturunkan Allah dalam bentuk lembaran-lembaran kertas atau sebagainya. Dan sekiranya Kami menurunkan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, Al-Qur'an dalam bentuk tulisan di atas kertas, langsung dari langit, sehingga mereka dengan mudah dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, niscaya orang-orang kafir yang sombong dan selalu mendustakan ayat Al-Qur'an, akan berkata dengan menghina, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata, bukan wahyu Allah atau kitab suci yang pantas dijadikan pedoman hidup.”
797
Dan mereka, orang-orang kafir itu, juga berkata, “Mengapa tidak diturunkan malaikat kepadanya, Nabi Muhammad, yang menolongnya dari kesulitan, kalau benar dia utusan Allah?” Allah menjawab ucapan mereka dengan berfirman, “Jika Kami menurunkan malaikat kepadanya, yang membantu beliau menghadapi musuh-musuh Allah, tentu selesailah urusan orang-orang kafir itu dan mereka langsung dibinasakan. Kemudian mereka, setelah dibinasakan, tidak diberi penangguhan sedikit pun dari azab Allah sejak di alam kubur hingga di neraka.”
798
Allah masih melanjutkan jawaban terhadap pertanyaan orang-orang kafir tersebut. Dan sekiranya rasul itu Kami jadikan dari malaikat, maksudnya bahwa kalau Allah mengutus malaikat sebagai rasul, tentu Allah mengutusnya dalam bentuk manusia, pastilah Kami jadikan dia berwujud laki-laki, sebagaimana yang mereka minta, karena manusia tidak dapat melihat malaikat, dan, dengan demikian, tentu mereka akan berkata juga, “Ini bukanlah malaikat, hanya manusia sebagaimana kami juga.” Jika begitu sikap mereka, pasti Kami akan menjadikan mereka tetap ragu, karena pada intinya mereka menolak kehadiran seorang utusan sebagaimana kini mereka ragu terhadap kerasulan Nabi Muhammad.
799
Allah menjelaskan bahwa ajaran para rasul cenderung ditolak dan rasulnya dicemoohkan oleh manusia yang sombong. Dan sungguh, beberapa rasul sebelum engkau, Muhammad, telah diperolok-olokkan, oleh kaumnya yang sombong dan keras kepala, sehingga turunlah azab berupa bencana alam dan kejadian luar biasa kepada orang-orang yang mencemoohkan itu, supaya mereka menyadari kesalahannya dan mengubah sikapnya. Azab itu ditimpakan sebagai balasan atas olok-olokan mereka terhadap para rasul yang mengajak mereka kepada jalan Allah.
800
Orang-orang kafir lalu diminta untuk mengamati nasib umat manusia sebelumnya yang mendustakan ajaran Allah. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang kafir yang menolak ajakan beriman kepada Allah, “Jelajahilah bumi, dengan mengunjungi jejak para nabi dan menelaah kisah umat-umat terdahulu, kemudian perhatikanlah dengan cermat melalui pikiran yang jernih dan hati yang bersih, bagaimana kesudahan, perjalanan hidup dan nasib orang-orang yang mendustakan ajaran Rasulullah itu di dunia?”
801
Katakan juga, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang kafir yang sombong dan keras kepala itu, “Milik siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?” Katakanlah, “Semua makhluk yang ada di langit dan bumi ini adalah milik Allah.” Dia telah menetapkan dan memilih sifat kasih sayang dengan berjanji pada diri-Nya untuk mendahulukan kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada murka. Dia sungguh akan mengumpulkan kamu, seluruh manusia sejak Nabi Adam hingga manusia akhir zaman, pada hari kiamat, dalam kehidupan sesudah mati. Pengumpulan seluruh umat manusia ini tidak mungkin diragukan lagi kejadiannya. Dalam pertemuan itu, ada yang beruntung dan ada yang rugi. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu orang-orang yang tidak beriman, sedangkan yang beruntung adalah mereka yang beriman dan beramal saleh dengan ikhlas.
802
Allah sebagai pemilik langit dan bumi menegaskan bahwa seluruh makhluk berada dalam pengaturan-Nya. Dan milik-Nyalah, segala apa yang ada pada malam dan siang hari, yang bergerak maupun yang diam, yang terlihat maupun yang tersembunyi karena Dia yang menciptakan dan mengatur semuanya. Dan Dialah Yang Maha Mendengar ucapan hamba-hamba-Nya, dan Maha Mengetahui apa yang ada pada seluruh hambanya, baik yang dinyatakan secara terbuka maupun yang tersembunyi di dalam lubuk hati.
803
Katakanlah, wahai Rasulullah, kepada orang-orang yang menyekutukan Allah, “Apakah aku akan menjadikan sesuatu selain Allah sebagai pelindung dan penolong, padahal Allah yang menjadikan langit dan bumi untuk kepentingan manusia; Dia yang memberi makan seluruh makhluk hidup dengan menjamin rezeki dan mengaturnya dengan merata, dan tidak diberi makan dengan segala bentuk sesajian karena Allah tidak membutuhkannya?” Katakanlah kepada mereka, wahai Rasulullah, “Sesungguhnya aku diperintahkan oleh Allah agar aku menjadi orang yang pertama berserah diri kepada-Nya dengan rukuk dan sujud, serta dengan menyerahkan seluruh jiwa raga, hidup, dan mati kepada-Nya.” Dan jangan sekali-kali kamu, wahai Rasulullah bersama orang-orang beriman yang mengikutimu, termasuk golongan orang-orang musyrik, yang menyekutukan Allah, baik dengan perbuatan maupun ucapan, baik terbuka maupun tersembunyi.
804
Katakanlah, wahai Rasulullah, kepada orang-orang musyrik, “Aku benar-benar takut akan azab hari yang besar, hari kiamat, jika aku mendurhakai Tuhanku dengan menyalahi perintah-Nya, lebih-lebih menyekutukan-Nya. Karena itu, aku tidak akan pernah berkompromi dengan segala bentuk kemusyrikan.”
805
Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang dijauhkan dari azab Allah pada hari kiamat adalah orang-orang yang beruntung. Barang siapa di antara orang-orang beriman yang pada hari itu, hari kiamat, dirinya dijauhkan dari azab Allah dengan mendapat keridaan Allah dan keselamatan di akhirat, maka sungguh, Allah telah memberikan rahmat kepadanya, karena rahmat Allah merupakan pangkal keselamatan dunia akhirat. Dan itulah kemenangan sejatinya dalam hidup ini yang nyata pentingnya dan perlunya bagi manusia.
806
Dan jika Allah menimpakan kepadamu, wahai manusia, suatu bencana yang terasa pahit dalam kehidupan kamu seperti gempa bumi, gunung meletus, penyakit, dan berbagai krisis, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia, karena Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, seperti sehat, kaya, dan sukses dalam hidup, maka Dia Mahakuasa atas segala sesuatu untuk mewujudkan, mengurangi, bahkan menghilangkan kebaikan tersebut.
807
Allah menjelaskan dan menegaskan bahwa Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba-Nya, baik yang beriman maupun yang kufur, semuanya tunduk kepada Allah di akhirat. Dan Dia Mahabijaksana dalam penciptaan dan perbuatan-Nya, serta Maha Mengetahui segala sesuatu yang tampak maupun yang tersembunyi dari pandangan manusia.
808
Katakanlah, wahai Rasulullah, kepada orang-orang musyrik ini, “Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya dalam mengukuhkan kebenaranku sebagai utusan Allah?” Katakanlah, “Allah. Dia menjadi saksi antara aku tentang apa yang aku sampaikan kepada kamu bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan tidak ada ibadah kecuali kepada-Nya, dan apa yang kamu ucapkan kepadaku berupa penolakan, kesombongan, dan olok-olokan. Al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku sebagai bukti bahwa aku adalah utusan Allah agar dengan Al-Qur'an ini aku memberi peringatan kepadamu tentang hidup sesudah mati, pertanggungjawaban manusia di hadapan Allah, dan aku memperingatkan pula dengan Al-Qur'an ini kepada orang yang sampai Al-Qur'an kepadanya, meskipun tidak berjumpa dan tidak sezaman denganku. Dapatkah kamu benar-benar bersaksi dengan menunjukkan bukti-bukti yang meyakinkan bahwa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah?” Katakanlah, wahai Rasulullah kepada orang-orang musyrik itu, “Aku tidak dapat bersaksi untuk membuktikan ada tuhan-tuhan lain selain Allah.” Katakanlah, kepada orang-orang yang menolak itu, “Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada tuhan yang memberi manfaat dan mudarat kepada manusia selain Allah, dan aku berlepas diri secara total dari apa yang kamu persekutukan, dewa-dewa dan berhala yang kalian anggap sejajar dengan Allah.”
809
Orang-orang yang telah Kami berikan Kitab kepadanya, yaitu orangorang Yahudi yang diberi kitab Taurat sehingga mereka disebut Ahlulkitab, bersama kaum Nasrani yang juga Ahlulkitab karena menerima kitab Injil, mengenal Nabi Muhammad, sifat, karakter, tugas pokok, dan fungsinya sebagai nabi dan rasul terakhir, karena sudah tertulis dalam kitab Taurat dan Injil. Pengenalan mereka tentang Nabi Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri, namun sebagian besar dari orang-orang Yahudi dan Nasrani tersebut termasuk orang-orang yang merugikan dirinya karena mereka itu tidak beriman kepada Rasulullah, akibat kedengkian mereka kepadanya.
810
Dan siapakah yang lebih zalim, sesat, dan menyimpang dari kebenaran, daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah, meyakini tuhan memiliki anak dan teman perempuan; atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya seperti yang dilakukan kaum kafir Mekah dan Madinah? Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mempertuhankan seseorang atau sesuatu selain Allah, mereka tidak akan pernah beruntung dalam kehidupan di akhirat, karena mereka kekal di dalam neraka.
811
Dan ingatlah, pada hari ketika Kami mengumpulkan mereka semua, seluruh manusia sejak zaman Adam hingga akhir zaman di Padang Mahsyar, kemudian Kami berfirman kepada orang-orang yang menyekutukan Allah, sebagai pertanggungjawaban, “Di manakah sembahan-sembahanmu yang dahulu kamu sangka sebagai sekutu-sekutu Kami yang kamu perlakukan sebagai tuhan?”
812
Sikap orang-orang kafir dan musyrik di akhirat itu berbeda dengan sikap mereka di dunia. Ketika di akhirat kemudian tidaklah ada jawaban bohong mereka, karena mengikuti suara hati dan akal sehat, kecuali mengatakan, “Demi Allah, mereka bersumpah dengan nama Allah, ya Tuhan kami, kini di akhirat, tidaklah kami mempersekutukan Engkau dengan suatu apa pun.”
813
Lihatlah dan renungkan secara mendalam, wahai Rasulullah, bagaimana mereka, orang-orang musyrik dan orang-orang yang mempertuhankan manusia, berbohong terhadap diri mereka sendiri dengan mengingkari nurani dan akal budi yang menjadi sumber fitrah beragama. Dan sesembahan yang mereka ada-adakan dahulu, baik manusia, setan, dan jin, maupun benda-benda yang disakralkan, akan hilang dari mereka, tidak membela, menolong, dan menyelamatkan mereka dari azab Allah.
814
Ayat ini menjelaskan sikap orang-orang kafir terhadap Al-Qur'an. Dan di antara mereka, orang kafir dan orang yang menyekutukan Allah, ada yang mendengarkan bacaan Al-Qur'an-mu, wahai Nabi Muhammad, tetapi bacaan itu seperti air di atas daun talas. Mereka sombong, menolak, dan menutup diri rapat-rapat. Oleh sebab itu, Kami telah menjadikan hati mereka tertutup karena sikap mereka sendiri sehingga mereka tidak memahaminya, dan seakan-akan telinganya tersumbat benda padat. Dan kalaupun mereka, orang-orang kafir dan musyrik, sewaktu-waktu melihat segala tanda kebenaran yang membuktikan Rasulullah itu benar, mereka tetap tidak mau beriman kepadanya karena kesombongan mereka. Sehingga apabila mereka, karena kebencian mereka kepada Rasulullah demikian dahsyat, datang kepadamu untuk membantahmu tentang AlQur'an dan ajaran Islam, orang-orang kafir itu berkata, “Al-Qur'an ini bukan wahyu seperti pengakuan Muhammad, tidak lain Al-Qur'an ini hanyalah dongengan orang-orang terdahulu yang diwariskan dari mulut ke mulut secara berangkai.”
815
Dan mereka, orang-orang kafir dan orang-orang yang menyekutukan Allah itu, melarang, menghalangi, dan mengancam orang lain mendengarkan Al-Qur'an, dan mereka sendiri, dengan kesadaran dan tekad yang bulat, menjauhkan diri dari Al-Qur'an, Rasulullah, dan ajaran Islam. Dan sejatinya mereka, dengan menjauhkan diri dari ajaran Islam, hanyalah membinasakan diri mereka sendiri dengan membiarkan dirinya dalam kesesatan, sedangkan mereka tidak menyadari sikap mereka yang membinasakan diri sendiri itu.
816
Ayat ini menjelaskan keinginan orang-orang kafir untuk menjadi orang beriman ketika dihadapkan ke neraka. Dan seandainya engkau, wahai Rasulullah, melihat orang-orang kafir, orang-orang musyrik, dan orang-orang munafik pada hari kiamat, ketika mereka dihadapkan ke neraka, melihat dahsyatnya rantai dan belenggu api neraka, engkau akan menyaksikan peristiwa penting ketika mereka berkata, “Aduh, kami sangat ingin seandainya kami dikembalikan ke dunia, tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, seperti sikap kami selama hidup di dunia, serta bertekad menjadi orang-orang yang beriman kepada Allah, Rasul, dan Al-Qur'an.”
817
Nurani mereka ingin kembali ke dunia untuk menjadi orang beriman, tetapi sebenarnya bagi mereka telah nyata kejahatan, yaitu penolakan dan kekufuran mereka terhadap ajakan Rasulullah yang mereka sembunyikan dahulu dalam lubuk hati mereka. Seandainya mereka dikembalikan ke dunia, suatu angan-angan yang tidak mungkin terjadi, tentu mereka akan mengulang kembali kekufuran, kemusyrikan, dan kemunafikan yang telah dilarang oleh Allah mengerjakannya. Mereka itu kenyataannya sungguh pendusta terhadap diri mereka sendiri.
818
Orang-orang kafir tidak mempercayai adanya kehidupan akhirat dan kebangkitan setelah mati. Dan mereka akan mengatakan pula suatu pandangan yang bersumber dari ideologi materialisme, “Hidup hanyalah di dunia ini, kini, di sini, dan di tempat ini saja, dan kita tidak akan pernah dibangkitkan untuk hidup di akhirat setelah kematian menimpa diri kita.”
819
Namun demikian, ketika di akhirat nanti, orang-orang kafir itu akan mengakui keberadaan kehidupan sesudah mati. Dan seandainya engkau, wahai Rasulullah, melihat orang-orang kafir, orang-orang musyrik, dan orang-orang munafik pada hari kiamat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya, tentulah engkau melihat peristiwa yang mengharukan. Dia, Allah, berfirman kepada mereka yang menolak kebangkitan, hidup sesudah mati, “Bukankah kebangkitan ini benar-benar terjadi?” Mereka menjawab dengan jujur, “Sungguh benar, demi Tuhan kami, wahai Tuhan Yang Mahabenar.” Dia berfirman kepada orang-orang kafir yang keras kepala dan membanggakan diri itu, “Rasakanlah azab yang sangat dahsyatnya ini, karena dahulu, di dunia, kamu mengingkarinya.”
820
Allah kemudian menjelaskan bahwa sungguh rugi orang-orang yang mendustakan kebangkitan sesudah mati dan pertemuan dengan Allah di akhirat, sehingga apabila kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, yang mereka anggap tidak masuk akal, mereka berkata, “Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu karena kami telah mendustakannya ketika Rasulullah dan para pelanjut misi dakwahnya memberitahukan akan terjadinya kiamat.” Mereka mengatakan itu sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Sungguh, alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu, karena merupakan bukti tidak menggunakan nalar dan nurani yang jernih ketika menyikapi ajakan nabi dan rasul itu.
821
Dan sebenarnya kalau mereka menggunakan nalar dan nurani yang jernih dalam menyikapi ajaran Al-Qur'an, mereka akan memahami bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau yang hanya akan bermanfaat jika digunakan untuk kehidupan di akhirat. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman dan melindungi dirinya dari malapetaka dunia dan akhirat. Apakah kamu tidak memikirkan-nya secara mendalam?
822
Manusia yang tertipu kehidupan dunia itu mengingkari ayat-ayat Allah dan mengucapkan kata-kata yang menyakiti perasaan Rasulullah. Sungguh, Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan bahwa hidup ini hanyalah di dunia ini dan kita tidak akan pernah dibangkitkan untuk hidup di akhirat setelah kita mati, itu benar-benar menyedihkan hatimu, wahai Nabi Muhammad. Bersabarlah menghadapi mereka, janganlah bersedih, karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau. Nurani mereka mengakui kebenaran engkau sebagai rasul Allah, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah karena kesombongan dan ketertutupan hati mereka.
823
Apa yang dialami Nabi Muhammad juga dialami para rasul sebelumnya. Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelum engkau pun, wahai Nabi Muhammad, telah didustakan dan disakiti oleh umatnya yang sombong dan keras kepala, tetapi mereka, para utusan Allah itu memperkuat diri mereka dengan bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan yang dilakukan terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka di dunia maupun di akhirat. Dan tidak ada seorang pun di antara jin dan manusia yang dapat mengubah kalimat-kalimat ketetapan Allah bahwa seorang utusan Allah itu akan ditolak, dikucilkan, diusir, bahkan dibunuh. Dan sungguh, telah datang kepadamu, wahai Rasulullah, sebagian dari berita rasul-rasul itu yang menunjukkan daya tahan, keuletan dan ketangguhan mental mereka menghadapi kaumnya yang mendustakan.
824
Dan jika keberpalingan mereka terasa berat bagimu, wahai Nabi Muhammad, sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kamu rasakan itu sebagaimana yang dirasakan para nabi sebelummu. Engkau bisa menghadapi mereka dengan menunjukkan mukjizat yang menguatkan kerasulanmu. Maka sekiranya engkau dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit lalu engkau dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka, maka buatlah dengan izin Allah. Dan ada suatu kearifan yang harus senantiasa direnungkan, yaitu bahwa sekiranya Allah menghendaki, tentu Dia jadikan mereka semua mengikuti petunjuk, sehingga mereka semuanya beriman kepada Allah. Oleh sebab itu, dengan merenungkan kearifan itu, janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang bodoh dalam memahami hakikat kenabian dan kerasulan sehingga bersikap tidak sabar.
825
Ayat sebelumnya berbicara tentang kaum yang durhaka dan karena mereka berpaling maka mereka tidak akan beriman, maka pada ayat ini menegaskan bahwa hanya orang-orang yang berusaha sungguh-sungguh untuk mendengar sajalah yang akan mematuhi seruan Allah, karena mereka bukan orang-orang yang mati sehingga mereka dapat memetik pelajaran dari apa yang mereka dengarkan, dan orang-orang yang mati, baik mati hati nuraninya maupun mati dalam arti yang sebenarnya, kelak akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nya mereka dikembalikan untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan mereka.
826
Setelah menjelaskan situasi yang akan dialami para pendurhaka, Allah mengingatkan Nabi Muhammad dan juga umat Islam tentang beberapa ucapan dan usul para pendurhaka itu. Dan mereka, orang-orang musyrik, berkata, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya, yakni Nabi Muhammad, suatu bukti berupa mukjizat dari Tuhannya?” Katakanlah, wahai Nabi, sebagai jawaban atas usul mereka yang telah menolak bukti-bukti yang telah ada, “Sesungguhnya Allah berkuasa menurunkan suatu bukti berupa mukjizat seperti yang mereka usulkan atau selainnya, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui,” yakni enggan menggunakan akal pikirannya secara benar. Kalau mereka tidak dapat meraih petunjuk atas aneka macam bukti dari Allah, itu karena sikap mereka yang memang berpaling dari kebenaran. (Lihat: Surah ashshaff/61: 5).
827
Allah Mahakuasa untuk sekadar mengabulkan permintaan orang-orang musyrik seperti dalam ayat sebelumnya. Dan di antara contoh kekuasaan Allah adalah tidak ada seekor binatang yang merayap atau bergerak dengan kakinya dari satu tempat ke tempat lainnya yang ada di bumi, baik di darat maupun di laut, dan juga burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat juga seperti kamu, hai manusia. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan atau abaikan di dalam Kitab, yaitu Al-Qur'an atau Lauh Mahfuz, kemudian kepada Tuhan mereka yakni seluruh manusia akan dikumpulkan untuk dimintai pertanggungjawaban.
828
Setelah bukti kekuasaan Allah sedemikian jelas seperti dijelaskan pada ayat sebelumnya, orang-orang yang beriman pasti dapat mengambil pelajaran, namun tidak demikian dengan orang-orang yang tidak beriman. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami yang sudah sedemikian jelas lagi mulia adalah orang yang tuli, tidak bisa mendengar, dan juga bisu, tidak dapat berbicara, dan berada dalam gelap gulita tanpa cahaya penuntun hidup. Barang siapa dikehendaki Allah dalam kesesatan, niscaya disesatkan-Nya dengan membiarkannya tetap berada di jalan yang sesat. Dan barang siapa dikehendaki Allah untuk diberi petunjuk karena berusaha maksimal untuk meraihnya, niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus. Begitulah janji Allah.
829
Pada ayat 37 diinformasikan bahwa para pendurhaka mempertanyakan kemampuan Allah menurunkan bukti kebenaran risalah Nabi Muhammad, maka ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad untuk menantang mereka. Katakanlah, wahai Nabi, kepada mereka yang masih saja enggan untuk beriman, “Terangkanlah kepadaku jika siksaan Allah sampai kepadamu pada saat hidup di dunia ini, atau hari kiamat sampai kepadamu dengan segala situasi dan keadaannya yang amat berat, apakah kamu akan menyeru tuhan selain Allah, jika kamu orang yang benar dengan ucapanmu bahwa Allah memiliki sekutu, maka serulah tuhan-tuhan kamu itu!”
830
Tidak mungkin kamu menyeru tuhan-tuhan itu, tetapi hanya kepada-Nya kamu menyeru untuk meminta pertolongan. Maka jika Dia menghendaki, Dia akan dengan mudah menghilangkan apa, yakni bahaya, yang kamu mohonkan kepada-Nya, dan pada hari kiamat pasti akan kamu tinggalkan apa yang kamu persekutukan dengan Allah saat di dunia, karena saat itu tidak ada satu pun makhluk yang dapat mengingkari kuasa Allah. (Lihat: Surah al-Fatihah/1: 4).
831
Ayat ini mengabarkan bahwa ketentuan tersebut berlaku juga atas umat sebelumnya. Dan sungguh, Kami telah mengutus para rasul kepada umat-umat sebelum engkau, wahai Nabi Muhammad, tetapi mereka durhaka, maka kemudian Kami siksa mereka dengan menimpakan kemelaratan dan kesengsaraan, agar mereka memohon kepada Allah sambil mengakui kesalahan dan dengan sikap kerendahan hati, semoga kiranya Allah menerima tobat mereka sehingga dapat terhindar dari siksa Allah.
832
Setelah ditawarkan kesempatan untuk terhindar dari siksa dengan syarat mereka harus bertobat, para pendurhaka itu enggan melakukannya, maka muncul keheranan yaitu mengapa mereka tidak memohon kepada Allah dengan kerendahan hati ketika siksaan Kami (Allah) datang menimpa mereka? Jawabannya adalah memang mereka tidak bermohon, karena kedurhakaan mereka sudah sedemikian parah. Bahkan hati mereka telah menjadi keras sehingga sulit untuk menerima petunjuk dan setan pun merayu dan mengelabui mereka dengan menjadikan terasa indah bagi mereka apa, yakni dosa-dosa dan kedurhakaan, yang selalu mereka kerjakan.
833
Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, atas respons mereka tersebut Kami pun membukakan semua pintu kesenangan duniawi untuk mereka dan mereka pun lalu bersikap sombong, merasa tidak butuh pihak lain, termasuk kepada Tuhan. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba sehingga tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk bertobat, maka ketika itu mereka terdiam tidak berkutik karena diliputi penyesalan dan putus asa.
834
Peringatan sudah disampaikan, teguran secara halus maupun keras juga sudah diberikan, bahkan aneka nikmat sudah mereka terima, mereka masih saja durhaka. Maka berlakulah ketentuan Allah, yaitu orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya sehingga tidak tersisa. Dan itu semua bukan karena Allah berbuat aniaya kepada mereka, karena semua yang ditentukan Allah adalah baik, maka segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.
835
Kalau masih ada juga yang enggan untuk mengikuti petunjuk Allah, sedangkan berbagai macam bentuk peringatan sudah disampaikan, maka katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Terangkanlah atau beritahukanlah kepadaku jika Allah Yang Mahakuasa itu mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, sehingga semuanya tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?” Tidak akan ada yang sanggup sama sekali. Maka perhatikanlah, bagaimana Kami, melalui berbagai sarana dan cara, telah menjelaskan berulang-ulang kepada mereka ayat-ayat, yakni tanda-tanda kekuasaan Kami, yang amat jelas dan sempurna, tetapi mereka tetap dan selalu berpaling.
836
Pada ayat sebelumnya dijelaskan ancaman siksaan Allah dengan menekankan aspek keterkejutan yaitu datang dengan tiba-tiba, maka ayat ini mengulang kembali ancaman Allah terhadap para pendurhaka disertai dengan aspek jelasnya kedatangan siksaan tersebut yaitu secara terang-terangan. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad kepada orang-orang kafir, “Terangkanlah kepadaku apa yang dapat kamu lakukan dan kepada siapa kamu akan meminta pertolongan jika siksaan Allah sampai kepadamu secara tiba-tiba atau terang-terangan, pasti tidak ada satu pun yang dapat menolong, maka adakah yang dibinasakan oleh Allah selain orang-orang yang zalim?” Tidak ada yang lain, karena kalau mereka tidak terus-menerus berbuat zalim pastilah Allah tidak akan menyiksa mereka.
837
Kalau pada akhirnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksa dari Allah, seperti dijelaskan pada ayat sebelumnya, hal ini bukan karena Allah berbuat sewenang-wenang, karena telah sampai kepada mereka para rasul yang Kami utus itu yang tugas utamanya adalah untuk memberi kabar gembira bagi yang taat dan memberi peringatan bagi yang durhaka. Kalau pada akhirnya mereka memilih bersikap durhaka, maka konsekuensinya mereka mendapat siksa. Maka, barang siapa beriman dengan keimanan yang benar dan mengadakan perbaikan dengan bertobat secara sungguh-sungguh, maka tidak ada rasa takut pada mereka, yaitu tidak ada kekeruhan jiwa menyangkut sesuatu yang belum terjadi baik di dunia maupun di akhirat, dan mereka tidak bersedih hati atas sesuatu yang telah terjadi.
838
Para rasul telah diutus dengan membawa bukti kebenaran dan juga peringatan. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, yaitu mengingkari risalah yang disampaikan para rasul tersebut, maka akan ditimpa azab yang sangat pedih baik di dunia ataupun akhirat, karena mereka selalu berbuat fasik, yaitu selalu melakukan aktivitas yang menjadikan mereka keluar dari keimanan dan ketaatan kepada Allah atau keluar dari sistem yang ditetapkan-Nya.
839
Ayat ini menguatkan bahwa rasul hanyalah menyampaikan apa yang berasal dari Allah. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Aku tidak mengatakan kepadamu, hai orang-orang kafir, bahwa perbendaharaan Allah, yaitu aneka kekayaan dan kemewahan yang sering kalian jadikan ukuran kemuliaan hidup, ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib tanpa bantuan dari Allah , dan aku tidak pula mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat yang tidak makan, tidak minum, dan tidak memiliki kebutuhan biologis. Aku hanyalah manusia seperti kamu. Yang membedakan kita adalah bahwa aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku, di antaranya berupa Al-Qur'an.” Para pendurhaka menolak ajaran Allah, maka Nabi Muhammad diperintahkan untuk mengajukan pertanyaan yang mengandung kecaman. Katakanlah, wahai Muhammad, “Apakah sama orang yang buta, terutama buta mata hatinya, dengan orang yang melihat?” Orang yang normal pasti akan menjawab “berbeda”. “Maka, apakah kamu tidak pernah memikirkan-nya?”
840
Setelah pada ayat sebelumnya Allah mengecam orang-orang yang enggan menggunakan akal pikirannya secara benar, kini pembicaraan beralih kepada kelompok orang yang berpikir positif agar disampaikan pesan Allah. Peringatkanlah, wahai Nabi Muhammad, dengannya, yakni dengan Al-Qur'an itu, kepada orang yang takut akan dikumpulkan menghadap Tuhannya untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya pada hari kiamat, dan mereka menyadari bahwa pada hari itu tidak ada bagi mereka pelindung dari segala yang mereka takuti dan tidak juga ada pemberi syafaat atau pertolongan selain dari Allah. Yang demikian itu agar mereka selalu bertakwa.
841
Ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa ketika Nabi Muhammad sedang bersama para sahabat dari golongan kurang mampu seperti Bilal bin Rabah dan kawan-kawan, maka datang para tokoh musyrik yang katanya mau mendengar dakwah Nabi dengan syarat beliau mengusir orang-orang miskin tersebut. Allah mengingatkan Nabi untuk tidak melakukan itu. Janganlah engkau, wahai Nabi, mengusir orang-orang miskin yang menyeru Tuhannya, yaitu beribadah dengan sungguh-sungguh, pada pagi dan petang hari. Mereka hanya mengharapkan keridaan-Nya. Sedangkan atas para tokoh musyrik tersebut engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu. Karena itu, wahai Nabi, engkau tidak perlu khawatir yang menyebabkan engkau mengusir mereka. Jika itu engkau lakukan, maka engkau termasuk orang-orang yang zalim. Pelajaran utama ayat ini adalah dalam menyampaikan dakwah tidak boleh membeda-bedakan dan bersikap diskriminatif terhadap objek dakwah berdasarkan status sosialnya.
842
Orang-orang musyrik menganggap bahwa kemuliaan hidup dinilai dari sisi materi, seperti dalam kasus yang menjadi sebab turunnya ayat 52 surah ini, maka ayat 53 ini menegaskan bahwa demikianlah Kami telah menguji sebagian mereka, yaitu orang yang kaya dengan berbagai macam kesuksesannya, dengan sebagian yang lain, yaitu orang yang miskin dengan segala kekurangannya, sehingga mereka, orang yang kaya dan berkuasa itu, berkata dengan penuh kesombongan, “Orang-orang semacam inikah yang status sosialnya rendah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah, yaitu beriman dan mengikutimu?” Allah berfirman untuk meluruskan kekeliruan mereka, “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur kepada-Nya?” Benar adanya, bahwa Allah menganugerahkan berbagai nikmat kepada siapa yang dikehendakiNya. Dengan demikian, kekayaan materi yang dianugerahkan kepada seseorang bukanlah pertanda Allah meridai-Nya.
843
Setelah Allah melarang Nabi Muhammad mengusir orang-orang lemah dan miskin yang taat kepada-Nya, maka Allah lalu memberi bimbingan kepada Nabi tentang bagaimana sewajarnya menghadapi mereka. Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, khususnya mereka yang lemah dan miskin, maka katakanlah dengan lemah lembut, “Salamun ‘alaikum (selamat sejahtera untuk kamu).” Tuhanmu yang selalu membimbingmu telah menetapkan sifat kasih sayang yang sempurna pada diri-Nya, yaitu barang siapa berbuat kejahatan, apa pun jenisnya, di antara kamu karena kebodohan, yaitu mengikuti hawa nafsu kemudian dia bertobat dengan sungguh-sungguh setelah itu dan memperbaiki diri dengan beramal saleh secara istikamah, maka Dia Maha Pengampun, yaitu akan mengampuni semua kesalahan yang pernah dilakukan, lagi Maha Penyayang.
844
Uraian yang sedemikian jelas pada ayat-ayat sebelumnya digarisbawahi pada ayat ini. Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur'an agar terlihat jelas jalan orang-orang yang saleh dan agar terlihat jelas pula jalan orang-orang yang berdosa. Setiap orang pada akhirnya akan mempertanggungjawabkan pilihan jalan yang ditempuh, karena keterangan-keterangan dari Allah Yang Mahakuasa sudah sangat jelas.
845
Keterangan tentang jalan orang-orang yang sesat telah disebutkan pada ayat-ayat sebelumnya maka pada ayat ini menjelaskan respons yang seharusnya diberikan oleh Nabi Muhammad dan orang-orang beriman atas sikap orang-orang musyrik. Katakanlah, hai Muhammad, “Aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah.” Dan katakanlah juga, “Aku tidak akan mengikuti keinginan hawa nafsu-mu di antaranya adalah mengusir orang-orang beriman yang meskipun keadaannya lemah dan miskin sekalipun. Jika berbuat demikian, sungguh tersesatlah aku, dan aku tidak termasuk orang yang mendapat petunjuk.”
846
Sikap Nabi Muhammad telah jelas. Allah lalu memerintah beliau untuk menyampaikan alasannya. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Sungguh aku berada di atas keterangan yang nyata dari Tuhanku, yaitu Al-Qur'an, sedang kamu, hai orang-orang musyrik, mendustakannya. Bukanlah kewenanganku untuk menurunkan azab yang kamu tuntut untuk disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu, di antaranya menyangkut siapa yang akan menerima azab dan kapan diturunkan, hanyalah hak Allah. Dia menerangkan kebenaran menyangkut apa saja dan Dia pemberi keputusan yang terbaik.” Sebuah keputusan yang adil, karena Dia Maha Mengetahui dan Mahabijaksana dalam memutuskan.
847
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Seandainya ada padaku wewenang dan kekuasaan menyangkut apa, yakni azab, yang kamu minta agar disegerakan kedatangannya, tentu selesailah segala perkara antara aku dan kamu. Pasti aku akan mengabulkan permintaan kamu dengan segera menurunkan siksa karena itu memang juga menjadi keinginan setiap orang yang berkomitmen terhadap agamanya. Dan apalagi aku tidak mengetahui secara pasti siapa yang benar-benar zalim, hanya Allah-lah yang lebih mengetahui tentang orang-orang yang zalim.”
848
Pengetahuan Allah bukan hanya menyangkut siapa yang zalim seperti pada ayat sebelumnya, namun juga lebih dari itu. Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui secara detail dan jelas selain Dia. Dia juga mengetahui segala apa yang ada di darat dan apa yang ada di laut. Bahkan, tidak ada sehelai daun pun yang gugur atau yang lebih dari itu yang tidak diketahui-Nya. Mungkin ada yang menduga pengetahuan Allah hanya menyangkut apa yang di permukaan bumi saja, itu salah, karena tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, baik yang telah, sedang, atau akan terwujud, melainkan diketahui-Nya dan tertulis dalam Kitab yang nyata.
849
Di antara yang gaib adalah kematian dan kebangkitan. Melalui ayat ini Allah menegaskan tentang hal itu. Dan Dialah yang mewafatkanmu, yaitu menidurkan kamu, pada malam hari dengan menahan rohmu dan kamu tidak mampu melakukan apa pun, dan Dia juga mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari meskipun mungkin ada yang kamu rahasiakan dari manusia, kemudian Dia membangkitkanmu, yaitu membangunkan kamu, pada siang hari untuk disempurnakan batas waktu yaitu umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya, tempat kamu kembali yaitu melalui pintu kematian, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan ketika kamu hidup di dunia. Kemudian Dia akan memberikan balasan setimpal atas setiap perbuatanmu.
850
Jangan menduga kekuasaan Allah hanya seperti yang disebutkan pada ayat di atas. Dan Dialah Penguasa mutlak atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu, wahai manusia, malaikat-malaikat yang berfungsi sebagai penjaga, sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, dan itu berarti usai sudah tugas malaikat penjaga tersebut, maka utusan-utusan Kami, yaitu malaikat-malaikat, mencabut nyawanya, dan mereka, yakni para malaikat tersebut, tidak akan pernah melalaikan tugasnya (Lihat: Surah at-Tahrim/6: 66).
851
Setelah semua menjumpai kematian dan mengalami kehidupan di alam barzakh, kemudian mereka, hamba-hamba Allah tersebut, dikembalikan kepada Allah, yakni kepada hukum dan ketetapan-Nya bahwa semua akan menerima balasan sesuai dengan amal perbuatannya ketika di dunia, karena Dia adalah penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum dan segala aturan, khususnya pada hari itu, ada pada-Nya. Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat. Dan tidak ada yang menandingi-Nya.
852
Keluasan ilmu Allah telah dijelaskan, kekuasaan Allah yang mutlak telah dipaparkan, kini dijelaskan tentang salah satu sifat negatif manusia yaitu merasa membutuhkan Allah pada saat terdesak. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari kegelapan-kegelapan, yaitu aneka bencana, di darat dan di laut, yang mana saat kejadian itu kamu berdoa secara tulus kepada-Nya dengan rendah hati yaitu menunjukkan dirimu sebagai orang yang amat membutuhkan pertolongan dan dengan suara yang lembut sehingga menimbulkan rasa iba bagi yang mendengarnya, dengan mengatakan secara sungguh-sungguh yang dikuatkan dengan janji, ‘Sekiranya Dia menyelamatkan kami dari bencana ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang benar-benar mantap bersyukur’?” Itulah tabiat manusia khususnya yang durhaka. Pada saat tertimpa kesulitan yang mengancam keselamatan jiwanya, janji taat kepada Allah pun diucapkan. Namun pada saat situasi kembali normal, maka kedurhakaan pun berulang.
853
Allah Maha Mengetahui realitas hidup manusia, termasuk yang diselamatkan dari keadaan yang mengancam jiwanya, di mana pada akhirnya janji-janji itu dilupakan. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Allah yang menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, namun kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya.” Sungguh buruk perilaku manusia itu. Mereka sendiri yang berjanji untuk taat kepada Allah, dan mereka sendiri pula yang mengingkarinya.
854
Sebagaimana Allah Mahakuasa menyelamatkan manusia dari bencana, Allah pun Mahakuasa menimpakan bencana kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Wahai para pendurhaka, jangan kalian merasa aman dari siksa Allah, karena Dialah yang berkuasa mengirimkan azab yang amat pedih kepadamu. Azab itu bisa datang dari atas seperti badai topan, kilat yang menyambar, atau dari bawah kakimu seperti gempa dan banjir bandang, atau dapat juga berupa Dia mencampurkan kamu yakni memecah belah masyarakat kamu ke dalam golongan-golongan yang saling bertentangan dan saling bermusuhan sehingga merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain.” Maka Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan dengan berbagai cara dan juga secara berulang-ulang tanda-tanda kekuasaan Kami agar mereka memahami-nya.
855
Dan ternyata kaummu, wahai Nabi Muhammad, baik yang hidup pada masamu maupun sesudahnya, mendustakannya, yakni mendustakan azab, padahal azab itu benar adanya. Katakanlah, hai Nabi Muhammad, “Kalau kalian memang tetap durhaka kepada Allah, ketahuilah bahwa aku ini bukanlah penanggung jawab kamu yang dapat membela kamu ketika azab itu datang.”
856
Walau penjelasan sudah sedemikian gamblang, boleh jadi masih ada yang tetap mengejek dan mencela apa yang disampaikan Nabi Muhammad tersebut, maka ayat ini secara singkat dan lugas menyatakan bahwa setiap berita yang benar dan dibawa oleh rasul ada tempat dan waktu terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui, kapan dan di mana terjadinya apa yang telah diberitakan itu.
857
Apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad tidak selalu mendapat respons yang baik dari kaumnya seperti yang disebut pada ayat-ayat sebelumnya. Oleh karena itu, ayat ini memerintahkan kepada Nabi agar meninggalkan mereka yang memperolok-olokkan agama. Apabila engkau, Nabi Muhammad, melihat orang-orang membicarakan ayat-ayat Kami dengan maksud untuk memperolok-olok, maka tinggalkanlah mereka dengan cara apa pun agar engkau tidak terlibat, hingga mereka beralih ke topik pembicaraan lain. Dan jika setan benar-benar menjadikan engkau lupa akan larangan ini, setelah ingat kembali maka janganlah engkau duduk dalam satu majelis bersama orang-orang yang memperolokkan ayat-ayat Kami, karena mereka adalah orang-orang yang zalim.
858
Orang-orang yang bertakwa, yaitu yang berusaha melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, tidak ada tanggung jawab sedikit pun atas dosa-dosa mereka, yakni para pendurhaka, baik akibat melecehkan agama maupun dosa lainnya, tetapi kaum muslim berkewajiban mengingatkan mereka tersebut agar bertakwa.
859
Untuk menguatkan tuntunan Allah dalam menghadapi para pendurhaka, khususnya yang suka melecehkan ajaran agama-Nya, ayat ini menegaskan kembali keharusan menjauhi mereka. Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan, ejekan, dan bahan senda-gurau, dan mereka yang telah tertipu oleh kemewahan dan gemerlapnya kehidupan dunia. Namun demikian, jangan tinggalkan mereka sama sekali. Peringatkanlah mereka dengan Al-Qur'an agar setiap orang dapat memperoleh rahmat Allah dan tidak terjerumus ke dalam neraka karena perbuatannya sendiri. Di akhirat, tidak ada baginya pelindung dan pemberi syafaat atau pertolongan selain Allah. Dan jika dia hendak menebus dengan segala macam tebusan apa pun dan sebanyak apa pun, niscaya tidak akan diterima tebusan tersebut. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka karena perbuatan mereka sendiri. Mereka mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih karena kekafiran yang terus-menerus mereka lakukan dahulu selama di dunia.
860
Tuntunan Allah kepada kaum muslim dalam menghadapi kaum musyrik dilanjutkan dalam ayat ini, khususnya ketika menghadapi ajakan mereka untuk kembali kepada ajaran nenek moyang mereka. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad dan setiap muslim, “Apakah kita, kaum muslim, akan memohon dan menyembah kepada sesuatu selain Allah, yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak pula mendatangkan mudarat kepada kita, dan apakah kita akan dikembalikan ke belakang yaitu masa lalu kita sebelum beriman dengan murtad meninggalkan agama Islam, setelah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi, dalam keadaan kebingungan?” Kemudian kawan-kawannya dari yang telah beriman mengajaknya ke jalan yang lurus dengan mengatakan, “Tinggalkan penyembahan selain Allah dan ikutilah kami.” Namun dia tetap menolak, maka katakanlah, wahai Nabi dan kaum muslim, “Jika itu yang menjadi pilihanmu, maka ketahuilah sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang sebenarnya; dan karena itulah kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.
861
Dan kita diperintahkan juga agar melaksanakan salat dengan khusyuk, sempurna syarat dan rukunnya, dan istikamah dalam mengerjakannya, serta bertakwa kepada-Nya.” Dan Dialah Tuhan yang kepada-Nya kamu semua akan dihimpun untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan kamu. Kaum musyrik atau non-muslim yang mengajak kepada kemurtadan pada ayat di atas dipersamakan dengan setan-setan yang mengganggu, dan orang yang akhirnya murtad dipersamakan dengan orang yang hilang akal atau gila. Ajakan kepada kebenaran di jalan Allah adalah petunjuk yang sebenarnya.
862
Sering kali kaum musyrik menyatakan bahwa yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah, namun faktanya mereka menyembah selain Allah. Ayat ini meluruskan kekeliruan mereka dengan menegaskan bahwa Dialah Allah, bukan selain-Nya, yang menciptakan langit dan bumi dengan hak, yakni untuk tujuan yang benar. Sungguh benar pula ketika Dia berfirman, “Jadilah!” maka jadilah segala sesuatu yang dikehendaki-Nya itu. Sungguh firman-Nya adalah benar, dan milik-Nyalah segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup yaitu pada hari kiamat. Dia mengetahui yang gaib yang tidak terjangkau oleh makhluk dan yang nyata. Dialah Yang Mahabijaksana, Mahateliti.
863
Kini diberikan contoh pengalaman Nabi Ibrahim dalam mengajarkan tauhid kepada kaumnya yang musyrik. Dan ingatlah serta jelaskanlah ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya yang bernama atau bergelar Azar, “Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala yang engkau buat sendiri itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat dan menilai engkau, wahai orang tuaku, dan melihat juga kaummu yang sama-sama menyembah berhala itu sungguh dalam kesesatan yang nyata.”
864
Apa yang disampaikan Nabi Ibrahim sedemikian kukuh sebagai buah dari keyakinannya yang lurus dan bimbingan Allah. Dan demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan Kami yang terdapat di langit dan di bumi agar semakin mantap keyakinannya dan semakin kuat argumennya, dan agar dia termasuk orang-orang yang semakin kukuh ke-yakin-annya, bahwa tiada Pencipta dan Pengatur di alam raya ini selain Allah.
865
Ayat ini dan juga selanjutnya adalah gambaran bagaimana Nabi Ibrahim dalam mengajarkan tauhid. Ketika malam telah menjadi gelap, dia, Ibrahim, melihat sebuah bintang yang memancarkan cahaya dengan terang lalu dia berkata, “Inilah dia Tuhanku yang selalu aku cari.” Maka ketika bintang itu terbenam dan tidak tampak lagi, dia berkata, “Aku tidak suka menyembah dan bertuhan kepada yang terbenam yang pada akhirnya akan lenyap.”
866
Setelah terbukti bahwa bintang yang cahayanya sangat kecil dalam pandangan mata telanjang manusia di bumi ini tidak wajar dipertuhankan, lalu ketika dia, Ibrahim, mengalihkan pandangannya dengan melihat bulan terbit yang cahayanya lebih terang, dia berkata, “Inilah Tuhanku yang kucari.” Tetapi ketika bulan itu terbenam, dia pun berkata, “Sungguh, jika Tuhanku yang telah membimbingku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat karena menyembah yang bukan Tuhan serta mengabdi kepada selain-Nya.”
867
Matahari yang sinarnya lebih terang menjadi tujuan proses pencarian selanjutnya. Kemudian ketika dia, Ibrahim, melihat matahari terbit pada pagi hari, dia berkata, “Inilah Tuhanku yang kucari, ini lebih besar dan lebih terang sinarnya.” Tetapi ketika matahari terbenam pada sore hari dan dia menyimpulkan sebagaimana kesimpulannya ketika melihat bintang dan bulan, dia pun berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari penyembahan bintang, bulan, matahari, dan apa saja yang kamu persekutukan dengan Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang sebenarnya.
868
Sesungguhnya aku hadapkan wajahku, yakni seluruh jiwa raga dan totalitas hidupku, kepada Tuhan, Zat yang menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya termasuk bintang, bulan, dan matahari, dengan penuh kepasrahan mengikuti agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.
869
Sikap Nabi Ibrahim seperti disebut pada ayat sebelum ini mendapat reaksi keras dari kaumnya. Itulah yang dinyatakan pada ayat ini. Dan kaumnya membantahnya. Atas respons negatif dari kaumnya tersebut, dia, Ibrahim, berkata, “Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku, yakni membimbing serta mengilhami aku dengan aneka argumentasi tentang kekuasaan dan keesaan-Nya? Aku tidak takut sama sekali kepada aneka keburukan bahkan malapetaka dari apa, yakni segala, yang kamu persekutukan dengan Allah karena sesembahan kalian sama sekali tidak dapat menimbulkan manfaat dan mudarat kecuali Tuhanku menghendaki sesuatu manfaat atau mudarat menimpaku melalui sesembahan kalian itu. Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu, baik masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang. Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran?
870
Terhadap ketegaran sikap Nabi Ibrahim tersebut kaumnya terus menantang dan mengancamnya. Maka Nabi Ibrahim pun menjawab, “Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan dengan Allah, baik benda-benda angkasa maupun berhala-berhala yang sama sekali tidak memiliki kekuasaan apa pun selain apa yang diizinkan oleh Allah, padahal kamu tidak takut dengan apa yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Kalau demikian, manakah dari kedua golongan itu, yakni kami yang mengesakan Allah atau kalian yang mempersekutukan-Nya, yang lebih berhak mendapat keamanan dari siksa dan malapetaka, jika kamu mengetahui coba jelaskan kepada kami?”
871
Karena sama sekali tidak ada jawaban dari kaum Nabi Ibrahim yang durhaka tersebut, akhirnya Nabi Ibrahim sendiri menegaskan sebuah prinsip penting bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah Yang Maha Esa dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, yakni syirik (Lihat: Surah Luqman/31: 13), mereka itulah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka adalah orang-orang yang mendapat rasa aman dari Allah yang mereka sembah, dan mereka mendapat petunjuk secara sempurna.
872
Atas semua argumen yang telah dijelaskan pada ayat sebelumnya, Allah pun menegaskan sebagai berikut. Dan itulah keterangan Kami yang Kami berikan dan ajarkan melalui malaikat dan atau Kami ilhamkan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya agar dia dapat mengatasi dan mengalahkan mereka. Kami tinggikan derajat siapa yang Kami kehendaki dari hamba-hamba Kami yang taat, sebagaimana Nabi Ibrahim yang telah Kami tinggikan derajatnya agar menjadi teladan bagi manusia. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana, Maha Mengetahui atas segala sesuatu.
873
Di samping anugerah berupa hujah seperti dijelaskan kelompok ayat di atas, anugerah lain yang diberikan kepada Nabi Ibrahim adalah diberikannya putra dan keturunan yang menjadi utusan Allah. Dan Kami telah menganugerahkan Ishak putra Ibrahim bersama Sarah, dan Yakub putra Ishak kepadanya. Kepada masing-masing telah Kami beri petunjuk, yakni tugas kerasulan untuk membimbing manusia ke jalan tauhid. Dan sebelum itu Kami telah memberi petunjuk kepada Nuh yang merupakan salah seorang leluhur Nabi Ibrahim, dan kepada sebagian dari keturunannya, yakni keturunan Ibrahim, yaitu Dawud dan Sulaiman yang memegang kekuasaan pada masanya, Ayyub yang tabah, Yusuf yang menerima amanah kekuasaan serta menggunakan kekuasaannya untuk menyejahterakan masyarakat, dan Musa, dan Harun yang berhasil mengalahkan penguasa yang zalim. Dan demikianlah Kami memberi balasan yang sempurna kepada orang-orang yang berbuat baik dengan sungguh-sungguh.
874
Dan juga Zakaria, Yahya, yang menjadi korban kekejaman penguasa yang zalim ketika berdakwah, demikian juga Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh dan berusaha untuk mengajak kaumnya masing-masing untuk menjadi saleh.
875
Dan demikian juga Ismail putra Ibrahim bersama Hajar yang dikenal sangat tabah, juga Alyasa’ yang sangat santun dalam membimbing kaumnya, Yunus yang mendapat cobaan tinggal di perut ikan, dan Lut yang merupakan anak saudara Nabi Ibrahim. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat lain pada masanya. Ayat ini menyebut 18 dari 25 nabi yang wajib diimani kenabian mereka. Tujuh sisanya disebut pada ayat lain, yaitu Nabi Adam, Nabi Idris, Nabi Hud, Nabi Syuaib, Nabi Saleh, Nabi Zulkifli, dan Nabi Muhammad.
876
Untuk menghilangkan kesan bahwa anugerah Allah hanya diberikan kepada para nabi yang telah disebutkan di atas, maka Allah menegaskan bahwa Dia melebihkan pula derajat sebagian dari nenek moyang mereka, keturunan mereka, baik lelaki maupun perempuan, dan saudara-saudara mereka. Kami telah memilih mereka menjadi nabi dan rasul, dan mereka Kami beri petunjuk ke jalan yang luas lagi lurus.
877
Itulah petunjuk Allah yang amat tinggi nilainya, yang dengan itu Dia memberi petunjuk, yaitu kemampuan dan kemudahan untuk melaksanakannya, kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki karena telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meraihnya. Sekiranya mereka yaitu yang telah disebutkan nama-namanya di atas mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah, yakni sia-sia dan tidak berguna, aneka amalan yang telah mereka kerjakan.
878
Peringatan bahkan ancaman tersebut wajar diberikan karena mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kitab baik secara langsung kepada mereka maupun tidak langsung yaitu mereka terima melalui rasul yang lain, dan hikmah, yaitu kemampuan mengamalkan petunjuk Allah tersebut dengan bijak, dan juga kenabian. Jika orang-orang, yakni penduduk Mekah, yang engkau seru, wahai Nabi Muhammad, itu mengingkarinya, maka Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang tidak mengingkarinya di antara mereka adalah para shiddiqun, syuhada, dan para ulama yang menjadi penerus tugas para nabi.
879
Ayat ini ditujukan kepada Rasulullah yang nama beliau tidak disebut dalam rangkaian ayat di atas. Mereka itulah para nabi yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka khususnya yang berkaitan dengan sikap mereka dalam berdakwah, yakni tidak meminta imbalan atas dakwah yang disampaikan. Untuk itu, katakanlah, hai Muhammad, kepada semua yang engkau ajak, “Aku tidak meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan dakwah khususnya ajaran AlQur'an, karena dakwah yang kusampaikan dan Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk semua umat di seluruh alam.
880
Orang-orang yang menolak dakwah Nabi Muhammad mendapat kecaman seperti dijelaskan dalam ayat ini. Mereka, yakni kaum yang diajak itu, tidak mengagungkan Allah Yang Maha Esa lagi Mahakuasa sebagaimana mestinya. Di antara buktinya adalah ketika mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” Katakanlah, wahai Muhammad, “Siapakah yang menurunkan Kitab, yakni Taurat, yang dibawa Musa sebagai cahaya yang sangat jelas dan petunjuk bagi manusia yaitu kaum Bani Israil? Kamu, wahai Bani Israil, menjadikannya, yakni Kitab itu, lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai agar kamu memperlihatkan sebagiannya sesuai dengan keinginanmu dan banyak yang lain yang kamu sembunyikan, padahal telah diajarkan kepadamu melalui Kitab itu apa yang tidak diketahui, baik olehmu maupun oleh nenek moyangmu.” Mereka tidak mungkin menjawab dengan jawaban yang benar. Maka katakanlah, wahai Muhammad, “Allah-lah yang menurunkannya,” kemudian setelah engkau menyampaikan kebenaran Al-Qur'an dan mereka tetap menolak maka jangan hiraukan mereka, biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.
881
Usai menjelaskan tujuan Allah menurunkan Kitab kepada Nabi Musa, pada ayat ini Allah menegaskan tujuan diturunkannya Al-Qur'an. Dan ini, yakni Al-Qur'an, Kitab yang telah Kami turunkan dengan penuh berkah yang berisi tuntunan yang dapat mengantar kepada kebajikan yang melimpah; membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya seperti Taurat dan Injil, dan agar engkau, hai Nabi Muhammad, memberi peringatan kepada penduduk Ummul Qura, yakni Mekah, dan orang-orang yang ada di sekitarnya yang tidak memercayainya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya, yaitu Al-Qur'an, dan mereka selalu memelihara salatnya dengan tekun dan sungguh-sungguh.
882
Ayat sebelumnya menguraikan bahwa Al-Qur'an bersumber dari Allah. Ayat ini mengecam orang-orang yang mengaku-ngaku mendapat wahyu dari Allah. Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah seperti halnya orang-orang Yahudi, atau siapa yang lebih zalim daripada orang yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku oleh Allah,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan siapa pula yang lebih zalim dari orang yang berkata, “Aku akan menurunkan, yaitu menyampaikan, seperti apa yang diturunkan Allah yaitu Al-Qur'an yang dipercayai oleh kaum muslim?” Tidak ada yang lebih zalim kecuali tiga macam manusia tersebut, maka wajar kalau mereka mendapat siksa. Alangkah ngerinya sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim yang sudah mencapai puncak kezalimannya berada dalam kesakitan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya sambil berkata, “Keluarkanlah nyawamu!” Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah perkataan yang tidak benar dan karena kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya yakni enggan menerimanya bahkan melecehkannya.
883
Setelah menjelaskan keadaan para pendurhaka ketika menghadapi tekanan sakratulmaut, ayat ini menjelaskan tentang keadaan mereka setelah roh terpisah dari jasad mereka. Dan kamu, setelah dicabut rohmu dan sekian lama menunggu di alam barzakh, akan benar-benar datang sendiri-sendiri kepada Kami sebagaimana Kami ciptakan kamu pada mulanya, yakni ketika lahir ke dunia, dan apa yang telah Kami karuniakan kepadamu seperti harta benda, anak, kerabat, dan lainnya, kamu tinggalkan di belakangmu di dunia. Kami tidak melihat pemberi syafaat, yakni pertolongan, besertamu yang dulu kamu sembah dan yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu bagi Allah. Sungguh, telah terputuslah semua pertalian antara kamu dan telah lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu sangka sebagai sekutu Allah.
884
Setelah menguraikan aneka argumentasi keesaan Allah dalam ayat sebelumnya, ayat berikut ini menjelaskan kembali bukti keesaan Allah melalui argumen yang berbeda. Sungguh, Allah yang menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan, padi-padian, dan biji kurma serta buah-buahan lainnya. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Itulah bukti kekuasaan Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?
885
Setelah menjelaskan kekuasaan-Nya terhadap sesuatu yang bersifat material dan berada di bumi, kini dijelaskan tentang benda-benda langit. Dia menyingsingkan pagi agar aneka makhluk dapat melakukan berbagai aktivitas, dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan menjadikan matahari dan bulan beredar dengan ketelitian yang amat mengagumkan yang berguna sebagai dasar untuk perhitungan bulan dan tahun. Itulah ketetapan Allah Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.
886
Fungsi matahari dan bulan telah diuraikan pada ayat di atas, selanjutnya fungsi bintang diuraikan pada ayat ini. Dan Dialah Allah yang menjadikan bintang-bintang yang memancarkan cahaya bagimu, dengan tujuan antara lain agar kamu menjadikannya petunjuk arah dalam kegelapan di darat dan di laut. Kami telah menjelaskan secara rinci tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Kami kepada orang-orang yang mengetahui.
887
Aneka makhluk telah diuraikan, baik yang berada di langit maupun di bumi, berikutnya dijelaskan kembali tentang makhluk yang paling dimuliakan Allah, yaitu manusia. Dan Dialah yang menciptakan kamu, wahai umat manusia, dari diri yang satu, yakni Adam, yang melalui istrinya kamu berkembang biak, maka bagimu ada tempat menetap dan juga tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan dengan aneka macam cara dan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.
888
Keesaan dan kekuasaan Allah telah terbukti dengan jelas bagi yang masih enggan untuk beriman, maka ayat ini menegaskan kembali seakan merangkum dan memerinci apa yang telah disebutkan. Dan Dialah yang menurunkan air, yaitu hujan, dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak padahal sebelumnya hanya satu biji atau benih. Dan, sebagai contoh dari proses di atas, dari mayang, yakni tongkol bunga, kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai yang mudah dipetik, dan kebun-kebun anggur, dan Kami keluarkan pula zaitun dan delima yang serupa bentuk buahnya dan yang tidak serupa aroma dan kegunaannya. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah, dan perhatikan pula proses bagaimana buah tersebut menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman.
889
Aneka macam bukti yang dipaparkan seperti yang disebut pada beberapa ayat di atas, agaknya belum menjadikan kaum musyrik sadar akan keyakinannya yang keliru. Salah satu bentuk keyakinan yang sesat itu diurai pada ayat ini. Dan mereka, orang-orang musyrik, menjadikan jin sekutu-sekutu Allah, padahal Dia yang menciptakannya, yakni jin-jin itu, dan mereka berbohong dengan mengatakan, “Allah mempunyai anak laki-laki dan anak perempuan, yaitu para malaikat.” Itu mereka yakini dan ucapkan tanpa dasar ilmu pengetahuan sedikit pun. Mahasuci Allah dari segala apa yang mereka ucapkan dan yakini, dan Mahatinggi Dia dari sifat-sifat yang mereka gambarkan.
890
Untuk membantah pandangan sesat di atas, ayat ini menegaskan bahwa Dia, yakni Allah, pencipta langit dan bumi tanpa contoh acuan yang ditiru-Nya. Bagaimana mungkin dan atas dasar apa yang dapat dijadikan alasan Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri. Dalam logika kalian, hai manusia, seorang anak pastilah lahir dari seorang ibu? Cobalah kalian camkan dan yakini bahwa Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia juga mengetahui segala sesuatu.
891
Setelah terbukti bahwa keyakinan mereka itu salah dan sesat, ayat ini sampai kepada kesimpulan bahwa yang memiliki sifat-sifat yang demikian mulia itulah Allah Yang Maha Esa, Tuhan pemelihara kamu; tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia; pencipta segala sesuatu, karena itu maka sembahlah Dia; Dialah pemelihara segala sesuatu.
892
Untuk lebih menguatkan uraian sifat-sifat Allah seperti yang disebut sebelumnya, Allah lalu menyatakan bahwa Dia tidak dapat dicapai dalam bentuk apa pun oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat menjangkau dan melihat dengan sejelas-jelasnya segala penglihatan itu, dan Dialah Yang Mahahalus sehingga tidak dapat dilihat oleh makhluk, lagi Mahateliti sehingga dapat melihat segala sesuatu.
893
Kemampuan penglihatan manusia amat terbatas seperti diisyaratkan oleh ayat sebelum ini. Namun demikian, manusia dianugerahi oleh Allah dengan mata batin. Ayat ini menegaskan bahwa sungguh, bukti-bukti yang nyata dan sangat jelas telah datang dari Tuhanmu yang disampaikan melalui wahyu. Barang siapa melihat kebenaran itu dengan mata hatinya, maka manfaatnya bagi dirinya sendiri, bukan untuk orang lain, dan barang siapa buta mata batinnya dan tidak melihat kebenaran itu, maka dia sendiri-lah yang akan rugi, bukan orang lain. Dan aku, yakni Nabi Muhammad, bukanlah penjaga-mu, tetapi aku hanya sekadar menyampaikan nasihat.
894
Setelah mengingatkan tugas Nabi Muhammad, kelompok ayat ini ditutup dengan pernyataan Allah sebagai berikut. Dan demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang ayat-ayat sebagai bukti-bukti kekuasaan Kami, baik berupa fenomena yang tergelar di alam semesta maupun yang tertulis di dalam Al-Qur'an, agar orang beriman dapat meraih petunjuk. Hal tersebut mengakibatkan orang-orang musyrik mengatakan, “Engkau telah mempelajari ayat-ayat itu dari Ahli Kitab atau siapa pun.” Dan hal itu juga bertujuan agar Kami menjelaskan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang mengetahui.
895
Sungguh luar biasa wahyu dari Allah, sehingga kaum musyrik pun menuduh Nabi mengambilnya dari sumber lain. Maka wajar kalau Allah memerintahkan kepada Nabi dan kaum mukmin untuk mengikuti wahyu-Nya. Ikutilah apa yang telah diwahyukan Tuhanmu kepadamu, wahai Nabi Muhammad, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik, yakni dengan cara tidak mempedulikan gangguan dari mereka.
896
Sikap kaum musyrik yang menolak dakwah Nabi Muhammad menjadikan beliau bersedih. Ayat ini dimaksudkan untuk menghibur Nabi Muhammad. Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mempersekutukan-Nya, dan itu mudah bagi-Nya. Namun Allah tidak menghendaki manusia beriman karena dipaksa, melainkan memberikan pilihan agar manusia beriman karena kesadarannya. Dan Allah kemudian menegaskan kembali dengan berfirman, “Kami tidak menjadikan engkau penjaga mereka karena Kamilah yang mengawasi mereka; dan engkau bukan pula pemelihara mereka.
897
Ayat ini secara khusus ditujukan kepada kaum muslim tentang bagaimana seharusnya bersikap menghadapi sesembahan kaum musyrik. Dan janganlah kamu, wahai kaum muslim, memaki sesembahan seperti berhala-berhala dan lainnya yang mereka sembah selain Allah, karena jika kamu memakinya, maka akibatnya mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas atau tanpa berpikir dan tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, sudah menjadi sebuah ketentuan yang berlaku sepanjang masa bahwa Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Kemudian pada saat yang telah ditentukan, kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan untuk mendapatkan balasan yang setimpal.
898
Belum jera juga kaum musyrik untuk menampilkan argumen penolakan, bahkan mereka mengukuhkan penolakan dengan sumpah. Dan mereka, yakni kaum musyrik, bersumpah mengukuhkan ucapan mereka dengan menggunakan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa demi Allah, sungguh jika datang suatu mukjizat, yakni mukjizat apa saja yang mereka usulkan selama ini, kepada mereka, pastilah mereka akan beriman kepadanya. Katakanlah kepada mereka, wahai Nabi Muhammad, “Sungguh mukjizat-mukjizat itu hanya ada pada sisi Allah atau berdasar kuasa-Nya. Jika Dia berkehendak, Dia akan menurunkannya kepada kalian, dan jika Dia tidak berkehendak, maka mukjizat itu tidak akan turun.” Dan tahukah kamu, yakni siapa yang memberitahukan kepada kalian, wahai kaum mukmin, bahwa apabila mukjizat datang mereka akan beriman? Kenyataannya mereka tidak juga akan beriman.
899
Setelah pada ayat 108 dinyatakan bahwa Allah menjadikan setiap umat menganggap baik perbuatan mereka, maka pada ayat ini Allah menyatakan, “Dan begitu pula Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka kepada kebatilan jika mukjizat itu datang kepada mereka seperti keadaan mereka ketika pertama kali mendengar dan mengetahui mukjizat tersebut, mereka tidak beriman kepadanya, yakni Al-Qur'an, dan Kami biarkan mereka bingung dalam kesesatan karena keengganan mereka mengikuti petunjuk.”
900
Kaum musyrik berjanji akan beriman kepada Allah jika diturunkan kepada mereka tanda-tanda fisik yang mereka minta. Pada ayat ini dijelaskan bahwa janji tersebut hanya bohong belaka. Dan sekalipun Kami benar-benar menurunkan malaikat kepada mereka, sehingga mereka bisa melihat malaikat dalam wujudnya yang asli dan orang yang telah mati berbicara dengan mereka menceritakan apa yang mereka rasakan di alam kubur dan Kami kumpulkan pula di hadapan mereka segala sesuatu yang mereka inginkan, dan menjelaskan tentang sesuatu yang hak mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui arti kebenaran. Hati mereka tertutup oleh kekufuran, kesombongan, dan keangkuhan.
901
Untuk menenangkan hati Nabi Muhammad, Allah menjelaskan bahwa adanya penentangan dari berbagai pihak adalah sesuatu yang biasa dihadapi dahulu oleh para nabi dan pembawa kebenaran. Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, manusia jika sudah dikuasai oleh setan, maka itulah setan yang berwujud manusia, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan agar manusia tertarik oleh rayuannya, padahal hal itu akan menjerumuskan orang yang mengikuti ajakannya. Setiap nabi pasti mempunyai musuh. Itu adalah kehendak Allah, sesuai dengan hikmah-Nya. Untuk itu, kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, yaitu tidak akan memusuhi para nabi, dan tidak akan melakukan kebohongan itu, karena semua itu berada dalam kekuasaan Allah. Maka biarkanlah mereka bersama apa, yakni kebohongan, yang mereka ada-adakan. Dengan demikian, Allah bisa melihat siapa di antara mereka yang taat dan siapa yang durhaka. Mereka yang ikut bisikan setan pasti akan tahu akibat dari perbuatan mereka. Kemudian Allah menjelaskan lagi tentang hikmah di balik semua itu melalui tiga hal, yaitu tertarik kepada kebatilan yang diembuskan kepada mereka, menyenanginya, dan melakukannya, seperti dijelaskan pada ayat berikut.
902
Dan agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, tertarik kepada bisikan itu, karena kerapuhan iman mereka, dan bukan cuma tertarik, tetapi juga menyenanginya, mereka rela dan senang terhadap apa yang mereka dengar, dan agar mereka melakukan apa yang biasa mereka lakukan. Keimanan kepada hari akhir adalah benteng yang bisa menjaga manusia dari godaan setan. Jika tidak, manusia bisa melakukan apa saja, mengikuti hawa nafsunya sendiri. Dia tidak merasa harus bertanggung jawab terhadap perbuatannya itu di akhirat kelak.
903
Kemudian Nabi Muhammad diperintahkan untuk berkata kepada kaum musyrik tentang siapa yang pantas untuk menjadi hakim yang menentukan benar atau salahnya suatu persoalan. Pantaskah aku mencari hakim selain Allah untuk memutuskan siapa di antara kita yang benar, padahal Dialah yang menurunkan Kitab Al-Qur'an kepadamu secara rinci tentang sesuatu yang hak dan yang batil, yang bagus dan yang buruk, yang halal dan yang haram? Orang-orang yang telah Kami beri kitab seperti orang Yahudi dan Nasrani mengetahui benar melalui kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka dan apa yang diceritakan oleh nabi-nabi mereka, bahwa Al-Qur'an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan benar. Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu terhadap apa yang diwahyukan Allah kepadamu, wahai Rasul. Ungkapan ini ditujukan kepada pengikutnya, karena sesungguhnya Rasulullah sama sekali tidak ragu terhadap wahyu Allah dan kebenaran agama Islam.
904
Pada ayat ini Allah menandaskan kesempurnaan Al-Qur'an dari segi isinya. Dan telah sempurna firman Tuhanmu, yakni Al-Qur'an, dengan benar dari segi pemberitaannya dan adil dari segi hukumnya. Dengan kata lain, ketetapan Allah dalam menolong rasul dan kaum mukmin dan menghinakan orang kafir telah bulat. Tidak ada yang dapat mengubah firman-Nya karena semua yang ada di dalam Al-Qur'an sudah benar-benar kukuh, tidak perlu ada perubahan. Inilah janji Allah untuk menjaga kemurnian Al-Qur'an. Dan Dia Maha Mendengar terhadap segala ucapan-ucapan yang menipu, Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati seperti niat dan keinginan-keinginan.
905
Setelah menjelaskan tentang kebenaran Nabi Muhammad, Allah melarangnya untuk menghiraukan musuh-musuhnya yang tidak mau tergerak untuk mengikuti petunjuk Allah. Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini yang memilih kesesatan daripada hidayah, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka yang tidak memiliki landasan yang kuat, hanya karena mengikuti hawa nafsu belaka yang terus membuai mereka, dan mereka hanyalah membuat kebohongan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
906
Pernyataan di atas menjadi bukti kemukjizatan Al-Qur'an, karena ternyata banyak sekali manusia yang jauh dari petunjuk Allah, baik dari kalangan Ahli Kitab maupun lainnya. Hanya Allah yang mengetahui keadaan makhluk-Nya. Siapa di antara mereka yang sesat dan siapa di antara mereka yang mendapat petunjuk. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Semuanya akan mendapatkan balasan dari Allah di hari akhir kelak. Siapa yang mendapat petunjuk akan masuk surga, dan yang menolak kebenaran akan masuk neraka.
907
Pada ayat ini dijelaskan tentang persoalan makanan yang banyak diperdebatkan oleh orang-orang musyrik. Abu Dawud meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah, “Mengapa kami boleh memakan daging hewan yang kami sembelih sendiri dan tidak boleh memakan hewan yang dimatikan oleh Allah (yakni: bangkai)?” Turunlah ayat ini, Maka makanlah dari apa, yaitu daging hewan, yang ketika disembelih disebut nama Allah, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya. Itu karena keimanan akan mendorong seseorang memakan apa yang dihalalkan dan menjauhi apa yang diharamkan.
908
Terhadap mereka yang masih ragu-ragu, Allah menjelaskan sebagai berikut. Dan mengapa kamu tidak mau memakan dari apa, yakni daging hewan, yang ketika disembelih disebut nama Allah-seperti dengan membaca “Bismillah” atau “Bismillah, Allahu Akbar”- padahal Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya kepadamu seperti mengonsumsi bangkai, darah yang mengalir, daging babi, dan apa yang disembelih bukan atas nama Allah (lihat: Surah al-An'am/6: 145) kecuali jika kamu dalam keadaan terpaksa seperti dalam keadaan sangat lapar yang jika dibiarkan akan berakibat kematian? Dalam keadaan terpaksa, seseorang boleh memakan apa yang sebelumnya diharamkan, tetapi sekadar untuk mempertahankan hidup, tidak melewati batas, tidak bersenang-senang, dan sebenarnya dia tidak menginginkan hal tersebut. Dan sungguh, banyak yang menyesatkan orang dengan keinginannya tanpa dasar pengetahuan, yaitu tanpa dasar dari wahyu Allah yang merupakan sumber kebenaran. Mereka sendiri sesat dengan menghalalkan dan mengharamkan makanan dengan semau mereka sendiri, dan menyesatkan orang lain. Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas, dengan pengetahuan itu Allah akan memeberikan balasan kepada mereka secara adil.
909
Selanjutnya Allah melarang kaum muslim melakukan segala bentuk kemaksiatan, karena hal itu sesat dan mengikuti hawa nafsu. Dan tinggalkanlah dosa yang terlihat seperti kemaksiatan yang dilakukan secara terang-terangan ataupun kemaksiatan yang dilakukan secara tersembunyi, begitu juga yang dilakukan oleh hati seperti sombong, dengki, ria, dan lain sebagainya. Sungguh, orang-orang yang mengerjakan perbuatan dosa dengan sengaja dan dia tahu bahwa hal itu dosa, kelak akan diberi balasan sesuai apa yang meraka kerjakan. Allah Maha Mengetahui kadar dosa mereka. Mereka tidak akan lepas dari siksaan Allah kecuali jika mereka bertobat dengan tobat yang benar.
910
Setelah Allah menjelaskan tentang daging hewan yang boleh dimakan, pada ayat ini Allah menjelaskan tentang daging yang tidak boleh dimakan. Dan janganlah kamu memakan dari apa-daging hewan-yang ketika disembelih tidak disebut nama Allah, perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan, keluar dari ketentuan ajaran Islam dan ketaatan kepada Allah. Lalu Allah menjelaskan tentang sumber timbulnya kefasikan. Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan, dengan bisikan yang menyesatkan, kepada kawan-kawannya dan memberikan masukan kepada mereka agar mereka membantah kamu, seperti menghalalkan sesuatu yang haram dan sebaliknya, dengan alasan yang dibuat-buat. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu telah menjadi orang musyrik karena sengaja beralih dari aturan Allah kepada aturan lainnya.
911
Kemudian Allah menjelaskan tentang perbedaan yang mencolok antara orang muslim dan orang musyrik atau kafir dalam bentuk pertanyaan agar pembaca merenung dan menemukan sendiri jawabannya. Dan apakah orang yang sudah mati yaitu orang kafir lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang berupa hidayah, berupa Al-Qur'an atau Islam, yang membuatnya dapat berjalan menuju ke arah yang benar di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, yaitu kekufuran, kebutaan mata hati, dan kebodohan sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? Dia selalu bimbang dan ragu dalam kehidupannya. Lalu Allah menjelaskan tentang penyebab kekafiran seseorang, yaitu adanya pencitraan terhadap hal-hal yang buruk menjadi terasa indah di matanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan. Bagi orang yang kuat imannya, dia tidak akan terbuai dengan pencitraan itu.
912
Allah lalu menenangkan hati Nabi Muhammad dengan menjelaskan bahwa para pembesar yang jahat tidak hanya terdapat di Mekah saja, tetapi juga di setiap negeri. Dan demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu karena mereka lebih mampu menipu daya bawahannya, dan dalam kebiasaan, masyarakat akan mengikuti atasannya apakah dalam hal kebaikan atau keburukan. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya, akibat dari perbuatan mereka akan mengenai mereka sendiri.
913
Kemudian Allah menjelaskan tentang salah satu bentuk tipuan pemuka Quraisy agar penduduk Mekah tidak mengikuti Rasulullah. Dan apabila datang suatu ayat kepada mereka yang menjelaskan tentang kebenaran Nabi Muhammad, mereka berkata, “Kami tidak akan percaya, yakni beriman, sebelum diberikan kepada kami seperti apa yang diberikan kepada rasul-rasul Allah,” yaitu wahyu yang dengan itu mereka menjadi nabi, sehingga menjadi orang yang diikuti, bukan yang mengikuti. Mereka dengki kepada kenabian Nabi Muhammad. Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. Penunjukan seseorang menjadi nabi adalah hak Allah semata sebagai anugerah dari-Nya terhadap orang tersebut, bukan sesuatu yang diminta, bukan karena keturunan, kecerdasan, dan banyaknya harta. Kemudian Allah menjelaskan tentang nasib mereka yang berdosa, seperti pemuka Quraisy. Orang-orang yang berdosa nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan azab yang keras karena tipu daya yang mereka lakukan. Mereka menghalangi masyarakat untuk beriman kepada Nabi Muhammad.
914
Tugas para nabi adalah menyampaikan pesan-pesan Allah kepada masyarakat. Di antara masyarakat itu ada yang mendapatkan hidayah dan ada pula yang memilih kekufuran. Hidayah dan kekufuran adalah hak Allah sebagaimana juga risalah. Bedanya kalau hidayah itu harus diminta, sementara risalah adalah anugerah dan pemberian Allah semata kepada seseorang yang dipilih-Nya. Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah atau petunjuk, Dia akan membukakan dadanya untuk menerima Islam, yaitu pintu hatinya terbuka untuk menerima Islam atau cahaya yang datang dari Allah yang dengannya seseorang bisa melihat kebenaran, kemudian mengikuti kebenaran itu dengan memeluk Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, dengan kesadarannya sendiri dia memilih kekafiran dan meninggalkan kebenaran, maka Dia jadikan dadanya sempit dan sesak sehingga tidak ada celah sedikit pun untuk masuknya kebenaran di hatinya, seakan-akan dia sedang mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. Namun demikian, Allah tidak akan menyiksa satu kaum kecuali setelah diperlihatkan kepada mereka tandatanda kebenaran, tetapi mereka secara sadar enggan menerimanya.
915
Kemudian Allah menjelaskan tentang jalan kehidupan yang benar. Dan inilah jalan Tuhanmu yang lurus, yaitu agama Islam yang diridai Allah. Sungguh Kami telah menjelaskan ayat-ayat Kami yang ada di dalam Al-Qur'an, berupa janji dan ancaman, halal dan haram, pahala dan siksa, dan lain-lainnya kepada orang-orang yang menerima peringatan.
916
Bagi mereka ada beberapa penghargaan yang agung dari Allah. Pertama, disediakan tempat yang damai, yaitu surga yang tidak ada kesulitan apa pun di dalamnya. Kedua, mereka berada di suatu tempat yang sangat terhormat yaitu di sisi Tuhannya yang telah membimbing mereka. Dan, ketiga, Dialah pelindung mereka yang selalu mengasihi dan menyertai mereka dalam segala suasana. Hal itu semua disebabkan karena amal kebajikan yang mereka kerjakan.
917
Allah menjelaskan sebagian dari ihwal orang-orang yang zalim pada hari Kiamat di hadapan Allah. Dan ingatlah pada hari ketika Dia mengumpulkan mereka semua, yaitu orang-orang yang sesat dan menyesatkan dari kelompok jin atau setan dan manusia, dan Allah berfirman kepada segolongan jin (setan), karena merekalah yang menjadi asal mula adanya kesesatan pada manusia, “Wahai golongan jin! Kamu telah banyak menyesatkan manusia dengan membujuk mereka untuk melakukan kemusyrikan, kekafiran, dan kemaksiatan.” Dan kawan-kawan mereka dari golongan manusia berkata, mengadu dengan memberikan pengakuan kepada Allah terhadap apa yang terjadi, “Ya Tuhan, kami telah saling mendapatkan kesenangan.” Manusia memanfaatkan jin melalui perbuatan sihir, tenung, dan juga tergoda untuk melakukan kemaksiatan dan lainnya, dan jin merasa bangga bahwa mereka dijadikan panutan, penguasa, dan pengayom oleh manusia. “Dan sekarang waktu yang telah Engkau tentukan buat kami telah datang.” Setelah mendengarkan pengakuan dari kedua belah pihak, Allah berfirman untuk memberikan putusan akhir, “Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain.” Allah mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas dalam segala hal. Sungguh, Tuhanmu Mahabijaksana yang meletakkan sesuatu pada tempatnya, menyiksa orang yang berdosa dengan keadilan-Nya, dan memasukkan orang yang bertakwa ke dalam surga dengan anugerah-Nya. Dia Maha Mengetahui siapa yang berbuat baik dan siapa yang berbuat buruk.
918
Jika pada ayat sebelumnya diinformasikan bahwa antara jin dan manusia terdapat hubungan saling memanfaatkan, maka pada ayat ini dijelaskan hubungan antara orang-orang yang berbuat zalim. Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zalim berteman dengan sesamanya, karena seseorang akan mencari teman sesama yang sejiwa dan seirama dalam hidup, atau orang yang zalim akan dikuasai oleh pelaku kezaliman lainnya, sesuai dengan apa yang mereka kerjakan yaitu kekafiran dan kemaksiatan.
919
Pada ayat ini kembali dibicarakan hubungan antara jin dan manusia. Pada hari Kiamat nanti, sekelompok jin dan manusia yang kafir akan ditanya tentang masa lalu mereka di dunia dengan hardikan yang keras. Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, yaitu teman-temanmu yang mendapatkan pesan dari rasul manusia, mereka menyampaikan ayatayat-Ku kepadamu dan memperingatkanmu tentang pertemuan pada hari ini? Mereka menjawab dengan terus terang dan pengakuan yang tulus, “Ya, kami menjadi saksi atas diri kami sendiri bahwa rasul-rasul itu telah datang kepada kami dan menyampaikan peringatan-peringatan kepada kami.” Akan tetapi, mereka tertipu oleh kehidupan dunia berupa harta benda, jabatan, dan hawa nafsu. Dan mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir.
920
Setelah menghardik jin dan manusia tentang sikap mereka terhadap rasul yang diutus kepada mereka, ayat ini menjelaskan hikmah diutusnya rasul. Demikianlah, para rasul diutus karena Tuhanmu tidak akan membinasakan penduduk suatu negeri secara zalim, sedang penduduknya dalam keadaan lengah atau belum tahu. Allah terlebih dahulu mengutus rasul yang mengingatkan kepada mereka, tetapi mereka tetap membangkang. Inilah hakikat keadilan.
921
Dan masing-masing orang ada yang beramal untuk ketaatan dan ada pula yang senantiasa bermaksiat kepada Allah, mereka akan memperoleh balasan sesuai dengan tingkatannya, yaitu sesuai dengan apa yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu, wahai Nabi Muhammad tidak lengah terhadap apa yang mereka, yakni hamba-hamba-Nya, kerjakan.
922
Dan Tuhanmu, wahai Nabi Muhammad, Mahakaya, sedikit pun Ia tidak butuh kepada semua makhluk-Nya, bahkan makhluk-Nyalah yang fakir kepada-Nya. Allah juga sangat penuh rahmat kepada hambahamba-Nya. Karena itu, Ia perintahkan hamba-Nya untuk senantiasa melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan, agar hamba-Nya memperoleh keselamatan. Jika Dia menghendaki, Dia akan memusnahkan kamu, yaitu ketika kamu menyalahi perintah-Nya dan setelah kamu musnah akan Dia ganti dengan kaum lain yang Dia kehendaki, kaum itu senantiasa taat kepada Allah. Jika Allah mampu memusnahkan kaum-kaum terdahulu yang menentang-Nya kemudian digantikan dengan kaum lainnya, maka wahai Nabi Muhammad, Allah pun amat mampu melenyapkan kaummu sebagaimana Dia menjadikan kamu dari keturunan golongan lain.
923
Wahai Nabi Muhammad, katakanlah kepada kaummu, Sesungguhnya apa pun yang dijanjikan Allah kepadamu, yaitu hari Kiamat dan pembalasan atas amal perbuatan manusia pasti datang dan kamu tidak mampu menolaknya. Karena Allah Maha Mampu untuk membangkitkan kembali manusia setelah sebelumnya mereka berada di dalam kubur-kubur mereka.
924
Katakanlah kepada kaummu, wahai Nabi Muhammad sebagai ancaman kepada mereka, “Wahai kaumku! Jika kalian menganggap bahwa kalian berada di atas petunjuk maka berbuatlah menurut kedudukanmu, dan tetaplah berada di atas jalan kalian yang penuh kekufuran dan kesyirikan itu. Aku pun berbuat demikian, yaitu berada di atas jalanku yang penuh dengan bimbingan Allah. Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan memperoleh tempat terbaik di akhirat nanti, apakah kalian yang senantiasa berbuat kekufuran ataukah aku dan kaumku yang beriman dan tunduk kepada ajaran Allah. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, yang senantiasa berbuat kesyirikan kepada Allah, tidak akan beruntung. Jika pada ayat-ayat yang lalu diterangkan berbagai kesesatan kaum musyrik dan para pengikut mereka yang memberikan alasan-alasan tentang kepercayaan yang mereka anut, padahal tidak berdasarkan kebenaran dan tidak dapat diterima oleh akal sehat. Maka pada ayat berikut ini diterangkan sebagian dari cara-cara mereka dalam mendekatkan diri kepada Allah melalui berhala-berhala yang mereka anggap sebagai sekutu-Nya.
925
Dan mereka menyediakan dan membagi apa yang mereka dapat dari hasil tanaman dan hewan ternak kepada dua bagian. Sebagian hasil tanaman dan hewan mereka persembahkan untuk Allah, yakni digunakan untuk memberi makan tamu-tamu, anak-anak, dan orang-orang miskin. Sementara bagian yang kedua diperuntukkan untuk berhala-berhala mereka sehingga dikuasai sepenuhnya untuk para penjaga dan pemelihara berhala tersebut. Mereka melakukan ini sambil berkata menurut persangkaan mereka, “Ini untuk Allah. Silakan dipergunakan untuk para fakir miskin, namun jika kami butuh, kami berhak menggunakannya untuk berhala kami juga. Dan bagian yang ini khusus untuk berhala-berhala kami. Tidak boleh seorang pun menyentuhnya kecuali para penjaga dan pemelihara, karena ini sebagai bentuk peribadatan kami kepada mereka.” Bagian yang untuk berhala-berhala mereka tidak akan sampai kepada Allah, dan bagian yang untuk Allah akan sampai kepada berhala-berhala mereka. Sangat buruk ketetapan mereka itu.
926
Dan demikianlah berhala-berhala itu membuat sesat kaum musyrik. Selain kesyirikan, berhala-berhala mereka, yaitu setan, baik dari kalangan jin maupun golongan manusia, juga menjadikan terasa indah, maksudnya adalah menganggap baik, bagi banyak orang-orang musyrik membunuh anak-anak mereka dengan dalih berkurban sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibrahim kepada Ismail. Padahal, sesungguhnya alasan mereka yang sebenarnya hanyalah karena takut miskin. Hal ini mereka lakukan untuk membinasakan anak-anak mereka dan mengacaukan agama mereka sendiri. Dan kalau Allah menghendaki agar mereka tidak mengerjakan perbuatan itu, niscaya mereka tidak akan mengerjakannya. Namun kehendak, ketetapan, dan hikmah-Nya telah menjadikan mereka seba-gai contoh bagi setiap kaum yang memiliki pola pikir buruk seperti mereka. Biarkanlah mereka, wahai Nabi Muhammad, bersama apa, yaitu kebohongan, yang mereka ada-adakan.
927
Orang-orang musyrik itu juga membagi hasil pertanian dan peternakan mereka menjadi tiga macam. Mereka berkata sesuai anggapan mereka, “Pertama, inilah hewan ternak dan hasil bumi yang dilarang untuk disentuh oleh siapa pun, tidak boleh dimakan oleh siapa pun, kecuali oleh orang yang kami kehendaki, karena hewan dan hasil bumi ini kami persembahkan untuk berhala-berhala kami.” Kedua, dan ada pula hewan yang diharamkan atau tidak boleh ditunggangi seperti bahirah, saibah, washilah, dan ham (Lihat: Surah al-Maidah/5: 103), dan yang ketiga, ada hewan ternak yang ketika disembelih boleh tidak menyebut nama Allah, tetapi menyebut nama tuhan-tuhan mereka. Perbuatan mereka membagi hasil bumi dan ternak dengan ragam di atas itu sebagai kebohongan terhadap Allah karena mereka telah menisbatkan hal ini kepada-Nya. Padahal, Allah berlepas diri dari perbuatan mereka tersebut. Kelak Allah akan membalas semua yang mereka ada-adakan.
928
Dan mereka berkata pula, “Apa yang ada di dalam perut hewan ternak ini, yaitu susunya, khusus untuk kaum laki-laki kami, haram bagi istri-istri, yakni kaum wanita, kami.” Dan jika binatang itu melahirkan anak jantan, maka anaknya itu hanya boleh dimakan oleh laki-laki saja, namun jika yang dalam perut itu dilahirkan mati, maka semuanya baik laki-laki maupun perempuan boleh memakannya. Kelak Allah akan membalas atas ketetapan mereka yang sewenang-wenang itu. Sesungguhnya Allah Mahabijaksana, Maha Mengetahui segala perbuatan hamba-Nya.
929
Sungguh rugi dan celaka mereka yang membunuh anak-anaknya karena kebodohan tanpa pengetahuan, serta menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka dengan semata-mata membuat-buat kebohongan terhadap Allah. Sungguh, mereka telah sesat dan tidak mendapat petunjuk. Halal dan haram hanyalah hak Allah semata, tidak seorang pun berhak menentukan kehalalan dan keharaman sesuatu kecuali dengan petunjuk Allah.
930
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bagaimana kaum musyrik Mekah telah membuat ketetapan dan peraturan yang hanya berdasarkan pada keinginan hawa nafsu sendiri, bahkan mereka mengklaim bahwa peraturan itu berasal dari Allah. Pada ayat-ayat ini Allah menjelaskan lagi nikmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada hambaNya. Dan Dialah, Allah, yang menjadikan dua jenis tanaman, yaitu tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat. Allah pun menciptakan untuk manusia berbagai macam pepohonan seperti pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Wahai manusia! Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan jangan lupa berikanlah haknya, berupa zakat, pada waktu memetik hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan, dalam arti tidak terlalu pelit dan tidak terlalu boros, tetapi berada di antara keduanya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan, yaitu dengan mengeluarkan harta bukan pada tempatnya.
931
Allah pun menciptakan hewan ternak untuk kepentingan manusia. Dan di antara hewan-hewan ternak yang diciptakan Allah itu ada yang dijadikan pengangkut beban seperti unta, keledai, dan kuda dan ada pula yang untuk disembelih seperti kambing dan sapi. Wahai manusia, makanlah rezeki yang diberikan Allah kepadamu, yaitu yang Allah halalkan untukmu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan sebagaimana kaum musyrik yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
932
Allah lalu menjelaskan bahwa ada delapan ekor hewan ternak yang berpasangan, atau empat pasang hewan ternak; sepasang domba dan sepasang kambing. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad kepada kaum musyrik, sebagai kritikan kepada mereka, “Manakah yang diharamkan Allah di antara binatang itu? Apakah yang diharamkan Allah dua yang jantan atau dua yang betina atau yang ada dalam kandungan kedua betinanya? Terangkanlah kepadaku berdasar pengetahuan, yaitu suatu bukti dan keterangan dari kitab Allah atau keterangan dari para nabi-Nya bahwa Allah mengharamkan yang demikian jika kamu orang yang benar dan bukan membuat-buat ketetapan itu.”
933
Dan dua pasang hewan lainnya adalah dari sepasang unta jantan dan betina dan sepasang sapi jantan dan betina. Katakanlah kepada kaum musyrik itu, “Manakah yang diharamkan Allah? Apakah yang diharamkan dua unta atau sapi yang jantan atau dua unta atau sapi yang betina, atau yang ada dalam kandungan kedua betinanya? Apakah kamu menjadi saksi ketika Allah menetapkan keharaman hewan-hewan ini bagimu? Siapakah yang lebih zalim, yakni tidak ada yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah untuk menyesatkan orang-orang tanpa pengetahuan?” Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
934
Pada ayat-ayat yang lalu kaum musyrik dikritik dengan celaan yang tajam karena mereka mengharamkan sebagian dari hewan ternak tan-pa ada larangan dari Allah atau petunjuk dari nabi-nabi mereka, pada ayat ini dijelaskan berbagai makanan yang diharamkan untuk kaum muslim dan kaum Yahudi. Katakanlah kepada kaum musyrik yang membuat-buat aturan sendiri dan telah berdusta terhadap Allah, “Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali empat jenis saja, yaitu (1) daging hewan yang mati dengan sendirinya atau sebab alamiah, biasa disebut dengan bangkai, (2) darah yang mengalir, (3) daging babi-karena semua itu kotor-atau (4) hewan yang disembelih bukan atas nama Allah. Akan tetapi, barang siapa yang terpaksa memakannya bukan karena menginginkan dan tidak mele-bihi batas darurat, melainkan hanya sekadar untuk bisa bertahan dari kelaparan yang mengancam keselamatan jiwa, maka sungguh, Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang.
935
Dan khusus kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan semua hewan yang berkuku, yaitu ialah hewan-hewan yang jari-jarinya tidak terpisah antara yang satu dengan yang lain, seperti: unta, itik, angsa, dan lain-lain. Dan Kami haramkan juga kepada mereka lemak sapi dan domba, kecuali yang melekat di punggungnya, atau yang dalam isi perutnya, yakni usus, dan lemak yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami menghukum mereka karena kedurhakaannya, bukan karena makanan itu haram zatnya seperti haramnya babi dan bangkai. Dan sungguh, Kami Mahabenar.
936
Maka jika mereka mendustakan kebenaran mengenai makanan yang halal dan haram yang telah kamu jelaskan, wahai Nabi Muhammad, katakanlah, “Demikianlah ketetapan Tuhanmu yang mempunyai rahmat yang luas. Dan siksa yang dijatuhkan atau diberikan-Nya kepada orang-orang yang berdosa tidak dapat dielakkan.”
937
Orang-orang musyrik akan berkata kepada Nabi Muhammad, “Jika Allah menghendaki, tentu kami tidak akan mempersekutukan-Nya dengan yang lain, begitu pula nenek moyang kami, dan kami tidak akan mengharamkan apa pun yang dihalalkan Allah untuk kami.” Demikian pula orang-orang sebelum mereka yang telah mendustakan para rasul dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah sampai mereka merasakan azab Kami. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Apakah kamu mempunyai pengetahuan yang dapat kamu kemukakan kepada kami? Yang kamu ikuti hanya persangkaan belaka, dan kamu hanya mengira.”
938
Katakanlah kepada mereka wahai Nabi Muhammad, “Alasan yang kuat hanya pada Allah, yaitu alasan yang dapat mematahkan sangkaan-sangkaan buruk kalian. Dia-lah yang berhak memberi petunjuk bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maka kalau Dia menghendaki, niscaya kamu semua mendapat petunjuk.”
939
Katakanlah kepada orang-orang musyrik itu, wahai Rasulullah, “Bawalah saksi-saksimu yang dapat membuktikan dan berani mengakui bahwa Allah mengharamkan beberapa binatang ternak ini seperti saibah dan bahirah.” Jika mereka memberikan kesaksian, yaitu kesaksian dusta, engkau jangan ikut pula memberikan kesaksian bersama mereka dan jangan membenarkan persaksian mereka. Jangan engkau ikuti keinginan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, dan mereka mempersekutukan Tuhan.
940
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad kepada mereka yang menetapkan hukum sekehendak nafsunya, “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu, yaitu pertama, jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun dalam segala aspek kehidupanmu, baik dalam keyakinan di hati, perkataan, ataupun perbuatan. Kedua, berbuat baik-lah kepada ibu bapak-mu, dan ketiga, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka. Keempat, janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat oleh orang lain atau yang dilakukan oleh anggota tubuhmu, ataupun yang tersembunyi di dalam hatimu atau tidak terlihat orang lain. Selanjutnya kelima, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, yaitu yang dibenarkan oleh syariat seperti qisas, membunuh orang murtad, rajam, dan sebagainya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.
941
Keenam, dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim-seperti melakukan hal-hal yang mengarah kepada pengambilan hartanya dengan alasan yang dibuat-buat-kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat dan lebih menguntungkan-seperti menginvestasikannya agar berkembang, atau menjaga agar keutuhannya terjamin, termasuk juga membayar zakatnya jika telah mencapai satu nisab-sampai dia mencapai usia dewasa. Usia dewasa ditandai ketika anak yatim telah mampu mengelola hartanya sendiri dengan baik, dengan cara mengujinya terlebih dahulu. Pada saat inilah seorang pengelola harta anak yatim diperintahkan untuk menyerahkan hartanya itu. Pada saat penyerahan, perlu disaksikan oleh saksi yang adil sebagai pertanggungjawaban administrasi. Segala benih kecenderungan untuk mengambil harta anak yatim harus dicegah sejak awal kemunculannya. Wasiat berikutnya, ketujuh, dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Tidak boleh merekayasa untuk mengurangi takaran atau timbangan dalam bentuk apa pun. Namun demikian, karena untuk tepat 100 % dalam menimbang adalah sesuatu yang sukar, maka Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, agar jangan sampai hal itu menyusahkan kedua belah pihak: pembeli dan penjual. Penjual tidak diharuskan untuk menambahkan barang yang dijual, melebihi dari kewajibannya, pembeli juga perlu berlega hati jika ada sedikit kekurangan dalam timbangan karena tidak sengaja. Ayat ini menunjukkan bahwa agama Islam tidak ingin memberatkan pemeluknya. Wasiat kedelepan, apabila kamu berbicara, seperti pada saat bersaksi atau memutuskan hukum terhadap seseorang, bicaralah sejujurnya. Sebab, kejujuran dan keadilan adalah inti persoalan hukum. Kejujuran dan keadilan harus tetap dapat kamu tegakkan sekalipun dia, yang akan menerima akibat dari hukuman tersebut, adalah kerabat-mu sendiri. keadilan hukum dan kebenaran adalah di atas segalanya. Jangan sampai keadilan hukum terpengaruh oleh rasa kasih sayang terhadap keluarga. Semua itu bertujuan agar masyarakat bisa hidup damai, tenang, dan tenteram. Wasiat kesembilan, dan penuhilah janji Allah, yaitu janji untuk mamatuhi ketentuan yang digariskan oleh-Nya, baik dalam bidang ibadah, muamalah, maupun lainnya. Memenuhi janji ini akan mendatangkan kebaikan bagi manusia. Demikianlah Dia meme-rintahkan kepadamu agar kamu ingat dengan melakukan apa yang diperintahkan dan menghindari segala larangan, atau agar kamu sekalian saling mengingatkan.
942
Allah menjelaskan bahwa semua perintah dan larangan yang telah disebut dua ayat sebelum ini adalah jalan kebenaran yang harus diikuti. Jika tidak, maka akan menimbulkan petaka dalam kehidupan. Inilah wasiat yang kesepuluh: dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, yaitu agama Islam yang diridai Allah dengan semua kelengkapan ajarannya, mulai dari akidah, kekeluargaan, dan kemasyarakatan. Maka ikutilah jalan ini, karena inilah jalan yang benar yang bisa memberikan jaminan kebahagiaan dan ketenteraman hidup di dunia dan di akhirat. Jangan kamu ikuti jalan-jalan yang lain seperti agama-agama selain Islam, kelompok-kelompok yang mengajarkan ajaran yang menyimpang dan sesat yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Setan terus berusaha untuk membelokkan manusia dari jalan lurus ini dengan segala cara. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa dengan selalu menjaga diri agar jangan sampai celaka, yaitu dengan melaksanakan ajaran Islam dengan baik dan benar, baik itu kewajiban atau larangan. Inilah bentuk kasih sayang Allah kepada manusia agar mereka bahagia.
943
Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Islam sebagai jalan kebenaran yang harus diikuti bukanlah sesuatu yang baru, tetapi telah dibawa oleh para nabi terdahulu, antara lain adalah Nabi Musa. Kemudian Kami telah memberikan kepada Nabi Musa Kitab Taurat sebagai anugerah dari Allah. Manusia tanpa wahyu pasti akan sesat karena mereka akan memilih jalan sendiri-sendiri atas dasar kepentingan masing-masing. Pemberian kitab suci itu adalah untuk menyempurnakan nikmat Kami kepada orang yang berbuat kebaikan karena ketaatannya kepada Allah dalam menyampaikan pesan-pesan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berbuat baik karena Allah akan diberi tambahan nikmat-Nya untuk menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh kaumnya, baik urusan agama maupun urusan dunia. Dan juga sebagai petunjuk ke jalan yang benar dan sebagai rahmat bagi mereka yang mengamalkannya agar mereka beriman akan adanya pertemuan dengan Tuhannya untuk mendapatkan balasan dari semua amal yang dilakukan di dunia. Keimanan terhadap hari akhir menjadikan manusia lebih berhati-hati dalam bertindak dan banyak melakukan amal saleh.
944
Ayat ini menjelaskan peranan Al-Qur'an bagi manusia. Dan ini adalah Kitab Al-Qur'an yang Kami turunkan melalui Malaikat Jibril dengan penuh berkah, yakni segala macam kebaikan, baik lahir maupun batin, yang sangat berguna bagi kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Ikutilah apa yang ada di dalamnya, amalkanlah isinya, dan bertakwalah, jagalah dirimu dari api neraka, waspadalah, dan taatilah ketentuan yang ada di dalam kitab itu. Itu semua agar kamu mendapat rahmat kasih sayang dari Allah. Orang yang diberi kasih sayang dari Allah akan men-dapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
945
Kemudian, pada ayat ini Allah menjelaskan tentang turunnya Al-Qur'an kepada orang musyrik Mekah agar mereka pada hari Kiamat kelak tidak membuat-buat alasan mengenai sikap kemusyrikan dan kemaksiatan mereka. Kami turunkan Al-Qur'an yang berisi hal-hal yang menyangkut semua aspek kehidupan itu agar kamu tidak mengatakan dan membuat-buat alasan pada hari Kiamat nanti bahwa kamu tidak mendapatkan kitab petunjuk dari langit, “Kitab itu, yaitu Taurat dan Injil, hanya diturunkan kepada dua golongan sebelum kami, Yahudi dan Nasrani, dan sungguh, kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca. Kami tidak mengerti apa yang ada di dalam kedua kitab tersebut karena menggunakan bahasa yang bukan bahasa kami.”
946
Atau agar kamu tidak mengatakan, “Jikalau Kitab yang berisi tentang berbagai petunjuk dalam kehidupan itu diturunkan kepada kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk daripada mereka, karena kami lebih bersemangat dalam melaksanakan ajaran agama dan lebih cerdas daripada mereka. Kami banyak tahu tentang syair, kisah-kisah masa lalu, padahal kami adalah bangsa yang buta huruf.” Sungguh, telah datang kepadamu penjelasan yang nyata, yaitu kitab Al-Qur'an ini dan rasul yang membawanya, petunjuk bagi yang menghayati kandungannya, dan rahmat bagi semesta alam dari Tuhanmu. Siapakah yang lebih zalim, maksudnya tidak ada yang lebih zalim, daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah seperti perkataan mereka bahwa Al-Qur'an adalah cerita bohong dari masa lalu, dan bahwa Nabi Muhammad adalah pesihir, orang gila, dan lain sebagainya, dan orang yang berpaling daripadanya, bahkan melarang orang lain untuk mendengarkan dan mempelajarinya? Kelak, Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan azab yang keras, karena mereka selalu berpaling. Mereka tahu dan memahami dengan jelas tentang kebenaran dari ayat-ayat Allah, tetapi mereka dengan sengaja memilih kekafiran dan menghalang-halangi orang lain untuk masuk Islam.
947
Setelah itu Allah mengingatkan mereka lebih keras lagi tentang apa yang terjadi pada diri mereka ketika hari Kiamat datang. Yang mereka nanti-nantikan hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka untuk mencabut nyawa atau mengazab mereka, atau kedatangan Tuhanmu dengan cara yang tidak diketahui secara pasti untuk memutuskan urusan makhluk-Nya, atau kedatangan janji Allah berupa pahala bagi orang mukmin dan siksaan bagi yang kafir, atau sebagian tanda-tanda dari Tuhanmu yaitu tanda kedatangan hari Kiamat seperti kemunculan Dajjal, matahari terbit dari sebelah barat, Nabi Isa turun kembali ke dunia, keluarnya Yakjuj dan Makjuj, dan lainnya. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, karena pintu untuk beriman sudah tertutup, atau belum berusaha berbuat kebajikan dengan imannya itu karena pada saat itu sedang terjadi proses menuju hari penghitungan amal, bukan lagi waktu untuk mencatat amal saleh, bahkan bagi orang yang sudah beriman sekali pun. Pintu tobat juga sudah tertutup. Kemudian Allah, dengan nada yang keras, memperingatkan mereka, “Katakanlah wa-hai Nabi Muhammad, ‘Tunggulah kedatangan tiga hal tersebut, yaitu malaikat, Allah, dan sebagian tanda-tanda hari Kiamat. Kami pun menunggu datangnya siksaan Allah terhadap kalian’.”
948
Penjelasan tentang nasib orang kafir pada hari Kiamat yang terdapat pada ayat di atas dilanjutkan dengan penjelasan tentang ada kelompok-kelompok sesat pada ayat ini. Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya- padahal agama pada awalnya hanya satu, yaitu agama tauhid, sebagaimana sabda Nabi , “Kami, para nabi, bagaikan anak-anak satu ayah dari ibu yang berbeda, agama kami satu.”-dan mereka menjadi terpecah dalam golongan-golongan dengan mengikuti hawa nafsunya sendiri-sendiri, sesuai dengan kepentingan masing-masing di mana setiap golongan berbangga dengan golongannya sendiri, sedikit pun bukan tanggung jawabmu, wahai Nabi Muhammad, atas mereka. Kamu telah melaksanakan tugas kerasulanmu, sementara mereka memilih jalan kekafiran. Hati mereka telah terkunci untuk menerima kebenaran. Sesungguhnya urusan mereka terserah kepada Allah. Allah yang akan memutuskan nasib mereka, maka janganlah kamu bersedih atas kekafiran mereka. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. Tentang dosa-dosa mereka dan balasan terhadap mereka pada hari Kiamat nanti.
949
Berkaitan dengan hari pembalasan, Allah menjelaskan tentang anugerah-Nya yang agung terhadap orang mukmin yang berbuat baik. Barang siapa berbuat kebaikan, walaupun sedikit, akan men-dapat balasan sepuluh kali lipat, bahkan bisa lebih dari itu sampai tujuh ratus kali lipat dari amalnya, karena Allah Mahakaya. Hal itu jika amal baik tersebut disertai dengan keikhlasan dan sesuai dengan aturan agama Islam. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya sebagai bentuk keadilan Allah. Mereka sedikit pun tidak dirugikan atau dizalimi. Allah tidak akan berbuat zalim sedikit pun terhadap hambahamba-Nya, seperti mengurangi pahala atau menambahkan dosa yang tidak diperbuat. Dialah Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang.
950
Pada akhir surah ini Allah memberi arahan kepada Nabi mengenai berbagai soal yang penting. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Sesungguhnya Tuhanku yang memilikiku, memeliharaku, dan mendidikku, telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Nabi Ibrahim yang lurus yang condong kepada kebenaran. Dia, Nabi Ibrahim, tidak termasuk orang-orang musyrik, bahkan menjadi bapak orang-orang yang bertauhid, menjadi teladan dan contoh yang baik bagi kaum muslim. Ayat ini menandaskan kebenaran agama Islam sebagai agama yang lurus, pelanjut dari agama yang dibawa oleh para nabi terdahulu.
951
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Sesungguhnya salatku yang aku kerjakan selama hidupku, ibadahku atau kurbanku, hidupku dengan berbagai amalan yang aku kerjakan selama itu, dan matiku dengan membawa iman dan amal saleh, hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, bukan untuk lain-Nya. Ayat ini menegaskan tentang keharusan manusia untuk mengabdi hanya kepada Allah, baik dalam bentuk ibadah ritual atau lainnya, semenjak hidup sampai mati.
952
Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam bentuk apa pun, karena hal itu mustahil bagi Allah. Dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku, karena inti dari ajaran Islam, yaitu ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi terdahulu, adalah ketauhidan. Dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri atau muslim.” Sebagai nabi, beliaulah yang harus mengawal ketauhidan ini sebelum umatnya.
953
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, dengan penuh keheranan, “Apakah patut aku mencari tuhan selain Allah, padahal Dialah Tuhan bagi segala sesuatu, pencipta jagat raya dan seisinya, pengatur, dan pemelihara bagi semua makhluk-Nya. Karena segala sesuatu selain Allah tidak mempunyai kekuasaan apa-apa, maka tidak patut untuk disembah. Setiap perbuatan dosa seseorang, pelanggaran ketentuan agama, baik besar maupun kecil, dirinya sendiri yang bertanggung jawab di hadapan Allah pada hari Kiamat nanti. Dan seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain, kecuali jika orang itu mengajak orang lain berbuat dosa. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, karena semua makhluk adalah milik Allah, Allah-lah pewaris makhluk-Nya pada hari Kiamat. Dan, akan diberitahukan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan, dengan menjelaskan mana yang benar dan mana yang salah. Setiap orang akan dibalas sesuai dengan perbuatannya.”
954
Pada akhir surah ini dijelaskan bahwa hidup adalah cobaan dari Allah. Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi, setiap generasi digantikan oleh generasi berikutnya sampai hari kiamat, untuk meramaikan bumi di atas dasar nilai-nilai Ilahi. Dan Dia mengangkat derajat sebagian kamu di atas yang lain-ada yang kaya, miskin, lemah, kuat, sehat, sakit, dan sebagainya-untuk menguji kesyukuranmu atas karunia yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman bagi mereka yang durhaka dan sungguh, Dia Maha Pengampun bagi yang taat dan bertobat dari dosadosanya, Maha Penyayang kepada makhluk-Nya.
955
Alif, Laam, Mim, sad. Huruf-huruf abjad pada permulaan surah ini mengisyaratkan kemukjizatan Al-Qur'an. Beberapa surah dalam Al-Qur'an, memang, dibuka dengan huruf abjad seperti , Alif Lam mim, Alif Lam Ra, Alif, Lam, Mim, Sad, dan sebagainya. Makna huruf-huruf itu hanya Allah yang tahu. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama surah dan ada pula yang berpendapat bahwa gunanya untuk menarik perhatian, atau untuk menunjukkan mukjizat Al-Qur'an, karena Al-Qur'an disusun dari rangkaian huruf-huruf abjad yang digunakan dalam bahasa bangsa Arab sendiri. Meskipun demikian, mereka tidak pernah mampu untuk membuat rangkaian huruf-huruf itu menjadi seperti Al-Qur'an.
956
Pada akhir surah yang lalu dijelaskan tentang turunnya Al-Qur'an, untuk apa ia diturunkan, perintah untuk mengikutinya, dan ancaman bagi orang yang mengabaikan tuntunannya. Surah ini diawali dengan menyebut kembali Al-Qur'an yang dibicarakan pada Surah al-An'am itu dan keharusan mengikuti tuntunannya. Inilah Kitab yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepadamu, wahai Rasulullah, sebagai penghormatan untukmu, maka janganlah engkau sesak dada karenanya akibat takut terhadap orang kafir yang akan mendustakanmu. Tugasmu adalah menyampaikan Al-Qur'an agar engkau memberi peringatan dengan Kitab itu kepada kaummu dan sekalian manusia akan akibat dari dosa yang mereka lakukan, dan menjadi pelajaran bagi orang yang beriman, karena merekalah yang paling siap memanfaatkan isi kandungannya. Al-Qur'an mempunyai fungsi yang demikian agung, maka Allah memerin tahkan manusia untuk mengikuti ajarannya. Ayat ini juga ditujukan kepada para juru dakwah dan mubalig.
957
Ikutilah, wahai kaum muslim, apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dalam hal apa saja. Yakinilah bahwa semuanya akan membawa kebaikan, karena Tuhanmu adalah Zat Yang Maha Penyayang kepada makhluk-Nya. Janganlah kamu ikuti siapa pun selain Dia sebagai pemimpin lalu kamu pasrahkan semua urusanmu kepada mereka dan kamu taati saja seruan mereka, padahal mereka akan mengajakmu kepada jalan kesesatan. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran sehingga kamu tidak kembali ke jalan yang benar. Ayat ini melarang seorang mengikuti ajakan orang lain dalam urusan agama yang tidak datang dari Allah.
958
Betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan, seperti negeri kaum nabi-nabi terdahulu, siksaan Kami datang menimpa penduduk-nya pada malam hari ketika mereka tengah terlelap dalam tidur seperti yang terjadi pada kaum Nabi Lut yang melakukan homoseks. Negeri mereka dijungkirbalikkan dan dihujani dengan batu. Atau siksaan itu datang pada saat mereka beristirahat pada siang hari seperti yang terjadi pada kaum Nabi Syuaib yang sering melakukan kecurangan dalam takaran dan timbangan. Mereka disiksa dengan suara yang menggelegar. Azab Allah bisa datang kapan saja, secara tak terduga, bahkan ketika waktu istirahat sekalipun.
959
Maka ketika siksaan Kami datang menimpa mereka, keluhan mereka tidak lain, hanya mengucap, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.” Mereka mengakui dosa-dosanya, tetapi semua penyesalan itu tidak ada gunanya lagi. Mereka tetap dibinasakan. Inilah siksaan mereka di dunia. Di akhirat nanti, azab Allah akan lebih pedih lagi. Mereka akan dimintakan pertanggungjawaban.
960
Maka pasti akan Kami tanyakan kepada umat yang telah mendapat seruan dari para rasul Kami, pertanyaan yang berupa celaan keras: apakah para rasul telah memperingatkan mereka? Dan Kami akan tanyai pula para rasul untuk menjadi saksi: apakah mereka telah melaksanakan tugas dengan baik, bagaimana sikap kaum mereka, apakah menurut atau menentang, dan sebagainya?
961
Dan pasti akan Kami beritakan kepada mereka dengan ilmu Kami, dan Kami tidak jauh dari mereka dengan penjelasan yang disertai bukti-bukti yang meyakinkan, karena Allah selalu mengawasi gerak-gerik mereka. Mereka tidak akan bisa berbohong. Pada saat itulah amalan mereka ditimbang dengan timbangan yang tidak pernah meleset, karena Allah Mahaadil.
962
Timbangan yang tidak kita ketahui secara hakiki bagaimana bentuk dan sifatnya, pada hari itu menjadi ukuran kebenaran. Ihwal timbangan ini merupakan perkara gaib; kita wajib mengimaninya dan hanya Allah yang tahu hakikatnya. Maka barang siapa berat timbangan kebaikan-nya karena banyak melakukan kebaikan, mereka itulah orang yang beruntung. Mereka akan masuk surga dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.
963
Dan barang siapa ringan timbangan kebaikan-nya karena banyak melakukan dosa, maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami. Padahal, ayat-ayat tersebut telah jelas mengemukakan kebenaran yang sulit terbantahkan. Namun kesombongan dan sikap iri pada hati mereka menyebabkan mereka enggan menerima ayat-ayat tersebut, bahkan mendustakannya.
964
Setelah itu, pada ayat ini Allah menjelaskan tentang anugerah-Nya kepada manusia. Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi menjadi pemilik dan pengelolanya, dan di sana Kami sediakan sumber penghidupan untukmu seperti tempat untuk kamu menetap, sumber-sumber makanan dan minuman, dan sarana kehidupan lainnya. Akan tetapi, sedikit sekali kamu bersyukur atas semua kenikmatan itu dengan mengerahkan semua energi yang didapat dari semua nikmat itu untuk beribadah kepada Allah. Bahkan, kamu banyak mengingkarinya dengan menyembah selain Allah, serta berbuat kemaksiatan dan kerusakan di bumi.
965
Dan sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari ketiadaan, yaitu Nabi Adam dari tanah liat yang menjadi asal kejadian manusia di dunia, dengan mengukur dan memperkirakan semua bagian dengan tepat. Kemudian Kami membentuk tubuh-mu dengan sebaik-baik bentuk sesuai dengan kehendak Kami, seperti tinggi-pendek dan bentuk masing-masing anggota tubuh. Kemudian Kami berfirman kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam sebagai bentuk penghormatan kepadanya karena kemampuannya menyebutkan nama-nama benda yang tidak mampu sebutkan, sehingga ia berhak menjadi khalifah di dunia. Maka mereka, para malaikat, pun sujud sebagai penghormatan, bukan sujud ibadah, kecuali Iblis, satuan dari jin yang terbuat dari api. Ia, Iblis, tidak termasuk mereka yang bersujud.
966
Allah mempertanyakan alasan penolakan Iblis untuk sujud kepada Adam. Dia berfirman, “Apakah yang menghalangimu untuk menghormati Adam sehingga kamu tidak bersujud kepadanya ketika Aku menyuruhmu?” Dengan penuh angkuh dan sombong, Iblis menjawab, “Aku tidak pantas bersujud kepadanya karena aku lebih baik daripada dia sehingga aku tidak wajar bersujud kepadanya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah, dan api lebih baik daripada tanah.”
967
Ucapan Iblis ini merupakan cerminan keangkuhan dan kesombongannya. Menanggapi kedurhakaan dan sikap Iblis, Allah langsung menyuruhnya keluar dari surga. Allah berfirman, “Maka karena kesombongan dan pembangkanganmu, turunlah kamu darinya, yakni dari dalam surga, karena apa pun alasanmu kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah kamu dari surga ini, karena sesung-guhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”
968
Ketika Iblis memproklamasikan diri sebagai musuh Allah dan Nabi Adam serta keturunannya, ia meminta agar Allah menangguhkan usianya sampai hari kiamat. Iblis menjawab perintah Allah untuk keluar dari dalam surga, “Berilah aku penangguhan waktu, panjangkanlah usia-ku, dan janganlah Engkau wafatkan aku sampai hari kiamat, yaitu hari ketika mereka, semua manusia, dibangkitkan agar aku dapat menyesatkan Adam dan keturunannya.”
969
Dengan hikmah yang dimiliki-Nya, Allah menjadikan Iblis sebagai ujian buat umat manusia dan mengabulkan permintaan Iblis tersebut. Allah berfirman, “Benar, kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu sampai hari yang ditentukan, yaitu ketika semua makhluk yang hidup dimatikan.” (Lihat: Surah al-Hijr/15: 38).
970
Mendengar pernyataan Allah tersebut, Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku dengan menetapkan kesesatan padaku sampai hari kiamat, aku bersumpah pasti aku akan selalu menghalangi mereka, Adam dan anak cucunya, dari jalan-Mu yang lurus, yaitu jalan kebaikan yang dapat mengantarkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.”
971
“Kemudian,” kata Iblis melanjutkan, “Untuk mewujudkan tujuanku ini, aku akan menempuh berbagai cara. Pasti aku akan mendatangi mereka dari segala penjuru: dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan karena manusia amatlah lemah, Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur atas nikmat-nikmat-Mu.”
972
Karena keangkuhan dan kedurhakaannya, Allah kemudian memberi sanksi tegas kepada Iblis dan mengingatkan manusia untuk tidak mengikuti ajakannya. Allah berfirman, “Disebabkan kemaksiatan dan kesombonganmu, keluarlah kamu dari sana, yaitu dari dalam surga, dalam keadaan terhina akibat kedurhakaanmu dan juga dalam keadaan terusir, yakni dijauhkan dari rahmat dan nikmat Allah. Aku bersumpah demi keagungan-Ku, sesungguhnya barang siapa di antara mereka, yakni manusia, ada yang mengikutimu dengan senantiasa melakukan kekafiran dan kemaksiatan, pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua, setan dan manusia.” Ayat ini menunjukkan bahwa neraka merupakan tempat Iblis dan orang-orang yang mengikuti bujuk rayunya dengan bermaksiat kepada Allah.
973
Setelah Allah menjelaskan besarnya permusuhan Iblis kepada manusia dan ambisinya untuk menyesatkan manusia dengan berbagai cara, pada ayat-ayat berikut Allah menceritakan kisah Iblis dalam me-nyesatkan Adam dan istrinya. Hal ini amatlah penting agar manusia senantiasa waspada terhadap makar dan godaan Iblis. Dan ingatlah ketika Allah berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau bersama istrimu dalam surga yang penuh dengan kenikmatan dan makanlah dari berbagai jenis makanan apa saja yang kamu berdua sukai. Akan tetapi, ada satu hal yang terlarang, yaitu janganlah kamu berdua dekati pohon yang satu ini. Apabila kamu mendekatinya, kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.” Hikmah dari larangan ini adalah untuk menguji manusia, sejauh mana ia bisa menunaikan perintah dan menghindari larangan. Ketika manusia melanggarnya, ia pun telah menzalimi dirinya.
974
Iblis ingin menghilangkan kenikmatan surga yang dinikmati Adam dan pasangannya. Ia pun berusaha mengeluarkan Adam dan pasangannya dari surga. Kemudian, dengan penuh kedengkian, setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka, yaitu Adam dan pasangannya, agar menampakkan aurat mereka yang selama ini tertutup. Dan setan berkata, “Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat sehingga kalian memiliki kekuatan dan umur yang panjang atau tidak menjadi orang yang kekal dalam surga.”
975
Dan Iblis tidak sekadar membisikkan atau merayu, tetapi juga berusaha meyakinkan Adam. Dia, yakni setan, juga bersumpah kepada keduanya seraya berkata, “Sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasihatmu yang benar-benar tulus.”
976
Dia, setan, pun tak henti-hentinya membujuk mereka dengan berbagai macam tipu daya. Hal tersebut membuat Adam dan istrinya lupa akan larangan Allah, sehingga mereka memakan buah pohon itu. Ketika mereka mencicipi dan belum memakan buah pohon itu secara sempurna, tampaklah oleh mereka auratnya masing-masing dan tampak pula bagi masing-masing aurat pasangannya. Hal ini membuat keduanya merasa malu, aurat yang senantiasa tertutup kini tersingkap. Maka mulailah mereka menutupinya, yakni menutupi auratnya, dengan daun-daun surga. Dan ketika itu juga Tuhan menyeru mereka sambil mengecam perbuatan mereka, “Hai kedua hamba-Ku! Bukankah Aku telah melarang kamu dari mendekati pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” Ayat ini menunjukkan bahwa tersingkapnya aurat seseorang merupakan perkara yang melawan tabiat manusia, karena sejak manusia diciptakan aurat adalah hal yang harus ditutupi.
977
Menjawab pertanyaan yang merupakan kecaman Allah ini, dengan penuh penyesalan keduanya, yakni Adam dan pasangannya, berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri akibat mengikuti perkataan Iblis dan melanggar larangan-Mu, padahal Engkau telah memperingatkan pada kami. Kami sangat menyesal dan memohon ampun kepada-Mu. Jika Engkau tidak mengampuni kami, menghapus dosa yang telah kami lakukan, dan memberi rahmat kepada kami dengan memberikan keridaan, taufik, dan hidayah, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”
978
Mendengar permohonan Adam dan pasangannya itu, Allah berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga ke bumi! Kamu, wahai Adam dan keturunanmu, akan saling bermusuhan satu sama lain, yakni setan dan pengikutnya atau juga sebagian manusia menjadi musuh bagi manusia lain. Bumi adalah tempat kediaman sementara dan kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan, yakni kematian kamu atau hari Kiamat nanti.”
979
Allah berfirman, “Di sana, yakni di bumi, kamu, wahai Adam dan ke-turunanmu, hidup, dan di sana pula kamu mati lalu dikuburkan, dan dari sana pula kamu akan dibangkitkan dari dalam kubur.”
980
Pada ayat-ayat yang lalu ditegaskan bahwa Allah menyuruh Adam dan istrinya keluar dari surga dan bertempat tinggal di bumi, dan dijelaskan pula bahwa setan adalah musuhnya yang sangat berbahaya. Pada ayat-ayat berikut Allah memberikan peringatan dan tuntunan kepada anak keturunan Adam akan hal-hal yang dapat memberi mereka manfaat di dunia, dan peringatan terhadap setan yang senantiasa berusaha menyesatkannya. Wahai anak cucu Adam! Ingatlah dan bersyukurlah pada Kami dengan menaati perintah Kami, karena sesungguhnya Kami telah memberikan karunia kepadamu dengan menyediakan kemudahan untuk mendapatkan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, yakni dengan menghambakan diri kepada Allah dengan penuh ketulusan dan kecintaan, itulah yang lebih baik, karena hal tersebut akan mendatangkan kebahagiaan, meraih kecintaan Allah, dan menyelamatkan kamu dari azab Allah. Demikianlah Allah menceritakan tentang Adam dan istrinya. Hal tersebut merupakan sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan dengan kisah tersebut mereka, yakni manusia, menjadi ingat dan dapat mengambil pelajaran, bahwa siapa pun yang menyalahi perintah Allah dan melanggar larangan-Nya akan mendapatkan murka Allah.
981
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan dengan mengikuti bujuk rayunya, karena hal itu akan berakibat buruk sebagaimana halnya dia telah mengeluarkan ibu bapakmu, yakni Adam dan istrinya, dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka sehingga dia dan pengikutnya dapat mendatangimu dan menggodamu dari arah yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.
982
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Allah telah menjadikan setan sebagai teman bagi orang-orang yang ingkar. Pada ayat-ayat berikut diterangkan tentang orang yang senantiasa mengikuti tradisi nenek moyang mereka meskipun tradisi itu salah. Dan apabila mereka, yakni orang-orang yang senantiasa mendustakan Allah dan Rasul-Nya, melakukan perbuatan keji, seperti menyekutukan Allah, atau tawaf dalam keadaan telanjang bulat, dan sebagainya, kemudian ketika mereka ditegur bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tercela, mereka berkata, “Perbuatan tersebut kami lakukan karena kami mendapati nenek moyang kami melakukan yang demikian.” Hal tersebut memang benar, bahwa nenek moyang kaum musyrik yang memelopori berbagai perbuatan keji tersebut, namun dengan penuh kedustaan mereka kembali berkata, “Dan bahwa selain itu, Allah menyuruh kami mengerjakannya.” Jelas hal ini merupakan kedustaan yang nyata. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk mengingkari hal tersebut. Allah berfirman, “Wahai Nabi Muhammad! Katakanlah kepada mereka dengan penuh pengingkaran, “Sesungguhnya Allah tidak pernah dan tidak pantas menyuruh berbuat keji, karena hal itu sangat bertentangan dengan kesempurnaan dan hikmah-Nya. Mengapa kamu melakukan kedustaan yang amat besar yaitu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui?”
983
Wahai Nabi Muhammad, berilah penjelasan kepada orang-orang yang berlaku dusta tersebut. Katakanlah pada mereka, “Tuhanku menyuruhku agar kalian dan semua manusia berlaku adil, tidak berlebihan dalam beribadah dan dalam bermuamalah. Maka lakukanlah hal tersebut dalam semua peribadatan kalian. Hadapkanlah wajahmu, yakni arahkanlah seluruh perhatianmu, kepada Allah pada setiap salat. Tunaikanlah salat dengan sebaik-baiknya, sucikanlah lahir dan batinmu, dan bersihkanlah dari segala bentuk kekejian. Dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya, mengharap rahmat-Nya, dan takut dari azab-Nya. Ingatlah, setelah kematian, kamu semua akan dibanigkitkan dan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula, sehingga Allah akan membalas segala apa yang kamu perbuat dengan balasan yang setimpal.”
984
Ketika dibangkitkan, manusia akan menemui Allah dalam dua kelompok besar. Sebagian kelompok manusia meru-pakan golongan yang telah diberi-Nya petunjuk di dunia, yaitu dengan beribadah kepada Allah dengan penuh ikhlas, inilah yang mengantarkan mereka menuju kebahagiaan, dan sebagian kelompok lagi, merupakan kelompok yang telah pasti dan sepantasnya menjadi sesat karena memilih sendiri jalan kesesatan itu dan enggan memanfaatkan petunjuk. Sebab kesesatan kelompok yang kedua ini adalah karena mereka menjadikan setan-setan sebagai pelindung dan pembimbing mereka selain Allah, se-hingga mereka menuruti segala seruan setan. Dan dengan kebodohan mereka, mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.
985
Pada ayat yang lalu Allah memerintahkan agar manusia berlaku adil dalam semua urusan, maka pada ayat ini Allah memerintahkan agar memakai pakaian yang baik dalam beribadah, baik ketika salat, tawaf, dan ibadah lainnya. Allah juga memerintahkan manusia untuk makan dan minum secukupnya tanpa berlebih-lebihan. Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus yaitu pakaian yang dapat menutupi aurat kalian atau bahkan yang lebih dari itu ketika kalian beribadah, sehingga kalian bisa melakukan salat dan tawaf dengan nyaman, dan lakukanlah itu pada setiap memasuki dan berada di dalam masjid atau tempat lainnya di muka bumi ini. Dalam rangka beribadah, Kami telah menyediakan makanan dan minuman, maka makan dan minumlah apa saja yang kamu sukai dari makanan dan minuman yang halal, baik dan bergizi, tetapi jangan berlebihan dalam segala hal, baik dalam beribadah dengan menambah cara atau kadarnya, ataupun dalam makan dan minum. Karena sungguh, Allah tidak menyukai, yakni tidak melimpahkan rahmat dan ganjaran-Nya kepada orang yang berlebih-lebihan dalam hal apa pun.
986
Allah mengecam kaum musyrik yang mengharamkan sesuatu yang baik, seperti berpakaian dan memakan makanan yang baik, kemudian mereka mengatakan bahwa ketentuan itu berasal dari Allah. Oleh karena itu, Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengingkari perkataan orang-orang musyrik itu. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mereka yang mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah disediakan, yakni diizinkan untuk dikenakan dan dinikmati, untuk hamba-hamba-Nya, dan rezeki yang baik-baik yang Allah sediakan di muka bumi ini?” Katakanlah, “Pakaian, makanan, atau rezeki lainnya, semua itu untuk orang-orang yang beriman juga orang yang tidak beriman dalam kehidupan dunia, tetapi ia akan menjadi khusus untuk mereka saja yang beriman pada hari Kiamat.” Demikianlah, Kami menjelaskan ayat-ayat, yakni ketetapan-ketetapan hukum atau bukti-bukti kebesaran Kami, itu untuk orang-orang yang ingin mengetahui.
987
Kemudian Allah menjelaskan apa yang sebenarnya diharamkan. Wahai Nabi Muhammad, katakanlah kepada mereka yang mempersempit dirinya sehingga mengharamkan sesuatu yang halal, “Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji, yakni perbuatan yang sangat buruk, baik berupa perkataan maupun perilaku, baik yang terlihat oleh orang lain dan yang tersembunyi, dan juga Dia mengharamkan perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, dan mengharamkan kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk membenarkan perbuatan itu, dan Dia juga melarang kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui, apalagi yang kamu ketahui.”
988
Orang-orang zalim yang melakukan perbuatan keji sebagaimana dijelaskan pada ayat-ayat terdahulu tidak langsung mendapatkan azab dan balasan perbuatan mereka, karena Allah telah menentukan waktu dan ajal tiap-tiap umat. Dan setiap umat atau bangsa yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya mempunyai ketentuan ajal-nya, yaitu batas waktu untuk maju atau mundur, jaya atau hancur. Apabila ajalnya, yakni masa ketentuan azab Allah kepada umat atau bangsa, tiba, azab Allah pasti akan turun dan mereka tidak dapat meminta penundaan kedatangannya atau percepatan de-ngan memajukannya walau hanya sesaat atau sekejap pun.
989
Pada ayat yang lalu Allah menerangkan bahwa tiap-tiap umat atau bangsa ada ajalnya, maka pada ayat-ayat berikut ini diterangkan bahwa Allah mengutus para rasul pada umat manusia. Mereka menyampaikan pokok-pokok syariat sebagai petunjuk kepada manusia ke jalan yang benar. Wahai anak cucu Adam! Jika datang kepadamu dari Allah rasul-rasul dari kalanganmu sendiri agar kamu lebih mudah berkomunikasi dan akrab dengan mereka, yang membacakan dan menceritakan ayatayat-Ku kepadamu, dan menerangkan pada kalian bukti-bukti kebenaran risalahnya, maka taatlah kepadanya dan ikutilah ajarannya. Maka barang siapa bertakwa kepada Allah, dengan menaati perintah-Nya dan mengadakan perbaikan, baik dalam arti memperbaiki amalnya, maupun dalam arti memperbaiki diri dan lingkungan, maka tidak ada rasa takut pada diri mereka atas dunia yang harus mereka korbankan, karena tenggelam dalam lezatnya iman yang bersemayam dalam hati mereka. Dan di akhirat, mereka tidak bersedih hati.
990
Tetapi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, yakni tidak mengindahkan perintah dan larangan Kami, dan menyombongkan diri terhadapnya, yaitu dengan menentang aturan-aturan-Nya, mereka itulah penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya. Hal ini disebabkan kekafiran dan pendustaan mereka terhadap para rasul dan ayat-ayat Allah.
991
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah dengan melakukan kemaksiatan kemudian dengan dusta mereka menyatakan perbuatan itu sebagai perintah Allah, atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya, yaitu Al-Qur'an? Mereka, yakni orang-orang yang mendustakan dan menentang ayat-ayat Allah, itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan oleh Allah di dunia, dan hal ini telah dituliskan dalam Kitab Lauh Mahfuz. Namun demikian, hal ini berlangsung sampai ketika datang para utusan Kami, yaitu malaikat maut, kepada mereka untuk mencabut nyawanya dengan keras sehingga mereka merasakan sakit yang luar biasa. Mereka, yakni para malaikat yang diperintahkan untuk mencabut nyawa tersebut berkata, “Wahai kalian yang senantiasa mendustakan Allah, manakah sembahan yang dulu biasa kamu sembah selain Allah? Apakah mereka mampu menolong kalian dan menyelamatkan diri dari kami?” Dengan penuh kesadaran, mereka, yakni orang musyrik, menjawab, “Semuanya telah lenyap dari kami.” Dan mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir.
992
Kepada orang-orang yang mengingkari-Nya, Allah berfirman, “Masuklah kamu ke dalam api neraka bersama golongan jin dan manusia yang telah sesat dan berlaku kafir lebih dahulu dari kamu. Setiap kali suatu umat masuk neraka, dia melaknat saudaranya yang dahulu sama-sama melakukan kekafiran, sehingga apabila mereka telah masuk neraka semuanya, yakni para pemimpin dan para pengikut, berkatalah orang yang masuk belakangan, yakni para pengikut, kepada para pemimpin mereka yang telah masuk terlebih dahulu, “Ya Tuhan kami, mereka-lah yang telah menyesatkan kami dari kebenaran. Maka datangkanlah siksaan api neraka yang berlipat ganda kepada mereka.” Allah berfirman, “Masing-masing, yakni kamu dan mereka, akan mendapatkan siksaan yang berlipat ganda, tapi kamu tidak mengetahui.”
993
Dan orang yang masuk terlebih dahulu berkata kepada yang masuk be-lakangan, “Wahai para pengikutku, kita sama-sama telah sesat dan ketika di dunia kita sama-sama telah melakukan perbuatan yang mengundang murka Allah, karenanya kalian tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami.” Maka Allah berfirman kepada mereka semuanya, “Rasakanlah azab itu karena perbuatan kufur dan maksiat yang telah kalian lakukan ketika hidup di dunia.”
994
Sesungguhnya orang-orang kafir yang mendustakan ayat-ayat yang menunjukkan keesaan Kami dan menyombongkan diri terhadapnya dengan tidak mengindahkan syariat Kami, sekali-kali tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka: doanya, perbuatannya, bahkan arwahnya. Dan pada hari kemudian mereka tidak akan mungkin masuk surga, sebelum, yakni kecuali jika terjadi sesuatu yang mustahil menurut akal manusia, yaitu unta masuk ke dalam lubang jarum yang demikian kecil. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat, para pendurhaka yang kedurhakaannya telah mendarah daging pada dirinya.
995
Kemudian digambarkan keadaan mereka di neraka. Bagi mereka, yaitu orang-orang yang senantiasa kufur dan bermaksiat kepada Allah, ada balasan lainnya yaitu tikar tidur dari api neraka di bawah mereka, dan di atas mereka ada selimut dari api neraka. Dengan balasan yang demikianlah Kami memberi balasan yang pantas kepada orang-orang yang senantiasa berbuat zalim, yakni mempersekutukan Allah dan mengada-ada sesuatu atas nama-Nya.
996
Pada ayat ini, Allah menerangkan tentang amal saleh serta ganjaran bagi orang yang melakukannya. Dan adapun orang-orang yang beriman, membenarkan Allah dan Rasul-Nya, meyakini kebenaran wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad, serta mengerjakan kebajikan dengan begitu ringannya dan tidak merasa terbebani, karena Kami sedikit pun tidak akan membebani seseorang untuk melakukan perintah dan menjauhi larangan melainkan menurut kadar kesanggupannya. Mereka, yaitu orang-orang yang beriman dan membuktikan keimanannya dengan melakukan amal kebajikan tanpa merasa terbebani, itulah penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
997
Berbeda dengan penghuni neraka yang saling mengutuk, penghuni surga hidup dengan hati yang bersih seperti digambarkan pada ayat ini. Dan Kami mencabut rasa dendam dari dalam dada mereka. Kemudian termasuk kesempurnaan nikmat yang mereka peroleh di surga adalah tempat tinggal yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Dan ketika hendak memasuki surga, mereka, penduduk surga, berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami untuk beramal saleh di dunia dan teguh untuk memegang ajaran-Nya sehingga kami mendapatkan nikmat masuk ke dalam surga ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk untuk menempuh jalan yang lurus ini sekiranya Allah tidak menunjukkan kami. Sesungguhnya rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran, yakni dengan membawa berita gembira bagi yang senantiasa mengikuti perintahnya, dan peringatan bagi orang yang menentangnya. Kini di surga kami menemukan dalam bentuk nyata apa yang mereka sampaikan itu.” Dengan penuh penghormatan diserukan kepada mereka, “Wahai orang yang bertakwa, itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, karena apa, yakni amal saleh, yang telah kamu kerjakan.”
998
Dan setelah berada di surga dan bersyukur kepada Allah atas nikmat dan karunia yang diperoleh, para penghuni surga menyeru penghuni-penghuni neraka, “Wahai penghuni neraka, sungguh, kami kini telah memperoleh secara nyata setelah sebelumnya kami yakini dalam hati apa yang dijanjikan Tuhan kepada kami yaitu surga dan berbagai kenikmatan yang ada di dalamnya itu benar. Maka Apakah kamu juga telah memperoleh, yakni merasakan, apa yang dijanjikan Tuhan kepadamu berupa siksaan dan azab yang pedih bagi para penentang dan pendurhaka itu benar?” Mereka menjawab, “Benar, kami telah mendapatkannya dan kini kami benar-benar dalam keadaan tersika.” Kemudian penyeru, malaikat, mengumumkan di antara mereka, “Laknat Allah bagi orang-orang zalim.
999
Yaitu orang-orang yang selama hidup di dunia senantiasa menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah dengan menempuh berbagai cara, dan, lebih dari itu, mereka pun membelokkannya, yakni menggiring manusia dari kebenaran menuju kesesatan. Mereka itulah yang mengingkari dan tidak mempercayai kehidupan akhirat.”
1000
Dan di antara keduanya, yakni di antara penghuni surga dan neraka, ada tabir, dinding kokoh yang memisahkan mereka (Lihat: Surah al-Hadid/57: 13), dan di atas dinding tersebut terdapat A'raf yaitu tempat yang tertinggi, yang di atasnya ada orang-orang yang kebaikannya sama dengan keburukannya sehingga mereka masih menunggu keputusan Allah atas mereka, yang setiap penduduk surga dan neraka saling mengenal orang-orang tersebut, masing-masing dengan tanda-tandanya. Calon penduduk surga diketahui dengan wajahnya yang putih lagi bercahaya, sementara calon penghuni neraka dikenal dengan wajahnya yang hitam. Ketika mereka melihat surga dan penghuninya, mereka menyeru penghuni surga, “Salamun ‘alaikum” (salam sejahtera bagimu). Mereka belum dapat masuk surga karena masih menunggu keputusan Allah atas mereka, tetapi mereka ingin segera masuk.
1001
Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka takut dan berkata dengan penuh kekhawatiran, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang zalim itu.”
1002
Dan orang-orang di atas A'raf, yaitu tempat yang tertinggi, menyeru penghuni neraka yang dahulu mendustakan ayat Allah dan Rasul-Nya dan senantiasa membanggakan harta bendanya, penghuni neraka tersebut adalah orang-orang yang mereka kenal dengan tanda-tandanya, mereka berkata, “Wahai penghuni neraka, rasakanlah pedihnya azab Allah. Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang kamu sombongkan ketika di dunia, ternyata tidak ada manfaatnya sedikit pun buat kamu.”
1003
Ketika pembicaraan tentang golongan mukmin yang dulu mereka anggap lemah, miskin, dan hina, penghuni A'raf mengajukan pertanyaan dengan nada mencela dan menghina, “Wahai penghuni neraka! Itukah orang-orang yang kamu telah berani bersumpah, berlagak sombong, dan menghina mereka bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah?” Kenyataannya sekarang, merekalah yang beruntung dan mendapatkan rahmat Allah. Kemudian sesudah percakapan itu Allah mempersilakan penghuni A'raf masuk ke dalam surga, sesudah tertahan sementara di tempat itu. Allah berfirman, “Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu tidak pula akan bersedih hati.”
1004
Usai mengisahkan dialog penghuni surga dengan penghuni neraka dan dialog penghuni A'raf dengan penghuni neraka, pada ayat ini Allah menceritakan dialog antara penghuni neraka dengan penghuni surga dan permintaan mereka agar diberi nikmat yang ada dalam surga itu. Panasnya api neraka membuat penghuni neraka sangat haus dan lapar, maka para penghuni neraka tidak malu-malu meminta tolong dan menyeru para penghuni surga, “Tuangkanlah sedikit air kepada kami atau rezeki apa saja yang telah dikaruniakan Allah kepadamu.” Mereka, yakni penghuni surga, menjawab, “Sungguh, Allah telah mengharamkan keduanya, yaitu air dan makanan, bagi orang-orang kafir, sebagaimana Allah mengharamkan mereka masuk surga dan menambah pedih siksaan neraka bagi mereka.”
1005
Yaitu orang-orang yang semasa hidupnya di dunia mengaku beragama tetapi mereka menjadikan agamanya sebagai permainan dan sendagurau, dan mereka telah tertipu dan tenggelam oleh buaian kenikmatan kehidupan dunia sehingga mereka hanya mengikuti hawa nafsu, bersenang-senang dan bergembira tanpa mempedulikan halal dan haram, yang hak dan yang batil. Maka pada hari ini, hari Kiamat, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan, yakni mengingkari, pertemuan hari ini, dan karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami.
1006
Pada ayat yang lalu diterangkan tentang keadaan penghuni surga, neraka, dan A'raf, dan juga dialog antara mereka yang dapat dijadikan pelajaran dan peringatan agar manusia terhindar dari penyesalan dan mendapat petunjuk kepada jalan yang benar. Pada ayat-ayat ini diterangkan tentang kitab Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia, dan diterangkan pula bagaimana akibat orang-orang yang menentang dan mendustakannya pada hari Kiamat. Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab yang agung, yaitu Al-Qur'an, kepada mereka yang Kami jelaskan beragam bukti yang mudah dipahami, dan penjelasan itu atas dasar pengetahuan Kami yang sangat luas, mantap, dan menyeluruh sehingga tidak ada kekurangan dan kelemahannya. Kitab itu benar-benar sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
1007
Orang-orang kafir tidaklah beriman kepada berita-berita dalam AlQur'an, walaupun sudah sedemikian jelas bukti-bukti kebenarannya. Tidakkah mereka hanya menanti-nanti melainkan setelah nyata bagi mereka bukti kebenaran Al-Qur'an itu. Pada hari Kiamat ketika bukti kebenaran pemberitaan Al-Qur'an itu tiba, seperti berita tentang hari kebangkitan, surga, dan neraka, orang-orang yang sebelum itu mengabaikannya, yakni meninggalkan tuntunannya, berkata, “Sungguh ketika di dunia, rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran, antara lain tentang hari kebangkitan, namun kami kafir dan ingkar padanya. Maka adakah pemberi syafaat bagi kami yang akan memberikan pertolongan kepada kami, agar kami terhindar dari siksa yang pedih ini atau agar kami dikembalikan ke dunia sehingga kami akan beramal tidak seperti perbuatan yang pernah kami lakukan dahulu?” Mereka sebenarnya telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka enggan beriman ketika di dunia dan apa yang mereka ada-adakan dahulu, yakni tuhan-tuhan yang mereka sembah telah hilang dan lenyap dari mereka.
1008
Sungguh, Tuhanmu, Pemelihara dan Pembimbingmu, adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa atau periode, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy sesuai dengan kebesaran dan keagunganNya. Dia menutupkan malam dengan kegelapannya kepada siang yang mengikutinya dengan cepat sehingga begitu siang datang, ketika itu juga malam pergi. Semua makhluk-Nya termasuk matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan, yakni menetapkan ukuran tertentu bagi ciptaan dan segala urusan, menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam.
1009
Berdoalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan dan memeliharamu, dengan rendah hati dan suara yang lembut, yakni tidak terlalu keras, namun tidak pula terlalu pelan, tetapi di antara keduanya. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas dalam berdoa dan segala hal.
1010
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diciptakan dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut sehingga kamu lebih khusyuk dan terdorong untuk menaati-Nya, dan penuh harap terhadap anugerah-Nya dan pengabulan doamu. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.
1011
Dialah Allah yang meniupkan dan menggerakkan angin sebagai kabar gembira, yakni tanda yang mendahului kedatangan rahmat-Nya, yaitu turunnya hujan, sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus yang telah rusak tanamannya karena ketiadaan air, lalu Kami turunkan hujan lebat di daerah yang tandus itu hingga daerah tersebut menjadi subur. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan dan tanaman yang beragam warna dan rasanya. Seperti menumbuhkan tanah yang sudah mati menjadi subur itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu, wahai manusia, mengambil pelajaran bahwa hari kebangkitan adalah benar adanya.
1012
Kemudian Allah memberikan perumpamaan dengan tanah baik dan subur serta tanah yang buruk dan tidak subur untuk menjelaskan sifat dan tabiat manusia. Orang yang baik sifatnya akan dapat menerima kebenaran, sementara orang yang buruk sifat dan tabiatnya tidak dapat menerima kebenaran. Dan jika hujan turun pada tanah yang baik, tanaman-tanamannya akan tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan adapun jika hujan turun pada tanah yang buruk, ia tidak akan dapat menumbuhkan tanaman yang baik melainkan hanya akan menumbuhkan tanaman-tanamannya yang tumbuh merana. Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda kebesaran Kami bagi orang-orang yang bersyukur.
1013
Setelah pada ayat yang lalu diterangkan tentang nikmat Allah berupa hujan yang bisa menumbuhkan tanah tandus dan tanamtanaman sebagai bukti keesaan Allah untuk menghidupkan orang-orang yang telah mati pada hari Kiamat, pada ayat ini dan ayat-ayat selanjutnya Allah menyebutkan kisah beberapa nabi terdahulu dan umatnya sebagai pelajaran bagi umat Nabi Muhammad. Penyebutan kisah-kisah nabi ini dimulai dari Kisah Nabi Nuh, rasul pertama yang mengajarkan ajaran tauhid. Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya untuk mengajak mereka mengesakan Allah dan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya, lalu dia berkata dengan lemah lembut dan sopan, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah Yang Maha Esa! Tidak ada tuhan atau sembahan yang layak disembah bagimu selain Dia. Sesungguhnya jika kamu durhaka dan tetap menyembah berhala-berhalamu, aku takut kamu akan ditimpa azab yang pedih akibat kekufuranmu pada hari yang dahsyat, yakni hari kiamat.”
1014
Kaum Nabi Nuh tidak menghiraukan perkataan Nabi Nuh, bahkan pemuka-pemuka atau pembesar kaumnya berkata dengan nada menghina, “Sesungguhnya kami tidak mempercayai apa yang kamu sampaikan, malah kami memandang kamu benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata karena kamu memusuhi tuhan-tuhan kami dan menyalahkan cara ibadah kami.”
1015
Dia, Nabi Nuh, menjawab tuduhan dan penolakan kaumnya, “Wahai kaumku! Aku menyuruhmu mengesakan Allah dan tidak menyembah tuhan selain Dia. Aku tidak sesat seperti dugaanmu, tetapi aku ini seorang rasul yang diutus dari Tuhan Pencipta dan Penguasa seluruh alam.”
1016
Nabi Nuh kemudian menegaskan tugasnya sebagai utusan Allah dengan berkata, “Aku tak kenal lelah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, yakni perintah dan larangan-Nya, memberi nasihat dan tuntunan kepadamu untuk kebahagiaanmu di dunia dan di akhirat, dan aku mengetahui persoalan agama dan hal-hal yang gaib melalui wahyu dari Allah apa yang tidak bisa kamu ketahui.”
1017
Selanjutnya Nabi Nuh berkata, “Dan herankah, tidak percayakah, kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui perantaraan seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, yakni dari anggota masyarakatmu yang kamu tahu keturunan dan kejujurannya, untuk memberi peringatan kepadamu dengan azab apabila kamu ingkar dan agar kamu bertakwa mengikuti perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, sehingga kamu mendapat rahmat dari Allah dan terhindar dari siksa-Nya. Tidaklah pantas kamu heran, bahkan meragukan kebenaran ajaran yang aku bawa setelah datang bukti dan keterangan yang jelas kepadamu.”
1018
Kaum Nabi Nuh tetap tidak menghiraukan seruan dan nasihat Nabi Nuh. Bahkan, kebanyakan dari mereka mendustakannya dan terusmenerus menentang ajarannya. Mereka tetap berada dalam keka-firan sehingga Allah menurunkan azabnya. Lalu Kami selamatkan dia, yakni Nabi Nuh, dan orang-orang yang bersamanya dari siksa dan azab Kami di dalam kapal yang telah dia buat berdasarkan petunjuk Kami. Adapun balasan bagi kaum yang ingkar, Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami di dalam air banjir. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta mata hatinya sehingga tidak memiliki pandangan yang benar, tidak bisa melihat tanda-tanda kebesaran Kami, dan tidak dapat mengambil pelajaran dari peringatan yang disampaikan kepada mereka.
1019
Setelah Nabi Nuh wafat, Allah mengutus Nabi Hud kepada kaum 'Ad untuk meneruskan ajaran tauhid yang telah disampaikan oleh Nabi Nuh. Dan kepada kaum ‘Ad, Kami utus Nabi Hud, yang merupakan saudara seketurunan mereka agar mereka memahami ajaran yang ia sampaikan. Dia berkata sebagaimana ucapan Nabi Nuh kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan sembahan bagimu yang layak disembah selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa dengan menjalankan perintah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain sehingga kamu terhindar dari siksa-Nya?”
1020
Mendengar seruan Nabi Hud, kebanyakan kaumnya tetap kafir, tidak mau mengikuti ajakan dan dakwahnya. Bahkan, pemuka-pemuka orang-orang yang kafir dari kaumnya yang berkuasa berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu, yakni melihat dan menilaimu secara keseluruhan, benar-benar kurang waras, tidak memahami apa yang kamu katakan, dan kami kira dan yakin kamu termasuk orang-orang yang berdusta dalam perkataanmu.”
1021
Dia, Hud, menjawab sekaligus memberikan penjelasan tentang kesalahan anggapan dan dugaan kaumnya, “Wahai kaumku! Aku tidak seperti sangkaanmu. Bukan aku kurang waras karena aku sadar dengan ucapan dan tindakanku. Aku juga bukan pendusta, tetapi yang aku lakukan adalah berdasarkan tuntunan dari Tuhanku karena aku ini adalah seorang rasul yang diutus dari Tuhan seluruh alam kepada kamu semua.
1022
Aku menyampaikan kepadamu amanat, pesan, dan tuntunan dari Tuhanku dan pemberi nasihat yang menghendaki kebaikan dan kebahagiaanmu dunia dan akhirat, dan aku adalah orang yang tepercaya, jujur, bukan pembohong, yang diutus kepada kamu.”
1023
Melihat kaumnya masih tidak percaya, Nabi Hud mempertanyakan sikap mereka. Dan herankah, tidak percayakah, kamu bahwa ada peringatan yang datang, yakni diturunkan dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalangan masyarakat-mu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu menyangkut azab yang akan menimpamu karena kedurhakaanmu? Ini bukanlah hal yang pantas untuk diragukan dan diherankan. Kemudian Nabi Hud mengingatkan mereka dengan nikmat yang telah Allah berikan. Ingatlah ketika Dia menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah yang berkuasa setelah kaum Nuh yang telah dibinasakan akibat mendustakan rasulnya, dan Dia lebihkan kamu dalam kekuatan tubuh dan perawakan sehingga kamu lebih kuat, besar, dan tegar secara fisik, cerdas, dan memiliki kekuasaan yang lebih besar dibanding umat-umat sebelum kamu. Maka ingatlah dengan penuh rasa syukur dan kerendahan hati akan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu agar kamu termasuk orang-orang beruntung, memperoleh apa yang kamu inginkan, sebagai balasan atas segala usaha keras kamu dengan menaati perintah dan menjauhi larangan Allah.”
1024
Sekalipun telah diingatkan dengan nikmat yang mereka peroleh, mayoritas kaum Nabi Hud tetap ingkar dan enggan mengikuti dakwahnya. Mereka berkata dengan angkuh serta tanpa dasar ilmu kecuali mengikuti tradisi nenek moyang mereka, “Apakah tujuan kedatanganmu kepada kami hanya untuk menyeru agar kami hanya menyembah Allah saja, tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain, tidak mengangkat perantara antara kami dan Dia, dan meninggalkan apa yang biasa dan terus-menerus disembah oleh nenek moyang kami? Padahal, kami telah mengikuti tradisi dan kebiasaan mereka sebelum kedatanganmu. Seruanmu ini jelas tidak bisa kami terima dan kami tidak akan menaatinya. Jika engkau mau mengancam kami karena tidak mengikuti ajakanmu, maka buktikanlah ancamanmu yang kamu katakan kepada kami, jika kamu benar dalam ucapanmu!”
1025
Dia, Nabi Hud, menjawab tantangan kaumnya, “Sungguh, kebencian dan kemurkaan dari Tuhan sudah pasti akan menimpa kamu akibat kedurhakaan dan kekafiranmu. Apakah kamu hendak berbantah denganku tentang nama-nama berhala yang kamu dan nenek moyangmu buat dan namakan sendiri, padahal pemberian nama dengan nama-nama tuhan kepada berhala dan patung-patung itu tidak masuk akal. Begitu juga menjadikan mereka sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan Allah tidak menurunkan keterangan, dalil, dan alasan untuk membenarkan perbuatan itu?” Setelah Nabi Hud menjelaskan siksa yang akan menimpa orang yang ingkar, beliau melanjutkan, “Jika demikian, apabila kamu masih tetap mengikuti ajaran nenek moyangmu, tunggulah azab dan kemarahan Allah sebagaimana yang kamu minta! Sesungguhnya aku pun bersamamu termasuk yang menunggu keputusan Allah. Sesungguhnya kami yakin akan ketentuan Allah, sedang kalian meragukannya, bahkan, tidak meyakininya.”
1026
Maka tatkala telah datang ketentuan Allah, Kami selamatkan dia, yakni Nabi Hud, dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat dan pertolongan Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya tanpa ada sisa orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dengan angin kencang dan sangat dingin yang menghempaskan mereka sehingga mati tersungkur. Mereka tidak terlihat sama sekali, hanya kelihatan bekas-bekas tempat tinggal mereka (Lihat: Surah al-Ahqaf/46: 25). Mereka dibinasakan karena bukanlah termasuk orang-orang beriman.
1027
Setelah dijelaskan kisah kaum 'Ad yang menentang dakwah Nabi Hud dan azab yang mereka terima, selanjutnya diuraikan kisah Nabi Saleh dan kaumnya. Dan kepada kaum Samud Kami utus saudara seketurunan mereka, yaitu Nabi Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah Tuhan Yang Maha Esa! Tidak ada tuhan sembahan yang patut disembah bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dan sangat jelas untuk membuktikan kebenaranku sebagai utusan dari Tuhanmu. Ini adalah seekor unta betina dari Allah sebagai tanda kenabianku khusus untukmu. Karena unta ini milik Allah, biarkanlah ia makan rerumputan di bumi Allah mana pun ia temukan, janganlah ia disakiti, diganggu apalagi disembelih, karena nanti akibatnya, kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih dari Allah.”
1028
Kaum Samud juga diingatkan dengan nikmat-nikmat Allah agar mereka patuh dan taat kepada-Nya. Dan ingatlah nikmat-nikmat dan kebaikan Allah kepadamu ketika Dia menjadikan kamu khalifah-khalifah yang berkuasa setelah kebinasaan kaum 'Ad dan menempatkan kamu di tempat yang memudahkan kamu melakukan aktivitas di bumi, yakni di Negeri Hijr, daerah yang strategis untuk tempat tinggal. Di tempat yang datar yakni di daratan rendahnya, kamu dirikan istana-istana, bangunan yang besar, luas, dan indah sebagai tempat tinggal ketika musim panas. Dan di dataran tinggi, bukit-bukit, dan bebatuannya kamu pahat dan lubangi sehingga menjadi rumah-rumah untuk kamu diami pada musim dingin. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah, yang telah diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur, dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi dengan mempersekutukan Allah, berbuat maksiat, dan mengabaikan dakwah rasul-Nya.
1029
Mendengar peringatan Allah yang disampaikan oleh Nabi Saleh, pemuka-pemuka dan pembesar masyarakat dari kaumnya yang menyombongkan diri dan angkuh berkata dengan nada ejekan untuk menanamkan keraguan kepada orang-orang yang dianggap lemah, yaitu orang-orang yang telah beriman di antara kaumnya, “Tahukah atau percayakah kamu bahwa Saleh adalah seorang rasul dari Tuhannya yang diutus untuk menyampaikan risalah?” Mereka, orang-orang yang beriman, menjawab dengan tegas, “Sesungguhnya kami benar-benar percaya kepada apa, yakni risalah, yang disampaikannya, yakni Nabi Saleh, kepada kami, karena petunjuk-petunjuk itu benar dan datangnya dari Allah.”
1030
Menanggapi perkataan orang-orang yang beriman, orang-orang yang menyombongkan diri dari kaum Nabi Saleh berkata masih de-ngan nada ejekan dan penolakan, “Sesungguhnya kami mengingkari dan tidak mempercayai sama sekali apa yang kamu, wahai orang-orang yang lemah, percayai.” Mereka menyatakan pengingkaran terhadap apa yang diimani kaum yang lemah itu dan menghindari untuk menyatakan ingkar kepada apa yang dibawa Nabi Saleh, karena khawatir adanya kesan seolah-seolah mereka mengakui kerasulan Nabi Saleh.
1031
Setelah pemuka masyarakat itu menyatakan pengingkaran dengan ucapan dan sikap, mereka juga membuktikan keingkaran itu dengan perbuatan. Kemudian mereka sembelih dan potong kaki unta betina yang menjadi bukti kebenaran Nabi Saleh itu, dan mereka juga berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya dengan mengabaikan tuntunan Allah yang melarang mereka untuk menyakiti unta-Nya. Dan mereka berkata, “Wahai Saleh! Buktikanlah ancaman yang kamu janjikan kepada kami, bahwa kalau kami menyakiti unta dan menyembelihnya maka kami akan disiksa. Datangkanlah siksaan itu sekarang juga jika benar engkau salah seorang rasul yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan ancaman-Nya.
1032
Karena kesombongan dan perbuatan mereka yang melampaui batas itu, lalu datanglah gempa dan petir yang dahsyat menimpa mereka dan menghancurkan bangunan-bangunan yang ada di sekitarnya, dan mereka pun mati binasa, mayat-mayat mereka bergelimpangan di dalam reruntuhan puing-puing rumah mereka.
1033
Setelah melihat kebinasaan yang menimpa kaumnya akibat disambar petir dan gempa, kemudian dia, Nabi Saleh, pergi dengan berat hati, sedih dan rasa haru meninggalkan mereka yang sudah mati sambil berkata dengan penuh penyesalan dan rasa iba, “Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku berupa pesan dan peringatan-Nya, kepadamu dan aku telah cukup menasihati kamu dengan melarangmu melakukan perbuatan yang akan membawa bencana bagimu. Tetapi kamu tidak menghiraukan seruanku, bahkan tidak menyukai orang yang memberi nasihat, siapa pun dia.” Seruan Nabi Saleh ini menunjukkan cintanya yang sa-ngat besar kepada kaumnya.
1034
Setelah menuturkan kisah kaum Samud yang binasa disambar petir akibat kedurhakaan mereka, selanjutnya Allah menyebutkan kisah yang lain, yakni Nabi Lut beserta kaumnya. Dan Kami juga telah mengutus Nabi Lut. Ingatlah ketika dia berkata dengan nada keras kepada kaumnya yang ketika itu melakukan kedurhakaan besar, “Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yakni perbuatan teramat buruk, yaitu homoseksual, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun di zaman apa pun sebelum kamu di dunia ini?” Nabi Lut berharap dengan ucapannya, mereka sadar dan meninggalkan perbuatan itu.
1035
“Sungguh, kamu benar-benar telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki dengan mendatangi mereka dari duburnya, bukan kepada perempuan yang seharusnya kepada merekalah kamu menyalurkan naluri seksualmu. Kamu telah melakukan perbuatan yang sangat keji dan rendah serta durhaka. Bahkan kamu benar-benar kaum yang melampaui batas karena melakukan pelampiasan syahwat bukan pada tempatnya, menyimpang dari fitrah manusia.”
1036
Teguran keras Nabi Lut ini tidak digubris sama sekali oleh kaumnya. Bahkan, mereka menyuruh Nabi Lut dan pengikutnya keluar dari negeri mereka. Dan jawaban kaumnya, yakni tanggapan mereka terhadap nasihat Nabi Lut, tidak lain hanya berkata kepada sesama orang yang durhaka, “Usirlah mereka, Lut dan pengikutnya, dari negerimu ini, sesungguhnya mereka adalah orang lemah yang terus menerus menganggap dirinya suci sehingga tidak patut berkumpul dengan orang-orang yang dianggap kotor dan rusak akhlaknya.”
1037
Karena kedurhakaan kaum Nabi Lut yang terus meningkat, Allah menjatuhkan siksa-Nya. Namun sebelum siksaan tersebut diturunkan, terlebih dahulu Allah menyelamatkan Nabi Lut dan pengikutnya. Kemudian Kami selamatkan dia, yakni Nabi Lut, keluarga, dan pengikutnya yang beriman, kecuali istrinya karena tidak beriman dan tidak mau keluar dari negeri tersebut bersama Nabi Lut dan pengikutnya. Dia, istri Nabi Lut itu, termasuk orang-orang yang tertinggal dan dibinasakan bersama kaum Nabi Lut yang ingkar. Sebelum azab diturunkan, Allah memerintahkan Nabi Lut dan pengikutnya yang beriman agar meninggalkan negerinya. Kisah ini dapat pula dilihat pada Surah Hud/11: 81.
1038
Setelah menyelamatkan Nabi Lut dan pengikutnya, Allah menurunkan siksaan dan azab-Nya kepada kaum yang ingkar. Dan Kami hujani, yakni Kami turunkan dari langit sehingga mengenai bagian atas mereka, dengan hujan batu yang membinasakan mereka dan meluluhlantakkan negeri mereka. Maka perhatikanlah wahai orang yang mengambil pelajaran dari kisah ini bagaimana kesudahan dan akibat yang diterima orang yang berbuat dosa itu. Mereka hanya memperoleh kebinasaan dan azab lantaran perbuatan mereka.
1039
Setelah dijelaskan kisah kedurhakaan kaum Nabi Lut, kerusakan akhlak mereka karena melakukan perbuatan homoseksual, dan azab yang mereka terima, selanjutnya pembicaraan beralih kepada kisah Nabi Syuaib dan kaumnya. Dan kepada penduduk negeri dan suku Madyan, Kami utus Nabi Syuaib, saudara mereka sendiri yang terkenal sebagai orator para nabi. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada tuhan sembahan yang patut disembah bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata, yang membuktikan kebenaranku sebagai utusan-Nya. Bukti itu dari Tuhan yang senantiasa memilihara-mu. Maka, karena itu patuhilah tuntunan yang aku sampaikan kepadamu. Sempurnakanlah takaran dan yang ditakar dan timbangan serta yang ditimbang, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun dengan mengurangi takaran dan timbangan. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi dalam bentuk apa pun setelah diciptakan dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu dan anak keturunan serta generasi sesudahmu jika kamu benar-benar orang beriman kepada Allah dan hari akhir.”
1040
“Dan di samping jangan merusak di muka bumi, janganlah juga kamu duduk sengaja memotong di setiap jalan menuju Nabi Syuaib, dengan maksud menakut-nakuti orang-orang yang melewatinya dengan ancaman pembunuhan dan terus-menerus menghalang-halangi orangorang yang beriman dari jalan Allah dan ingin membelokkannya dari jalan yang lurus dengan mencari-cari dalih atau kelemahannya untuk menanamkan keraguan terhadap Allah. Ingatlah masa lalumu ketika kamu dahulunya berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu dengan mengembangbiakkan keturunanmu dan memberi rezeki yang banyak. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan dari umat dan suku sebelummu, seperti kaum 'Ad dan Samud, sebagai pelajaran agar kamu tidak mengalami nasib serupa.”
1041
Sambil mengajak kaumnya beriman, Nabi Syuaib mengakhiri seruannya dengan kalimat diplomatis, “Jika ada segolongan di antara kamu yang beriman kepada ajaran yang aku diutus menyampaikannya agar menyembah Allah dan meninggalkan perbuatan zalim seperti mengurangi hak manusia dalam menimbang dan menakar, dan ada pula segolongan yang tidak beriman dengan apa yang aku sampaikan itu dengan masih tetap kufur dan berbuat zalim, maka bersabarlah, wahai dua golongan yang berbeda, sampai Allah menetapkan keputusan atas perkara itu dengan seadil-adilnya di antara kita. Dialah hakim yang terbaik pemberi keputusan.
1042
Pemuka-pemuka dan pembesar kaum Nabi Syuaib yang menyombongkan diri dan menolak beriman berkata, “Wahai Syuaib! Pasti kami usir engkau bersama orang-orang yang beriman kepadamu dari negeri kami, kecuali jika engkau kembali kepada agama kami atau diam dan membiarkan kami melakukan apa yang kami inginkan.” Nabi Syuaib berkata, “Apakah kamu akan mengusir kami, atau kami mengikuti agama kalian yang sesat, atau membiarkan kalian, kendatipun kami tidak suka itu karena kami tahu kesesatannya? Tidak mungkin itu akan terjadi.
1043
Nabi Syuaib menolak keras keinginan mereka agar kembali kepada agama mereka, “Sungguh, kami telah mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu atau merestui perbuatanmu, apalagi setelah Allah melepaskan dan menyelamatkan kami darinya dengan menunjuki kami jalan yang benar. Dan tidaklah pantas kami memilih kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki itu. Tetapi hal itu tidak mungkin terjadi sebab pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu, sehingga Dia tahu yang terbaik bagi hamba-Nya. Hanya kepada Allah kami bertawakal, menyerahkan segala urusan dengan melaksanakan semua kewajiban, seraya memohon petunjuk dan pertolongan. Selanjutnya Nabi Syuaib dan pengikutnya bermohon, Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak yakni adil. Engkaulah pemberi keputusan terbaik.”
1044
Para pemuka kaum Nabi Syuaib merasa putus asa menundukkan Syuaib dan pengikutnya yang tetap teguh pada agama mereka. Mereka merasa cemas pengikut Nabi Syuaib akan semakin banyak melihat kekuatan dan ketegarannya dalam berdakwah. Karena itu, pemuka-pemuka dari kaumnya yang kafir beralih kepada pengikut mereka, mengancam mereka dengan berkata, “Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syuaib, beriman kepadanya dan meninggalkan ajaran dan tradisi leluhur kamu, tentu kamu menjadi orang-orang yang rugi, karena mengikuti agama yang salah, yang belum pernah diikuti oleh leluhur kalian.”
1045
Tak berselang lama, lalu datanglah gempa yang dahsyat menimpa mereka, sebagai bentuk siksa Allah yang pantas mereka terima, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka.
1046
Demikianlah keadaan mereka, sehingga orang-orang yang mendustakan Nabi Syuaib dan menolak ajaran kebenaran yang disampaikannya, dengan siksa yang menimpa mereka itu seakan-akan mereka belum pernah tinggal di negeri itu dan bersenang-senang di situ, sebab semuanya hancur binasa, tak ada yang tersisa sedikit pun. Tidak ada lagi bekas-bekas peninggalan yang dapat menjadi bukti keberadaan mereka. Jika demikian itu kesudahan yang menimpa mereka, maka mereka yang mendustakan Nabi Syuaib, dan mengira bahwa orang yang mengikutinya akan merugi, mereka itulah sebenarnya orang-orang yang rugi karena kehilangan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
1047
Melihat kehancuran yang menimpa kaumnya yang ingkar, maka Nabi Syuaib dengan berat hati berpaling meninggalkan mereka seraya berkata dengan penuh sesal dan iba, “Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku berupa pesan-pesan-Nya yang dibuktikan dengan aneka mukjizat kepadamu yang dapat membawa kepada kebaikan jika kamu lakukan, dan aku telah menasihati kamu berupa sesuatu yang dapat menyelamatkan kamu dari hukuman Allah. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap penderitaan orang-orang kafir yang telah mendarah daging dalam diri mereka kekufuran?” Itu tidak akan terjadi, sebab aku sudah berusaha keras memberikan petunjuk dan berupaya menyelamatkan mereka, tetapi mereka malah memilih kehancuran.
1048
Dan Kami tidak mengutus seorang nabi pun kepada sesuatu negeri, untuk mengajak penduduknya kepada agama Allah yang benar, lalu penduduknya mendustakan nabi itu, melainkan pasti Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan atau kesulitan berupa penindasan pihak lain atas mereka, serta petaka yang disebabkan oleh peperangan dan bencana alam, dan penderitaan, berupa kemiskinan, penyakit serta krisis yang beragam. Hal itu Kami lakukan agar mereka menyadari kesalahan dan tunduk dengan merendahkan diri dan memohon kepada Allah dengan tulus hati agar dibebaskan dari siksa itu.
1049
Ketika mereka tidak menyadari kesalahan mereka dan terus ingkar, kemudian Kami ganti penderitaan itu dengan kesenangan; yang miskin menjadi kaya, yang sakit menjadi sehat, dan yang lemah menjadi kuat, sehingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak. Lalu dengan bodoh mereka berkata, “Sungguh, nenek moyang kami telah merasakan penderitaan dan kesenangan. Kesenangan dan kesulitan yang dialami oleh leluhur kami hanyalah masalah waktu. Keduanya berputar di antara manusia.” Mereka tidak berpikir bahwa itu adalah balasan atas kekafiran mereka. Mereka terus larut dalam kedurhakaan, maka karenanya Kami timpakan siksaan atas mereka dengan tiba-tiba, sehingga tidak ada lagi kesempatan buat mereka bertobat dan memohon. Sedemikian mendadak kedatangan siksa itu sampai-sampai ia datang dalam keadaan tanpa mereka sadari kedatangannya.
1050
Demikianlah siksa yang dijatuhkan Allah atas mereka yang durhaka, dan sekiranya penduduk negeri yang Kami kisahkan keadaan mereka atau selain mereka beriman kepada apa yang dibawa oleh Rasul dan bertakwa, yakni melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah, yaitu pintu-pintu kebaikan dari segala penjuru; langit dan bumi, berupa hujan, tanaman, buahbuahan, binatang ternak, rezeki, rasa aman, dan keselamatan dari segala macam bencana, serta kesejahteraan lahir dan batin lainnya, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat dan rasul-rasul Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan kekufuran dan kemaksiatan yang terus menerus mereka kerjakan. Ketaatan akan membawa nikmat dan keberkahan, sebaliknya, kekufuran mendatangkan laknat dan kesengsaraan.
1051
Karena kedurhakaan dan kebejatan mereka yang sedemikian parah, sampai-sampai mereka merasa tidak mungkin terkena sanksi Allah, maka kepada mereka diajukan pertanyaan yang mengandung kecaman, “Apakah penduduk negeri-negeri itu mengira bahwa mereka merasa aman sehingga tidak khawatir dari kedatangan siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur lelap?”
1052
Karena boleh jadi ada yang menduga bahwa jika tidak dalam keadaan tidur boleh jadi mereka dapat menghindar, maka selanjutnya dikemukakan, “Atau apakah penduduk negeri itu mengira bahwa mereka merasa aman sehingga tidak khawatir dari kedatangan siksaan Kami yang datang pada pagi hari di waktu matahari naik sepenggalah ketika mereka sedang bermain dan melakukan hal-hal yang jauh dari keimanan?”
1053
Kecaman lebih keras lagi dinyatakan dengan, “Atau apakah mereka mengira bahwa mereka merasa aman sehingga tidak khawatir dari siksaan Allah yang tidak terduga dan dikemas dalam bentuk yang indah, atau berupa istidraj; perlakuan-Nya yang diduga baik karena merupakan nikmat dan kebaikan padahal sebaliknya? Sungguh sangat celaka dan merugi mereka dan siapa pun jika demikian, karena tidak ada yang merasa aman dari siksaan atau makar Allah selain orang-orang yang rugi.”
1054
Atau apakah mereka sedemikian lengah dan bodoh sehingga belum jelas peristiwa-peristiwa yang dialami generasi terdahulu bagi orang-orang yang mewarisi dan tinggal di suatu negeri setelah lenyap penduduknya karena dosa-dosa yang mereka lakukan? Belum jelaskah bahwa kalau Kami menghendaki, kapan pun, pasti Kami siksa mereka karena dosa-dosanya seperti halnya kami membinasakan orang-orang terdahulu yang mereka warisi negerinya itu; dan Kami mengunci hati mereka yang kufur sehingga mereka tidak dapat mendengar dan mengambil pelajaran.
1055
Itulah negeri-negeri yang telah Kami binasakan itu, yaitu negeri kaum Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Saleh, Nabi Lut, dan Nabi Syuaib, Kami ceritakan sebagian kisahnya kepadamu wahai Nabi Muhammad, guna menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia. Jangan menduga kami telah berlaku zalim dengan membinasakan mereka. Telah banyak nasihat dan peringatan yang Kami sampaikan, dan rasul-rasul mereka benar-benar telah datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti nyata yang menunjukkan kebenaraan misi mereka. Tetapi mereka tidak beriman juga kepada apa yang telah mereka dustakan sebelumnya. Demikianlah sebagaimana Allah mengunci hati orang-orang kafir yang disebut terdahulu, Allah me-ngunci hati orang-orang kafir dan ingkar kepada Nabi Muhammad. Demikianlah Allah membuat penghalang atas hati dan akal orang-orang kafir, akibat perbuatan mereka, sehingga jalan kebenaran menjadi tak tampak dan mereka jauh dari kebenaran.
1056
Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji sedikit pun, berupa komitmen terhadap keimanan yang Kami pesankan kepada mereka melalui para rasul dan nalar yang sehat (Lihat: Surah alA'raf/7: 172). Begitu juga dengan janji-janji yang lain. Sebaliknya yang Kami dapati kebanyakan mereka adalah orang-orang yang benar-benar fasik, menyimpang dan keluar dari ketaatan kepada Allah.
1057
Setelah mereka, yaitu para rasul tersebut, kemudian Kami utus Musa dengan membawa bukti-bukti yang menunjukkan kebenarannya dalam menyampaikan wahyu Kami, kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu dengan sikap zhalim dan takabbur mereka mengingkari bukti-bukti itu dan melecehkannya serta menghalangi orang lain untuk mempercayainya. Karena itulah mereka, akhirnya, berhak mendapat azab Allah. Maka perhatikanlah wahai Nabi Muhammad dan siapa pun yang mau menggunakan akalnya, bagaimana kesudahan dan akhir perjalanan orang-orang yang berbuat kerusakan, antara lain Firaun yang Allah tenggelamkan di Laut Merah, dengan mendustakan kebenaran dari Allah dan menghalangi-halangi orang dari jalan-Nya.
1058
Dan Nabi Musa berkata, “Wahai Fir'aun! Sungguh, aku adalah seorang utusan yang datang untuk menyampaikan seruan dan syariat dari Tuhan Yang Mencipta dan Mengatur keadaan seluruh alam, termasuk Mesir.
1059
Sebagai seorang nabi dan rasul yang bertugas menyampaikan pesan Allah, aku wajib mengatakan yang sebenarnya tentang Allah. Sungguh, untuk memperkuat kebenaran yang kubawa ini, aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata, berupa aneka mukjizat yang bersumber dari Tuhanmu. Karena itu, maka lepaskanlah Bani Israil. Biarkan mereka pergi bersamaku ke Baitulmakdis, negeri nenek moyang kami. Bebaskanlah mereka dari perbudakanmu dan biarkanlah mereka keluar ke wilayah yang bukan wilayahmu, agar mereka dapat menyembah Tuhan mereka dan Tuhanmu.”
1060
Mendengar ucapan Nabi Musa itu dan pernyataannya bahwa beliau membawa serta bukti kebenaran, maka dia, yakni Fir'aun menjawab, “Jika benar engkau datang dengan membawa sesuatu bukti pendukung dari Tuhanmu, sebagaimana pengakuanmu, maka tunjukkanlah bukti itu kepadaku, kalau kamu termasuk orang-orang yang benar dalam pengakuan dan tindakanmu lagi dapat dipercaya.”
1061
Mendengar tantangan itu, lalu serta merta dan tanpa selang waktu yang lama, Nabi Musa melemparkan tongkatnya yang ada di tangan kanan ke hadapan Fir'aun dan kaumnya, tiba-tiba tongkat itu berkat kekuasaan Allah berubah menjadi ular besar yang sebenarnya, yakni benarbenar ular dan bergerak dengan sangat cepat yang terlihat dengan mata kepala secara jelas.
1062
Melihat itu, Fir'aun meminta bukti yang lain, dan dia Nabi Musa mengeluarkan tangannya dari dalam lubang leher bajunya, tiba-tiba tangan itu, yang sebelumnya berwarna hitam sesuai warna kulitnya yang kehitam-hitaman, menjadi bercahaya putih gemerlapan, yang tampak jelas bagi orang-orang yang melihatnya ketika itu, bukan karena belang atau penyakit, tetapi putih karena sangat bercahaya.
1063
Ketika Nabi Musa telah memperlihatkan bukti-bukti dari Allah itu, tercenganglah para pemuka dan pembesar Fir'aun. Pemuka-pemuka kaum Fir'aun, dengan menjilat dan bersikap munafik, berkata kepada Fir'aun, “Orang ini benar-benar pesihir yang pandai, ini sebenarnya hanya kemahiran sihir saja, bukan bukti dari Allah, karena itu jangan memercayainya.
1064
Untuk memojokkan Nabi Musa, mereka berkata, “Dengan sihirnya itu, ia sebenarnya hendak merampas kekuasaanmu dan mengusir kamu dari nege-rimu, yaitu Mesir, sehingga hanya dia dan kaumnya saja yang akan tinggal di situ. Dengan sihir itu pula ia dapat meluluhkan hati warga negeri ini agar mengikutinya.” Fir'aun berkata, “Cobalah pikirkan apa saran kamu untuk keluar dari kesulitan ini!”
1065
Sebagai tanggapan atas tantangan di atas, pemuka-pemuka itu pun menjawab, “Tahanlah atau berilah tempo untuk sementara waktu kepada dia, yakni Nabi Musa dan saudaranya, yaitu Nabi Harun yang menjadi tangan kanannya, dan jangan kamu bunuh mereka. Kerahkanlah dan utuslah ke kota-kota yang berada di bawah kekuasaanmu beberapa orang bala tentara untuk mengumpulkan para pesihir dari berbagai penjuru negeri.
1066
Agar mereka membawa secara paksa atau suka rela semua pesihir yang pandai kepadamu.” Dengan berkumpulnya para ahli sihir itu di hadapanmu, mereka akan membeberkan hakikat yang sebenarnya dibawa Musa. Dengan demikian, tak seorang pun yang dapat diperdaya.
1067
Fir'aun pun mengikuti saran tersebut dan menangguhkan persoalan Nabi Musa dan Nabi Harun, sambil mengumpulkan para pesihir yang pandai di negeri itu. Dan tak berapa lama kemudian para pesihir yang dikumpulkan oleh bala tentara itu pun datang kepada Fir'aun. Mereka tahu peristiwa yang terjadi dan menyadari akan pentingnya keberadaan mereka, sehingga mereka berani berkata kepada Fir'aun, “Apakah kami benar-benar akan mendapat imbalan yang besar, sesuai tugas berat yang kami emban, jika kami menang dan berhasil mengalahkan sihir Musa?” Begitulah keadaan para penyihir yang selalu merasa butuh dan mengejar materi, sehingga seringkali mati dalam keadaan miskin dan dalam bentuk yang mengerikan.
1068
Karena Fir'aun ingin menang dan mengalahkan sihir Nabi Musa, dia (Fir'aun) menjawab, “Ya, tentu bagi kalian imbalan yang besar, bahkan lebih dari itu sesungguhnya kamu pasti benar-benar akan termasuk orang-orang yang didekatkan kedudukannya padaku dan akan mendapatkan segala bentuk kesenangan.”
1069
Para ahli sihir itu pun-setelah mendapatkan janji Fir'aun dan membayangkan kedudukan yang akan diperoleh-dengan penuh percaya diri mendatangi Nabi Musa. Dengan nada menantang, mereka para pesihir berkata, “Wahai Musa! Engkaukah yang akan melemparkan lebih dahulu tongkat yang engkau miliki itu, atau kami yang melemparkan lebih dulu apa yang kami miliki?”
1070
Dengan penuh keyakinan dan tanpa rasa takut sedikit pun, dia (Nabi Musa) menjawab, “Lemparkanlah lebih dahulu apa yang hendak kamu lempar!” Maka setelah mereka melemparkan apa yang dibawa berupa tali-temali dan tongkat, mereka menyihir mata orang banyak yang hadir di tempat itu. Tali-temali dan tongkat itu terlihat bagaikan ularular yang bergerak dan bertumpuk satu sama lain, seolah-olah apa yang mereka lakukan itu benar-benar terjadi, dan pemandangan itu menjadikan orang banyak itu tercengang dan takut, karena mereka memperlihatkan sihir yang hebat dan menakjubkan disertai dengan teriakan, “hati-hati jangan sampai digigit ular”.
1071
Dan untuk menunjukkan kebesaran Kami di hadapan orang banyak, Kami wahyukan kepada Nabi Musa, “Lemparkanlah tongkatmu!” Nabi Musa pun segera melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba tongkat itu berubah menjadi seekor ular yang bergerak dengan cepat menelan habis segala kepalsuan mereka, yakni sihir dan tipu daya yang mereka lakukan.
1072
Dengan mukjizat tongkat tersebut maka terbuktilah kebenaran yang berada di pihak Nabi Musa, dengan disaksikan orang banyak. Dan segala yang mereka kerjakan berupa sihir dan kepalsuan jadi sia-sia dan batal semua. Kebatilan, walau dibalut keindahan, hanya akan mengelabui sesaat, tetapi akan sirna bila berhadapan dengan kebenaran.
1073
Dengan kejadian tersebut maka mereka, yakni para penyihir dikalahkan di tempat itu di hadapan orang banyak. Dan karena telah dipermalukan dengan kekalahan itu maka berbaliklah mereka menjadi orang-orang yang hina, setelah sebelumnya tampil dengan penuh kesombongan dan yakin akan meraih kemenangan dan kemuliaan. Mereka merasa sangat terhina dengan kekalahan ini.
1074
Demikian pula halnya Fir'aun dan pembesar-pembesarnya. Adapun para pesihir itu yang menyadari kelemahan mereka, serta merta menjatuhkan diri dengan bersujud. Mereka tercengang kagum mendapati kebenaran yang terjadi, sehingga terdorong untuk sujud kepada Allah dan tunduk pada kebenaran. Mereka langsung bersujud kepada Allah karena meyakini kebenaran seruan Nabi Musa dan bukan sihir sebagaimana yang mereka duga semula.
1075
Dalam keadaan sujud, mereka (para pesihir) berkata, “Kami hanya beriman kepada Tuhan Pencipta dan Pemelihara seluruh alam. Agar Fir'aun atau lainnya tidak salah paham siapa yang dimaksud dengan Tuhan seluruh alam, mereka menjelaskan;
1076
yaitu Tuhan Pencipta dan Pemelihara yang diyakini dan diimani oleh Nabi Musa dan Nabi Harun.”
1077
Melihat itu, Fir'aun pun terkejut dan naik pitam. Fir'aun berkata, “Mengapa kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepadamu?” Tanpa menanyakan terlebih dahulu sebab mereka beriman, Fir'aun melontarkan tuduhan, “Sesungguhnya ini benar-benar tipu muslihat yang telah kamu rencanakan bersama Musa dan Harun di kota ini, yakni Mesir, untuk mengusir penduduknya. Ia pun mengancam mereka, “Kelak kamu akan mengetahui apa yang akan aku lakukan untuk kamu, sebagai akibat perbuatanmu dengan beriman kepada Musa dan Harun, serta sebagai siksaan dari persekongkolan dan tipu muslihat yang kalian lakukan.” Begitulah, penguasa tiran akan mengancam bila tersudut dan terpojokkan.
1078
Melihat mereka tidak kembali dan tetap teguh dengan keimanan mereka, Fir'aun lanjut mengancam, “Aku bersumpah demi kekuasaanku, pasti akan aku potong tangan dan kakimu dengan bersilang; tangan kanan dan kaki kiri atau sebaliknya, kemudian dengan keadaan yang menyeramkan ini, aku benar-benar akan menyalib kamu semua, tanpa terkecuali, dengan mengikat kaki dan tangan kamu di batang pohon kurma.” Itu semua dilakukan agar menjadi peringatan bagi siapa yang hendak menipu dan melawan kekuasaan Fir'aun.
1079
Ancaman itu tidak membuat mereka gentar sedikit pun. Keimanan sudah sangat merasuk ke dalam kalbu mereka. Mereka para pesihir menjawab, “Sesungguhnya kami hanya akan kembali kepada Tuhan Pemelihara kami, menemui-Nya dengan kematian, dalam naungan rahmat dan kenikmatan ganjaran-Nya. Demikianlah, orang beriman tidak akan merasa gentar menghadapi ancaman dan penderitaan apa pun.
1080
Dan kami tahu betul bahwa engkau tidak menolak perbuatan kami dan melakukan balas dendam kepada kami, melainkan karena kami beriman kepada ayat-ayat Tuhan Pemelihara kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami. Oleh karena itu, apa pun yang akan kamu lakukan, kami tidak akan pernah meninggalkan keimanan kepada Allah.” Kemudian, menyudahi debat dan pembicaraan dengan Fir'aun, serta menyadari betapa berat dan kejamnya ancaman Fir'aun, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran yang tinggi kepada kami agar kami dapat menanggung semua cobaan ini dan matikanlah kami ketika tiba saat yang Engkau tentukan, dalam keadaan muslim, tunduk patuh dan berserah diri kepada-Mu, tanpa tergoda oleh ancaman Fir'aun.”
1081
Setelah Fir'aun dan kaumnya menyaksikan kemenangan Nabi Musa dan keimanan para pesihir kepadanya, para pemuka dari kaum Fir'aun berkata, “Apakah engkau wahai Fir'aun akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk berbuat kerusakan di negeri Mesir ini dan meninggalkanmu dengan tidak menghormati dan tunduk kepadamu dan tuhan-tuhanmu tidak disembah?” Pertanyaan itu sangat menyentak Fir'aun, lalu ia menjawab, “Akan kita bunuh dengan pembunuhan yang pasti lagi banyak anak-anak laki-laki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka untuk melayani kita, atau untuk disiksa dan dilecehkan, seperti yang dulu pernah kita lakukan. Dengan begitu, mereka tidak dapat menggalang kekuatan. Jangan khawatir, situasi akan terkendali dan sesungguhnya kita berkuasa penuh atas mereka sehingga dapat menguasai dan menekan mereka.”
1082
Ancaman Fir'aun itu sampai ke telinga Nabi Musa dan kaumnya. Nabi Musa pun melihat rasa takut pada kaumnya dan segera memompa semangat dan rasa optimisme mereka. Nabi Musa berkata kepada kaumnya, “Mohonlah dengan sungguh-sungguh pertolongan kepada Allah dan bersabarlah dalam menghadapi tantangan dakwah dan ancaman Fir'aun. Sesungguhnya bumi ini seluruhnya, baik negeri Mesir ini atau lainnya, milik Allah, bukan milik Fir'aun; diwariskan-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Memang boleh jadi itu belum terjadi dalam waktu singkat, tapi itu pasti terlaksana, dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa kepada Allah dengan berpegang teguh pada ajaran-ajaran-Nya.” Usaha yang disertai dengan doa dan kesabaran akan berbuah kemenangan.
1083
Meski Nabi Musa telah membesarkan hati mereka dan menyampaikan janji pertolongan Allah, kaumnya masih saja menyampaikan keluhan. Dengan nada mengeluh dan sedih, mereka kaum Nabi Musa berkata, “Dulu kami telah ditindas oleh Fir'aun dan rezimnya dengan membunuh, menindas dan melecehkan kami sebelum engkau datang sebagai utusan Tuhan kepada kami, dan kini setelah engkau datang sebagai utusan-Nya kami pun dianiaya juga, lalu kapan kita akan menang, sebab keadaan semakin memburuk.” Untuk memberi harapan dan menanamkan optimisme kepada kaumnya, Nabi Musa menjawab, “Mudah-mudahan dengan karunia-Nya, berkat keteguhan dan kesabaran kamu, Tuhanmu membinasakan musuhmu yang telah menghina dan menyiksa kamu dengan zalim dan Tuhanmu akan menjadikan kamu khalifah penguasa di bumi; lalu sebagai bentuk ujian, Dia akan melihat bagaimana perbuatanmu setelah penobatan kamu sebagai khalifah-Nya: adakah kamu mensyukuri nikmat-nikmat-Nya, atau malah mengingkari-Nya? Adakah kamu akan memakmurkan bumi atau merusaknya? Dengan ukuran itulah Allah akan membalas segala perbuatan kalian, di dunia dan di akhirat.”
1084
Harapan Nabi Musa itu dikabulkan dengan didahului pernyataan Allah, “Dan sungguh, Kami telah menghukum Fir'aun dan kaumnya yaitu orang-orang Mesir dengan mendatangkan musim kemarau panjang, akibat jarang atau tidak turun hujan, masa paceklik bertahun-tahun dan kekurangan buah-buahan, karena hasil tanaman yang rusak, agar mereka mengambil pelajaran dan tidak kembali menganiaya Bani Israil serta mengikuti ajakan Nabi Musa, sebab kesulitan dan bencana itu biasanya dapat mencegah orang berlaku sombong, membersihkan diri untuk menerima kebenaran, dan mendorong untuk mengharap perkenan Tuhan semesta alam dan tunduk kepada-Nya.”
1085
Fir'aun dan kaumnya, yang tidak terbiasa memegang kebenaran, kembali ingkar dan berbuat maksiat. Mereka adalah orang-orang yang tidak konsisten. Kemudian apabila kebaikan berupa tanah yang subur dan rezeki yang luas datang kepada mereka, kaum Fir'aun, mereka berkata, “Bagi kami hal ini adalah wajar karena usaha kami dan keistimewaan kami yang tidak dimiliki orang lain.” Dan jika mereka ditimpa kesusahan, berupa kemarau panjang, terserang wabah dan krisis ekonomi, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan pengikutnya. Mereka lupa bahwa kezaliman dan kejahatan yang mereka lakukan itulah yang sebenarnya membuat mereka ditimpa malapetaka seperti itu. Ketahuilah, sesungguhnya nasib baik dan buruk yang menimpa mereka di tangan Allah berdasarkan ketetapan qada dan qadar-Nya, dan juga disebabkan dosa dan kekufuran mereka, namun kebanyakan mereka tidak mengetahui karena mereka larut dalam kebodohan dan kesesatan.
1086
Karena asumsi yang salah seperti inilah mereka tetap mempertahankan kemungkaran. Dan tidak saja menuduh Nabi Musa sebagai penyebab kesulitan yang mereka hadapi, mereka kaum Fir'aun juga berkata kepada Nabi Musa, “Bukti apa pun yang engkau bawa kepada kami berupa mukjizat atau bukti kebenaranmu untuk menyihir atau mengelabui kami dengannya, agar kami meninggalkan seruan Fir'aun. Kami tidak akan meninggalkan keyakinan kami dan kami tidak akan beriman kepadamu.”
1087
Disebabkan kedurhakaan Fir'aun dan kaumnya yang telah melampaui batas maka sebagai bentuk azab untuk mereka Kami kirimkan kepada mereka siksa berupa topan yang menyebabkan banjir besar yang menenggelamkan tanaman mereka, belalang yang memakan tanaman, hasil pertanian, rumah, atap, dan pakaian mereka, kutu berupa serangan hama dan kuman yang merusak buah-buahan, tanaman, dan hewan ternak, katak yang memenuhi bejana minuman, makanan, dan tempat tidur mereka, dan darah dengan menjadikan air sungai dan sumur mereka tidak layak digunakan, sebagai bukti-bukti yang jelas agar mereka beriman. Tetapi watak mereka memang keras dan hati mereka pun membatu, sehingga mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum pendurhaka yang selalu berdosa.
1088
Dan ketika mereka ditimpa azab yang telah diterangkan itu mereka pun bergegas mendatangi Nabi Musa dan berkata, “Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu atau dengan apa yang telah dianugerahkan kepadamu berupa perkenanNya mengabulkan doamu, kenabianmu atau rahasia Ilahi lainnya, agar menghilangkan azab-azab yang menimpa kami ini. Sesungguhnya jika engkau dengan doamu dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu, mengikuti ajaranmu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu sesuai permintaanmu, kami tidak akan halang-halangi mereka untuk pergi ke mana saja bersamamu.”
1089
Memenuhi permintaan itu, Nabi Musa pun berdoa kepada Allah agar azab itu dihilangkan, dan Allah pun mengabulkannya. Tetapi setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka, berkat doa Nabi Musa, satu demi satu, dari saat ke saat, sesuai permintaan mereka, dan ini berlanjut hingga batas waktu yang harus mereka penuhi, ternyata tiba-tiba mereka ingkar janji yang telah disampaikannya itu dan terus berada dalam kekufuran dan kesesatan. Mereka kembali seperti sedia kala. Cobaan-cobaan yang pedih itu tidak ada gunanya bagi mereka.
1090
Karena mereka mengingkari janji untuk percaya kepada ajaran tauhid yang dibawa Nabi Musa, atau mengingkari janjinya membiarkan Bani Israil berhijrah bersama Nabi Musa, dan terus berada dalam kekufuran, maka Kami membalas mereka dengan siksa yang lebih berat daripada siksa yang pernah mereka rasakan. Lalu ketika siksa itu datang, Kami tenggelamkan mereka di laut, yaitu Laut Merah, disebabkan karena sesungguhnya mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami yang demikian agung dan jelas, dan mereka sejak dulu hingga kini adalah orang-orang yang lalai padanya.
1091
Setelah menyampaikan kesudahan kaum durhaka, ayat ini melanjutkan pemberitaannya tentang umat Nabi Musa, dengan menyatakan bahwa Kami tenggelamkan pengikut-pengikut Fir'aun bersamanya dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, yaitu Bani Israil, bu-mi bagian timur dan bagian baratnya, yaitu Negeri Syam, Mesir dan negeri-negeri sekitar keduanya yang pernah dikuasai Fir'aun dahulu, yang telah Kami berkahi dengan berbagai nikmat yang berupa tanaman, buah-buahan dan sungai-sungai serta aneka nikmat lainnya. Dan dengan demikian telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu sebagai janji untuk Bani Israil (Lihat: Surah al-Qashash/28: 5-6), disebabkan kesabaran mereka dalam menghadapi siksaan dan ancaman Fir'aun dan kaumnya. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah mereka bangun, berupa gedung-gedung pencakar langit dan istana-istana megah serta atap-atap untuk tanaman dan pepohonan yang menjalar layaknya rambatan pohon anggur. Itulah bukti kemahakuasaan Allah, dan terbukti benarlah segala yang dijanjikan-Nya kepada Bani Israil.
1092
Dan setelah Kami menyelamatkan mereka dan menenggelamkan Fir'aun, Kami selamatkan Bani Israil menyeberangi laut itu, yaitu bagian utara dari Laut Merah. Ketika mereka sampai kepada suatu kaum yang tekun menyembah berhala, muncul keinginan untuk melakukan kebiasaan lama mereka, kebiasaan menyembah berhala yang dilakukan di Mesir. Mereka lalu meminta Nabi Musa untuk membuatkan patung berhala untuk disembah, seperti yang dilakukan oleh kaum yang mereka lihat itu. Mereka Bani Israil berkata, “Wahai Musa! Buatlah untuk kami sebuah tuhan berhala untuk kami sembah sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan berhala.” Nabi Musa berusaha mencegah keinginan mereka dan dengan nada mencela, dia menjawab, “Sungguh, kamu orang-orang yang bodoh, tidak memahami keagungan Allah dan tidak mengetahui bahwa yang patut disembah hanyalah Tuhan Yang Maha Esa.”
1093
Yang mereka lakukan itu tentu tidak benar, dan sebagai akibatnya, sesungguhnya mereka para penyembah berhala yang kamu lihat tekun itu akan dihancurkan apa yang sedang mereka anut, yaitu akan punah kepercayaan dan ajaran syirik mereka, dan akan sia-sia, tidak bermanfaat sedikit pun, apa yang selalu mereka kerjakan, sebab sembahan itu tidak dapat menyelamatkan mereka dari siksa Allah ketika datang.
1094
Selanjutnya dia, yakni Nabi Musa berkata, “Pantaskah aku mencari tuhan untukmu selain Allah, padahal seandainya tidak ada anugerah-Nya kepada kamu selain bahwa Dia yang telah menciptakan dan melebihkan kamu atas segala umat pada masa itu, dengan diturunkan banyak nabi dari kalangan kamu dan keutamaan lainnya, maka cukup sudah itu menjadi kewajaran bahkan kewajiban bagi kamu untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya saja.”
1095
Dan ingatlah, wahai Bani Israil, ketika Kami menyelamatkan kamu dari siksaan para pengikut Fir'aun, yang menyiksa kamu dengan siksaan yang sangat berat atas perintah Fir'aun. Kamu dipaksa melayani mereka untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kasar dan sulit. Bahkan, di mata mereka, kamu seperti binatang, tidak mempunyai kehormatan sedikit pun. Di antara bentuk siksaan itu, mereka membunuh anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan pada yang demikian itu merupakan cobaan yang sangat besar dari Tuhan Pemelihara kamu, yang tidak ada ujian dan cobaan seberat itu.”
1096
Dan Kami telah menjanjikan kepada Nabi Musa untuk bermunajat kepada Kami dan Kami memberikan kitab Taurat setelah berlalu waktu tiga puluh malam. Dan untuk melengkapi ibadahnya, Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi, maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhan Pemeliharanya, yaitu empat puluh malam. Dan ingat juga ketika Nabi Musa berkata kepada saudaranya, yaitu Nabi Harun, sebelum keberangkatannya untuk memenuhi janji itu, “Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku sampai aku kembali, dan perbaikilah dirimu dan kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orangorang yang berbuat kerusakan.”
1097
Dan ingatlah ketika Musa datang untuk bermunajat pada waktu yang telah Kami tentukan, yaitu empat puluh malam, dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya, menyampaikan wahyu melalui suatu dialog yang tidak sama dengan pembicaraan yang dilakukan manusia, Nabi Musa ingin mendapat lebih dari itu dan berkata, “Tuhan Pemeliharaku, tampakkanlah diri-Mu Yang Maha Suci kepadaku agar aku dapat-dengan potensi yang Engkau anugerahkan padaku-melihat Engkau.” Dia, yakni Allah, berfirman, “Engkau, wahai Nabi Musa, sekali-kali tidak akan sanggup melihat-Ku di dunia ini dengan mata telanjang.” Kemudian Allah ingin Nabi Musa dapat menerima ketidaksanggupannya itu, dan berkata, “Namun lihatlah ke gunung itu yang lebih kokoh bila dibandingkan dengan kondisimu, jika saat kemunculan-Ku ia tetap tegar di tempatnya sebagai sediakala ketika Aku ber-tajalli, menampakkan apa yang hendak Aku tampakkan, niscaya engkau dapat melihat-Ku saat Aku muncul di hadapanmu.” Maka ketikaTuhannya ber-tajalli, menampakkan keagungan-Nya atau apa yang hendak ditampakkan-Nya kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh, hingga sama rata dengan tanah, dan Nabi Musa pun jatuh pingsan tak sadarkan diri menyaksikan peristiwa dahsyat itu. Setelah Nabi Musa sadar kembali, dan yakin bahwa dia tidak dapat melihat-Nya di dunia ini dengan cara apa pun, dia berkata, “Mahasuci Engkau, lagi Maha Agung, aku bertobat kepada Engkau karena telah lancang meminta sesuatu yang tak Engkau izinkan, dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman, yang percaya bahwa Engkau tidak dapat dilihat seperti yang kumohonkan.” Para mufasir ada yang berpendapat, pengertian tampak ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang tampak itu adalah cahaya Allah. Bagaimana pun juga tampaknya Allah itu bukanlah seperti tampaknya makhluk, hanya tampak yang sesuai sifat-sifat Allah yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.
1098
Tatkala Allah menolak permintaan Nabi Musa untuk melihatNya, Dia telah menyiapkan untuknya nikmat-nikmat yang lain sebagai kompensasi penolakan itu. Dia, yakni Allah berfirman, “Wahai Musa! Sesungguhnya Aku memilih dengan melebihkan dan mengutamakan engkau dari manusia yang lain pada masamu untuk membawa risalah-Ku yaitu pesan-pesan kenabian dan firman-Ku yang Aku sampaikan langsung dengan bercakap-cakap kepadamu, tanpa perantara, sebab itu berpegang-teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu berupa perintah dan larangan, dan hendaklah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur atas nikmat kerasulan dan kekhususan Tuhan berbicara langsung kepadamu.”
1099
Setelah menjelaskan adanya risalah Allah, dan adanya kalam Allah kepada Nabi Musa, maka ayat ini menjelaskan lebih lanjut tentang kedua hal tersebut, yakni dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada lauh-lauh Taurat, yang berupa kepingan dari batu atau kayu yang dahulu biasa digunakan untuk menulis, sebagaimana kertas pada dewasa ini, segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan untuk segala hal yang dibutuhkan oleh Bani Israil pada masa itu; maka Kami berfirman kepada Nabi Musa, “Berpegang teguhlah kepadanya dan suruhlah kaummu berpegang kepadanya dengan melaksanakan kandungannya sebaik-baiknya, seperti mendahulukan sikap memaafkan ketimbang kisas, membebaskan utang ketimbang menangguhkannya, dan mengutamakan yang mudah dari yang sulit. Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang fasik, yang keluar dari ketaatan kepada Allah, dan kehancuran yang akan diderita, agar menjadi pelajaran bagi kamu. Maka janganlah kamu langgar aturan-aturan Allah, hingga kamu terhindar dari bencana yang menimpa mereka.” Allah akan memperlihatkan negeri orang-orang fasik seperti Fir’aun, ‘Ad, Samud, dan sebagainya yang hancur bersama mereka akibat akhir kejahatan dan kefasikan mereka.
1100
Janji-janji Allah yang disebut pada ayat-ayat yang lalu akan diperoleh oleh mereka yang melaksanakan tuntunan kitab suci. Yang membangkang (orang-orang fasik) tidak akan meraihnya, karena akan Aku palingkan dari tanda-tanda kekuasaan, kebesaran dan keagungan-Ku orang-orang yang terus menerus menyombongkan diri di bumi dan enggan menerima kebenaran tanpa alasan yang benar. Mereka tak akan dapat mencermati bukti-bukti kekuasaan-Ku yang terdapat dalam diri manusia maupun di alam raya. Kalaupun mereka melihat setiap tanda kekuasaan-Ku, mereka tetap tidak akan beriman kepadanya karena keangkuhan mereka. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk menuju kebenaran dan kebajikan, mereka tidak menjadikannya jalan yang seharusnya mereka tempuh, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya. Yang demikian, yakni perlakuan Kami memalingkan mereka itu, adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami sehingga tidak ada gunanya Kami mendekatkannya kepada mereka, dan juga karena mereka selalu lengah terhadapnya, tidak memperhatikan, bahkan mengabaikannya.
1101
Demikian keadaan dan balasan yang diterima oleh mereka yang angkuh dan durhaka terhadap ayat-ayat Allah, dan orang-orang yang mendustakan tanda-tanda kekuasaan Kami dan adanya pertemuan yang dijanjikan Allah di akhirat, sia-sialah amal mereka sebab telah kehilangan syarat diterimanya sebuah amal, yaitu iman kepada Allah dan hari akhir. Apakah mereka tidak diberi balasan melainkan dengan balasan yang setimpal dan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Jika niat dan amal mereka baik maka Kami akan membalasnya dengan kebaikan, sebaliknya jika buruk maka keburukanlah balasannya.
1102
Dan kaum Nabi Musa, setelah kepergian beliau ke gunung Sinai untuk bermunajat kepada Allah, mereka membuat patung anak sapi yang bertubuh dan dapat melenguh atau bersuara dari perhiasan emas. Mereka membuat patung anak sapi dari emas untuk disembah. Patung itu tetaplah patung tidak bernyawa. Suara yang seperti sapi itu hanyalah disebabkan oleh angin yang masuk ke dalam rongga patung itu dengan teknik yang dikenal oleh Samiri waktu itu. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa patung anak sapi itu tidak dapat berbicara dengan mereka sedikit pun, dengan pembicaraan apa pun, apalagi serupa dengan anugerah Allah kepada Nabi Musa, dan tidak dapat pula menunjukkan jalan apa pun kepada mereka, apalagi jalan keselamatan seperti dari gangguan dan siksaan Fir'aun? Mereka menjadikannya sebagai sembahan. Mereka, sejak dahulu hingga kini, adalah orang-orang yang zalim, yang telah merasuk kezalimannya dalam diri mereka.
1103
Setelah Nabi Musa datang, marah, membakar patung itu, dan menunjukkan kesesatan mereka, mereka pun sadar dan menyesal. Dan setelah mereka menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka sungguh telah tersesat dari jalan kebenaran, mereka pun memohon rahmat dan ampunan dengan berkata, “Sungguh, jika Tuhan Pemelihara kami tidak memberi rahmat kepada kami, tidak menerima tobat kami, dan tidak mengampuni dosa kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang rugi.”
1104
Ayat yang lalu menjelaskan penyesalan mereka, sedang ayat ini menjelaskan keadaan Nabi Musa ketika menemukan kaumnya menyembah anak sapi. Dan ketika Nabi Musa telah kembali kepada kaumnya, setelah bermunajat kepada Allah, dalam keadaan marah dan sedih hati karena mengetahui kaumnya menyembah patung anak sapi, dia berkata, khususnya kepada Nabi Harun dan para pemuka kaumnya, “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan dalam melaksanakan tugas sebagai pengganti selama kepergianku! Kalian lebih mementingkan menyembah patung anak lembu ketimbang mematuhi perintah Tuhan untuk menunggu kedatanganku dan menepati janjiku untuk membawa Taurat kepada kalian!” Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu untuk mempercepat jatuhnya siksa? Apakah kamu tidak sabar menanti kedatanganku kembali setelah munajat kepada Tuhan, sehingga kamu membuat patung anak sapi untuk disembah sebagaimana menyembah Allah? Nabi Musa pun melemparkan lauh-lauh Taurat yang diterima dari Allah melalui Malaikat ketika bermunajat itu dan memegang rambut kepala saudaranya Nabi Harun sambil menarik ke arahnya. Nabi Harun berkata, “Wahai anak ibuku! Kaum yang menyembah sapi ini telah menganggapku lemah serta mengancamku dan hampir saja mereka membunuhku karena aku telah berusaha keras untuk mencegah mereka, sebab itu janganlah engkau menjadikan musuh-musuh menyoraki melihat kemalanganku dengan kecamanmu yang keras ini, karena itu berarti engkau dan mereka sama mengecamku, dan janganlah engkau jadikan aku dengan kemarahanmu itu sebagai bersama orang-orang yang zalim yang melanggar perintahmu dan menyembah patung anak sapi.”
1105
Setelah mengetahui alasan saudaranya, Nabi Harun, dan memahami bahwa dia tidak melalaikan tugasnya, dia, Nabi Musa berdoa, “Ya Tuhanku, Yang selalu memelihara, membimbing dan berbuat baik padaku, ampunilah aku atas kemarahanku ini yang membuatku bertindak tidak wajar, dan ampuni juga saudaraku atas apa yang terjadi antara dia dan kaumku, atau kelalaiannya -jika ada- dalam menjalankan tugas, dan masukkanlah kami berdua ke dalam rahmat Engkau yang amat luas, dan Engkau adalah Maha Penyayang dari semua penyayang. Engkau memberi tanpa batas, bahkan kepada mereka yang mendurhakai-Mu.”
1106
Setelah menjelaskan sikap Nabi Musa terhadap Nabi Harun dan doanya kepada Allah. Allah menjelaskan sanksi yang pantas diterima oleh mereka yang durhaka, yaitu sesungguhnya orang-orang yang penuh antusias dan sungguh-sungguh menjadikan patung anak sapi sebagai sembahannya dan enggan bertobat, kelak akan menerima kemurkaan yang besar dari Tuhan mereka dengan dijauhkan dari rahmat-Nya, dan kehinaan dalam kehidupan di dunia oleh sebab kekufuran mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebohongan terhadap Allah, seperti menjadikan anak sapi sebagai sembahan.
1107
Sedangkan mereka yang menyadari kesalahannya dan mau bertobat, Allah menyatakan, “Dan orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan dengan sengaja, dalam bentuk kekufuran dan kemaksiatan, kemudian walau setelah berlalu waktu lama bertobat sesudah kedurhakaan yang dilakukannya itu dan beriman serta beramal shaleh, sesungguhnya Tuhan Pemeliharamu, pasti setelah itu, yaitu tobat yang disertai iman, Maha Pengampun sehingga akan menghapus dosa-dosa mereka, lagi Maha Penyayang dengan melimpahkan anugerah kepada mereka.”
1108
Setelah menjelaskan sikap masing-masing dan perlakuan Allah terhadap mereka, kisah penyembahan anak sapi diakhiri dengan firman-Nya, “Dan setelah amarah Nabi Musa mereda, dia mengambil kembali lauh-lauh Taurat yang tadi dilemparkannya ke tanah itu; dan di dalam tulisannya terdapat petunjuk menuju jalan kebahagiaan dan rahmat bagi orang-orang yang selalu takut kepada Tuhannya.”
1109
Dan Nabi Musa memilih tujuh puluh orang dari pemuka kaumnya yang terbaik untuk memohon tobat kepada Kami di bukit Sinai pada waktu yang telah Kami tentukan. Sesampainya di tempat itu, mereka menyatakan tidak akan beriman kepada Musa sampai dia memperlihatkan kepada mereka Tuhan yang pernah berbicara kepadanya. Ketika itu mereka ditimpa gempa bumi yang dahsyat, sampai mati semuanya, dan Nabi Musa memohon kepada Allah sambil menengadahkan diri dan berkata, “Ya Tuhan Pemelihara-ku, apa yang akan aku katakan kepada Bani Israil ketika aku kembali kepada mereka? Engkau telah membinasakan orang-orang yang terbaik dari mereka. Jika seandainya Engkau kehendaki, tentulah Engkau binasakan mereka, saat terjadi penyembahan anak sapi, karena kelalaian mereka tidak mencegah penyembahan anak sapi, dan juga Engkau binasakan aku karena kelalaianku atau sebab lainnya sebelum ini, yaitu sebelum menghadap ke hadirat-Mu, seperti saat aku membunuh seorang Koptik. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang berakal di antara kami yang menyembah anak sapi itu? Apa yang dilakukan oleh para penyembah patung anak sapi itu hanyalah cobaan dari-Mu, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki kesesatannya setelah nyata kehendak mereka untuk sesat dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki berdasarkan kesiapan jiwa untuk menerima petunjuk. Engkaulah satu-satunya pemimpin dan pelindung kami, maka ampunilah segala dosa kami dan berilah kami rahmat. Engkaulah pemberi ampun yang terbaik karena Engkau mengampuni bukan untuk mendapat pujian, atau menghindari kecaman.” Perbuatan mereka membuat patung anak sapi dan menyembahnya itu adalah suatu cobaan dari Allah untuk menguji mereka, siapa yang sebenarnya kuat imannya dan siapa yang masih ragu-ragu. Orang yang lemah imannya itulah yang mengikuti Samiri dan menyembah patung anak sapi itu. Tetapi orang yang kuat imannya, tetap dalam keimanannya.
1110
Nabi Musa melanjutkan berdoa, dan tetapkanlah untuk kami kebaikan selama hidup di dunia ini dan kelak di akhirat. Sungguh, kami kembali, yakni bertobat kepada Engkau dari segala dosa dan kekurangan, dengan sebenar-benarnya. Mendengar permohonan itu, Allah berfirman, “SiksaKu, baik di dunia maupun di akhirat, akan Aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dari makhluk-Ku, seperti yang Aku lakukan terhadap kaummu, dan rahmat-Ku, yakni anugerah-Ku, meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku yang khusus dan berkesinambungan bagi orang-orang yang bertakwa, terutama yang menunaikan zakat dan orang-orang yang selalu terus menerus beriman kepada ayat-ayat Kami, yakni dengan membenarkannya melalui hati dan perbuatan.”
1111
Yaitu orang-orang yang terus menerus dengan penuh ketekunan mengikuti Rasul Nabi Muhammad, Nabi yang ummi, tidak pandai baca tulis, yang nama dan sifatnya mereka, para ulama Yahudi dan Nasrani, dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka hingga kini, walapun sebagian besar telah mereka hapus dan yang ada sekarang hanya secara tersirat. Di antara sifat Nabi Muhammad yang terdapat dalam Taurat dan Injil adalah dia yang menyuruh mereka berbuat yang makruf, sesuatu yang dikenal menurut agama, logika dan adat istiadat sebagai kebaikan, dan mencegah dari yang mungkar, sesuatu yang tertolak menurut agama dan logika serta adat istiadat. Dan selain itu, di antara tujuan kedatangan Nabi Muhammad adalah menghalalkan atas perintah Allah segala yang baik bagi mereka termasuk yang tadinya halal kemudian diharamkan sebagai sanksi atas mereka, seperti lemak (Lihat: Surah al-An'am/6: 146). Dan mengharamkan, juga berdasar firman Allah segala yang buruk bagi mereka, seperti bangkai, darah, dan daging babi. Dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang tadinya ada pada mereka. Dalam syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu tidak ada lagi beban yang berat yang dipikulkan kepada Bani Israil, seperti mensyariatkan membunuh diri untuk sahnya tobat, wajib kisas pada pembunuhan baik yang disengaja atau tidak, tanpa boleh membayar diyat (ganti rugi), memotong anggota badan yang melakukan kesalahan, membuang atau menggunting kain yang kena najis, dan sebagainya. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya dengan mengakui kenabiannya, memuliakannya, dengan mencegah siapa pun yang bermaksud buruk terhadapnya, menolongnya, mendukungnya dalam penyebaran ajaran Islam, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya, berupa tuntunan Al-Qur'an, mereka itulah orang-orang beruntung.
1112
Allah memperkenalkan Nabi terakhir yang tercantum dalam kitab mereka dan kemuliaan para pengikutnya. Katakanlah wahai Nabi Muhammad, “Wahai seluruh manusia tanpa kecuali! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, dan juga kepada makhluk jin, baik yang semasa denganku maupun tidak, tanpa terkecuali. Allah Yang mengutus aku itu adalah Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Semuanya tunduk hanya kepada-Nya. Dia Yang Mahakuasa untuk menghidupkan dan mematikan, oleh karena itu maka berimanlah kamu kepada Allah Yang Maha Esa dan Mahakuasa itu, dan Rasul-Nya yang terakhir, yaitu Nabi yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis, namun mendapat informasi yang pasti berupa wahyu dari Allah, yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya yaitu kitab-kitab-Nya. Ikutilah dia dalam sistem dan cara hidupnya, dan laksanakan apa yang yang diajarkannya, agar kamu mendapat petunjuk kepada jalan yang lurus.”
1113
Tidak semua Bani Israil durhaka, dan demi menjaga obyektifitas dalam penilaian terhadap mereka ayat ini menjelaskan, dan di antara kaum Nabi Musa itu, yaitu Bani Israil, terdapat suatu umat yang memberi petunjuk kepada manusia, khususnya Bani Israil dengan dasar kebenaran dalam akidah dan syariat, dan dengan itu pula mereka selalu berlaku adil dalam menjalankan keadilan. Mereka memberi petunjuk dan menuntun dengan berpedoman kepada petunjuk dan tuntunan yang datang dari Allah. Dan juga dalam hal mengadili perkara, mereka selalu mencari keadilan dengan berpedoman kepada petunjuk dan tuntunan Allah.
1114
Dan Kami membagi dengan mencerai beraikan dan pencarkan mereka Kaum Nabi Musa menjadi dua belas suku, sejumlah anak-anak Nabi Yakub, yang masing-masing berjumlah besar, dan telah Kami wahyukan kepada Nabi Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Sebagai bentuk mukjizat, maka tanpa memakan waktu yang lama memancarlah dari batu itu dua belas mata air. Sungguh, setiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing, sehingga mereka tidak kesulitan memperoleh air dan tidak juga berdesakan. Dan Kami naungi mereka dengan awan ketika mereka tersesat di padang pasir dataran Sinai yang terik selama empat puluh tahun (Lihat : Surah al-Maidah/5 :26). Dan Kami turunkan kepada mereka mann, yaitu makanan yang turun dari langit, rasanya manis seperti madu, dan salwa, yaitu sejenis burung puyuh, sehingga mereka tidak perlu berpayah-payah mencari makanan. Kami berfirman, “Makanlah yang baik-baik dari sebagian rezeki yang telah Kami berikan kepadamu.” Sebagian besar mereka tidak bersyukur dan terus berbuat dosa, meski demikian mereka tidak menzalimi Kami, tetapi merekalah yang sejak dulu hingga kini selalu menzalimi dirinya sendiri.
1115
Masih dalam konteks mengingatkan tentang nikmat-nikmat Allah kepada Bani Israil, yang dibarengi kecaman, ayat ini menyatakan, Dan selain nikmat-nikmat yang terdahulu, ingatlah pula, ketika dikatakan oleh Allah melalui rasul kepada mereka, yakni Bani Israil setelah mereka selamat dari tersesat di padang pasir, “Diamlah di negeri ini, yaitu Baitulmakdis, kota suci yang dijanjikan oleh Allah, dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak, di mana dan kapan saja kamu kehendaki.” Dan katakanlah, “Hittah, yaitu bebaskanlah kami dari dosa-dosa kami yang banyak dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk, atau bersujud dengan penuh kerendahan hati. Kalau itu kamu lakukan, niscaya kelak Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.” Kelak akan Kami tambah pahala dan anugerah Kami, baik di dunia maupun di akhirat, kepada orang-orang yang selalu berbuat yang lebih baik dan mantap dalam kebaikannya.
1116
Lalu apa yang mereka katakan dan lakukan? Bukannya bersyukur dengan taat kepada Allah, orang-orang yang zalim di antara mereka mengganti perkataan “hittah” yang diperintahkan itu dengan perkataan yang tidak dikatakan, yakni diperintahkan kepada mereka. Mereka diperintah untuk mengucap, “Hittah” (kami mohon dilepaskan dari dosa) namun mereka mengubah sambil mencemooh dan mengucapkan, “hintah” yang maknanya kami memohon gandum. Maka Kami timpakan kepada mereka azab dari langit berupa penyakit kolera atau lainnya yang mematikan, disebabkan kezaliman mereka.
1117
Nikmat berikutnya adalah nikmat melimpahnya ikan buat mereka di hari ibadah. Dan tanyakanlah wahai Nabi Muhammad, yakni kepada mereka orang-orang Yahudi yang hidup pada masamu tentang kisah penduduk negeri yang terletak di dekat laut, yaitu Kota Ailah yang terletak di pantai Laut Merah, atau tepatnya di Teluk Aqabah, ketika mereka melanggar aturan Allah pada hari Sabat, yang menurut aturan mereka merupakan hari yang dikhususkan untuk ibadah dan terlarang untuk bekerja dan mencari ikan, yaitu ketika datang kepada mereka ikan-ikan yang berada di sekitar mereka yang bagaikan terapung-apung di permukaan air, padahal pada hari-hari yang bukan Sabat ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka disebabkan mereka sering kali berlaku fasik, keluar dari ketaatan kepada Allah.
1118
Setelah menjelaskan keadaan para pendurhaka itu, ayat ini menguraikan sikap orang-orang yang sebelum ini pada ayat 159 telah disinggung, yaitu umat Nabi Musa yang memberi petunjuk kepada kebenaran. Ayat ini menyatakan, “Dan ingatlah ketika suatu umat di antara mereka, yaitu tatkala sekelompok orang-orang saleh dari leluhur Bani Israil-yang tidak berbuat jahat seperti yang lainnya-bertanya kepada mereka yang menasihati orang-orang yang berbuat jahat dengan berkata, “Mengapa kamu bersusah payah menasihati kaum yang akan dibinasakan sehingga punah sama sekali karena dosa yang mereka lakukan, atau diazab oleh Allah di akhirat nanti dengan azab yang sangat keras?” Mereka menjawab, “Kami melakukan itu agar kami mempunyai alasan dan pelepas tanggung jawab kepada Tuhanmu, dan sebenarnya kami berharap agar mereka bertakwa.” Alasan mereka itu ialah mereka telah melaksanakan perintah Allah untuk memberi peringatan.
1119
Nasihat yang berkelanjutan pada ayat-ayat terdahulu bertujuan mengantar para pendurhaka itu sadar dan bertakwa, tetapi ternyata mereka tetap lengah dan lupa. Maka setelah mereka golongan yang diberi nasihat melupakan, yakni mengabaikan, apa yang diperingatkan kepada mereka dan tidak juga mendengarkan nasihat itu, Kami selamatkan orang-orang yang terus menerus melarang orang berbuat jahat dan tidak melakukan kejahatan dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim, antara lain kepada mereka yang mengail ikan pada hari Sabat, siksaan yang keras, dalam bentuk kesengsaraan dan kemelaratan. Hal itu disebabkan mereka selalu berbuat fasik, tidak mau taat kepada Allah, Tuhan mereka.
1120
Setelah menjelaskan ancaman siksa dan kebinasaan untuk para pendurhaka, pada ayat ini Allah menguraikan tentang kebinasaan mereka, maka setelah mereka bersikap amat sombong dan melampaui batas terhadap segala apa yang dilarang, dan hati mereka semakin keras membatu, mereka terus melakukan berbagai pelanggaran, sementara azab yang pedih tidak membuat mereka jera. Lalu Kami katakan kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina, lagi terkutuk.” Allah jadikan mereka seperti layaknya kera. Hati mereka berubah seperti kera yang tak dapat memahami kebenaran, dan-seperti halnya kera-mereka pun dijauhkan dari berbagai bentuk kebaikan. Atau boleh jadi, mereka betul-betul menjadi kera yang hina.
1121
Begitulah siksa dan kebinasaan yang dialami oleh sebagian kelompok Bani Israil. Siksa itu akan terus berlanjut selama mereka dalam kedurhakaan. Memerintahkan hal-hal yang perlu diingat, Allah menyatakan, “Dan ingatlah, ketika Tuhanmu wahai Nabi Muhammad memberitahukan melalui para nabi-Nya, kepada nenek moyang mereka bahwa sungguh, Dia Yang Mahakuasa itu akan mengirim dari suatu tempat orang-orang yang akan menimpakan azab yang seburuk-buruknya kepada mereka, yaitu orang Yahudi yang durhaka, sampai hari Kiamat karena mereka telah berbuat zalim dan fasik. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat siksa-Nya, terhadap orang-orang kafir dan siksa itu pasti terlaksana dalam waktu dekat, sebab setiap sesuatu yang bakal terjadi itu sebenarnya telah dekat. Dan meski demikian, sesungguhnya Dia juga Maha Pengampun bagi siapa pun yang memohon ampunan-Nya dan Maha Penyayang bagi mereka yang bertobat dan kembali menaati-Nya.
1122
Ayat sebelum ini menginformasikan bahwa Allah telah menetapkan mereka akan disiksa sampai hari Kiamat, pada ayat ini dijelaskan bagaimana orang-orang Yahudi itu dipencar-pencar di berbagai belahan bumi. Dan Kami pecahkan, cerai-beraikan dan kelompokkan mereka orang-orang Yahudi di dunia ini, sehingga mereka menjadi beberapa golongan; namun demikian mereka tidak juga berbuat baik. Di antaranya ada orang-orang yang saleh, yaitu mereka yang beriman dan konsisten dengan keimanannya itu, atau mengikuti tuntunan Nabi Musa dan kemudian masuk Islam setelah kedatangan Nabi Muhammad; dan ada juga di antara mereka yang tidak demikian, yakni yang kafir dan durhaka. Dan Kami telah dan pasti akan uji mereka dengan jalan memberi nikmat dan berbagai hal yang baik-baik dan bencana atau berbagai hal yang buruk-buruk, agar mereka kembali kepada kebenaran, bertobat dan menyesali pelanggaran-pelanggaran yang mereka lakukan.
1123
Apakah setelah dicerai-beraikan dan diuji dengan kebaikan dan keburukan mereka kembali kepada kebenaran? Ayat ini menjelaskan keadaan mereka setelah itu, dengan menyatakan, maka setelah mereka, yaitu dua golongan yang telah Kami kelompokkan tadi, datanglah generasi lain yang lebih buruk yang mewarisi Taurat dari leluhur mereka, tetapi mereka tidak mengamalkannya, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini. Kesenangan dunia lebih mereka utamakan daripada kebenaran. Lalu mereka berkata, “Kami pasti akan diberi ampun, karena Allah Maha pengampun.” Dan kelak jika harta benda dunia datang kepada mereka sebanyak itu pula, niscaya mereka akan terus-menerus mengambilnya juga. Seakan-akan mereka mengharapkan ampunan, padahal jika mereka diberikan lagi kesenangan dunia seperti sebelumnya, mereka tidak ragu untuk mengambilnya. Begitulah, mereka adalah sekelompok orang yang di samping memohon ampunan, tetapi dalam waktu yang sama selalu saja melakukan dosa. Bukankah mereka sudah terikat perjanjian dalam Kitab Taurat bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah, kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Mereka telah mempelajari isinya, dan seharusnya mereka mengatakan kebenaran. Tetapi mereka justru mengatakan kebatilan! Sesungguhnya kenikmatan di negeri akhirat yang diperuntukkan bagi mereka yang bertakwa, itu lebih baik daripada segala kesenangan dunia. Maka tidakkah kamu mengerti sehingga tetap memungkiri hal ini? Jika demikian halnya, berarti kalian tidak bisa membedakan bahwa kenikmatan akhirat itu sungguh lebih baik daripada kesenangan dunia yang kalian lebih utamakan!”
1124
Setelah menjelaskan keadaan mereka yang durhaka dan menyia-nyiakan kitab Taurat, ayat ini berbicara tentang orang-orang yang berpegang teguh dan mengikuti kebenaran. Dan orang-orang yang selalu berpegang teguh pada Kitab, yakni Taurat, dengan selalu mengamalkan tuntunannya dan mengikuti Nabi Muhammad setelah mendapat penjelasan tentang sifat-sifat dan kabar gembira tentang kedatangannya di dalam Taurat, serta melaksanakan kewajiban salat secara sempurna dan berkesinambungan, akan diberi pahala. Sungguh, Kami tidak akan menghilangkan pahala orang-orang saleh dan Kami tidak membiarkan mereka tanpa ganjaran atas kesalehan dan kebajikan yang mereka lakukan.
1125
Allah membantah orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Bani Israil itu tidak pernah melanggar kebenaran. Maka Allah berfirman, “Dan ingatlah ketika Kami mengangkat gunung Sinai ke atas kepala pendahulu, Bani Israil. Mereka ketakutan karena mengira seakan-akan gunung itu naungan awan dan mereka yakin bahwa gunung itu akan jatuh menimpa mereka. Ketika itu Kami firmankan kepada mereka, “Peganglah dengan teguh dan tunjukkan keinginan kuat untuk menaati apa yang telah Kami berikan kepadamu berupa petunjuk-petunjuk Taurat, serta ingatlah selalu apa yang tersebut di dalamnya, yakni tuntunan, dengan selalu mengamalkannya agar kamu menjadi orang-orang bertakwa, yakni terhindar dari sanksi dan siksa Allah.” Sampai di sini selesai sudah kisah Nabi Musa bersama kaumnya.
1126
Ayat-ayat yang lalu berbicara tentang kisah Nabi Musa dan Bani Israil dengan mengingatkan mereka tentang perjanjian yang bersifat khusus, di sini Allah menjelaskan perjanjian yang bersifat umum, untuk Bani Israil dan manusia secara keseluruhan, yaitu dalam bentuk penghambaan. Allah berfirman, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi, yakni tulang belakang anak cucu Adam, keturunan mereka yang melahirkan generasi-generasi selanjutnya. Dan kemudian Dia memberi mereka bukti-bukti ketuhanan melalui alam raya ciptaanNya, sehingga-dengan adanya bukti-bukti itu-secara fitrah akal dan hati nurani mereka mengetahui dan mengakui kemahaesaan Tuhan. Karena begitu banyak dan jelasnya bukti-bukti keesaan Tuhan di alam raya ini, seakan-akan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka seraya berfirman, “Bukankah Aku ini Tuhan Pemelihara-mu dan sudah berbuat baik kepadamu?” Mereka menjawab, “Betul Engkau Tuhan kami, kami bersaksi bahwa Engkau Maha Esa.” Dengan demikian, pengetahuan mereka akan bukti-bukti tersebut menjadi suatu bentuk penegasan dan, dalam waktu yang sama, pengakuan akan kemahaesaan Tuhan. Kami lakukan yang demikian itu agar di hari Kiamat kamu tidak lagi beralasan dengan mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini, tidak tahu apa-apa mengenai keesaan Tuhan.”
1127
Atau agar kamu tidak beralasan dengan mengatakan seandainya tidak ada rasul yang Kami utus atau tidak ada bukti-bukti itu, “Sesungguhnya nenek moyang kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami tidak mempunyai pembimbing selain mereka, sehingga kami mengikuti mereka saja, karena kami adalah keturunan yang datang setelah mereka dan hanya mengikuti jejak mereka. Maka apakah wajar wahai Tuhan, Engkau akan menyiksa dan membinasakan kami karena perbuatan syirik yang diwariskan kepada kami oleh orang-orang dahulu yang sesat?” Agar orang-orang musyrik itu jangan mengatakan bahwa nenek moyang mereka dahulu telah mempersekutukan Tuhan, sedang mereka tidak tahu menahu bahwa mempersekutukan Tuhan itu salah, tidak ada jalan lagi bagi mereka, hanya meniru nenek moyang mereka yang mempersekutukan Tuhan. Karena itu mereka menganggap mereka tidak patut disiksa karena kesalahan nenek moyang mereka.
1128
Dan demikianlah, dengan penjelasan yang rinci dan penuh hikmah, Kami menjelaskan ayat-ayat itu, berupa bukti-bukti keesaan kami dan semua tuntunan Kami agar mereka kembali kepada kebenaran, menyadari kesalahan mereka dan tidak menuruti begitu saja orang-orang yang berbuat kebatilan.
1129
Ayat yang lalu mengisyaratkan bahwa keesaan Allah melekat pada diri manusia, sehingga seharusnya secara fitrah mereka beriman. Tetapi ternyata ada yang durhaka. Di sini Allah mengumpamakan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat yang diturunkan kepada rasul-Nya, dan berkata, “Bacakanlah wahai Nabi Muhammad, kepada mereka, berita atau kisah tentang orang yang telah Kami berikan ayatayat Kami kepadanya, kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, tidak mempedulikannya dan tidak mengamalkan pesan ayat-ayat itu, melepaskan apa yang melekat pada dirinya bagaikan ular melepaskan kulitnya, maka dia diikuti oleh setan sampai dia tergoda, sehingga jadilah dia termasuk kelompok orang yang sesat.
1130
Ayat ini menguraikan keadaan siapa pun yang melepaskan diri dari pengetahuan tentang ke-Esa-an Allah yang telah dimilikinya. Allah menyatakan, “Dan sekiranya Kami menghendaki untuk mengangkat derajatnya ke golongan orang baik niscaya Kami tinggikan derajat-nya dengan memberinya petunjuk untuk mengamalkan ayat-ayat yang Kami turunkan itu. Akan tetapi dia selalu cenderung kepada dunia dan mengikuti hawa nafsu keinginannya yang rendah dengan penuh antusias. Maka perumpamaan keadaan-nya yang selalu berada dalam gundah gulana dan sibuk mengejar hawa nafsu duniawi, persis seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya. Jika engkau menghalaunya dijulurkan lidahnya dan begitu pula jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya juga. Begitu jugalah seorang budak dunia, selalu tergila-gila dengan kesenangan dan hawa nafsu duniawi. Sesungguhnya demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat yang Kami turunkan. Maka, ceritakanlah wahai Nabi, kisah-kisah itu kepada kaummu agar mereka berpikir sehingga tidak melakukan apa yang dilakukan oleh yang dikecam ini.”
1131
Sangat buruk perumpamaan keadaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami karena mereka mengabaikan tuntunan pengetahuannya, bahkan berbuat zalim. Dengan mengingkari kebenaran, mereka sebenarnya tidak lain telah menzalimi diri mereka sendiri. Begitulah, seburuk-buruk manusia adalah orang yang mempunyai pengetahuan keesaan Allah dan agama-Nya, tetapi karena didorong oleh hawa nafsu duniawi, dia meninggalkan ilmunya dan berubah menjadi kafir kepada Allah.
1132
Allah tidak meninggikan derajat siapa yang yang dibicarakan keadaannya oleh ayat-ayat yang lalu, karena yang bersangkutan enggan memanfaatkan petunjuk Allah yang telah diraihnya, sehingga Allah pun tidak memberinya kemampuan untuk mengamalkan petunjuk itu. Ketetapan Allah yang berlaku adalah barang siapa diberi petunjuk oleh Allah berupa kemampuan untuk mengikuti kebenaran, maka dialah yang benar-benar mendapat petunjuk dan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan barangsiapa disesatkan Allah, dengan dijauhkan dari petunjuk karena selalu mengikuti hawa nafsunya, maka mereka itulah orang-orang yang benar-benar rugi.
1133
Jika pada ayat yang lalu berbicara tentang siapa yang mendapat petunjuk dan disesatkan, pada ayat ini dijelaskan mengapa seseorang tidak mendapat petunjuk dan mengapa pula yang lain disesatkan. Dan demi keagungan dan kekuasaan Kami, sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia karena kesesatan mereka. Hal itu karena mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka memiliki mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka layaknya seperti hewan ternak yang tidak menggunakan akal yang diberikan Allah untuk berpikir, bahkan mereka sebenarnya lebih sesat lagi dari binatang, sebab, binatang itu-dengan instinknya-akan selalu mencari kebaikan dan menghindari bahaya, sementara mereka itu malah menolak kebaikan dan kebenaran yang ada. Mereka itulah orang-orang yang lengah.
1134
Demikianlah, seseorang terjerumus ke dalam neraka karena mengabaikan tanda-tanda keesaan Allah dan tidak mengingat-Nya. Maka pada ayat ini, Allah mengingatkan agar kita tidak melalaikannya dan selalu memanggil-Nya dengan nama-nama-Nya yang terbaik. Dan hanya Allah Yang memiliki al-Asma al-Husna, yakni nama-nama terbaik yang menunjukkan keagungan dan kemahasempurnaan-Nya, maka berdoalah dan bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya, yaitu al-Asma al-Husna itu. Dan tinggalkanlah serta waspadalah terhadap orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dengan menyalahartikan nama-nama-Nya. Jangan dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan menyebut nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat keagungan Allah, atau dengan memakai al-Asma al-Husna, tetapi dengan maksud menodai nama Allah atau mempergunakan al-Asma al-Husna untuk nama-nama selain Allah. Mereka kelak, di dunia atau di akhirat, akan mendapat balasan yang sesuai dengan kadar kedurhakaan mereka disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.
1135
Kalau pada ayat 179 disebutkan tentang siapa yang akan menjadi penghuni neraka dari kalangan manusia dan jin, maka pada ayat ini ditegaskan, dan di antara orang-orang yang telah Kami ciptakan ada umat yang menjadi teladan dan selalu memberi petunjuk dengan dasar kebenaran, dan dengan dasar kebenaran itu pula mereka setiap saat selalu berlaku adil, tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan, tetapi menelusuri jalan tengah yang merupakan jalan kebaikan, dan mereka juga selalu berlaku adil dalam memutus segala perkara. Mereka itulah yang akan menjadi penghuni surga.
1136
Dan sebaliknya, orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, baik berupa ayat-ayat Al-Qur'an, maupun mukjizat para nabi atau buktibukti keesaan dan kekuasaan Allah yang terhampar, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur, setahap demi setahap, menuju ke arah kebinasaan, hingga mencapai tahap maksimal. Di saat tingkat kekayaan dan kesenangan dunia telah membuat mereka lupa daratan, maka mereka akan sangat terkejut ketika kebinasaan itu datang dengan cara yang tidak mereka ketahui.
1137
Dan Aku akan memberikan tenggang waktu berupa kesempatan hidup yang cukup, atau menangguhkan siksa dengan menganugerahkan kenikmatan kepada mereka yang menjadikan mereka lupa daratan, tanpa melupakan kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan. Sungguh, rencana-Ku yang pada lahirnya adalah kenikmatan untuk mereka, tetapi tujuannya adalah kebinasaan, sangat teguh, tidak satu pun yang dapat membatalkannya dan akan sangat menyakitkan mereka, sesuai dengan kadar kejahatan yang mereka lakukan.
1138
Mereka terlalu cepat mendustakan, dan karena pengingkaran mereka terhadap ayat-ayat Allah lahir dari pengingkaran terhadap rasul yang menyampaikannya, maka ayat ini menyatakan, “Dan apakah mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah dan ditangguhkan siksa atas mereka itu lengah dan tidak merenungkan bahwa teman yang selalu bersama mereka, yaitu Nabi Muhammad, tidak gila. Rasulullah sama sekali tidak gila! Dia, Nabi Muhammad, tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan, lagi pemberi penjelasan tentang akibat perbuatan syirik mereka.
1139
Mereka sungguh telah mendustakan Nabi Muhammad yang mengajak mereka untuk mengesakan Allah. Kini Allah mengajak mereka untuk memperhatikan alam raya, dengan firman-Nya, “Dan apakah mereka juga buta sehingga tidak memperhatikan dan mengambil pelajaran dari apa yang terbentang pada kerajaan langit dan bumi dan segala apa yang diciptakan Allah, yang semuanya menunjuki keesaan, keagungan dan kekuasaan-Nya, dan apakah mereka juga tidak melihat dan memikirkan dengan rasa takut tentang kemungkinan telah dekatnya waktu kebinasaan mereka? Mereka tidak berpikir bahwa ajal mereka sebenarnya sudah dekat, atau paling tidak, sudah semakin dekat, sehingga mereka cepat-cepat merenungi dan mencari kebenaran sebelum ajal mereka tiba. Jika Al-Qur'an tidak juga membuat mereka percaya, lalu berita mana lagi setelah ini yang akan mereka percayai?”
1140
Mereka enggan mengikuti Al-Qur'an dan keterangan yang disampaikan Rasul, sehingga berlakulah keketapan Allah, yaitu barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, karena pilihan dan usahanya sendiri, atau karena kebejatan hati dan keengganannya memanfaatkan petunjuk, maka baginya tidak ada seorang pun yang mampu memberi petunjuk guna mengantarkannya kepada kebahagiaan dan memberinya kemampuan untuk melaksanakan petunjuk. Allah akan terus membiarkannya selalu terombang-ambing dalam kesesatan, sehingga tidak menemukan jalan kebenaran.
1141
Wahai Nabi Muhammad, mereka, yaitu kaum Yahudi atau musyrik, atau siapa pun mereka, menanyakan kepadamu dengan maksud mengejek atau mengujimu tentang Kiamat, yang pada hakikatnya mereka tidak akui adanya, atau mereka pun sebenarnya tahu bahwa hanya Allah yang tahu tentang itu, “Kapan terjadinya dan bagaimana mengetahuinya?” Katakanlah kepada mereka, “Sesungguhnya pengetahuan tentang waktu dan bagaimana Kiamat itu terjadi ada pada Tuhanku; tidak ada seorang pun yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia Yang Maha Mengetahui. Kiamat itu sangat berat dan mencekam bagi makhluk yang di langit dan di bumi karena tidak ada yang mengetahuinya dan sangat besar huru-haranya. Ia tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka mengulang bertanya tentang itu kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat ada pada Allah, sehingga tidak ada yang dapat mengetahui kecuali atas informasi-Nya, padahal Dia telah menetapkan tidak memberitahu siapa pun tentang waktu kedatangannya. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui sehingga mereka terus bertanya atau menduga-duga, termasuk tentang hal-hal yang gaib lainnya.”
1142
Bukan hanya soal kapan terjadi hari Kiamat, tetapi seluruh persoalan berada dalam genggaman kekuasaan Allah. Nabi Muhammad tidak memiliki wewenang dan pengetahuan, kecuali yang dianugerahkan Allah, maka katakanlah, wahai Nabi Muhammad kepada mereka, “Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat seberapa besar pun, maupun menolak mudarat sekecil apa pun, karena aku adalah makhluk lemah dan pengetahuanku pun terbatas, bagi diriku, apalagi buat orang lain, kecuali apa yang dikehendaki Allah untuk dianugerahkan-Nya kepadaku. Sekiranya aku mengetahui segala sesuatu yang gaib, seperti yang kalian sangka, niscaya aku dengan pengetahuanku itu akan membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Tetapi tidak demikian keadaanku; sekali waktu mendapat kebaikan, di kali lain mengalami yang buruk; sekali waktu kalah dalam perang dan di kali lain menang; kadang rencanaku berhasil, terkadang juga gagal. Begitulah, karena memang aku tidak lain hanyalah seorang hamba Allah yang bertugas sebagai pemberi peringatan kepada seluruh manusia mengenai azab, dan pembawa berita gembira berupa balasan atau pahala bagi orang-orang yang beriman. Tugasku tidak terkait dengan pengetahuan yang rinci tentang yang gaib, kecuali yang telah diinformasikan-Nya kepadaku.”
1143
Begitulah Allah mengalihkan pandangan mereka agar memerhatikan keadaan Rasul dan juga mencermati alam raya agar mereka dapat merasakan keesaan Tuhan. Kali ini Allah mengajak mereka membaca fakta dalam diri mereka, yaitu bahwa Dialah, Allah, yang menciptakan kamu keturunan Nabi Adam dari jiwa yang satu, yaitu Nabi Adam, dan dari padanya Dia menciptakan pasangannya, yaitu Hawa, agar dia merasa tenang dan cenderung hatinya kepada pasangannya. Maka setelah dicampurinya, istrinya mengandung kandungan yang ringan, seperti biasanya kehamilan di masa awal, dan teruslah dia merasa ringan beberapa waktu. Kemudian ketika dia merasa berat, di saat kandungan semakin besar dan semakin dekat waktu bersalin, keduanya, yakni pasangan suami istri, bermohon kepada Allah, Tuhan mereka seraya berkata, “Demi kekuasaan dan kebesaran-Mu, jika Engkau memberi kami anak yang saleh, sempurna, sehat, dan tidak cacat, tentulah kami benar-benar termasuk orang-orang yang bersyukur.”
1144
Maka setelah Dia, yakni Allah memberi keduanya seorang anak yang sempurna, mereka menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya itu, yakni mereka tidak bersyukur. Orang-orang musyrik menjadikan sekutu bagi Tuhan dalam menciptakan anak itu, yaitu bahwa kelahiran anak mereka itu bukan semata-mata karunia Allah, tetapi juga atas berkat berhala-berhala yang mereka sembah. Karena itulah mereka menamakan anak-anak mereka dengan 'Abdul 'Uzza, 'Abdul Manat, Abdusy Syam dan sebagainya. Maka Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.
1145
Begitu banyak bukti-bukti keagungan, ketinggian, dan kesucian Allah dari segala kekurangan dan sekutu, lalu mengapa mereka terus berada dalam kesesatan dan selalu mempersekutukan Allah dengan sesuatu berhala yang tidak dapat menciptakan dan melakukan sesuatu apa pun? Padahal berhala itu sendiri diciptakan oleh manusia.
1146
Sungguh bodoh mereka yang menjadikan makhluk sebagai sekutu bagi Allah, dan bukan hanya tidak dapat mencipta, berhala-berhala itu juga tidak dapat memberikan pertolongan kepada penyembahnya, dan bahkan kepada dirinya sendiri pun mereka, yakni berhala-berhala itu, tidak dapat memberi pertolongan jika ada yang merusak dan mengganggu mereka.
1147
Dan jangan duga, wahai para penyembah berhala, sembahan-sembahan kamu hanya tidak dapat membela diri atau membantu kamu. Yang lebih ringan dari itu pun mereka tidak mampu, yaitu jika kamu, wahai orang-orang musyrik, selalu menyerunya dengan meminta berhala-berhala itu untuk memberi petunjuk kepadamu, tidaklah berhala-berhala itu dapat memperkenankan seruanmu karena mereka tidak mendengar dan juga tidak mengerti. Sama saja hasilnya buat kamu apakah kamu telah menyeru mereka, walaupun itu berkali-kali, atau sikap kamu mantap berdiam diri, tidak mengucapkan satu kata pun. Sama saja, tidak ada gunanya sama sekali. Mereka tetap tidak akan tersentuh atau bergerak.
1148
Masih dalam konteks menjelaskan kecaman terhadap berhala-berhala sembahan kaum musyrik, ayat ini menyatakan, “Sesungguhnya mereka, yakni berhala-berhala yang kamu seru selain Allah yang kamu harapkan dapat memberikan manfaat adalah makhluk yang lemah yang serupa juga dengan kamu, yaitu tunduk kepada Allah sesuai tabiat ciptaan mereka, seperti halnya kalian. Kalau benar mereka itu berkuasa, seperti yang kalian sangka, maka serulah mereka, lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu untuk mendatangkan manfaat dan menolak mudarat, jika kamu orang yang benar dalam keyakinanmu bahwa berhala-berhala itu adalah Tuhan sekutu bagi Allah.
1149
Bahkan berhala-berhala itu lebih rendah derajatnya dari kalian dalam segi ciptaan dan aspek bentuknya. Perhatikanlah, apakah mereka, yakni berhala-berhala itu mempunyai kaki untuk berjalan, seperti kalian yang dapat berjalan, atau mempunyai tangan untuk memegang dengan keras dan menampik mudarat dari diri kalian dan dari diri mereka sendiri? Atau mempunyai mata untuk melihat dan mengamati, atau mempunyai telinga untuk mendengar permintaan kalian lalu mewujudkannya? Tidak! Mereka tidak memiliki semua itu, lalu mengapa kalian mempersekutukan mereka dengan Allah? Katakanlah, “Andaikata dalam dugaan kalian tuhan-tuhan itu bisa mendatangkan mudarat atas diriku atau orang lain, maka panggillah berhala-berhalamu yang kamu anggap sekutu Allah, kemudian lakukanlah bersama mereka tipu daya untuk mencelakakan-ku. Segera sekarang juga, dan jangan kamu tunda lagi. Sungguh mereka itu tidak dapat berbuat sesuatu.
1150
Dan katakan juga wahai Nabi Muhammad, “Aku dan orang-orang yang taat kepada Allah tidak khawatir sedikit pun kepada berhala-berhala itu dan juga kepada kamu semua, karena sesungguhnya pelindungku yang memelihara dan menolongku adalah Allah. Dialah yang telah menurunkan kepadaku Kitab Al-Qur’an dengan benar yang berisi kan kebenaran, dan Dia Yang Mahakuasa itu selalu melindungi orang-orang saleh dan menolong mereka atas tipu daya musuh.
1151
Itulah sifat-sifat Allah yang disembah oleh Nabi Muhammad dan para pengikutnya, sedangkan berhala yang disembah oleh orang-orang musyrik yang sesat, sifatnya seperti diurai pada ayat ini. Dan berhala-berhala yang selalu kamu, yakni orang-orang musyrik penyembah berhala seru selain Allah untuk meminta pertolongan dan beribadah kepada mereka, tidaklah sanggup menolongmu dengan cara apa pun, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri, mereka itu lemah seperti halnya kamu, bahkan lebih lemah dari kamu.”
1152
Dan wahai para penyembah berhala, sesembahan kamu itu bukan hanya tidak mampu menolong kamu atau membela dirinya. Yang lebih lemah dari itu pun mereka tak mampu. Jika kamu para penyembah berhala menyeru mereka, berhala-berhala itu, untuk memberi petunjuk kepada kebaikan dan kebenaran, mereka tidak dapat mendengarnya apalagi mengabulkan permintaan itu. Dan engkau wahai Nabi Muhammad lihat mereka, yakni berhala-berhala yang disembah oleh orang-orang musyrik itu ada di hadapanmu seolah-olah memandangmu, sebab berhala-berhala itu dibuat seakan-akan memandang orang yang di hadapannya dengan mata yang bersinar, padahal mereka tidak melihat, karena se-sungguhnya tidak memiliki mata dan tidak pula hati.
1153
Setelah ayat-ayat yang lalu mengecam dengan keras kaum musyrik dan sembahan mereka, pada ayat ini Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad tentang cara menghadapi kesesatan mereka. Jadilah engkau wahai Nabi Muhammad dan juga umatmu orang yang pemaaf, dan tidak meminta sesuatu yang akan menyulitkan orang lain dan suruhlah orang mengerjakan dan mengucapkan yang makruf, berupa kebajikan yang dipandang baik oleh akal, agama dan tradisi masyarakat, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh, teruslah melangkah dalam berdakwah.
1154
Rasul sebagai manusia, tentu saja dapat marah jika kemungkaran orang-orang musyrik telah mencapai puncaknya, dan setan akan memanfaatkan itu. Oleh karenanya, Nabi dan umatnya diingatkan, “Dan jika setan datang menggodamu dengan merayu secara halus, melalui suatu bisikan, seperti saat dirimu murka karena hujatan-hujatan jahat mereka, maka berlindunglah kepada Allah, dengan memohon pertolongan kepada-Nya, niscaya Dia akan mengusir bisikan-bisikan itu. Sungguh, Dia Maha Mendengar setiap ucapan, termasuk permohonanmu itu, dan Dia Maha Mengetahui setiap perbuatan, termasuk yang direncanakan oleh setan.”
1155
Setelah memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad, kini petunjuk tertuju kepada kaum bertakwa secara umum. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, yang memberi batas pemisah antara diri mereka dengan perbuatan-perbuatan maksiat, sehingga menghalangi masuknya rayuan dan godaan setan yang dapat memalingkan mereka dari perintah Allah, apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat untuk berbuat dosa dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah yang telah memerintahkan untuk taat dan bertobat kepada-Nya, maka ketika itu juga, dengan cepat bagaikan tiba-tiba, mereka melihat dan menyadari kesalahan-kesalahannya.
1156
Dan mereka yang bertakwa itu akan selamat, meski teman-teman mereka, yakni orang kafir dan fasik, terus-menerus membantu setan-setan dari kalangan jin dan manusia dalam menyesatkan manusia di bumi, dan sikap mereka lebih buruk lagi, karena mereka tidak hanya membantu sekali atau dua kali, tetapi mereka giat melakukan bantuan tersebut secara terus-menerus dan tidak henti-hentinya menyesatkan dan melakukan perbuatan keji yang dilarang oleh Allah.
1157
Teman-teman mereka membantu mereka dalam kesesatan, dan juga kesesatan yang lain, yakni apabila engkau Nabi Muhammad tidak membacakan suatu ayat berupa kebenaranmu kepada mereka seperti apa yang mereka inginkan, atau karena dalam beberapa waktu tidak ada ayat yang turun kepadamu, mereka berkata, “Mengapa tidak engkau buat sendiri ayat itu dari apa yang kami usulkan, atau membuat Al-Qur'an yang lain dari pada menunggu kedatangannya?” Katakanlah wahai Nabi Muhammad kepada mereka, “Ini bukanlah kewenanganku dan aku tidak dapat melakukannya, sesungguhnya aku hanya mengikuti secara sungguh-sungguh apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku melalui Malaikat Jibril. Al-Qur'an ini adalah bukti-bukti yang nyata melebihi apa yang kamu minta, serta bersumber dari Tuhanmu. Di samping sebagai bukti yang jelas ia juga merupakan petunjuk kepada jalan kebenaran dan rahmat berupa kasih sayang Allah bagi orang-orang yang beriman.”
1158
Dan sampaikan juga bahwa apabila dibacakan ayat-ayat Al-Qur'an oleh siapa pun, maka dengarkanlah dengan penuh perhatian, dan diamlah sambil memperhatikan tuntunan-tuntunannya dengan tenang agar kamu mendapat rahmat dari Allah. Jika dibacakan Al-Qur'an, kita diperintahkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik di dalam salat maupun di luar salat.
1159
Dan ingatlah Tuhanmu dengan sungguh-sungguh hingga keagungan dan kebesaran-Nya hadir dalam hatimu ketika membaca dan mendengar Al-Qur'an atau berzikir, dengan rendah hati dan rasa takut. Kamu akan merasakan kehadiran, kedekatan dan rasa takut pada-Nya. Lakukan itu dengan tidak mengeraskan suara. Tidak perlu kamu bersuara keras atau terlalu lemah. Lakukanlah zikir itu pada waktu pagi dan petang, agar kamu memulai dan mengakhiri harimu dengan mengingat Allah. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah, tidak mengingat Allah di setiap saat.
1160
Jangan enggan berzikir mengingat Allah dan jangan pula enggan membaca serta mempelajari petunjuk-petunjuk Al-Qur'an, karena sesungguhnya mereka yang ada di sisi Tuhanmu, yakni para malaikat dan juga hamba-hamba Allah, tidak sesaat pun merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka terus-menerus bertasbih menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya, dan hanya kepada-Nya semata mereka bersujud, maka tirulah mereka. Ayat ini adalah salah satu “ayat sajdah” yang disunahkan kita bersujud setelah membacanya atau mendengarnya baik di dalam salat maupun di luar salat. Sujud ini dinamakan “sujud tilawah”.
1161
Ketika terjadi Perang Badar Besar, antara kaum mukmin dan pasukan musyrik, kemenangan yang gemilang ada di pihak orang-orang mukmin. Harta rampasan pun cukup banyak melimpah, sehingga sempat mengundang perselisihan menyangkut persoalan pembagiannya. Mereka para sahabat menanyakan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, tentang bagaimana cara pembagian harta rampasan perang Badar. Sebagai jawaban, katakanlah kepada mereka, “Harta rampasan perang itu adalah milik Allah dan Rasul, sehingga Rasul yang akan membagikannya menurut ketentuan Allah. Janganlah kalian berbeda pendapat menyangkut persoalan harta itu, cukuplah kalian menjadikan rasa takut dan taat pada Allah sebagai simbol kebanggaan kalian, maka bertakwalah kepada Allah. Hindari perselisihan yang akan terjadi akibat pembagian harta rampasan dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, serta jadikanlah rasa cinta kasih dan keadilan sebagai asas tali persaudaraan. Dan taatlah kepada Allah dalam segala perintah dan larangan-Nya dan demikian juga kepada Rasul-Nya jika memang kamu adalah orang-orang yang beriman yang telah mantap keimanan dalam hati."
1162
Sebagian sifat mereka yang menyandang predikat mukmin sejati disebutkan di sini, yaitu; Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya, yang mantap keimanannya, adalah mereka yang apabila disebut nama Allah dengan sifat-sifat keagungan dan kemuliaan-Nya gemetar hatinya karena mereka sadar akan kekuasaan dan keagungan-Nya, dan apabila dibacakan oleh siapa pun ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah kuat imannya. Semakin mereka mendengar ayat-ayat Al-Qur'an dibacakan, semakin kokoh keimanan mereka dan semakin mendalam rasa tunduk serta semakin bertambah pengetahuan mereka pada Allah. Dan oleh karena itu, hanya kepada Tuhan mereka senantiasa bertawakal dan berserah diri setelah berusaha keras, sehingga tidak berharap dan gentar kepada selain-Nya.
1163
Selain memiliki keimanan yang mantap dan kuat, serta amal kalbu lainnya, secara lahiriah orang mukmin sejati adalah orang-orang yang melaksanakan salat secara berkesinambungan sesuai waktu dan tatacara yang telah ditetapkan, dengan penuh rasa khusyuk dan ikhlas, dan mereka yang menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka sesuai ketentuan.
1164
Setelah menjelaskan beberapa bentuk amal yang berkaitan dengan hati, anggota tubuh dan harta, Allah menjelaskan bahwa mereka yang memiliki sifat-sifat seperti tersebut di atas itulah orang-orang yang benar-benar beriman, lahir dan batin, yang sempurna lagi mantap imannya. Mereka akan memperoleh derajat-derajat yang tinggi di sisi Tuhannya, sesuai dengan amal mereka. Dan ampunan atas segala dosa mereka serta rezeki yang mulia berupa kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang membahagiakan di akhirat.
1165
Sesungguhnya kemenangan itu bersumber dari Allah, tempat bergantungnya segala urusan. Persengketaan orang-orang beriman menyangkut soal pembagian harta rampasan perang itu mirip keadaan mereka ketika Allah memberi perintah kepada mereka untuk memerangi orang-orang musyrik di Badar. Sebagaimana keadaan kaum muslim ketika berselisih soal pembagian harta rampasan, lalu Allah dan RasulNya mengambil alih pembagian itu, demikian pula ketika Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu di Madinah untuk menghadang kafilah Quraisy dan berperang di Badar dengan cara dan tujuan yang benar melalui wahyu, meskipun sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu benar-benar tidak menyukainya ikut keluar menghadang musuh. Ketidaksenangan mereka sekarang soal pembagian harta rampasan sama dengan ketidaksenangan mereka dahulu ketika diperintah ke Badar, tetapi kemudian terbukti pilihan Allah-lah yang menghasilkan kemenangan dan kebahagiaan.
1166
Sebagai bukti ketidaksenangan mereka untuk keluar ke Badar, mereka, yakni golongan yang enggan berperang itu membantahmu wahai Nabi Muhammad tentang kebenaran, yakni keharusan keluar kota menghadang kafilah setelah nyata bahwa mereka pasti akan menang sesuai janji Allah. Karena ketidaksenangan mereka yang didasari rasa enggan dan takut pada akibat-akibat perang itu, seakan-akan ketika berangkat menuju medan laga, mereka bagaikan orang yang dihalau menuju kepada kematian, sedang mereka terus-menerus melihat sebab-sebab kematian itu.
1167
Kemudian Allah mengingatkan orang-orang mukmin tentang janji Allah kepada Rasul-Nya. Dan ingatlah wahai orang-orang yang beriman ketika Allah Yang Mahakuasa menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan yang kamu hadapi adalah untukmu, yaitu kamu akan menang menghadapi pasukan bersenjata dan berkekuatan yang datang dari Mekah di bawah pimpinan 'Utbah bin Rabi'ah bersama Abu Jahal, sedang kamu sangat menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah untukmu, yaitu kafilah Abu Sufyan yang membawa dagangan dari Syam (Suriah). Kalian lebih berkeinginan untuk memerangi mereka yang membawa komoditi dagang dan tidak memiliki kekuatan. Tetapi Allah hendak membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya yang diturunkan berkenaan dengan perintah memerangi pasukan yang bersenjata dan berkekuatan serta janji-janji kemenangan dari Allah, dan Allah berkehendak memusnahkan orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya, dengan memenangkan orang-orang mukmin. Mereka yang hendak terjun ke medan perang, biasanya berangan-angan untuk berhadapan dengan musuh yang sedikit jumlahnya, tidak mau bertemu musuh yang lebih kuat dan ingin mendapatkan harta rampasan yang banyak. Tapi ditegaskan di sini bahwa Allah berkehendak lain. Dia ingin mengangkat syiar agama, memproklamirkan kebenaran dan membasmi kekufuran.
1168
Juga, agar Allah memperkuat yang hak, kebenaran yang sempurna, yakni agama Islam dan menghilangkan yang batil, yaitu syirik dan segala hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, walaupun orang-orang yang berdosa, kaum musyrik dan musuh-musuh Islam itu tidak menyukainya.
1169
Begitulah kemenangan diraih oleh umat Islam berkat pertolongan Allah. Kemenangan dalam peperangan itu melibatkan para malaikat. Para sahabat yang terlibat dalam perang tersebut diperintah; Ingatlah ketika kamu Nabi Muhammad memohon pertolongan kepada Tuhanmu dengan diamini pasukan kaum muslim, supaya menganugerahkan kemenangan dalam Perang Badar, lalu diperkenankan-Nya bagimu seraya menyampaikan kepada seluruh anggota pasukan kaum muslim melalui dirimu bahwa, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut untuk mendukung dan terlibat perang bersama kamu.”
1170
Meski berita keterlibatan malaikat sangat menggembirakan, tetapi jangan menduga bantuan pasukan malaikat itu adalah sebab kemenangan. Dan tidaklah Allah menjadikannya, yakni pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira berupa kemenangan bagi kamu kaum Muslim agar hatimu menjadi tenteram karenanya dan terus maju. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah, bukan dari kekuatan pasukanmu dan atau bantuan malaikat. Kemenangan hanya diraih dengan restu dan kehendak Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun, Mahabijaksana, dalam menetapkan segala urusan sebagaimana mestinya sesuai dengan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu.
1171
Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah yang lain, yaitu ketika kamu kekurangan perbekalan air dan di saat kalian dicekam rasa takut pada musuh, lalu Allah membuat kamu mengantuk sehingga beberapa saat kamu terlena dan tidak menghiraukan sesuatu, dan dengan demikian kamu dapat beristirahat menghilangkan kepenatan. Itu dilakukan oleh Allah untuk memberi ketenteraman dari-Nya, dengan hilangnya rasa takut, dan di antara nikmat lainnya Allah juga menurunkan air hujan dari langit kepa-damu. Air hujan itu berguna untuk menyucikan kamu dengan hujan itu, yakni dengan menggunakannya untuk berwudu, mandi wajib dan sunah, dan hujan itu juga menghilangkan gangguangangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu dalam menghadapi musuh serta memperteguh telapak kakimu, sebab tanah berupa pasir yang disiram air akan menjadi padat, sehingga mudah diinjak dan tidak membuat kaki tergelincir atau terbenam di pasir. Dengan cara itu pula Allah memperteguh pendirian kaum muslim.
1172
Semua itu adalah peringatan bagi mereka yang berjuang di jalan Allah dan bertawakal kepada-Nya, bahwa kemenangan pasti akan datang. Nikmat dan berita gembira lainnya yang juga harus disyukuri dan selalu diingat adalah ketika Tuhanmu wahai Nabi Muhammad mewahyukan kepada para malaikat yang dikirim untuk memperkuat pasukan kaum muslim pada Perang Badar tentang tugas-tugas mereka, “Sesungguhnya Aku bersama kamu, membantu dan melindungimu. Yakinlah akan kemenangan, sebab siapa yang ditemani Allah pasti menang, maka karena itu teguhkanlah hati dan pendirian orang-orang yang telah beriman dengan berbagai cara.” Karena Aku bersama kamu semua, maka kelak akan Aku berikan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, sehingga pasukan mereka akan kocar-kacir, maka pukullah dan tebaslah bagian yang di atas leher mereka, karena dalam peperangan, sasaran yang mematikan adalah leher, dan apabila lawan memakai baju besi, sehingga sulit dikalahkan, maka tangannya yang dilumpuhkan, pukullah tiap-tiap ujung jari mereka, agar tidak dapat memegang senjata, seperti: pedang, tombak, dan lain-lainnya sehingga mudah ditawan.
1173
Ketentuan yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya Nabi Muhammad; dan barang siapa terus menerus menentang Allah dan Rasul-Nya, sungguh, Allah sangat keras siksa-Nya.
1174
Demikianlah hukuman dunia yang ditimpakan atasmu, wahai para pembangkang, maka rasakanlah hukuman itu. Sesungguhnya bagi orang-orang kafir ada lagi selain siksa duniawi tersebut berupa azab neraka.
1175
Setelah ayat-ayat yang lalu menjelaskan dukungan Allah terhadap kaum muslim dan kemenangan yang dianugerahkan kepada mereka, pada ayat ini Allah menjelaskan hakikat kemenangan dan tugas mereka ketika menghadapi musuh. Wahai orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang menentang Allah dan Rasul-Nya dalam barisan yang akan menyerangmu dan mengancam keberada-anmu, maka janganlah kamu berbalik mundur membelakangi mereka, sehingga kalah. Tetaplah tegar menghadapi mereka, sebab Allah bersama kamu untuk memenangkanmu.
1176
Dan barang siapa yang tidak mempunyai keberanian menghadapi musuh lalu mundur pada waktu itu karena takut, melarikan diri, dan meninggalkan medan laga, kecuali berbelok untuk menerapkan siasat perang dengan berpura-pura seakan dia mundur, atau tujuannya membelakangi karena hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain sebagai tambahan kekuatan, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan besar dari Allah, dan tempatnya kelak setelah kematiannya jika tidak bertobat ialah neraka Jahanam, itulah seburuk-buruk tempat kembali.
1177
Apabila kamu telah memenangkan peperangan itu dan berhasil membunuh musuh, maka ketahuilah sesungguhnya itu bukan sematamata karena kekuatan kalian. Allahlah yang memenangkan kalian dan Dialah yang membunuh mereka dengan jalan memberikan kekuatan pada kalian dan meniupkan ke dalam jiwa orang-orang kafir itu rasa takut dan gentar. Maka sebenarnya bukan kamu kaum muslim yang membunuh mereka pada saat Perang Badar, melainkan Allah yang membunuh mereka dengan jalan memberikan kekuatan pada kalian dan meniupkan ke dalam jiwa orang-orang kafir itu rasa takut dan gentar. Dan demikian pula bukan engkau Nabi Muhammad yang melempar batu-batu kecil ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar dengan menyampaikan lemparanmu itu ke muka orang-orang musyrik, karena akibat dari lemparan itu tidak mungkin terjadi jika yang melakukannya makhluk biasa. Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin yang mantap imannya, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar doa dan ucapanmu, baik yang disembunyikan maupun yang dinyatakan, Maha Mengetahui apa yang lebih maslahat untuk hamba-Nya.
1178
Demikianlah karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu, dan sungguh, Allah selalu melemahkan tipu daya orang-orang kafir sehingga tidak berhasil, agar mereka tunduk kepada kebenaran atau binasa. Karena itu jangan ragu menghadapi musuh-musuh agama Allah kapan dan di mana pun.
1179
Demikianlah Allah akan melemahkan tipu daya orang-orang kafir, oleh karenanya jika kamu kaum kafir meminta keputusan perihal siapa yang benar, dengan cara bergelantungan pada kain penutup Kakbah, agar Dia memutuskan perkara antara kamu dengan orang-orang beriman, maka sesungguhnya keputusan telah datang kepadamu yaitu kemenangan kaum muslim pada Perang Badar; dan jika kamu berhenti memusuhi Rasul dan tidak melakukan hal-hal lain yang tidak direstui Allah, maka itulah yang lebih baik bagimu; dan jika kamu kembali melakukan kedurhakaan serupa, dan memerangi Nabi Muhammad dan para pengikutnya, niscaya Kami kembali mengalahkan kamu dan memberi pertolongan kepada kaum muslim seperti saat Perang Badar; dan pasukanmu yang bergelimang dosa tidak akan dapat menolak sesuatu bahaya sedikit pun darimu, biarpun jumlah pasukan dan perlengkapannya banyak. Sungguh, Allah beserta orang-orang beriman yang percaya dan tunduk pada kebenaran.
1180
Kemenangan gemilang yang diraih kaum muslim pada perang Badar adalah karena ketaatan mereka mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Di sisi lain, malapetaka yang dialami oleh kaum musyrik adalah karena pembangkangan dan keberpalingan mereka dari tuntunan-Nya, karena itu ayat ini mengingatkan, “Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, yakni buktikan keimananmu dalam sikap dan tingkah laku, dan janganlah kamu berpaling sedikit dan sesaat pun dari-Nya, padahal kamu mendengar perintah-perintah-Nya yang disampaikan kepadamu,
1181
dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang munafik atau musyrik yang berkata, “Kami mendengarkan”, yakni mengetahui apa yang disampaikan kepada kami, padahal mereka terus-menerus tidak mendengarkan dan tidak mengamalkan karena hati mereka mengingkarinya.”
1182
Ayat ini secara tidak langsung menyindir orang-orang yang mendengar tuntunan agama tetapi enggan mengamalkannya, yaitu dengan mengingatkan bahwa sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk, termasuk manusia, dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli, sehingga tidak dapat mendengar tuntunan dan memahami kebenaran, dan bisu sehingga tidak dapat berbicara, yaitu orang-orang yang tidak mengerti. Mereka memang tidak mau mendengar, mengatakan, dan memikirkan yang benar.
1183
Masih berkaitan dengan mereka yang tidak mendengar dan tidak menggunakan akalnya, ayat ini menegaskan sekiranya Allah berkehendak mengetahui dengan ilmu-Nya yang azali, bahwa ada keinginan untuk menerima dan mengamalkan kebaikan pada mereka, tentu Dia jadikan mereka dapat mendengar sehingga memperoleh hidayah. Pengandaian dalam ayat ini bukan berarti Allah tidak tahu, tetapi Allah Mahatahu bahwa pada mereka tidak ada kebaikan. Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar dan memahamai kebenaran, niscaya mereka akan tetap meninggalkan juga apa yang mereka dengar itu, dan mereka dalam keadaan memalingkan diri dari kebenaran, sebab mereka telah dikuasai hawa nafsu.
1184
Pada ayat ke-20 Allah menuntut orang-orang beriman untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan selanjutnya mengecam mereka yang enggan mendengar dan menggunakan akalnya, maka sebagai kesimpulannya Allah meminta orang beriman untuk memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya. Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah sebagai bukti keimananmu seruan Allah dan Rasul Nabi Muhammad, dengan sepenuh hati apabila dia, yakni Rasul menyerumu kepada sesuatu ajakan apa pun, karena seruan itu merupakan sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dengan mengerjakan perintah dan menegakkan hukum Allah yang menjamin kehidupan jiwa, raga, pikiran, dan kalbu kalian. Memenuhi seruan itu akan mendatangkan kebaikan dalam hidup di dunia dan akhirat. Dan ketahuilah, dengan penuh keyakinan, bahwa sesungguhnya Allah akan membuat dinding pemisah yang akan membatasi antara manusia dan keinginan hatinya jika mendapat bisikan hawa nafsu, karena Dialah Yang menguasai seluruh jiwa dan raga manusia. Dan ketahuilah sesungguhnya kepada-Nyalah, tidak kepada lainNya, kamu akan dikumpulkan untuk diminta pertanggungjawaban dan masing-masing akan mendapat balasan yang setimpal.
1185
Dan di samping kamu berkewajiban memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya, peliharalah dirimu dari siksaan yang ketika datang sekali-kali tidak hanya menimpa secara khusus orang-orang yang zalim saja, yakni yang melanggar dan enggan memperkenankan seruan Rasul, di antara kamu, tetapi juga kepada mereka yang membiarkan kemungkaran merajalela. Lindungilah diri kalian dari dosa-dosa besar yang merusak tatanan masyarakat. Jauhilah sikap enggan berjihad di jalan Allah, perpecahan dan rasa malas melaksanakan kewajiban amar makruf nahi mungkar. Karena, akibat buruk dosa itu akan menimpa semua orang, tidak khusus hanya orang yang berbuat kejahatan saja. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.
1186
Salah satu bentuk bencana yang menimpa semua pihak-yang terlibat langsung dalam dosa atau tidak-adalah kekacauan dalam masyarakat, kegelisahan dan hilangnya rasa aman, serta penindasan. Ketika hukum itu diabaikan, semua orang merasa cemas sebagaimana pernah dialami masyarakat di Mekah. Oleh karenanya, mereka diingatkan kembali tentang itu agar dapat mensyukuri nikmat Allah. Dan ingatlah wahai kaum muslim-meski saat ini kamu telah menjadi bangsa yang kuat-masa-masa ketika kamu para muhajirin masih berjumlah sedikit, lagi tertindas karena satu dan lain sebab di bumi Mekah, atau di mana saja di persada bumi ini. Dan kamu dicekam rasa takut orang-orang Mekah atau di mana saja yang merupakan musuh-musuhmu akan menculik kamu satu per satu. Kemudian kamu berhijrah atas perintah Allah ke kota Yasrib (Madinah) atau ke mana saja yang ditetapkan Allah, maka Dia memberi kamu tempat menetap di Madinah atau lainnya dan menjadikan kamu kuat dengan pertolongan-Nya, terutama saat terjadi Perang Badar, dan menganugerahkan kepada kamu rezeki berupa harta rampasan perang dan lainnya yang baik-baik agar kamu bersyukur atas pemberian itu dan terus berjuang demi menjunjung tinggi kalimat yang benar.
1187
Bersyukur adalah sebuah keharusan, sebab aneka nikmat tersebut bersumber dari Allah. Tidak bersyukur berarti mengkhianati nikmat tersebut dari Pemberinya, karena itu Allah menyatakan, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati, yakni mengurangi sedikit pun hak Allah sehingga mengkufurinya atau tidak mensyukurinya, dan juga jangan mengkhianati Rasul, yakni Nabi Muhammad, tetapi penuhilah seruannya, dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu oleh siapa pun, baik amanat itu adalah amanat orang lain maupun keluarga; seperti istri dan anak, muslim atau non-muslim, sedang kamu mengetahui bahwa itu adalah amanat yang harus dijaga dan dipelihara.” Segala sesuatu yang berada dalam genggaman manusia adalah amanat Allah yang harus dijaga dan dipelihara.
1188
Salah satu bentuk motivasi mengkhianati amanat Allah dan RasulNya adalah cinta kepada harta dan anak yang berlebihan. Maka pada ayat ini Allah menyatakan, “Dan ketahuilah bahwa hartamu yang merupakan titipan Allah kepadamu dan anak-anakmu yang merupakan anugerah Allah itu hanyalah sebagai cobaan. Maka, janganlah berlebihan dalam mencintai harta dan anak melebihi cinta pada Allah. Cinta harta dan anak yang berlebihan membuat seseorang enggan memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya karena takut atau kikir, sebab panggilan tersebut menuntut tanggung jawab dan pengorbanan. Dan ketahuilah, sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar, jauh lebih besar daripada harta dunia dan anak keturunan.”
1189
Dalam menghadapi ujian hidup, apalagi menyangkut anak dan harta, manusia seringkali bingung dan sulit menentukan sikap. Maka melalui ayat ini Allah menjelaskan cara untuk menyingkirkan kebingungan itu. Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, patuh pada perintah Allah dalam kesendirian atau di tengah keramaian, niscaya Dia akan memberikan karunia berupa furqan, yakni kemampuan membedakan antara yang hak dan batil kepadamu, dan menghapus segala kesalahanmu dengan menutupinya di dunia dan akhirat serta tidak menuntut pertanggungjawabanmu, dan mengampuni dosadosa-mu. Allah memiliki karunia yang besar.
1190
Nabi Muhammad pun diingatkan oleh Allah tentang nikmat yang harus disyukuri, terutama ketika Allah menyelamatkannya dari upaya jahat orang-orang kafir Mekah. Dan ingatlah wahai Nabi Muhammad, ketika tokoh dan pemuka orang-orang kafir Mekah, terutama dari kalangan kaum Quraisy memikirkan dan merencanakan tipu daya terhadapmu Nabi Muhammad untuk mence-lakakanmu dengan menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu dari Mekah. Mereka selalu memikirkan dan membuat tipu daya dan Allah membuat apa yang serupa dengan tipu daya yang lebih hebat, sehingga menggagalkan tipu daya mereka itu. Mereka mengatur rencana jahat, tapi Allah juga punya rencana menyelamatkan dirimu dari kejahatan mereka. Dan rencana Allah itu lebih baik, lebih kuat dan lebih unggul, karena Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.
1191
Begitulah rencana makar mereka terhadap Rasulullah, dan masih ada lagi sikap buruk mereka terhadap apa yang diturunkan kepada beliau. Dan perhatikanlah sikap permusuhan yang diperlihatkan oleh orang-orang kafir apabila ayat-ayat Kami, yakni ayat-ayat Al-Qur'an, dibacakan atau disampaikan oleh siapa pun kepada mereka. Kebodohan dan keangkuhan mereka yang sangat, mendorong mereka untuk berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengar ayat-ayat seperti ini. Ia biasa biasa saja, tidak memiliki keistimewaan, jika kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan atau membuat yang seperti ini. Yang dibacakan dari ayat-ayat Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang terdahulu.”
1192
Mereka bukan hanya melecehkan Rasulullah dan Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya, tetapi juga menantang Allah. Dan ingatlah wahai Nabi Muhammad, ketika mereka, yakni orang-orang musyrik berkata guna mengelabui orang lain seakan-akan apa yang mereka ucapkan tentang Al-Qur'an memang benar dan sesuai keyakinan mereka, “Ya Allah, jika Al-Qur'an yang dibawa oleh Muhammad ini benar wahyu dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu-batu yang benar-benar turun, atau batu-batu sebanyak hujan dari langit, atau kalau siksa itu bukan berupa batu, maka datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”
1193
Tetapi permohonan mereka yang bersifat menantang itu, tidak segera dikabulkan oleh Allah, sebab dengan hikmah-Nya Allah sekali-kali tidak akan menghukum mereka sekarang dengan siksa duniawi yang berat dan memusnahkan, selama engkau Nabi Muhammad berada di antara mereka dengan harapan mereka menyambut seruanmu itu. Dan sekali-kali tidaklah pula Allah akan menghukum mereka secara mantap dan langgeng di masa yang akan datang, sedang mereka masih memohon ampunan, menyadari dan meninggalkan kekeliruan mereka.
1194
Allah bukannya tidak akan menyiksa mereka, tetapi hanya menangguhkan, karena Nabi Muhammad masih berada di tengah mereka dan juga karena masih ada yang beristigfar. Pada waktunya mereka tetap akan disiksa. Dan mengapa Allah tidak menghukum mereka padahal mereka wajar untuk disiksa, antara lain karena mereka menghalang-halangi orang secara terus-menerus untuk mendatangi Masjidilharam guna beribadah dan menghormatinya. Mereka berdalih bahwa mereka adalah auliya’-nya; pembina, pemelihara dan penguasanya, padahal mereka bukanlah auliya', yakni orang-orang yang berhak menguasai, membina, dan memelihara-nya? Sesungguhnya para auliya', yakni orang-orang yang berhak menguasai, membina, dan memelihara-nya tidak lain hanyalah orang-orang yang bertakwa, yakni yang benar-benar telah mantap ketakwaan dalam jiwanya, bukan sekadar orang yang beriman, apalagi orang yang bergelimang dalam dosa. Demikian seharusnya, tetapi kebanyakan mereka, yakni kaum musyrik, tidak mengetahui siapa yang seharusnya membina dan memelihara masjid, sehingga menguasai sesuatu yang semestinya menjadi hak orang lain. Mereka pun tidak mau memahami agama dan mengerti kedudukan masjid itu di sisi Allah.
1195
Salah satu bukti ketidaklayakan mereka mengelola Masjidilharam adalah seperti diuraikan pada ayat ini. Dan apa yang mereka anggap sebagai salat mereka yang seharusnya dilakukan dengan dengan penuh khusyuk, ketulusan, dan penghormatan kepada Allah, apalagi itu dilakukan di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan. Maka kelak ketika azab telah jatuh, dikatakan kepada mereka, “Rasakanlah azab disebabkan sejak dahulu hingga kini kamu terus-menerus melakukan kekufuran. Terimalah kematian kamu di medan perang, agar kesyirikan itu menjauh dari Masjidilharam, dan kematian itu tidak lain akibat kekufuran kamu.”
1196
Demikianlah, perbuatan buruk mereka akan sia-sia dan berbuah azab. Demikian pula harta mereka akan sia-sia seperti dijelaskan pada ayat ini. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, yang mengingkari ayat-ayat dan menyekutukan Allah, bertekad untuk terus-menerus menginfakkan harta mereka dengan tujuan untuk menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah. Mereka akan terus menginfakkan harta itu, kemudian setelah beberapa lama apa yang mereka lakukan itu menjadi sebab penyesalan bagi mereka, penyesalan yang sangat besar karena mereka hilang dan tujuan mereka tidak tercapai, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Harta itu akan musnah dan sia-sia, sebab mereka tidak akan mampu menghalangi orang dari jalan Allah, dan semua itu hanya akan melahirkan penyesalan dan rasa sakit. Mereka akan dikalahkan dalam perang dan kelak ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang kafir itu, yang tetap atau bertambah kekufurannya, akan dikumpulkan, selama mereka masih mempertahankan kekufuran.
1197
Allah mengalahkan mereka yang membelanjakan harta untuk menghalang-halangi orang dari jalan Allah dan mengumpulkan mereka di neraka jahannam agar dengan itu Allah memisahkan golongan manusia yang buruk, yang jiwa, tingkah laku, dan ucapannya kotor, dari yang baik, yang hati dan budinya luhur dan ucapan serta tingkah lakunya terpuji. Dan juga agar Allah menjadikan golongan yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu demikian sempit tempat mereka dikumpulkan itu dan demikian menyatu, sehingga kesemuanya ditumpukkan-Nya satu di atas yang lain bagaikan barang-barang yang tidak berharga, dan dimasukkan-Nya semua tumpukan itu ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang rugi di dunia dan akhirat.
1198
Meskipun ucapan Tuhan itu bernada keras dan berisi ancaman, akan tetapi pintu tobat masih tetap terbuka lebar. Maka katakanlah wahai Nabi Muhammad kepada orang-orang yang kafir itu, yakni Abu Sufyan dan kawan-kawannya, serta siapa pun yang tidak percaya keesaan Allah dan berusaha memadamkan cahaya ajaran-Nya, “Jika mereka berhenti dari kekafirannya dan memeluk Islam serta tidak memerangi Nabi Muhammad dan para pengikutnya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi melakukan dosa serupa dan memerangi Nabi, maka Allah akan menjatuhkan sanksi atas mereka, karena sungguh, berlaku kepada mereka sunnah, yakni ketetapan Allah, terhadap orang-orang dahulu yang disegerakan jatuhnya sanksi sehingga binasa. Allah akan memenangkan kebenaran atas kebatilan, selama orang-orang yang berpihak pada kebenaran itu tetap tunduk kepada-Nya dan mengikuti ketentuan-ketentuan untuk menang.
1199
Ayat yang lalu mengancam jatuhnya siksa bagi yang melanjutkan pembangkangan. Salah satu cara Allah menyiksa adalah melalui kaum muslim, karena itu ayat ini memerintahkan kaum muslim bahwa jika mereka terus membangkang dan berusaha menghalangi kebebasan, maka bertindaklah dan perangilah terus mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, yakni kekacauan, penganiayaan terhadap kaum mukmin dan atau syirik, dan supaya agama atau ketaatan seluruhnya hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti dari penganiayaan dan atau kemusyrikan serta berpihak pada kebenaran, maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan sekecil dan tersembunyi apa pun, lahir dan batin, sehingga memperlakukan mereka seimbang dengan sikap dan kelakuan mereka.
1200
Dan jika mereka berpaling dari ajakanmu untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan tidak menghentikan penganiayaan, maka ketahuilah dengan penuh keyakinan bahwa sesungguhnya Allah pelindungmu, karena itu jangan khawatirkan ancaman mereka, serahkan sepenuhnya kepada Allah setelah kamu berusaha sesuai kemampuan kamu. Dia adalah sebaik-baik pelindung, karena tidak ada yang dapat membatalkan perlindungan-Nya, dan tidak ada selain-Nya yang dapat memberi perlindungan, dan Dia juga adalah sebaik-baik penolong, karena selain Allah boleh jadi suatu ketika melemah dan tidak mampu menolong.
1201
Setelah memerintahkan umat Islam memerangi orang-orang kafir jika mereka memerangi umat Islam, maka pada ayat ini Allah menjelaskan ketentuan pembagian ganimah, yang ketentuannya hanya dilakukan oleh Allah semata. Karena itu, ketahuilah, wahai orang-orang beriman, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan perang, yaitu harta yang diperoleh dari orang-orang kafir melalui pertempuran, maka seperlima untuk Allah, Rasul yang digunakan untuk kemaslahatan umat yang ditetapkan sendiri oleh beliau, kerabat Rasul, Bani Hasyim dan Bani Muattalib, anak yatim, karena mereka kehilangan orang tua yang bertanggung jawab untuk membiayai hidupnya, orang miskin yang membutuhkan bantuan, dan ibnu sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal ketika sedang dalam perjalanan. Demikian ini, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan berupa ayat-ayat yang berfungsi untuk penguatan mental dan pertolongan, kepada hamba Kami, Nabi Muhammad, di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan pada Perang Badar, 17 Ramadan tahun kedua Hijriah, yang dalam hitungan kalian kalah, sementara mereka menduga keras akan memperoleh kemenangan, ternyata kaum musliminlah yang memperoleh kemenangan berkat pertolongan Allah, sebab Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, termasuk memenangkan kelompok kecil atas kelompok yang besar.
1202
Ayat berikutnya menginformasikan tentang faktor penting yang membuat Perang Badar yang sesungguhnya tidak seimbang itu benarbenar terjadi, yaitu ketika kalian, wahai orang-orang mukmin, berada di pinggir lembah yang dekat ke arah kota Madinah, dan mereka, orangorang kafir, berada di pinggir lembah yang jauh dari kota Madinah sedang kafilah itu yang dipimpin oleh Abu Sufyan berada lebih rendah, yakni lebih dekat dari kalian, kira-kira 5 mil saja. Sekiranya kalian mengadakan persetujuan untuk menentukan hari pertempuran, niscaya kalian berbeda pendapat dalam menentukan-nya karena jumlah kalian jauh lebih sedikit dibanding jumlah pasukan kafir, tetapi Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan atau mesti terjadi dalam kehidupan, yaitu meninggikan kalimat-Nya dengan memberi kemenangan dan kemuliaan kepada kaum muslim serta kehancuran dan kehinaan bagi orang-orang kafir. Demikian ini, agar orang yang binasa atau terbunuh dalam peperangan itu binasa dengan bukti yang nyata, yakni melihat dan mengalami sendiri akibat kedurhakaannya dan agar orang yang hidup atau selamat dari pertempuran itu hidup dengan bukti yang nyata juga, yaitu dengan melihat bukti kekuasaan Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar permohonan orang-orang beriman agar diberi kemenangan pada perang yang sangat menentukan tersebut, Maha Mengetahui keadaan mereka bahwa mereka memang berhak atas pertolongan itu.
1203
Lebih lanjut dijelaskan dengan rinci terjadinya Perang Badar yang tidak seimbang tersebut. Ingatlah wahai Nabi Muhammad, ketika Allah memperlihatkan jumlah mereka, pasukan kafir, di dalam mimpimu berjumlah sedikit, lalu engkau menyampaikan kepada sahabat-sahabatmu sehingga mereka kuat mentalnya dan lebih berani. Sebab, sekiranya Allah memperlihatkan mereka berjumlah banyak, tentu kalian, wahai orang-orang mukmin, menjadi gentar dan tentu kalian akan berbantah-bantahan dalam urusan itu menyangkut keterlibatan mereka pada Perang Badar tersebut, tetapi Allah telah menyelamatkan kamu dengan cara menunjukkan jumlah mereka terlihat sedikit dan lemah melalui mimpi Nabi. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam hatimu, termasuk rasa berani dan gentar dalam menghadapi peperangan.
1204
Setelah menjelaskan apa yang dilihat oleh Nabi dalam mimpi, maka pada ayat ini dijelaskan apa yang dilihat kaum muslim dengan mata kepala sendiri di medan perang. Ingatlah ketika Allah memperlihatkan mereka, orang-orang kafir, kepada kalian ketika kalian berjumpa dengan mereka seakan-akan berjumlah sedikit menurut penglihatan mata kalian di medan perang; dan kalian, wahai orang-orang mukmin, diperlihatkan-Nya seakan-akan berjumlah sedikit menurut penglihatan mereka sebelum bertemu di medan pertempuran. Demikian itu karena Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan. Hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan, sehingga tidak ada satu pun yang terlepas dari kehendak-Nya. Peristiwa Perang Badar seharusnya menguatkan mental dan keyakinan setiap orang mukmin bahwa Allah pasti menolong hamba-Nya yang memiliki keimanan yang benar, meski pertolongan itu datang dengan cara yang unik dan tidak masuk akal.
1205
Usai memaparkan kenikmatan yang Allah karuniakan kepada umat Islam pada Perang Badar, seperti kemenangan dan ganimah, pada ayat ini Allah mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin saat menghadapi musuh. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan musuh, maka berteguh hatilah dengan tetap menunjukkan keberanian setelah melakukan persiapan yang matang dan janganlah gentar apalagi melemah dalam membela kebenaran, dan sebutlah nama Allah banyak-banyak, yakni berzikir dan berdoalah semoga Allah memberikan kemenangan agar kamu beruntung.
1206
Bukan hanya itu, orang-orang mukmin juga diperintahkan agar senantiasa menghiasi diri dengan menaati Allah dan Rasul-Nya. Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih atau saling berdebat yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan bahkan kekuatan kalian hilang sehingga tidak berdaya sama sekali; dan bersabarlah ketika menghadapi musuh dalam situasi dan kondisi apa pun. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar. Allah akan selalu menolong hamba-hamba-Nya yang membela dan mempertahankan kebenaran dengan penuh kesabaran, kesungguhan, dan semata-mata didasari atas ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
1207
Di samping itu, janganlah kalian, wahai kaum mukminin, seperti orang-orang musyrik yang keluar dari kampung halamannya, Mekkah, dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang dengan mengatakan bahwa mereka berperang agar semua orang tahu kalau mereka itu adalah orang-orang yang kuat ddan tangguh, serta menghalang-halangi dirinya sendiri dan orang lain dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan, yakni sikap mereka yang menentang kebenaran, angkuh dan ria; yang pada saatnya mereka akan mendapat balasan yang setimpal.
1208
Setelah beberapa ayat sebelumnya memaparkan berbagai hal yang terkait dengan Perang Badar, maka ayat ini menjelaskan kebohongan janji setan terhadap kaum musyrik pada Perang Badar tersebut. Ingatlah ketika setan menjadikan terasa atau terlihat indah bagi mereka, orang-orang musyrik, perbuatan dosa mereka, yakni berperang melawan kebenaran dan seraya mengatakan, “Tidak ada seorang pun yang dapat mengalahkan kalian, wahai orang-orang musyrik, pada hari ini, yakni Perang Badar. Dan kalau ada yang berani melawan kalian, sungguh, aku adalah penolongmu.” Maka ketika kedua pasukan itu telah saling melihat, berhadapan, setan berbalik ke belakang meninggalkan kaum musyrik seraya berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kalian; aku dapat melihat apa yang kalian tidak dapat melihatnya; yakni para malaikat yang turun membantu kaum mukmin, sesungguhnya aku takut kepada Allah.” Demikian ini, disebabkan Allah sangat keras siksa-Nya.
1209
Kaum munafik senantiasa menghina kaum mukmin yang tetap berangkat perang meski jumlah lawan jauh lebih banyak. Ingatlah, ketika orang-orang munafik di Madinah dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, yakni orang-orang Islam yang belum mantap keimanannya sehingga tidak ikut hijrah ke Madinah, berkata, ketika menyaksikan jumlah pasukan mukmin sangat sedikit dibanding jumlah pasukan kaum musyrik, “Mereka itu, orang-orang mukmin, ditipu oleh agamanya dengan tetap berperang. Mereka mengira hanya dengan bekal iman dan takwa akan memperoleh kemenangan.” Katakanlah, wahai Rasul, “Barang siapa bertawakal kepada Allah dengan disertai usaha yang sungguh-sungguh, maka ketahuilah bahwa Allah akan membela bahkan memberinya kemenangan, sebab Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
1210
Ayat sebelumnya menjelaskan sikap angkuh kaum musyrik dalam Perang Badar, pada satu sisi, dan sikap orang-orang munafik yang berusaha melemahkan mental kaum mukmin sebelum berperang, pada sisi yang lain. Ayat ini menginformasikan kondisi mereka pada saat menghadapi maut. Sekiranya kamu melihat kaum musyrik dan munafik pada Perang Badar pasti akan memunculkan kengerian, yaitu ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka, yakni mereka dibantai oleh kaum mukmin di medan perang; dan dikatakan kepada mereka, “Rasakanlah oleh kalian siksa neraka yang membakar di akhirat kelak.”
1211
Azab Allah yang demikian dahsyat itu disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri. Dan sesungguhnya Allah sama sekali tidak menzalimi masing-masing dari hamba-hamba-Nya. Sebab, turunnya azab Allah sebagai akibat perilaku manusia merupakan perwujudan dari keadilan-Nya.
1212
Penentangan mereka terhadap Rasulullah itu serupa dengan sikap pengikut Fir'aun dalam memperlakukan Nabi Musa dan orang-orang yang sebelum mereka seperti kaum Nabi Nuh, kaum 'Ad, Samud, Lut, dan lain-lain, terhadap para rasul mereka. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, baik yang tersebar di alam raya (tidak tertulis) maupun kebenaran yang dibawa oleh para rasul, maka Allah menyiksa mereka dengan bentuk azab yang berbeda-beda, seperti banjir bandang, gempa bumi, angin kencang, halilintar dan lain-lain. Itu semua disebabkan dosa-dosanya yang telah menjadi budaya masyarakat sehingga mengancam kehidupan manusia yang lain. Sungguh, Allah Mahakuat lagi sangat keras siksa-Nya sehingga tidak ada seorang pun yang bisa lari darinya.
1213
Turunnya azab atas orang-orang kafir merupakan bukti keadilan Allah, sebab yang demikian itu, yakni turunnya azab, karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang tampak pada penglihatan dan bisa dirasakan langsung, seperti rasa aman, kemakmuran, kesuburan, dan lain-lain, yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri menyangkut perubahan sikap mental dan perilaku, seperti dari peduli menjadi tidak peduli, adil menjadi tidak adil, berani berkorban menjadi serakah, dan lain-lain. Sungguh, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
1214
Keadaan mereka serupa dengan keadaan pengikut Fir'aun terhadap Nabi Musa dan orang-orang yang sebelum mereka, seperti kaum Nabi Nuh, kaum 'Ad, kaum Samud, kaum Sodom, dan lain-lain. Mereka men-dustakan ayat-ayat Tuhannya melalui sikap dan perilakunya, maka Kami menurunkan azab yang membinasakan mereka dengan bentuk yang bermacam-macam (Lihat : Surah al-'Ankabut/29: 40), disebabkan oleh dosa-dosanya. Dosa-dosa yang mereka lakukan bukan semata-mata terkait dengan akidah atau keyakinan, akan tetapi kejahatan sosial yang dapat mengancam kehidupan kemanusiaan secara umum, seperti membudayanya kejahatan ekonomi (Madyan, kaum Nabi Syuaib), penyimpangan seksual (Sodom, kaum Nabi Lut), dan lain-lain, dan karena itulah Kami juga menenggelamkan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya; sebab mereka adalah orang-orang yang zalim yaitu dengan menjadikan kekuasaannya sebagai alat untuk menindas orang-orang lemah dan bahkan memperbudak mereka. Perilaku Fir'aun ini esensinya sama dengan perilaku umat-umat terdahulu. Inilah hukum Allah (sunatullah) yang bersifat pasti dan universal dalam perjalanan kehidupan manusia sepanjang masa, bahwa siapa pun yang memiliki sifat dan perilaku yang sama dengan mereka pasti akan mendapat hukuman atau azab dari Allah dengan bentuknya yang berbeda-beda, tanpa memandang kebenaran akidahnya.
1215
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan sikap orang-orang kafir Mekah pada Perang Badar dan menyifatinya sebagai orang-orang yang zalim, maka ayat ini menjelaskan kelompok lain yang juga memusuhi Nabi Muhammad, yakni Yahudi Bani Quraidhah, yang disifati sebagai makhluk terburuk. Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah orang-orang kafir, karena mereka tidak beriman, yakni mereka terus-menerus melakukan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah dan merusak perjanjian yang sudah dikuatkan dengan sumpah, sebagaimana yang dilakukan oleh Yahudi Bani Quraizah.
1216
Di sini lebih ditegaskan lagi bahwa mereka, Yahudi Bani Quraidhah, itu adalah orang-orang yang terikat perjanjian dengan kamu, wahai Nabi Muhammad, kemudian setiap kali berjanji mereka mengkhianati janjinya, sedang sikap semacam itu berarti mereka tidak mengagungkan Allah dan tidak takut terhadap azab-Nya.
1217
Karena itu, maka jika engkau, wahai Nabi Muhammad, berkesempatan mendapati bahkan mengungguli mereka, yakni Yahudi Bani Quraizah yang telah berjanji untuk tidak membantu kaum musyrik pada Perang Badar ternyata mereka merusak perjanjian itu, dalam peperangan yang lain, maka cerai-beraikanlah mereka dan orang-orang yang di belakang mereka dengan menumpasnya, agar mereka mengambil pelajaran melalui hukuman itu sehingga tidak merusak perjanjian lagi. Rangkaian ayat di atas, meski terkait dengan Yahudi Bani Quraizah, juga pelajaran sekaligus peringatan bagi siapa saja yang merusak perjanjian. Artinya, siapa pun yang merusak perjanjian sesungguhnya ia patut memperoleh laknat Allah.
1218
Dan jika engkau, wahai Nabi Muhammad, khawatir akan terjadinya pengkhianatan dari suatu golongan, baik dari Yahudi Bani Quraidhah maupun lainnya, dengan melihat tanda-tandanya yang cukup jelas, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dan kamu jangan melakukan hal yang sama, serta tetap konsistenlah dalam memegang janji dengan cara yang jujur dan tidak berkhianat seperti me-reka. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berkhianat.
1219
Melihat perilaku buruk mereka itulah, Allah mengancam dengan firman-Nya pada ayat ini. Dan janganlah orang-orang kafir itu, baik Yahudi Bani Quraizah, sesuai konteks ayat ini, maupun siapa saja yang merusak perjanjian dan pengkhianatan, mengira bahwa mereka akan dapat lolos menyelamatkan diri dari kekuasaan atau azab Allah sebagai akibat dari sikap pengkhianatan tersebut. Sungguh, mereka tidak dapat melemahkan Allah atau menghindar dari pengawasan-Nya; dan Allah pasti membalasnya dengan balasan yang setimpal. Rangkaian ayat ini memberi pelajaran kepada kita, bahwa siapa saja yang berlaku khianat dan merusak perjanjian akan menerima laknat Allah, bahkan seandainya ia beragama Islam sekalipun. Karena itu, pengkhianatan dalam konteks apa pun dan dengan alasan apa pun tidak dibenarkan dalam agama.
1220
Usai memerintahkan agar Nabi Muhammad memberi tindakan keras bahkan sampai mengusir Yahudi Bani Quraidhah yang telah merusak perjanjian, maka ayat ini memerintahkan agar mempersiapkan kekuatan semaksimal mungkin untuk menghadapi kemungkinan buruk atau balas dendam dari mereka. Dan karena itu, persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka yang terbukti secara nyata memusuhi Islam, dengan mengerahkan kekuatan apa saja yang kalian miliki dan dari pasukan berkuda yang memang dipersiapkan untuk berperang. Persiapan kekuatan secara maksimal tersebut bertujuan agar dapat menggentarkan musuh Allah, musuh kalian dan juga untuk menggentarkan orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya baik disebabkan oleh kemunafikannya maupun musuh-musuh Islam yang belum tampak permusuhannya; tetapi Allah senantiasa mengetahuinya, kapan dan di mana saja. Disebabkan sebuah perjuangan di jalan Allah itu membutuhkan biaya besar, maka redaksi berikutnya berisi anjuran untuk mengeluarkan infak: apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup bahkan berlipat ganda asalkan ikhlas kepada kalian dan kalian tidak akan dizalimi, yakni dirugikan atau dikurangi sedikit pun balasan kebaikannya.
1221
Perang diizinkan dalam Islam adalah demi melindungi dakwah, mempertahankan diri dan atau melawan kezaliman, meski berperang bukanlah satu-satunya cara yang dikehendaki, bahkan terciptanya perdamaian adalah lebih didambakan oleh Islam. Dan karena itu, wahai kaum muslim, jika mereka atau sebagian dari orang-orang kafir itu condong kepada perdamaian, maka terimalah, sebab bukan perang itu sendiri yang dikehendaki Islam, dan untuk menguatkan mental kalian dari kemungkinan munculnya pengkhianatan di balik perdamaian tersebut, maka bertawakallah kepada Allah, serahkan seluruh urusan kepada-Nya setelah berusaha sekuat tenaga. Sungguh, Dia Maha Mendengar segala bentuk percakapan mereka, Maha Mengetahui apa saja yang mereka rencanakan atas kalian, dan Allah pasti akan membela kalian.
1222
Dan jika mereka, orang-orang kafir, hendak menipumu dengan bersikap baik dan seolah-olah cenderung kepada perdamaian, maka sesungguhnya cukuplah Allah menjadi pelindung bagimu. Dialah satu-satu-Nya yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya, baik melalui cara yang wajar maupun yang tidak disadari dan dengan dukungan orang-orang mukmin, yaitu dari kaum Muhajirin dan Ansar.
1223
Dan sebagai bukti dukungan Allah kepada Nabi Muhammad adalah bahwa Dia yang mempersatukan hati mereka orang yang beriman, seperti suku Aus dan Khazraj. Bahkan hal itu rasanya mustahil bisa terwujud, walaupun kamu menginfakkan semua kekayaan yang berada di bumi, dan meski kamu mengerahkan segala upaya dan kemampuanmu niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Demikian ini, karena mereka telah bermusuhan dalam rentang waktu yang cukup lama dalam sebuah peperangan yang dikenal dengan “Perang Bu’as”, bahkan itu telah berjalan sampai ratusan tahun. Akan tetapi, Allah melalui agama Islam telah mempersatukan hati mereka. Mereka rela meninggalkan rasa kesukuan yang sudah sedemikian melekat untuk melebur ke dalam ukhuwwah islamiyyah. Sungguh, Dia Mahaperkasa, sehingga tidak ada seorang pun yang mampu menandingi-Nya, Mahabijaksana atas segala kebijakan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa persatuan dan kesatuan atas dasar cinta dan kasih sayang yang hakiki tidak mungkin terwujud hanya dengan harta kekayaan, akan tetapi harus didasarkan atas keluhuran budi dan ketulusan jiwa.
1224
Setelah ayat sebelumnya menegaskan kalau masuknya seseorang ke dalam Islam bukan semata-mata usaha manusia tetapi juga anugerah Allah, maka melalui ayat ini Allah hendak menguatkan jiwa Rasulullah dan kaum mukmin agar tetap konsisten dalam berdakwah dan tidak pernah merasa gentar dengan orang-orang kafir atau siapa pun yang menghalang-halangi dan bahkan memeranginya, sebab di belakangnya ada Yang Mahakuat, Allah. Karena itu, beliau diseru, wahai Nabi Muhammad! Tidak ada satu pun yang bisa diandalkan untuk melindungimu, cukuplah Allah menjadi pelindung bagimu dan dikuatkan dengan dukungan dari orang-orang mukmin yang mengikutimu.
1225
Agar tidak menimbulkan kesan yang salah bahwa seakan-akan mereka hanya mengandalkan pertolongan Allah tanpa usaha, maka ayat ini melanjutkan perintah-Nya kepada Nabi Muhammad. Wahai Nabi Muhammad! Jangan pernah patah semangat dalam situasi dan kondisi apa pun, bahkan kobarkanlah terus semangat para mukmin untuk berperang melawan musuh yang memerangi kalian dalam peperangan. Sebab, jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kalian dengan kesabaran yang mantap dan mendarah daging sehingga melahirkan keberanian dan ketahanan jiwa untuk menghadapi kesulitan, niscaya mereka, yakni dua puluh orang itu, akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan apalagi jika ada seratus orang yang sabar dengan kesabaran yang mantap di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir. Keberhasilan kaum mukmin yang sabar dalam mengalahkan orang-orang kafir meski dengan jumlah yang tidak seimbang tersebut disebabkan orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti hikmah di balik syariat perang. Mereka berperang hanya semata-mata mempertahankan tradisi jahiliah dan maksud-maksud duniawi lainnya.
1226
Meski ayat ini turun jauh setelah ayat sebelumnya, keduanya memiliki hubungan yang cukup jelas. Yakni setelah ayat sebelumnya memerintahkan agar tetap tegar dalam menghadapi musuh meski dengan jumlah tidak seimbang, maka sekarang, di saat ayat ini turun, Allah telah meringankan kalian, yaitu tidak lagi satu orang sebanding dengan sepuluh orang, karena Dia mengetahui bahwa ada kelemahan pada kalian, baik dari segi mentalitas maupun kelengkapan persenjataan, tidak seperti orang-orang mukmin sebelumnya. Maka jika di antara kalian, wahai kaum mukmin, ada seratus orang yang sabar dengan kesabaran yang mantap, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh dalam peperangan; dan jika di antara kalian ada seribu orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang kafir dengan seizin Allah. Allah beserta orang-orang yang sabar dengan selalu memberi pertolongan dan atau menguatkan mental mereka.
1227
Beberapa ayat sebelumnya menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan dalam peperangan, di antaranya adalah ketentuan pembagian rampasan perang, maka ayat ini menjelaskan hukum-hukum lainnya, yaitu me-nyangkut tawanan perang. Tidaklah pantas, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia kukuh di muka bumi sehingga dapat melumpuhkan musuhnya di bumi. Teguran ini ditujukan kepada beliau, namun yang dimaksudkan adalah kaum muslim saat itu, dengan pengalihan arah pembicaraan dari orang ketiga kepada orang kedua jamak (“kalian”). Demikian ini, karena melalui tawanan biasanya kalian menghendaki harta benda duniawi dengan cara tawanan tersebut dibebaskan dan diganti dengan tebusan. Padahal, balasan duniawi itu akan sirna, sedangkan Allah menghendaki pahala akhirat yang bersifat kekal untuk kalian; dan justru pahala akhirat inilah yang sesungguhnya menjadi tujuan kalian dalam berjihad demi menegakkan agama Allah. Allah Mahaperkasa sehingga tidak mampu dikalahkan oleh siapa pun, bahkan Dia mampu memberi kemenangan kepada umat Islam dalam peperangan, seperti pada Perang Badar, Mahabijaksana dalam segala perintah dan perbuatan-Nya.
1228
Namun begitu, Allah tetap menunjukkan belas kasih-Nya terhadap orang-orang yang beriman, dan ayat ini menjadi bukti kasih sayang-Nya. Sekiranya tidak ada ketetapan terdahulu dari Allah, yaitu bahwa Dia akan memaafkan hamba-Nya yang melakukan ijtihad dan ternyata salah, niscaya kalian ditimpa siksaan yang besar karena kalian telah mengambil keputusan yang salah melalui tebusan yang kalian ambil.
1229
Setelah Allah menegur Nabi Muhammad disebabkan mengambil keputusan yang salah karena mengikuti pendapat beberapa sahabat beliau, yaitu mengambil tebusan dari tawanan, maka melalui ayat ini Allah membolehkan untuk mengambil dan memanfaatkan rampasan perang tersebut sesuai dengan ketentuan Allah sebelumnya. Karena itu, makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kalian peroleh itu yang boleh jadi, sebelumnya kalian mengira hal itu tidak diperbolehkan sebagai akibat dari teguran keras tersebut. Karena itu, janganlah kalian ragu untuk memakannya sebagai makanan yang halal lagi baik bagi diri kalian dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang bagi siapa saja yang bertobat dan kembali kepada-Nya.
1230
Wahai Nabi Muhammad! Katakanlah kepada para tawanan perang yang ada di tanganmu, yakni kekuasaanmu dan sahabat-sahabatmu, “Jika Allah mengetahui, baik pada saat ini maupun akan datang, ada kebaikan di dalam hatimu, berupa keimanan yang benar, tobat yang tulus, niat yang baik serta tekad yang kuat untuk taat kepada Allah dan RasulNya serta menolong agama-Nya, niscaya Dia akan memberikan, kamu wahai kaum musyrik, anugerah yang lebih baik, berupa ampunan dan surga, dari apa yang telah diambil dari kamu berupa tebusan, dan Dia akan mengampuni dosa-dosa kamu.” Allah Maha Pengampun bagi siapa saja yang bertobat dengan sebenar-benarnya, Maha Penyayang terhadap kaum mukmin dengan senantiasa memberi pertolongan, taufik dan kebahagiaan hakiki di akhirat kelak.
1231
Boleh jadi muncul rasa kekhawatiran dalam benak Rasullah jika di kemudian hari mereka berkhianat, maka ayat ini menguatkan jiwa beliau. Jika mereka, tawanan-tawanan itu, hendak mengkhianatimu, wahai Nabi Muhammad, dengan menunjukkan sikap seakan condong kepada Islam padahal mereka berbohong, maka jangan khawatir, sesungguhnya sebelum itu pun mereka telah berkhianat kepada Allah berupa kemusyrikan dan perbuatan-perbuatan dosa lainnya, maka Dia memberikan kekuasaan kepadamu atas mereka, yaitu kemenangan di Perang Badar meski dengan jumlah pasukan yang tidak seimbang. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, Mahabijaksana dalam segala ketetapan-Nya.
1232
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan perang dan perdamaian dengan orang-orang kafir, bagaimana memperlakukan tawanan, serta bagaimana pengakuan keislaman yang tidak terbukti itu tidak ada manfaatnya, surah ini diakhiri dengan menjelaskan kegiatan yang bisa menjadi bukti keislaman seseorang, yakni hijrah. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah dari Mekah ke Madinah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah, yakni kaum muhajirin, dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman, yakni penduduk asli Madinah, dan memberi pertolongan kepada Muhajirin, mereka itu satu sama lain menjadi pelindung dan bahu-membahu dalam menegakkan kebenaran. Sementara terhadap orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagi kalian, wahai kaum muslim yang berhijrah, untuk melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. Meskipun begitu, jika mereka yang tidak ikut berhijrah meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan pembelaan agama Islam disebabkan adanya paksaan dari orang-orang kafir untuk murtad, maka kalian wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kalian dengan mereka, orang-orang kafir, karena menjaga perjanjian dengan siapa pun harus selalu dipegang teguh oleh setiap muslim. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
1233
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung sebagian yang lain, yakni satu sama lain tolong-menolong dalam kebatilan dan bersekongkol untuk memusuhi kalian. Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah untuk saling melindungi dan bahu-membahu dalam membela serta meninggikan agama Allah, pada satu sisi, dan tidak melakukan hubungan yang intensif dengan orang-orang kafir yang memusuhi kalian, pada sisi lain, niscaya akan terjadi kekacauan yang dahsyat di bumi dan kerusakan yang besar antara lain bocornya rahasia dan tercerai-berainya barisan kaum muslimin.
1234
Ayat sebelumnya menyinggung tentang kaum Muhajirin dan Ansar, sedang ayat ini menjelaskan kedudukan mereka, yaitu bahwa orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, yakni kaum Muhajirin, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan kepada orang Muhajirin demi tegaknya kebenaran dan agama Allah, yakni kaum Ansar, maka mereka itulah orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia berupa anugerah yang bermacam-macam baik di dunia maupun di akhirat.
1235
Dan orang-orang yang beriman setelah kaum muslim awal yang berhijrah itu, yang kemudian akhirnya mereka berhijrah sesudah melewati waktu yang cukup lama dan berjihad bersamamu, maka mereka termasuk golonganmu, yaitu memiliki kedudukan yang sama menyangkut hak dan kewajiban. Apalagi di antara kaum muslim itu ada orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat, maka adanya hubungan kekerabatan itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya daripada yang bukan kerabat, menurut Kitab Allah, dalam hal perlindungan, kasih sayang, pertolongan, dan warisan. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
1236
Rasulullah telah melakukan beberapa perjanjian dengan kaum musyrik Mekah, antara lain perjanjian agar kaum muslim tidak dihalangi untuk melaksanakan umrah, perjanjian untuk tidak melakukan perang di bulan-bulan haram (bulan-bulan mulia), dan perjanjian-perjanjian damai dengan kabilah-kabilah Arab sampai waktu tertentu. Namun, pada akhirnya mereka merusak perjanjian tersebut. Maka, dengan turunnya Surah at-Taubah atau Bara'ah ini, kaum muslim diperintahkan untuk tidak melakukan hubungan lagi dengan mereka. Karena itu, inilah pernyataan pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya kepada orang-orang musyrik yang kamu telah mengadakan perjanjian dengan mereka, namun mereka merusak perjanjian tersebut.
1237
Namun begitu, mereka tetap diberi waktu untuk memikirkan kembali apakah memilih untuk masuk Islam dengan memegang perjanjian bersama, atau berperang. Di samping itu, penundaan tersebut agar mereka bisa mempersiapkan diri, seandainya harus memilih untuk berperang, sehingga perang berjalan secara adil. Maka di saat gencatan senjata tersebut, berjalanlah kalian, wahai kaum musyrik, di bumi Mekah, selama empat bulan yaitu mulai 10 Zulhijah sampai dengan 10 Rabi'ul Akhir, dengan leluasa dan tanpa takut diserang oleh kaum muslimin, sebagaimana keadaan kalian sebelum pemutusan hubungan ini. Dan setelah lewat empat bulan, maka ketahuilah bahwa kalian tidak dapat melemahkan Allah, meski didukung oleh personil tentara dan persenjataan yang lengkap; dan dengan kekalahan tersebut serta menjadi tawanan sesungguhnya Allah hendak menghinakan orang-orang kafir di dunia. Bahkan, di akhirat kelak, jika tidak bertobat, kalian merasakan siksa yang pedih (Lihat: Surah az-Zumar/39: 25-26). Inilah sikap toleransi Islam, pada satu sisi, dan menunjukkan keperkasaan Islam, pada sisi yang lain. Demikian ini, agar tidak muncul tuduhan bahwa kaum mus-lim sengaja menyerang mereka secara tiba-tiba tanpa memberi kesempatan berpikir atau mempersiapkan diri.
1238
Setelah ayat sebelumnya menyatakan pemutusan hubungan dengan kaum musyrik Mekah, maka ayat ini menegaskan kembali maklumat ini serta menyebarluaskannya kepada semua orang dalam tenggang waktu empat bulan. Dan bahwa inilah satu maklumat atau pemberitahuan dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar yang terjadi pada tahun ke-9 Hijriah, bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrik Mekah berupa pemutusan hubungan perjanjian dengan mereka; dan begitu pula Rasul-Nya melakukan hal yang sama. Kemudian Allah menegaskan kembali jika kalian, wahai kaum musyrik, bertobat, maka itu lebih baik bagi kalian di dunia dan akhirat; dan jika kalian berpaling dari keimanan yang benar atau tidak mau bertobat, maka ketahuilah bahwa kalian tidak dapat melemahkan atau lari dari azab Allah. Dan dengan demikian berilah kabar gembira kepada orang-orang kafir tersebut bahwa mereka akan mendapat azab yang pedih, baik di dunia ini sebagai tawanan atau terbunuh dan di akhirat kelak, yaitu dimasukkan ke dalam neraka.
1239
Kecuali orang-orang musyrik yang telah mengadakan perjanjian damai dengan kalian dan mereka sedikit pun tidak mengurangi atau merusak isi perjanjian dan tidak pula mereka membantu seorang pun yang memusuhi kalian, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya, kecuali mereka merusak perjanjian tersebut. Sebab, yang demikian itu merupakan ciri ketakwaan; dan sungguh, Allah menyukai orang-orang yang bertakwa yang memenuhi janji. Ayat ini menunjukkan dua hal penting, yaitu penghormatan Islam kepada kafir mu'ahad (nonmuslim yang melakukan perjanjian damai dengan umat Islam); dan bahwa memenuhi janji dan kesepakatan merupakan pilar penting ketakwaan.
1240
Ayat ini memerintahkan apa yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslim setelah habisnya masa tenggang tersebut. Apabila telah habis bulan-bulan haram, yakni masa tenggang waktu empat bulan yang diberi kepada kaum musyrik itu, maka perangilah orang-orang musyrik di mana saja kalian temui saat itu, baik di luar tanah Haram maupun di wilayah tanah Haram, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah di tempat pengintaian sehingga mereka tidak mampu bergerak dan meloloskan diri. Jika mereka bertobat dari kemusyrikan dan kekufuran yang membuat mereka memerangi umat Islam, dan memenuhi ketentuan-ketentuan agama secara konsekuen, seperti mendirikan salat serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka, dan jangan ditangkap atau diawasi gerak-geriknya lagi. Sebab jika mereka benar-benar bertobat, Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
1241
Meski Allah mewajibkan kaum muslim untuk menyerang kaum musyrik setelah habis masa tenggang waktu atau disebabkan mereka merusak perjanjian, hal itu bukan berarti mereka tidak punya kesempatan untuk memperoleh perlindungan keamanan sedikit pun. Dan jika di antara kaum musyrik ada yang meminta perlindungan kepadamu, setelah habisnya masa tenggang waktu empat bulan, maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah sehingga dengan begitu diharapkan mereka tertarik dan bisa insaf. Namun begitu, kamu tidak boleh memaksanya jika ternyata dia tidak mau masuk Islam. Bahkan, setelah dia tinggal bersama kaum muslim beberapa lama kemudian dia minta pulang ke tempat asalnya, maka antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui tentang kebenaran Islam.
1242
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan tentang pemutusan perjanjian dengan kaum musyrik Mekah juga Yahudi Bani Quraizah dan seruan untuk memerangi mereka setelah lewat masa tenggang empat bulan, maka ayat ini menunjukkan alasan mengapa pemutusan perjanjian itu harus dilakukan. Bagaimana mungkin ada perjanjian yang dimuliakan di sisi Allah dan Rasul-Nya bagi orang-orang musyrik yang telah sedemikian meresapnya kemusyrikan tersebut sehingga mereka tidak merasa bersalah setiap kali merusak perjanjian? Jika demikian, perjanjian damai tidak boleh dilanjutkan lagi, kecuali dengan orang-orang musyrik yang kamu telah mengadakan perjanjian dengan mereka di dekat Masjidilharam, yakni dalam perjanjian Hudaibiyah, maka selama mereka berlaku jujur dengan tetap memegang perjanjian atau tidak khianat terhadapmu, hendaklah kamu berlaku jujur pula terhadap mereka. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang bertakwa, yang memiliki sifat-sifat terpuji, antara lain dengan senantiasa jujur dan memegang perjanjian dengan siapa pun, bahkan dengan mereka yang berkhianat sekalipun.
1243
Ayat berikut ini memberikan alasan lain mengapa harus dilakukan pemutusan perjanjian dengan kaum musyrik. Bagaimana mungkin kamu tetap melakukan perjanjian damai dengan kaum musyrik Mekah yang jelas-jelas memusuhimu dan merusak perjanjian, padahal, di samping memusuhimu, mereka juga selalu menyembunyikan sikap khianat kepada kalian. Hal ini bisa dilihat dari sikap mereka. Jika mereka memperoleh kemenangan atas kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan denganmu dan tidak pula mengindahkan perjanjian. Di samping itu, ketika mereka masih lemah, mereka juga senantiasa menunjukkan sikap menipu dengan cara menyenangkan hatimu baik dengan mulut maupun sikapnya, sedang hatinya menolak. Demikian ini, karena kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik, yaitu mereka yang keluar dari ketaatan kepada Allah.
1244
Sikap kefasikan itu juga menjadikan mereka berani memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah, yakni ditukar dengan hal-hal yang bersifat duniawi, padahal ayat-ayat tersebut secara jelas telah menjadi bukti atas keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad. Maka, dengan sikapnya itu sesungguhnya mereka telah menghalang-halangi mereka sendiri dan orang lain dari jalan Allah. Sungguh, sikap yang demikian itu menunjukkan betapa buruknya apa yang mereka kerjakan, yakni perilaku sesat dan menyesatkan.
1245
Mereka bukan saja memperjualbelikan ayat-ayat Allah, menghalanghalangi orang lain dari jalan Allah, bahkan mereka juga tidak memelihara hubungan kekerabatan dengan orang mukmin dan tidak pula mengindahkan perjanjian. Sikap mereka itulah bisa dianggap sebagai sikap orang-orang yang melampaui batas.
1246
Namun, jika mereka bertobat dari perbuatan-perbuatan dosanya dan meninggalkan kekufuran dan kemusyrikan lalu masuk ke dalam Islam, serta secara konsisten melaksanakan ajaran-ajaran Islam dengan melaksanakan salat dan menunaikan zakat, maka berarti mereka itu adalah saudara-saudaramu seagama yang memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk saling melindungi dan menyayangi. Kami menjelaskan ayat-ayat itu yang menjadi bukti wujud dan keesaan Allah bagi orang-orang yang mengetahui, yakni mereka yang mau mengambil manfaat atas bukti-bukti tersebut. Melihat konteksnya, rangkaian ayat di atas berkenaan dengan perilaku buruk Yahudi Bani Quraizah. Meski begitu, ayat-ayat tersebut telah memberi ciri-ciri kefasikan yang sangat dibenci Allah, yaitu merusak atau mengkhianati perjanjian, tidak jujur, dan memutuskan hubungan kekerabatan.
1247
Jika pilihan bertobat ternyata tidak mereka hiraukan dan mereka tetap menunjukkan sikap permusuhan kepada umat Islam, maka ayat ini memberikan pilihan lain, yaitu berperang. Dan jika mereka melanggar sumpah setelah ada perjanjian dengan kamu, dan mencerca agamamu, baik melalui sikap maupun ucapan, maka perangilah pemimpin-pemimpin kafir itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, sehingga menjadi sangat wajar jika perjanjian dengan mereka tidak dilanjutkan. Kalaulah mereka terus mengganggu, maka perangilah mudah-mudahan mereka berhenti mengganggu dan menganiaya siapa pun.
1248
Ayat sebelumnya memerintahkan kaum muslim untuk memerangi kaum musyrik yang merusak perjanjian, maka ayat-ayat berikut ini menjelaskan alasan memerangi mereka. Mengapa kamu tidak memerangi orang-orang yang melanggar sumpah janjinya, untuk tidak saling mengganggu selama sepuluh tahun, juga perjanjian-perjanjian lainnya yang sering mereka langgar, dan telah merencanakan untuk mengusir Rasul, dari kediaman beliau bahkan mereka sangat bernafsu untuk membunuh beliau dan mereka yang pertama kali memerangi kamu seperti dalam Perang Badar? Apakah kamu takut kepada mereka, hanya karena mereka didukung oleh kekuatan senjata dan pasukan yang banyak, padahal Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti, karena Dialah Yang Mahaperkasa yang tidak mungkin dikalahkan oleh siapa pun jika memang kamu benar-benar orang-orang beriman dengan mantap.
1249
Atas tiga alasan di atas, yakni merusak perjanjian damai untuk tidak saling mengganggu, berencana untuk mengusir Rasulullah dari tempat kediamannya, dan memulai untuk menyerang kaum muslimin, maka perangilah mereka, demi melaksanakan perintah Allah dan menggapai rida-Nya, bukan semata-mata untuk mengejar hal-hal yang bersifat duniawi seperti rampasan perang. Dengan begitu, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan perantaraan tanganmu, dan melalui peperangan itu pula Dia akan menghina mereka dengan kekalahan dalam perang sehingga menjadi tawanan dan menolongmu dengan kemenangan atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman, setelah mereka mengalami penyiksaan dari kaum musyrik Mekah dalam waktu yang cukup lama yang akhirnya mereka bisa dikalahkan dan agama Islam memperoleh kemuliaan.
1250
Dan, selain itu, Dia menghilangkan kemarahan hati mereka, orang-orang mukmin, yang disebabkan penyiksaan yang begitu kejam terhadap mereka sejak di Mekah. Namun begitu, jika mereka bertobat, maka akan diterima tobatnya dan mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kalian. Demikian ini, karena Allah menerima tobat orang yang Dia kehendaki jika memang secara tulus bertobat kepada-Nya. Allah Maha Mengetahui segala urusan hamba-hamba-Nya, Mahabijaksana atas segala ketentuan syariat dan kebijakan-Nya.
1251
Ayat-ayat yang lalu menerangkan kewajiban kaum muslim untuk memerangi kaum musyrik yang merusak perjanjian damai dengan mereka, sedang ayat ini menegaskan alasannya bahwa perintah berperang itu demi membedakan mana yang berperang dengan ikhlas karena Allah dan yang mengharap duniawi semata. Apakah kamu, wahai kaum mukminin, mengira bahwa kamu akan dibiarkan begitu saja hanya gara-gara kamu mengaku sebagai orang mukmin (Lihat: Surah al'Ankabut/29: 1-3), padahal Allah belum mengetahui kesungguhan keimanan kamu sebagai orang-orang yang berjihad di antara kamu dengan jihad yang sesungguhnya sehingga kaum musyrik tidak lagi berani merusak perjanjian dan mencerca agamamu, dan apakah juga telah terbukti bahwa kamu tidak mengambil kaum musyrik yang menjadi musuhmu itu sebagai teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, sebab mereka akan selalu menciptakan kerusakan dan fitnah di antara kamu? Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan dan akan membalasnya dengan balasan yang setimpal.
1252
Rangkaian ayat-ayat di atas menunjukkan pembatalan perjanjian dengan kaum musyrik, sedang ayat ini menegaskan pembatalan amalamal mereka yang selalu mereka banggakan, seperti memakmurkan masjid. Tidaklah pantas bagi orang-orang musyrik, setelah penaklukan kota Mekah, memakmurkan masjid Allah, yakni Masjidilharam dan juga masjid-masjid yang lain, padahal mereka mengakui sendiri kalau mereka itu kafir. Sebab, tanpa didasari iman yang benar, maka amal mereka itu akan sia-sia belaka, dan justru kekufurannya itu menjadikan mereka kekal di dalam neraka sedangkan amal-amal baiknya tidak ada manfaatnya bagi mereka. (Lihat: Surah Ibrahim/14: 18 dan an-Nur/24: 38).
1253
Inilah kriteria mereka yang berhak memakmurkan masjid. Sesungguhnya yang paling berhak memakmurkan masjid Allah hanyalah orangorang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap atau senantiasa melaksanakan salat, menunaikan zakat jika mampu dan tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah, maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang bisa diharapkan untuk selalu mendapat petunjuk ke jalan yang benar.
1254
Ayat ini menerangkan keunggulan mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan berjihad di jalan Allah. Apakah kebiasaan kamu sekalian, wahai kaum musyrik, yang memberi minuman kepada orangorang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil-haram, kamu samakan dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka jelas-jelas tidak sama di sisi Allah, sebab itu semua dilakukan bukan atas dasar iman yang benar, justru perbuatan baik itu mereka iringi dengan kemusyrikan. Padahal, syirik adalah bentuk kezaliman yang terbesar, dan Allah tidak akan memberikan petunjuk, yakni bimbingan ke jalan yang benar, kepada orang-orang zalim.
1255
Orang-orang yang beriman terutama kepada Allah dan hari akhir, dan berhijrah dengan meninggalkan hal-hal yang dilarang serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah dibanding orang-orang kafir itu meski mereka berbuat baik seperti memberi minum orang-orang yang haji dan memakmurkan Masjidilharam. Mereka, yakni orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad, itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan yang hakiki.
1256
Inilah kemenangan dan keberuntungan hakiki yang mereka peroleh, yakni Tuhan akan senantiasa menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat yang sangat luas, dan mengistimewakan mereka dengan keridaan-Nya. Inilah balasan yang sesungguhnya. Dan, bukan hanya itu, di akhirat kelak mereka akan dimasukkan ke dalam surga. Mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya.
1257
Lebih ditegaskan lagi bahwa mereka kekal di dalamnya selama-lamanya dan tidak akan dikeluarkan dari padanya. Sungguh, di sisi Allah terdapat pahala yang besar.
1258
Setelah ayat sebelumnya menerangkan keutamaan berjihad dan berhijrah serta tidak bergunanya amal kebaikan orang-orang musyrik, maka ayat ini lebih menegaskan lagi bahwa itu semua tidak akan sempurna kecuali kaum muslim berlepas diri dari kekuasaan kaum musyrik dan lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada bapak, ibu, dan saudara-saudaranya. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai auliya'-bentuk jamak dari kata “waliy”, yakni pemimpin, teman dekat, pelindung, atau sebagai apa saja yang kamu sering kali menyampaikan rahasia kepadanya dan kamu sekalian lebih mencintai mereka mengalahkan cintamu kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan cara memaksakan diri apalagi secara sukarela-jika mereka lebih menyukai kekafiran daripada keimanan. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, pelindung, teman dekat, pemimpin dan lain-lain, meski masih ada hubungan kekerabatan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim karena meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, yakni dengan menjadikan wali kepada orang yang tidak tepat.
1259
Ayat ini turun berkenaan dengan keengganan sebagian kaum muslim untuk berhijrah ke Madinah karena diberatkan oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Padahal, hijrah merupakan wujud nyata kecintaan kaum mukmin kepada Allah dan Rasul-Nya. Katakanlah, wahai Rasul, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu yang selalu mendampingimu, keluargamu yang selalu melindungimu, harta kekayaan yang kamu usahakan dengan susah payah, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang ka-mu sukai yang dibangun dengan biaya yang cukup besar, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggu-lah sampai Allah memberikan keputusan-Nya, dengan menurunkan hukuman-Nya yang tidak mungkin kamu elakkan. Padahal, hal itu merupakan sikap orang-orang fasik, karena keluar dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
1260
Ayat yang lalu menegaskan tentang larangan menjadikan orangorang kafir sebagai waliy yang biasanya disebabkan oleh kecintaan berlebihan kepada hal-hal duniawi sehingga iman menjadi tidak kukuh, maka ayat ini menunjukkan bukti nyata betapa kekuatan duniawi tidak lantas menjadikan umat mukmin memperoleh kemenangan. Sungguh, Allah telah menolong kamu, wahai kaum mukminin, di banyak medan perang ketika kamu lemah dan musuhmu kuat, dan ingatlah Perang Hunain, ketika itu jumlahmu yang besar telah membanggakan kamu, sebab kamu merasa tidak akan bisa dikalahan, sehingga kamu terlena, namun ternyata jumlah yang banyak itu sama sekali tidak berguna bagimu, sebab kenyataannya kamu dapat dikalahkan; dan akibat serangan musuh yang mendadak dan bertubi-tubi itu menjadikan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian serangan itu juga menjadikan kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang meninggalkan Rasulullah dan sahabat-sahabat yang masih setia mendampingi beliau.
1261
Pada Perang Hunain, mulanya kaum muslim mengalami kekalahan, namun kemudian atas rahmat Allah, Dia menurunkan ketenangan berupa keimanan yang tulus dan kukuh, kepada Rasul-Nya dan kepada orangorang yang beriman, sehingga mereka mampu mengatasi masalah yang sangat berat saat itu, dan Dia menguatkan pasukan kaum mukmin yang tersisa itu dengan menurunkan bala tentara dari para malaikat yang tidak terlihat olehmu; dan sebagai hukuman, Dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir melalui penawanan, pembunuhan, perampasan perang, dan lain-lain. Itulah balasan bagi orang-orang kafir yang menutup-nutupi kebenaran Ilahi dan bahkan menentangnya.
1262
Meskipun dahulu mereka menentang agama Islam, namun jika setelah itu mereka bertobat secara tulus, Allah akan menerima tobat orang yang Dia kehendaki. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada siapa saja yang bertobat kepada-Nya.
1263
Setelah ayat-ayat sebelumnya menunjukkan beberapa perintah, larangan, dan ketentuan-ketentuan yang berisi anjuran dan ancaman, maka ayat ini menunjukkan alasan mengapa kaum mukmin harus memutuskan hubungan dengan kaum musyrik. Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang musyrik yang sedemikian mantap kemusyrikannya, baik dari ucapan maupun perilakunya, itu najis, jiwa dan akidahnya kotor, karena itu janganlah mereka mendekati Masjidilharam dan tanah haram di sekitarnya setelah tahun ini, yaitu akhir tahun 9 Hijriah. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin karena orang kafir tidak datang di musim haji dengan membawa barang dagangan, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan berupa kecukupan rezeki kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki, sesuai dengan ketetapan-Nya, yakni rezeki itu harus dicari dengan usaha yang optimal sesuai dengan sunatullah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala makhluk-Nya, Mahabijaksana dalam segala ketentuan dan pengaturan-Nya.
1264
Ayat yang lalu menjelaskan tuntunan-Nya terhadap kaum musyrik, maka ayat ini beralih kepada Ahli Kitab yang hendak memerangi orang-orang mukminin. Konteks ayat ini turun berkenaan dengan Perang Tabuk. Saat itu telah terdengar berita bahwa pasukan Romawi akan menyerang dan berusaha menguasai daerah perbatasan tersebut, maka turunlah ayat ini sebagai perintah untuk memerangi mereka. Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian yang terlebih dulu memerangimu, mereka yang tidak mengharamkan bahkan terus-menerus melakukan apa yang telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan mereka yang tidak beragama dengan agama yang benar, yakni agama Islam, sementara di sisi lain mereka telah mempersiapkan diri untuk menyerang kaum mukminin. Padahal, mereka itu adalah orang-orang yang telah diberikan Kitab yaitu kitab Taurat dan Injil yang menerangkan tentang Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. Perangi mereka hingga sampai batas di mana mereka memilih untuk bersyahadat atau membayar jizyah, yakni kewajiban individu yang dipandang mampu agar memperoleh perlindungan, dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk terhadap segala ketentuan yang berlaku di wilayah di mana mereka tinggal.
1265
Ayat ini menerangkan sesatnya akidah Ahli Kitab. Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair putra Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih putra Allah”. Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka tanpa didasarkan pada dalil yang benar. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu, seperti perkataan musyrik Mekkah bahwa malaikat adalah anak perempuan Tuhan. Akibat ucapan dan keyakinan mereka yang sesat itulah Allah melaknat mereka. Memang, sungguh mengherankan bagaimana mung-kin mereka sampai berpaling dari agama yang benar, yaitu agama tauhid, padahal para rasul telah datang kepada mereka silih berganti un-tuk menjelaskan tentang hal itu, juga dikuatkan dengan bukti-bukti rasional tentang keesaan Allah tersebut?
1266
Tidak saja sesat akidah, mereka juga menjadikan orang-orang alim Yahudi, dan rahib-rahibnya Nasrani sebagai tuhan selain Allah, yaitu dengan mematuhi ajaran orang-orang alim dan para rahib itu dengan membabi buta, sekalipun mereka menyuruh berbuat maksiat, mengharamkan yang halal, dan menghalalkan yang haram, dan kaum Nasrani juga menjadikan Al-Masih putra Maryam sebagai tuhan; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan, baik menyangkut penyembahan, penciptaan, dan sifat-sifat-Nya.
1267
Dengan keyakinan dan akidah sesat yang tidak disadari itulah, mereka berusaha keras hendak memadamkan cahaya Allah, yaitu agama Islam. Mereka akan melakukan dengan berbagai cara, baik dengan mulut, yakni ucapan-ucapan, maupun tindakan-tindakan, bahkan cara apa pun yang mereka yakini bisa memadamkan cahaya agama Islam tersebut. Namun, Allah menolaknya, malah Dia berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, yaitu dengan semakin meninggikan agama Islam dan menolong Rasul-Nya walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai Islam menjadi besar.
1268
Bukan saja Dia meninggikan agama Islam, tetapi Dia juga yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk, yakni Al-Qur'an, yang berisi berita-berita yang benar serta bukti-bukti nyata tentang keesaan Allah, dan agama yang benar, yakni sikap keberagamaan yang lurus yang membawa manfaat, baik di dunia maupun di akhirat, untuk diunggulkan atas segala agama baik agama-agama yang lebih dulu ada, maupun agama-agama baru yang diciptakan oleh manusia, walaupun terhadap kenyataan itu orang-orang musyrik tidak menyukai-nya.
1269
Setelah ayat sebelumnya menerangkan tentang ketidaksukaan kaum musyrik dan Ahli Kitab terhadap tersebarnya Islam, maka ayat ini menginformasikan perilaku buruk sebagian pemimpin Ahli Kitab yang menyimpang. Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, baik dengan jalan suap-menyuap, meminta bayaran dalam proses penebusan dosa, riba, berbuat curang, mencuri, termasuk menganjurkan berinfak namun untuk kesejahteraan dirinya sendiri, dan mereka juga menghalang-halangi manusia dari mengikuti jalan Allah, yakni agama Islam, melalui berbagai macam cara seperti menciptakan kebohongan terhadap Islam, menumbuhkan keraguan terhadap Al-Qur'an, dan mencela pribadi Rasulullah yang agung. Padahal, kerusakan akhlak, pemikiran, dan akidah seorang tokoh atau pemimpin agama adalah sangat membahayakan bagi kehidupan umat manusia yang dipimpinnya. Dan di samping itu, mereka juga termasuk orang-orang yang suka menyimpan emas dan perak, yakni menumpuk-numpuk harta, dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, bah-kan cenderung serakah dan kikir. Terhadap mereka itu, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, sebagai bentuk ejekan sekaligus celaan, bahwa mereka akan mendapat azab yang pedih di akhirat kelak.
1270
Ayat ini menjelaskan azab yang diancamkan kepada para pemimpin Ahli Kitab dan siapa saja yang kikir sebagaimana mereka. Ingatlah, pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka, yakni orang-orang kaya yang tidak dermawan, seraya dikatakan kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri. Dengan harta itu, bukan saja kamu tidak menunaikan zakatnya, namun juga tidak kamu manfaatkan untuk membantu mereka yang membutuhkan, maka rasakanlah akibat dari apa yang kamu simpan itu.” Ancaman ini berlaku umum, yaitu ditujukan kepada siapa saja yang dikaruniai harta banyak namun kikir. Islam memang membolehkan umatnya untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, tetapi pada saat yang sama ia juga harus bersifat dermawan.
1271
Setelah ayat yang lalu menjelaskan keburukan akidah para tokoh Ahli Kitab, maka ayat ini kembali menginformasikan keburukan perilaku kaum musyrik, yakni mengubah hukum Allah. Di antara hukum Allah yang diubah adalah menambah hitungan bulan dalam setahun. Ayat menyatakan, bahwa sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah dalam satu tahun ialah dua belas bulan dengan mengikuti perputaran bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah sejak penciptaan alam ini, yakni pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya, yakni dua belas bulan tersebut, ada empat bulan haram atau yang dimuliakan, yaitu Zulqa'dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab. Itulah ketetapan agama yang lurus, yaitu bahwa empat bulan yang dimuliakan itu sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan oleh Allah dan menjadi syariat agama-Nya, maka janganlah kamu menzalimi dirimu, baik melakukan peperangan (Lihat : Surah al-Baqarah/2: 217), maupun perbuatan dosa lainnya, terlebih lagi dalam bulan yang empat itu, karena dosanya akan dilipatgandakan. Namun, larangan peperangan di bulan-bulan haram ini lalu dinasakh atau dihapus hukumnya dengan firman-Nya, dan perangilah kaum musyrik semuanya, sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya di mana saja dan kapan saja meski bertepatan dengan empat bulan yang semestinya dilarang untuk berperang itu. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.
1272
Setelah menjelaskan jumlah bulan dalam setahun dan di antaranya ada empat bulan yang dimuliakan, maka ayat ini mengecam mereka yang menambah bilangan dan memutarbalikkan bulan-bulan haram atau mengundur-undurnya. Sesungguhnya pengunduran bulan haram, sebagaimana kebiasaan orang-orang Arab saat itu yang secara sengaja mengganti posisi Muharram dengan bulan Safar agar bisa berperang, itu hanya menambah kekafiran di samping kekufuran yang selama ini mereka lakukan. Orang-orang kafir disesatkan oleh setan dan para pemuka-pemukanya dengan pengunduran itu, mereka menghalalkannya yakni mengundur-undurkannya suatu tahun dan mengharamkannya pada suatu tahun yang lain. Mereka melakukan pengunduran ini agar dapat menyesuaikan dengan bilangan bulan-bulan yang diharamkan Allah, sekaligus mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah, yakni berperang di bulan-bulan haram juga perbuatan dosa lainnya. Padahal, perbuatan-perbuatan buruk tersebut dijadikan terasa indah oleh setan bagi mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk, yakni bimbingan agar selalu berada di jalan yang benar, kepada orang-orang yang kafir, yaitu mereka yang terus-menerus berada di jalan kekufuran.
1273
Ayat yang lalu memerintahkan untuk memerangi kaum musyrik yang menyerang mereka di mana saja dan kapan saja, maka ayat ini menje-laskan salah satu peperangan itu, yakni perang Tabuk yang terjadi pada tahun ke-9 Hijriah. Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kalian bermalas-malasan apabila dikatakan kepada kamu, “Berangkatlah untuk berperang di jalan Allah.” Dengan adanya perintah perang ini kamu me-rasa berat dan ingin tinggal di tempatmu karena takut menghadapi musuh dengan jumlah yang lebih besar ditambah kondisi yang sangat panas, sementara itu pohon kurma sudah mulai berbuah? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia yang sementara dan tidak kekal daripada kehidupan di akhirat yang kekal abadi? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini, sebanyak apa pun jika dibandingkan dengan kehidupan di akhirat hanyalah sedikit dan tidak berguna.
1274
Mereka bukan saja dikecam, namun juga diancam jika tidak berangkat perang. Karena itu, Allah menegaskan bahwa jika kenikmatan duniawi telah memberatkanmu sehingga kamu tidak berangkat untuk berperang beserta Rasulullah, padahal kamu tidak ada halangan untuk itu, maka niscaya Allah akan menghukum kamu baik di dunia dengan kehinaan atau dikucilkan mau-pun di akhirat kelak dengan azab yang pedih, dan menggantikan kamu dengan kaum yang lain yang lebih baik, lebih kuat dan lebih taat, dan ketahuilah, bahwa keengganan kamu untuk berperang dan bahkan ketidaktaatanmu terhadap semua perintah Allah itu tidak akan meru-gikan-Nya sedikit pun (Lihat: Surah Ibrahim/14: 8). Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
1275
Jangan pernah menduga kalau Allah dan Rasulullah membutuhkan pertolonganmu untuk mengalahkan musuh-musuh-Nya. Tentu saja tidak. Karena itu, jika kamu tidak menolongnya, yakni Nabi Muhammad dalam perah Tabuk, sesungguhnya Allah telah menolong dan menguatkan-nya, antara lain menolong beliau ketika orang-orang kafir mengusirnya dari Mekah, sedang saat itu dia salah seorang dari dua orang, yakni beliau hanya ditemani Abu Bakar. Situasi saat itu benar-benar menegangkan,yaitu ketika keduanya berada dalam gua dan orang-orang kafir ada di sekitarnya, maka ketika itu Allah menguatkan jiwa beliau sehingga dengan penuh keyakinan dia berkata kepada sahabatnya, Abu Bakar, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita dan menolong serta melindungi kita.” Sebagai bentuk pertolongan Allah, maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya, yakni Nabi Muhammad, sehingga mampu menghadapi situasi yang sangat sulit tersebut dan bahkan membantu beliau dengan bala tentara, berupa malaikat-malaikat yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir kepada kedurhakaan dan kemusyrikan itu rendah, sebab usaha mereka untuk mematikan api islam bahkan membunuh Rasulullah ternyata gagal. Dan bahkan sebaliknya, kalimat Allah, yakni agama Islam, itulah yang tinggi. Demikian ini, karena Allah Mahaperkasa, lagi Mahabijaksana.
1276
Setelah Allah mengecam sekaligus mengancam mereka yang enggan berperang, serta menegaskan Allah akan senantiasa menolong orang-orang mukmin, maka ayat ini menguatkan perintah berperang yang semata-mata demi kemaslahatan. Berangkatlah kamu ke medan perang dengan penuh semangat, baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, kondisi kuat atau lemah, kondisi longgar maupun sempit, masing-masing sesuai dengan kadar kemampuannya, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui tujuan berjihad di jalan Allah itu, antara lain, terlindunginya kaum lemah, melawan kezaliman, juga menjaga jalan dakwah dari perilaku zalim musuh-musuh Islam.
1277
Ayat sebelumnya mendorong kaum mukmin untuk berjihad, sekaligus mengecam mereka yang merasa keberatan, maka ayat ini turun berkenaan dengan sikap kaum munafik yang enggan berangkat ke Perang Tabuk. Sekiranya yang kamu serukan kepada kaum munafik, dalam perkiraan mereka, ada keuntungan duniawi yang jelas serta mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh lagi tidak sulit, juga ditambah udara yang tidak terlalu panas, niscaya mereka akan mengikutimu meskipun tidak dengan sepenuh hati. Akan tetapi, mereka akan enggan berangkat perang jika tempat yang dituju itu terasa sangat jauh bagi mereka. Bahkan untuk membangun alasan agar ketidakberangkatan mereka ke medan perang dianggap benar, mereka tanpa merasa bersalah akan bersumpah dengan nama Allah, padahal sebenarnya bohong, “Jikalau kami sanggup niscaya kami berangkat bersamamu.” Padahal sumpah palsu mereka untuk tidak turut berperang itu telah membinasakan diri sendiri, karena kebohongan yang ditutup-tutupi padahal Allah mengetahui bahwa mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. Inilah salah satu karakter orang munafik, yaitu tidak siap menanggung derita dalam melaksanakan perintah Allah.
1278
Orang-orang munafik benar-benar lihai dalam membuat berbagai alasan agar diizinkan untuk tidak berperang. Akhirnya, beliau mengizinkan mereka untuk tidak ikut berperang, maka ayat ini memberi teguran halus kepada beliau. Allah memaafkanmu, wahai Nabi, “Mengapa engkau memberi izin kepada mereka untuk tidak pergi berperang, sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar-benar berhalangan sehingga bisa dimaklumi untuk tidak ikut pergi berperang dan sebelum engkau mengetahui orang-orang yang berdusta dengan membuat-buat alasan yang tidak benar dan mengada-ada?”
1279
Sebab orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian akan senantiasa patuh untuk melaksanakan segala perintah Allah dan RasulNya, sehingga mereka tidak akan mungkin meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad. Bahkan sebaliknya, mereka selalu siap untuk berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Sebab mereka mengetahui manfaat jihad, yaitu sebagai pintu gerbang mencapai kejayaan duniawi dan kebahagiaan ukhrawi. Inilah salah satu ciri ketakwaan, dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa, yaitu mereka yang menjauhi apa saja yang bisa melahirkan murka Allah dan melaksanakan apa saja yang bisa mendatangkan rida-Nya, yang karenanya Dia akan membalasnya dengan balasan yang berlipat di akhirat kelak.
1280
Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, wahai Nabi Muhammad, hanyalah orang-orang munafik yang sejatinya tidak beriman kepada Allah, mereka tidak mengenal keagungan-Nya dan juga tidak beriman kepada hari kemudian sehingga tidak terdorong untuk meraih kebahagiaan akhirat, dan bahkan hati mereka ragu atas balasan Allah di akhirat kepada para mujahid, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguan, sehingga terkadang ikut berperang namun pada kali lain tidak ikut, tergantung keadaan serta ada atau tidaknya keuntungan duniawi di balik perintah berperang tersebut.
1281
Ayat sebelumnya menjelaskan perbedaan antara kaum mukmin dan munafik dalam menyikapi perintah berperang, maka ayat ini menyebutkan salah satu ciri orang munafik. Dan seandainya mereka, kaum munafik, mau berangkat untuk berperang, niscaya mereka akan menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu sebagaimana orang-orang mukmin yang lain, namun hal itu tidak akan pernah mereka lakukan, karena sejak awal mereka memang tidak ingin berangkat berperang. Akan tetapi seandainya mereka berangkat berperang dengan kondisi jiwa semacam itu justru hanya akan menciptakan kekacauan dalam barisan umat muslim dan melemahkan jiwanya, karena itu Allah tidak menyukai keberangkatan mereka untuk berperang beserta kaum mukminin, maka Dia melemahkan keinginan dan niat mereka untuk berangkat ke medan perang, dan seakan dikatakan dalam hati mereka, “Jangan berangkat ke medan perang dan tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu, yakni bersama anak-anak, para wanita, dan orang-orang tua.”
1282
Bahkan seandainya mereka berangkat berperang bersamamu, niscaya mereka tidak akan menambah kekuatan-mu, malah keberadaan mereka hanya akan membuat kekacauan serta melemahkan mental kaum muslim, dan seandainya mereka memiliki kesempatan, tentu mereka akan bergegas maju ke depan dan menyusup di celah-celah barisanmu untuk mengadakan kekacauan serta menciptakan permusuhan di antara kamu; sedang di antara kamu, wahai kaum muslimin, ada orang-orang yang sangat suka mendengarkan perkataan mereka, baik karena keluguan atau ketidaktahuan mereka, disebabkan sikap baik mereka; padahal mereka suka berlaku zalim. Jika demikian, pasti Allah mengetahui orang-orang yang zalim.
1283
Bukan hanya saat itu, sungguh, sebelum itu mereka, kaum munafik, memang sudah berusaha membuat kekacauan, melemahkan mental kaum muslim dan bahkan mengatur berbagai macam tipu daya bagimu dengan memutarbalikkan persoalan dan memutar otak untuk memadamkan api Islam, hingga datanglah kebenaran, pertolongan Allah, dan menanglah urusan, yakni agama, Allah, padahal dengan kenyataan itu mereka tidak menyukainya.
1284
Ayat ini membeberkan sifat orang munafik yang lain, yakni berpura-pura. Dan di antara mereka ada orang yang berkata, “Berilah aku izin untuk tidak pergi berperang karena ada uzur pada diriku, dan janganlah engkau, wahai Muhammad, menjadikan aku terjerumus ke dalam kesulitan terutama terhadap anak istriku jika tetap pergi ke medan perang.” Lalu Allah menegaskan kalau mereka sebenarnya berpura-pura. Ketahuilah, wahai Nabi Muhammad, bahwa sungguh dengan sikap kepurapuraannya itu, sesungguhnya mereka telah terjerumus ke dalam kemunafikan dan kekufuran. Dan sungguh tempat mereka kelak di Jahanam, dan Jahanam akan selalu meliputi orang-orang yang kafir.
1285
Sifat munafik yang lain adalah bahwa jika engkau, wahai Nabi Muhammad, mendapat kebaikan seperti kemenangan dalam peperangan, juga kebaikan-kebaikan yang lain, mereka, kaum munafikin, tidak senang; tetapi jika engkau ditimpa bencana, yakni kekalahan dalam peperangan, mereka berkata kepada engkau juga kepada kaum muslim yang lain, “Sungguh, sejak semula kami telah mengetahui kalau kamu akan mengalami kekalahan, karena itu kami mengambil sikap berhati-hati dan mempertimbangkan secara masak-masak, makanya kami putuskan untuk tidak ikut pergi berperang.” Dan, dengan ucapannya itu, mereka berpaling dengan lega dan gembira karena merasa telah berhasil mengelabui Rasulullah dan orang-orang mukmin.
1286
Karena itu, beliau diperintah untuk menanggapi ucapan mereka. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang munafik itu, “Kami tidak akan mengucapkan sebagaimana apa yang kalian ucapkan, sebab menurut keyakinan kami tidak akan menimpa kami, kebaikan maupun keburukan, kekalahan maupun kemenangan, melainkan apa yang telah ditetapkan Allah di Lauh Mahfuz bagi kami. Demikian ini, agar kami tidak merasa berbangga diri ketika berhasil dan tidak merasa sesak dada kami ketika tidak berhasil. (Lihat pula Surah al-aˆadid/57: 22-23). Sebagai seorang mukmin, kami sadar bahwa Allah tidak mungkin menyengsarakan kami, sebab Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman dengan keimanan yang mantap bertawakkal setelah sebelumnya berusaha secara maksimal.”
1287
Orang-orang munafik selalu menunggu-nunggu kehancuran dan kebinasaan orang-orang muslim. Karena itu, beliau diperintah untuk menantang mereka. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada orangorang munafik itu, “Meski kamu selalu berharap kebinasaan terhadap kami, maka sesungguhnya tidak ada yang kamu tunggu-tunggu itu bagi kami, kecuali kami akan memperoleh salah satu dari dua kebaikan yaitu menang dengan membawa kemulian atau mati syahid. Dan sebaliknya, kami justru menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan salah satu dari dua keburukan yaitu azab dari sisi-Nya, seperti yang pernah menimpa umat-umat terdahulu disebabkan keingkaran dan penentangan mereka terhadap kebenaran Ilahi, atau azab melalui tangan kami dengan membunuhmu atau menawanmu. Karena itu, maka tunggulah, sesungguhnya kami menunggu pula bersamamu, apa yang akan terjadi pada diri kalian jika kalian tetap ingkar.”
1288
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan balasan orang-orang munafik baik di dunia maupun di akhirat, maka ayat ini menginformasikan betapa kebaikan yang dilakukan orang-orang munafik itu tidak akan memberi manfaat apa pun bagi mereka. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada kaum munafik itu, “Infakkanlah hartamu baik dengan sukarela maupun dengan terpaksa, namun infakmu itu tetap sia-sia saja dan tidak akan diterima. Sesungguhnya infak yang kamu lakukan itu justru untuk melawan agama Allah, sehingga dengan begitu kamu adalah orang-orang yang fasik, yakni orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah.”
1289
Selanjutnya disebutkan alasan ditolaknya infak orang-orang munafik. Dan yang menghalang-halangi infak mereka, kaum munafik, untuk diterima adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan salat dengan penuh ketaatan melainkan dengan malas, tidak senang, atau kurang peduli, dan mereka tidak pula menginfakkan harta, melainkan dengan rasa enggan atau terpaksa, karena mereka tidak yakin terhadap limpahan pahala dari Allah di akhirat kelak bagi mereka yang melakukan kebaikan atas dasar keikhlasan.
1290
Setelah ayat sebelumnya menjelaskan tertolaknya amal perbuatan baik orang-orang munafik, seperti salat dan menginfakkan harta, maka ayat ini memperingatkan kaum mukmin agar tidak menganggap baik kekayaan dan kekuasaan duniawi yang dianugerahkan kepada mereka, apalagi sampai mengaguminya. Maka karena itu, Janganlah harta dan anak-anak mereka, yakni kaum munafik, membuatmu kagum sehingga menjadikanmu menaati perintahnya dan mendengar ucapannya padahal penuh kebohongan dan justru akan menjerumuskanmu ke jurang kenistaan, seperti dijelaskan pada Surah al-Munafiqun/63: 4. Memang benar, banyaknya harta dan anak bisa saja menjadi indikasi kebaikan jika menyebabkan pemiliknya menjadi baik dan taat kepada Allah. Namun, sesungguhnya maksud Allah dengan itu, yakni karunia harta dan anak bagi orang-orang munafik, sejatinya adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia, sebab dengan itu mereka semakin berat hatinya meninggalkan dunia dan senantiasa merasa takut kehilangan apa yang mereka miliki, dan yang lebih menyakitkan adalah kelak mereka akan mati dalam keadaan kafir serta tempat menetap mereka adalah neraka.
1291
Ayat sebelumnya memperingatkan agar umat Islam tidak merasa takjub terhadap kekayaan kaum munafik, maka ayat ini menginformasikan tentang kebusukan hati mereka. Mereka, orang-orang munafik, akan terus-menerus bersumpah dengan nama Allah bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; namun sumpah itu hanyalah untuk mengelabui orang-orang mukmin. Karena itu, janganlah kalian mempercayai sumpah mereka, sebab sejatinya mereka bukanlah dari golonganmu, tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut diperlakukan seperti orang-orang musyrik, makanya mereka tutupi kemunafikan mereka itu dengan sumpah.
1292
Karena itu, sekiranya mereka memperoleh tempat perlindungan, gua-gua, lubang-lubang dalam tanah atau tempat-tempat persembunyian di mana saja, niscaya mereka akan segera pergi atau lari ke sana dengan secepat-cepatnya meski harus berkorban harta dan melalui jalan yang cukup sulit. Inilah sifat dan sikap orang-orang yang hidupnya penuh dengan kemunafikan.
1293
Ayat ini masih menginformasikan keburukan sifat dan sikap kaum munafik, yaitu bahwa di antara mereka ada yang mencelamu, wahai Rasulullah, tentang pembagian sedekah, zakat, juga ganimah atau rampasan perang. Demikian ini, karena pengakuan iman tersebut hanyalah sebagai taktik untuk memperoleh kenikmatan duniawi. Karena itulah, jika mereka diberi bagian, baik dari zakat, infak, sedekah, maupun ganimah, mereka bersenang hati, puas bahkan memuji-mujimu sebagai orang yang berbuat adil. Dan, sebaliknya, jika mereka tidak diberi bagian atau diberi bagian namun jumlahnya lebih sedikit daripada yang lain, tiba-tiba mereka marah, menunjukkan sikap penuh kebencian dan bahkan berani mencelamu tidak berbuat adil.
1294
Padahal, sekiranya mereka benar-benar rida atau menerimanya dengan puas dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Allah dan Rasul-Nya, dan berkata, “Cukuplah Allah bagi kami sebagai sandaran hidup kami, sebab Allah pasti akan memberikan kepada kami sebagian dari karuniaNya dan juga Rasul-Nya dengan memberi bagian kepada kami, baik dari zakat maupun ganimah, dan sesungguhnya kami orang-orang yang berharap kepada Allah,” maka alangkah baik dan indahnya seandainya mereka bersikap seperti itu. Namun, kenyataannya mereka tidak melakukan demikian.
1295
Setelah ayat sebelumnya menyatakan bagaimana orang-orang munafik telah mencela Rasul dalam persoalan pembagian harta, baik zakat maupun ganimah, maka ayat ini menjelaskan secara terperinci siapa sesungguhnya yang berhak menerima zakat itu. Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, yaitu orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga kebutuhan primernya tidak terpenuhi, orang miskin, yakni orang yang memiliki penghasilan namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak, baik kedua kelompok itu meminta-minta maupun tidak, amil zakat, orang-orang yang ditugaskan untuk mengelola dana zakat, yang dilunakkan hatinya atau orang yang baru masuk Islam, untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berutang demi memenuhi kebutuhan primernya yang jumlahnya melebihi penghasilannya, untuk orang yang aktivitasnya berada di jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan dengan perjalanan yang mubah dan kehabisan bekal. Zakat itu sebagai kewajiban dari Allah bagi setiap muslim yang mampu. Allah Maha Mengetahui apa saja yang terkait dengan kemaslahatan hambahamba-Nya, Mahabijaksana atas segala aturan dan kebijakan-Nya.
1296
Ayat sebelumnya menjelaskan tuduhan orang-orang munafik kepada Rasulullah yang dianggapnya telah berbuat curang atau tidak adil berkenaan dengan pembagian zakat atau ganimah, berikut ini diuraikan kembali ucapan dan gangguan orang-orang munafik ketika berada di tengah-tengah Rasulullah. Dan di antara mereka, orang-orang munafik, ada orang-orang yang menyakiti hati Nabi Muhammad padahal beliau adalah sosok yang agung. Mereka telah menuduh beliau tidak adil dan juga mengatakan kepada kaum mukmin atau sesama orang munafik, “Nabi itu terlalu cepat untuk memercayai semua apa yang didengarnya hanya karena diperkuat dengan sumpah, padahal belum dicek kebenarannya.” Namun, beliau hanya memercayai apa saja yang membawa kebaikan dan kemaslahatan umatnya. Karena itu, katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mereka, “Memang benar, kalau dia selalu mendengarkan setiap informasi yang disampaikan kepadanya dengan penuh perhatian, namun, dia tidaklah seperti yang kamu tuduhkan itu, sebab dia hanya mempercayai semua atau apa saja yang baik bagi kamu, dia beriman kepada Allah dan tentunya juga malaikat yang menyampaikan informasi, memercayai orang-orang mukmin yang dengan iman itulah mereka terhalang untuk melakukan kebohongan dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu.” Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah, baik di kala beliau masih hidup maupun sudah wafat, baik dengan ucapan maupun sikap, akan mendapat azab yang pedih di akhirat kelak. Sebab, perasaan cinta itulah yang akan melahirkan penghormatan yang tulus kepada yang dicintai dan tidak akan pernah menyakitinya.
1297
Rangkaian ayat berikut ini memaparkan sifat buruk yang lain dari orang-orang munafik. Mereka bersumpah palsu kepadamu dengan nama Allah, untuk tidak turut serta dalam Perang Tabuk, semata-mata untuk menyenangkan kamu dan orang-orang beriman, padahal Allah dan RasulNya lebih pantas bagi mereka untuk dicari keridaan-Nya dengan menaati segala perintah Allah dan Rasul-Nya meskipun berat, jika mereka benar-benar orang mukmin dengan keimanan yang mantap.
1298
Tidakkah mereka, orang-orang munafik, mengetahui betul bahwa barang siapa menentang, tidak menaati perintah Allah dan perintah Rasul-Nya serta menyakiti hatinya, maka sesungguhnya neraka Jahanamlah baginya, dia kekal di dalamnya. Itulah kehinaan dan kecelakaan yang besar.
1299
Orang-orang munafik itu sadar bahwa sesungguhnya mereka bohong, sehingga mereka takut jika diturunkan suatu surah yang menerangkan, mengungkap, dan membeberkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka yang tidak sesuai dengan ucapan dan perilakunya. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada mereka, “Teruskanlah berolok-olok terhadap Allah dan Rasul-Nya sesuka hatimu. Sesungguhnya Allah akan menurunkan ayat-ayat-Nya kepada Rasul-Nya untuk mengungkapkan apa yang kamu takuti untuk diungkap itu, yakni sikap kemunafikanmu.”
1300
Kalaulah suatu saat sikap buruk mereka terungkap yang berakibat munculnya kecaman dari orang-orang mukmin, maka mereka akan berdalih seperti diungkap pada ayat ini. Dan jika kamu, wahai Nabi Muhammad, dan siapa saja menanyakan kepada mereka tentang sikap dan ucapan mereka itu, niscaya mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami, dengan ucapan-ucapan itu hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja. Kami tidak sungguh-sungguh mengolok-olok.” Atas jawaban itu, mereka justru dikecam dan bahkan Allah memerintahkan Rasul-Nya. Katakanlah, kepada mereka, “Mengapa kepada Allah dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak ada yang lainkah yang bisa kamu jadikan bahan gurauan?”
1301
Atas sikap dan perilaku burukmu itu tidak perlu kamu meminta maaf kepada siapa pun, sebab kamu sejatinya sudah tahu kalau alasan yang kamu ajukan itu tidak benar. Meski kamu mengajukan seribu satu alasan, kamu tetap tidak bisa terselamatkan dari dosa besar, karena kamu dengan sikapmu itu telah benar-benar kafir setelah kamu menampakkan dirimu sebagai orang beriman. Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu karena telah tobat, niscaya Kami akan tetap mengazab golongan yang lain karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa yang menjadikan mereka terhalang dari bertobat.
1302
Setelah memaparkan beberapa perilaku buruk orang-orang munafik, ayat ini menerangkan kesamaan orang munafik laki-laki dan perempuan dalam hal sifat, sikap, perilaku dan akhlak. Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah memiliki kesamaan, yaitu mereka senantiasa menyuruh berbuat yang mungkar dan mencegah perbuatan yang makruf dan mereka selalu menggenggamkan tangannya karena kekikirannya. Mereka telah melupakan kebesaran Allah, petunjuk-petunjuk agama-Nya. Mereka juga lupa kalau semua perilaku buruknya akan mendapatkan balasan di akhirat kelak, maka Allah juga akan melupakan mereka di akhirat kelak dengan menjauhkan mereka dari rahmat-Nya. Sesungguhnya orang-orang munafik yang sudah jelas kemunafikannya itulah orang-orang yang fasik, yakni orang-orang yang benar-benar keluar dari ketaatan kepada Allah, bahkan sifat buruk mereka melebihi orang-orang kafir.
1303
Atas perilaku mereka itulah Allah menjanjikan hukuman bagi orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan juga orang-orang kafir dengan neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka. Di sanalah Allah melaknat mereka, dan mereka mendapat azab yang kekal sebagai balasannya yang setimpal.
1304
Keadaan orang-orang munafik yang terpedaya oleh kenikmatan duniawi sehingga berani menentang kebenaran adalah seperti orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka memiliki fisik lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta dan anak-anaknya. Maka dengan kenikmatan duniawi itu mereka telah menikmati bagiannya, dan kamu juga telah menikmati bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya sehingga melalaikanmu dari ayat-ayat Allah dan petunjuk Rasul-Nya, dan kamu mempercakapkan hal-hal yang batil sebagaimana mereka juga mempercakapkannya. Padahal, dengan itu semua, mereka dan juga kamu itu benar-benar telah sia-sia amalnya di dunia karena tidak dilandasi dengan keikhlasan dan sia-sia di akhirat karena tidak dilandasi iman yang benar. Mereka itulah orang-orang yang rugi.
1305
Kemudian, melalui ayat ini, Allah mengingatkan orang-orang munafik sekaligus sebagai ancaman, jika mereka tetap bersikap seperti itu. Apakah tidak sampai kepada mereka berita tentang orang-orang yang sebelum mereka yang telah dibinasakan oleh Allah akibat mendustakan para rasul? Mereka itu adalah kaum Nuh, 'Ad, Samud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan penduduk negeri-negeri yang telah musnah, yang di antaranya masih bisa dibuktikan peninggalannya? Padahal telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata, namun sayang, mereka mendustakannya lalu Allah membinasakannya. Demikian ini, karena Allah tidak pernah sedikit pun menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.
1306
Ayat sebelumnya menjelaskan sikap buruk orang-orang munafik disertai ancaman, sedang ayat ini menjelaskan kebalikannya, yakni hakikat orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang beriman, dengan iman-nya yang sempurna, dari laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain dalam hal-hal kebenaran dan kebaikan. Secara jelas dapat dilihat dalam sikap dan perilakunya, yaitu mereka menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah yang akan senantiasa diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa untuk melindungi mereka dengan rahmat-Nya, Mahabijaksana dalam setiap pemberian-Nya.
1307
Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin yang benar-benar mantap imannya, dari kalangan laki-laki dan perempuan, akan mendapatkan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan mendapat tempat yang baik di surga 'Adn. Dan sesungguhnya keridaan Allah yang diperoleh di akhirat kelak itu lebih besar daripada kenikmatan surga itu sendiri. Itulah keberuntungan yang agung. Ayat ini mengajarkan bahwa tujuan hidup seorang mukmin adalah menggapai keridaan-Nya, juga keberuntungan yang hakiki adalah jika apa yang dilakukan dan dihasilkan itu bisa mengantarkannya menuju surga.
1308
Setelah Allah menjelaskan secara beriringan sifat orang-orang munafik dan orang-orang mukmin disertai balasan masing-masing, maka ayat ini menyeru kepada Nabi Muhammad agar berjihad menghadapi mereka. Hal ini, disebabkan perilaku buruk mereka terhadap Rasulullah dan kaum mukminin, yang sudah berulang kali menyakitinya secara fisik maupun psikis, bahkan tidak jarang tindakan mereka mengancam keselamatan beliau. Karena itu, wahai Nabi dan kaum mukmin, berjihadlah melawan orang-orang kafir dan orang-orang munafik disebabkan perkataan dan perbuatan mereka yang nyata-nyata menantang kamu, dan bersikaplah keras dan tegas terhadap mereka dalam berjihad agar mereka menghentikan perilaku buruknya sehingga tidak berani mengulanginya. Jika mereka terbunuh dan mati dalam keadaan kafir dan munafik, maka tempat mereka adalah neraka Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Perintah jihad itu bersifat kondisional dan bukan semata-mata tanpa sebab.
1309
Orang-orang munafik akan melakukan apa saja demi menutupi keburukan perilaku dan ucapannyanya. Bahkan, mereka berani bersumpah dengan nama Allah di hadapan engkau, wahai Nabi, bahwa mereka tidak pernah mengatakan sesuatu yang menyakiti engkau, padahal sumpah itu bohong belaka. Sungguh, mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, yaitu mencela Nabi Muhammad dan agama Islam, dan telah menjadi kafir dengan terkuaknya kebusukan hati mereka setelah sebelumnya mereka menutupinya dengan pura-pura mengikuti ajaran Islam, dan mereka juga sangat menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya, yaitu membunuh Rasulullah. Mereka tidak mencela, melainkan didorong oleh rasa iri dan dengki karena Allah dan Rasul-Nya melimpahkan karunia-Nya kepada mereka dengan jumlah lebih kecil, tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Maka, jika mereka bertobat dari sikap kemunafikan dan menyesalinya, sehingga tobatnya akan diterima, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling dari iman serta tetap dalam kemunafikannya, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dengan berbagai bentuk dan di akhirat dengan neraka Jahanam, dan mereka tidak mempunyai pelindung dan tidak pula penolong di bumi jika azab menimpa mereka.
1310
Ayat ini membicarakan sifat buruk lain kaum munafik. Dan di antara mereka, orang-orang munafik, ada orang yang telah berjanji kepada Allah, “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, niscaya kami akan bersedekah dan niscaya kami termasuk orang-orang yang saleh dengan selalu berinfak, menjaga hubungan kekerabatan, tetap ikut serta dalam berjihad dan perbuatan-perbuatan baik lainnya.”
1311
Namun, ternyata mereka mengingkari janji. Buktinya, ketika Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka menjadi kikir. Jangankan berinfak, zakat pun tidak mereka keluarkan sesuai dengan janjinya sendiri, dan bahkan mereka berpaling dari Allah dan Rasul-Nya dan selalu menentang kebenaran.
1312
Maka sebagai akibat dari kekikirannya itu, Allah menanamkan kemunafikan dalam hati mereka sehingga semakin bertambahlah keburukan yang dilakukan, sampai akhirnya kemunafikannya tidak bisa dikendalikan sampai pada waktu mereka menemui-Nya, yakni ajal menjemputnya. Demikian ini, karena mereka telah mengingkari janji yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya, yakni kesediaan untuk bersedekah jika mereka memperoleh karunia-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta dalam setiap ucapan-ucapan dan janji-janjinya.
1313
Mereka berani melakukan kemunafikan. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka yang mendorong kepada keburukan dan kejahatan, dan bahwa Allah mengetahui segala yang gaib? Sungguh, mereka mengetahui akan hal itu.
1314
Ayat sebelumnya menjelaskan sifat-sifat buruk orang-orang munafik, antara lain kikir, bersumpah palsu, dan tidak bersyukur. Bukan saja itu, di antara mereka bahkan ada yang secara terus-menerus mencela orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dengan menyebutnya pamrih jika yang disedekahkan besar; dan juga mencela orang-orang yang tidak mendapatkan harta untuk disedekahkan kecuali sekadar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka, orang-orang mukmin. Akibat perbuatannya itulah Allah akan membalas penghinaan mereka di dunia dengan tersingkapnya kebusukan hatinya, dan mereka akan mendapat azab yang pedih di akhirat kelak.
1315
Kemudian ditegaskan bahwa orang-orang munafik itu hukumnya sama dengan orang-orang kafir, yakni tidak berhak memperoleh ampunan. Karena itu, diingatkan kepada beliau bahwa engkau, wahai Nabi Muhammad, memohonkan ampunan bagi mereka atau tidak memohonkan ampunan bagi mereka adalah sama saja. Ketetapan Allah telah terjadi bagi mereka, walaupun engkau memohonkan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali, bahkan tak terhitung jumlahnya, Allah tetap tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu karena mereka ingkar, kafir, kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk dan bimbingan kepada orang-orang yang fasik, yaitu mereka yang keluar dari ketaatan kepada Allah.
1316
Setelah ayat sebelumnya menerangkan kebusukan sifat dan sikap orang-orang munafik, maka ayat ini kembali menunjukkan sifat buruk mereka yang lain yaitu tidak turut berperang. Orang-orang yang ditinggalkan, yakni tidak ikut berperang karena alasan-alasan yang dibuat-buat sehingga beliau mengizinkan untuk tidak ikut perang atau beliau memang tidak ingin mereka ikut dalam Perang Tabuk tersebut, merasa gembira dengan duduk-duduk diam tidak turut berperang sepeninggal atau setelah keberangkatan Rasulullah beserta pasukan muslim menuju medan perang. Mereka memang tidak suka berjihad dengan menyumbangkan harta dan mempertaruhkan jiwa dan raga mereka di jalan Allah dan bahkan mereka berusaha menghalang-halangi teman-temannya dengan berkata, “Janganlah kamu berangkat pergi berperang dalam panas terik ini.” Demi menanggapi perkataan mereka, beliau diperintahkan, katakanlah wahai Nabi Muhammad, “Api neraka Jahanam lebih panas,” jika mereka mengetahui dan menyadari akan ancaman tersebut tentulah mereka akan turut berperang.
1317
Karena itu, wahai Nabi Muhammad, biarkanlah mereka tertawa sejenak karena merasa senang dengan tidak ikut berperang tetapi tidak dicela, dan kelak di akhirat mereka akan menangis yang sebanyak-banyaknya, sebagai balasan terhadap apa yang selalu mereka perbuat di dunia, seperti mencela, berdusta, menghasut, termasuk membuat-buat alasan agar diizinkan tidak ikut jihad.
1318
Setelah ayat yang lalu mengungkap kebusukan hati kaum munafik, maka sebagai hukumannya Allah melarang mereka ikut dalam barisan kaum muslimin. Maka jika Allah mengembalikanmu, Nabi Muhammad, kepada suatu golongan dari mereka, orang-orang munafik yang tidak ikut berperang, kemudian mereka meminta izin kepadamu untuk ikut keluar pergi berperang, maka katakanlah, “Kamu tidak boleh keluar untuk ikut berperang bersamaku selama-lamanya dan juga tidak boleh ikut memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela atau lebih senang untuk tidak pergi berperang sejak semula. Karena itu duduklah atau tinggallah bersama orang-orang yang tidak ikut berperang karena adanya uzur yang dibenarkan, yaitu orang-orang tua, orang yang sedang sakit, kaum perempuan, dan anak kecil.”
1319
Dan juga jika kelak mereka meninggal dunia, maka janganlah engkau, wahai Nabi Muhammad, melaksanakan salat jenazah untuk seseorang yang mati di antara mereka, orang-orang munafik, selama-lamanya dan janganlah engkau mengantar jenazahnya serta berdiri untuk mendoakan di atas kuburnya yang berarti memohon rahmat dan ampunan, padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya, baik melalui ucapan maupun tindakan, dan tidak sempat bertobat sehingga mereka mati dalam keadaan fasik, yaitu keluar dari ketaatan kepada Allah, baik lahir maupun batin, makanya mereka tidak layak disalatkan dan didoakan. Ayat ini menjadi landasan hukum haramnya mendoakan seseorang yang mati dalam keadaan kafir. (Lihat: Surah at-Taubah/9: 113).
1320
Setelah Allah melarang untuk menyalatkan kaum munafik, kemudian Dia mengingatkan agar juga tidak terpedaya oleh kekayaan mereka. Dan janganlah engkau, wahai Nabi Muhammad dan juga kaum mukmin, kagum terhadap harta mereka sebanyak apa pun dan juga anak-anak mereka. Sesungguhnya dengan itu, yakni harta dan anak-anak tersebut, Allah hendak menyiksa mereka di dunia sehingga berani menyombongkan diri dengan menolak kebenaran dan agar dalam keadaan bergelimang harta itu juga nyawa mereka melayang, sedang mereka mati dalam keadaan kafir.
1321
Ayat yang lalu menjelaskan sikap buruk kaum munafik, maka ayat ini menjelaskan sikap buruk lainnya, terutama dari mereka yang terpandang di masyarakat. Dan apabila diturunkan suatu surah yang memerintahkan kepada orang-orang munafik, “Berimanlah kepada Allah dan berjihadlah bersama Rasul-Nya,” niscaya orang-orang munafik, terutama yang kaya dan berpengaruh di antara mereka, meminta izin kepadamu untuk tidak berjihad dan mereka berkata, “Biarkanlah kami berada bersama orang-orang yang duduk tinggal di rumah, tidak ikut berjihad.”
1322
Mereka rela senang berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang, yaitu orang tua, orang sakit, kaum perempuan, dan anak-anak, dan hati mereka telah tertutup dari hidayah disebabkan sikap-sikap kemunafikan sehingga mereka tidak memahami balasan bagi orang yang beriman dan berjihad berupa kebahagiaan surgawi.
1323
Demikianlah keadaan kaum munafik itu, akan tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama beliau, mereka berjihad dengan harta dan jiwa demi menegakkan kalimat Allah dan semata-mata mengharap keridaan-Nya. Mereka itu memperoleh kebaikan baik di dunia berupa kemenangan dan kemuliaan, maupun di akhirat kelak berupa kesenangan surgawi. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.
1324
Allah telah menyediakan bagi mereka, orang mukmin, surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. Keberuntungan hakiki adalah ketika amal seseorang menyelamatkannya dari neraka dan mengantarkannya ke surga.
1325
Ayat ini menjelaskan sifat-sifat munafik kaum Arab Badui atau yang disebut A'rabiy. Dan di antara orang-orang Arab Badui datang kepada Nabi Muhammad mengemukakan alasan yang dibuat-buat agar diberi izin untuk tidak pergi berpe-rang, sedang orang-orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya dari kaum munafik duduk berdiam diri saja tidak mengajukan alasan mengapa tidak ikut berjihad. Kelak orang-orang yang kafir di antara mereka, yakni penduduk Madinah yang munafik dan penduduk Arab Badui, akan ditimpa azab yang pedih.
1326
Inilah kelompok yang diizinkan untuk tidak ikut perang. Tidak ada dosa karena tidak pergi berperang atas orang yang lemah, baik karena usianya sudah tua maupun lemah fisik seperti kaum perempuan dan anak-anak, orang yang sakit dan orang miskin yang tidak memperoleh apa, yakni biaya atau bekal, yang akan mereka infakkan untuk berjihad juga untuk keluarga yang ditinggalkan, apabila mereka ikhlas dalam niat dan imannya kepada Allah dan senantiasa menunjukkan sikap ketaatan kepada Rasul-Nya, maka tidak ada alasan apa pun untuk menyalahkan dan mencela mereka, sebab sejatinya mereka itu adalah orang-orang yang berbuat baik dan tidak membenci perintah jihad. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Ini merupakan hukum yang berlaku bagi semua taklif agama, sebab pada dasarnya manusia itu tidak memperoleh beban di atas kesanggupannya.
1327
Dan begitu juga tidak ada dosa atas orang-orang miskin yang tidak memiliki kendaraan untuk digunakan berjihad lalu datang kepadamu, Nabi Muhammad, agar engkau memberi kendaraan kepada mereka, lalu engkau berkata, “Aku tidak memperoleh atau tidak memiliki kendaraan untuk membawamu ikut berjihad,” lalu mereka meninggalkan Rasulullah kembali ke rumahnya, sambil mata mereka bercucuran air mata karena sedih, disebabkan mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka infakkan untuk ikut berperang.
1328
Sesungguhnya alasan untuk menyalahkan hanyalah terhadap orangorang yang meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berperang padahal mereka orang kaya yang menyediakan kendaraan untuk berperang dan dirinya juga bukan termasuk golongan yang boleh tidak ikut berperang. Mereka justru rela atau lebih senang berada bersama orang-orang yang tidak ikut berperang karena adanya uzur yang dibenarkan. Dan Allah telah mengunci hati mereka, akibat sikap mereka sendiri sehingga mereka tidak mengetahui akibat perbuatan mereka itu.
1329
Usai menjelaskan tentang orang-orang yang pantas dikecam karena tidak ikut Perang Tabuk, Allah memberitakan kepada Nabi bahwa mereka, orang munafik yang tidak ikut berperang, akan terus-menerus mengemukakan alasannya kepadamu ketika kamu telah kembali kepada mereka dari Perang Tabuk. Katakanlah kepada mereka wahai Nabi, “Janganlah kamu mengemukakan alasan; kami tidak percaya lagi kepadamu, karena kalian sudah sering berbohong, sungguh, Allah telah memberitahukan kepada kami tentang beritamu yang sebenarnya. Dan Allah akan melihat pekerjaanmu yang akan datang seperti Dia melihat pekerjaanmu yang sudah lewat, demikian pula Rasul-Nya juga akan melihat pekerjaan kamu. Kemudian kamu dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib dan yang nyata, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan selama hidup di dunia.”
1330
Untuk memperkuat dalih yang mereka kemukakan, mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, ketika kamu kembali kepada mereka dari Perang Tabuk, agar kamu berpaling dari mereka, dengan memaafkan dan tidak mengecam serta tidak memberi hukuman kepada mereka. Dalih dan sumpah mereka itu adalah tipu daya dan kebohongan, maka berpalinglah dari mereka; karena sesungguhnya mereka itu berjiwa kotor lantaran kemunafikan mereka dan tempat mereka di akhirat nanti adalah neraka Jahanam, sebagai balasan atas dosa dari apa yang telah mereka kerjakan, yakni kebohongan dan sumpah palsu dengan menggunakan nama Allah.
1331
Lalu setelah itu mereka akan bersumpah kembali kepadamu agar kamu bersedia menerima mereka bergabung kembali dan mendapat tempat di hatimu. Tetapi sekalipun kamu menerima mereka, sungguh Allah tidak akan rida dan murka kepada mereka, karena mereka adalah orang-orang fasik dan Allah tidak rida kepada orang-orang yang fasik, yakni mereka yang bergelimang dosa.
1332
Pada ayat sebelumnya dijelaskan tentang kebohongan dan sumpah palsunya orang-orang munafik, lalu dijelaskan tentang orang Arab Badui dan keimanan mereka. Orang-orang Arab Badui itu hidup dalam suasana kekerasan alam, tinggal di daerah yang jauh dari perkotaan, jauh dari Nabi Muhammad sumber informasi ajaran agama dan, lebih kuat kekafiran dan kemunafikannya, dan sangat wajar tidak mengetahui hukumhukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, karena kurangnya informasi ajaran-ajaran agama. Allah Maha Mengetahui keadaan mereka dan Mahabijaksana dalam memberikan ketetapan hukum kepada mereka.
1333
Dan di antara orang-orang Arab Badui itu ada yang memandang apa yang diinfakkannya di jalan Allah sebagai suatu kerugian karena mereka tidak percaya adanya pahala atas amal saleh, sehingga mereka beranggapan bahwa harta yang diinfakkan akan lenyap begitu saja. Dia menanti-nanti marabahaya menimpamu, yakni Nabi Muhammad dan umat Islam, karena keengganan mereka membayar zakat dan karena kebencian mereka kepadamu. Padahal merekalah yang akan ditimpa marabahaya, dengan semakin tersebarnya ajaran agama Islam dan mereka akan mendapat siksa di akhirat. Allah Maha Mendengar perkataan mereka, Maha Mengetahui perbuatan mereka.
1334
Dan di antara orang-orang Arab Badui itu ada yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dengan selalu berusaha memelihara keimananan itu, dan memandang apa yang diinfakkannya di jalan Allah sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul, karena Rasul selalu mendoakan orang yang menyalurkan zakat dan infak. Ketahuilah, sesungguhnya infak itu suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat, yakni surga-Nya, lantaran keikhlasan mereka dalam berinfak; sesungguhnya Allah Maha Pengampun dosa orang-orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh, Maha Penyayang, karena selalu memberi rahmat kepada orang yang bertobat.
1335
Ayat sebelumnya menjelaskan bahwa orang Arab Badui ada yang imannya lemah dan ada yang kuat, lalu Allah menjelaskan sekelompok orang yang imannya sangat kuat. Mereka adalah orang-orang yang terdahulu berhasil meraih dan melaksanakan kebajikan sebelum yang lainnya melaksanakan, lagi yang pertama-tama masuk Islam di antara orang-orang Muhajirin dari Mekah ke Habasyah (Ethiopia) dan ke Madinah, dan kaum Ansar, yakni penduduk Madinah yang menerima dan membela umat Islam, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dengan iman dan amal saleh serta mau berkorban untuk membela Allah dan Rasul-Nya. Allah rida kepada mereka, yakni menerima amal saleh mereka dan mereka pun rida kepada Allah atas anugerah iman yang memenuhi hati mereka. Anugerah yang lebih besar lagi adalah Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungaisungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (Lihat: Surah al-Waqi'ah/56: 10-14)
1336
Dan di antara orang-orang Arab Badui yang tinggal di sekitarmu, ada orang-orang munafik. Dan di antara penduduk Madinah (Yahudi) ada juga orang-orang munafik, mereka sudah terbiasa licik dan berdusta, sehingga keterlaluan dan melampaui batas dalam kemunafikannya. Engkau wahai Nabi Muhammad tidak mengetahui siapa mereka, karena begitu lihainya dan terlatihnya mereka dengan kemunafikan, tetapi Kami mengetahuinya. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali, pertama: ketika terbongkarnya kemunafikan mereka, sehingga mereka malu dan terhina, dan kedua: ketika malaikat mencabut nyawa mereka dengan cara yang sangat kasar, (Lihat: Surah al-Anfal/8: 50), kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar kelak di akhirat.
1337
Dan ada pula orang lain yang berada di sekeliling kamu yang mengakui dosa-dosa mereka lalu bertobat atas dosa-dosa itu, tetapi mereka masih mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk, dengan mereka taat dan beramal saleh dan pada waktu yang berbeda mereka masih berbuat jahat dan maksiat. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka jika mereka bertobat dengan sungguh-sungguh. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun atas segala dosa, Maha Penyayang kepada orang yang berusaha tidak mengulangi kesalahannya.
1338
Pada ayat sebelumnya dijelaskan adanya sekelompok orang yang mengakui dosa-dosa mereka lalu bertobat kepada Allah. Karena penyebab dosa mereka adalah kecintaan kepada harta, maka dalam ayat ini dijelaskan tentang wujud tobat dan ketaatan diantaranya dengan menunaikan zakat. Diperintahkan kepada Nabi Muhammad, Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan jiwa mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebihan terhadap harta, dan menyucikan hati agar tumbuh subur sifat-sifat kebaikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu menumbuhkan ketenteraman jiwa bagi mereka yang sudah lama gelisah dan cemas akibat dosa-dosa yang mereka kerjakan. Sampaikan kepada mereka bahwa Allah Maha Mendengar permohonan ampun dari hamba-Nya, Maha Mengetahui tulus atau tidaknya tobat mereka.
1339
Allah menegaskan dalam bentuk pertanyaan, Tidakkah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima tobat yang tulus dari hamba-hambaNya dan menerima zakat mereka dengan memberinya pahala, dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah Maha Penerima tobat orang-orang yang menyesali dosa yang telah mereka lakukan, lagi Maha Penyayang kepada mereka yang benar dalam tobatnya?
1340
Dan katakanlah, kepada mereka yang bertobat, “Bekerjalah kamu, de-ngan berbagai pekerjaan yang mendatangkan manfaat, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, yakni memberi penghargaan atas pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin juga akan menyaksikan dan menilai pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan, yakni meninggal dunia dan pada hari kebangkitan semua makhluk akan kembali kepada Allah Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan di dunia, baik yang kamu tampakkan atau yang kamu sembunyikan.”
1341
Selain terdapat kelompok yang mengakui dosa-dosa mereka lalu dianjurkan untuk bertobat dan melakukan pekerjaan yang bermanfaat, ada pula orang-orang lain yang ditangguhkan sampai ada keputusan Allah; mungkin Allah akan mengazab mereka, karena mereka tetap dalam kedurhakaan, dan mungkin Allah akan menerima tobat mereka, jika mereka bertobat dengan sungguh-sungguh. Allah Maha Mengetahui orang yang bertobat secara tulus, Mahabijaksana dalam menetapkan keputusan-Nya.
1342
Sebagian manusia ada yang mengakui dosa-dosa mereka lalu bertobat dan melakukan pekerjaan yang bermanfaat, sehingga tobatnya diterima Allah, ada yang menangguhkan tobatnya sampai ada keputusan Allah, dan ada pula yang jahat dan terus bertambah jahat, misalnya orang-orang munafik. Hal ini terbukti di antara orang munafik itu ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana pada orang-orang yang beriman, untuk kekafiran dan untuk memecah belah di antara orang-orang yang beriman yang sudah mantap imannya, serta dengan tujuan menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah, yakni memerangi umat Islam, dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti akan senantiasa bersumpah palsu dengan berkata, “Kami hanya menghendaki kebaikan dengan membangun masjid ini. Mereka tidak menyadari bahwa Allah Maha Mendengar dan Allah menjadi saksi, yakni mengetahui dengan pasti bahwa mereka itu pendusta dalam sumpahnya. Allah Maha Mengetahui segala yang tampak maupun yang tersembunyi dalam hati setiap orang.
1343
Karena masjid tersebut dibangun dengan niat jahat, maka Allah melarang Nabi Muhammad, janganlah engkau melaksanakan salat dan kegiatan apa pun di dalam masjid yang dibangun oleh orang-orang munafik itu untuk selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, yakni ketulusan semata-mata karena Allah, sejak hari pertama dimulai pembangunannya, adalah lebih pantas, yakni wajar engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin, yakni senang membersihkan diri, jasmani dengan cara berwudu maupun rohani dengan cara bertobat dari dosa dan maksiat. Allah menyukai, melimpahkan karunia-Nya kepada orang-orang yang bersih di manapun mereka berada.
1344
Setelah dijelaskan perbandingan masjid yang di bangun Rasulullah dengan masjid yang dibangun orang-orang munafik, lalu dijelaskan akhir riwayat kedua masjid tersebut dan orang-orang yang membangunnya. Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya atas dasar takwa kepada Allah dan keridaan-Nya itu yang lebih baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya atas dasar kedurhakaan kepada Allah, sehingga laksana mendirikan bangunan di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunan itu roboh bersama-sama dengan dia, pembangunnya masuk ke dalam neraka Jahanam? Allah tidak memberi petunjuk, tidak memberi bimbingan kepada orang-orang yang zalim, karena mereka tidak mau menerima petunjuk.
1345
Sepanjang masa bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi penyebab keraguan dalam hati mereka, yakni kemunafikan, karena niat dan motivasi mereka buruk, sampai hati mereka hancur, yaitu sampai mereka mati, sehingga tidak dapat bertobat lagi. Dan Allah Maha Mengetahui, segala sesuatu, Mahabijaksana dalam ketetapan-Nya.
1346
Setelah dijelaskan orang yang mendirikan bangunan atas landasan kedurhakaan kepada Allah, maka pembangunnya akan hancur bersama bangunannya tersebut, lalu Allah memberi perumpamaan jual beli antara Allah dengan pejuang di jalan-Nya sebagaimana tertera pada ayat berikut: Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, yakni menjanjikan secara pasti kepada mereka yang secara tulus berjuang di jalan Allah, baik berupa diri, yakni jiwa maupun harta mereka, maka dengan pasti Allah akan memberikan balasan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah dengan harta bahkan jiwa; sehingga mereka membunuh atau terbunuh. Masuknya mereka ke dalam surga adalah merupakan janji yang benar dari Allah sebagaimana tertulis di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah? Pasti tidak ada. Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, sehingga kamu mendapatkan surga, dan demikian itulah kemenangan yang agung.
1347
Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat baik karena melakukan dosa maupun tidak melakukan dosa, beribadah secara berkesinambungan, memuji Allah sebagai rasa syukur, mengembara untuk tujuan kebaikan, rukuk, sujud, yakni salat sebagai wujud tunduk dan patuh kepada Allah, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar dan yang memelihara, yakni melaksanakan hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang yang beriman yang mempunyai sifat-sifat yang sudah disebutkan.
1348
Usai menjelaskan sifat-sifat orang yang bertobat, Allah lalu menjelaskan manusia yang tidak layak dimohonkan ampunan Allah. Tidak pantas, yakni tidak pernah dan tidak mungkin terjadi bagi nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan ampunan kepada Allah bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang musyrik itu kaum kerabat-nya, setelah jelas bagi mereka dengan kematian mereka dalam kemusyrikan, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka Jahanam.
1349
Adapun permohonan ampunan Ibrahim kepada Allah untuk bapaknya yang berbeda agama dengan dia, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya bahwa Ibrahim akan memintakan ampunan untuk bapaknya (Lihat: Surah Maryam/19: 47). Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah karena tetap dalam kemusyrikan dan kesesatan, maka Ibrahim berlepas diri darinya walau dengan berat hati. Sungguh, Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya, sangat takut kepada Allah lagi penyantun, yakni penyabar, mampu meredam kemarahan dan sikap buruk kepada orang lain.
1350
Dan Allah Yang Mahaadil, Mahabijaksana sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, setelah mereka diberi-Nya petunjuk dengan memeluk Islam, sehingga dapat dijelaskan kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Apabila sudah dijelaskan apa yang harus dijauhi lalu mereka melanggar, maka Allah akan memberi hukuman akibat kedurhakaan itu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang terjadi di langit dan di bumi.
1351
Sesungguhnya Allah memiliki kekuasaan di langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Dia yang menciptakan, menghidupkan, memelihara dan mematikan bila ajalnya sudah sampai. Tidak ada pelindung yang menghindarkan mudarat dan penolong yang mendatangkan manfaat bagimu selain Allah.
1352
Pada ayat ini dijelaskan salah satu wujud rahmat Allah. Sungguh, Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi pada masa-masa sulit ketika Perang Tabuk yang terjadi antara kaum muslim dengan orang-orang Romawi pada tahun ke-10 H, saat itu lagi musim paceklik dan cuaca sangat panas, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling dari kebenaran akibat masa sulit yang mereka alami, kemudian Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih kepada semua hamba-Nya, terlebih kepada orang-orang yang bertobat, Maha Penyayang, yakni mencurahkan rahmat-Nya kepada mereka.
1353
Dan Allah juga memberi pengampunan terhadap tiga orang yang tidak mau ikut perang, yaitu Ka'b bin Malik, Hilal bin Umayyah, Murarah bin Rabi'ah yang ditinggalkan atas perintah Allah, yakni tidak diajak bicara oleh Rasulullah dan kaum muslim. Hingga ketika bumi terasa sempit bagi mereka, padahal mereka tahu bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah pula terasa sempit bagi mereka, serta mereka telah mengetahui dan yakin bahwa tidak ada tempat lari dari cobaan Allah, melainkan berlindung dan kembali kepada-Nya saja, ketika itulah kemudian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat orang yang sungguh-sungguh menyesali kesalahannya, Maha Penyayang terhadap semua hamba-Nya.
1354
Penegasan bahwa Allah Maha Penerima tobat diikuti dengan perintah: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sungguh-sungguh berupaya melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan hendaklah kamu bersama dengan orang-orang yang benar, jujur dalam ucapan, perilaku dan perbuatannya.
1355
Ayat ini berisi kecaman terhadap orang-orang yang tidak ikut berperang dan memilih bersenang-senang di rumah mereka. Tidak pantas bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, yaitu di sekitar kota Madinah, tidak turut menyertai Rasulullah pergi berperang, dan tidak pantas pula bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu tidak wajar, karena mereka tidak ditimpa kehausan karena panas terik dan sulitnya mendapatkan air, tidak kepayahan dan kelaparan karena terbatasnya makanan ketika berjuang di jalan Allah, dan tidak pula menginjak atau menduduki suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir lantaran keberanian dalam menegakkan kalimat Allah, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, yakni menyebabkan musuh terluka atau terbunuh, kecuali semua itu akan dituliskan oleh malaikat bagi mereka sebagai suatu amal kebajikan yang layak mendapatkan pahala dari Allah. Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.
1356
Dan tidaklah mereka memberikan infak, baik yang kecil maupun yang besar dan tidak pula melintasi suatu lembah dalam rangka pengabdian kepada Allah, kecuali akan dituliskan bagi mereka sebagai amal kebajikan, untuk diberi balasan oleh Allah dengan yang lebih baik dan berlipatganda daripada apa yang telah mereka kerjakan.
1357
Pada ayat sebelumnya dijelaskan tentang pahala yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang berbuat baik. Pada ayat ini dijelaskan tentang pentingnya pembagian tugas kerja dalam kehidupan bersama dengan penegasan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi ke medan perang sehingga hal yang lainnya terabaikan. Mengapa tidak ada sebagian dari setiap golongan di antara mereka yang pergi untuk bersungguh-sungguh memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan dengan menyebarluaskan pengetahuan tersebut kepada kaumnya apabila mereka telah kembali dari berperang atau tugas apa pun, pengetahuan agama ini penting agar mereka dapat menjaga dirinya dan berhati-hati agar tidak melakukan pelanggaran.
1358
Setelah dijelaskan pentingnya memperdalam pengetahuan agama dan menyebarluaskannya kepada masyarakat luas, lalu dijelaskan sikap ketika menghadapi orang kafir yang memusuhi orang mukmin. Wahai orang-orang yang beriman! Perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu apabila mereka memerangi kamu, dan hendaklah mereka merasakan, mengetahui dan menyaksikan sikap tegas dan semangat juang yang tinggi darimu, dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa. Oleh karena itu jangan pernah putus asa apalagi menyerah.
1359
Setelah dijelaskan kebolehan orang mukmin memerangi orang yang melakukan penyerangan, lalu dijelaskan perbedaan antara orang munafik dengan orang yang beriman apabila mendengar bacaan AlQur'an. Dan apabila diturunkan suatu surah dari Al-Qur'an yang berisi ajakan beriman, maka di antara mereka, yakni orang-orang munafik ada yang berkata sebagai nada ejekan, “Siapakah di antara kamu, sesama munafik, yang bertambah imannya dengan turunnya surah ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surah yang diturunkan ini menambah imannya yang selama ini sudah tertanam di dada mereka, dan mereka merasa gembira dengan bertambahnya pengetahuan mereka lantaran ayat-ayat tersebut.
1360
Dan adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit batin, seperti kekafiran, kemunafikan, keragu-raguan, dan sebagainya, maka dengan turunnya surah itu akan menambah kekotoran rohani, yakni kekafiran mereka yang telah ada selama ini dalam hati mereka dan mereka akan mati dalam keadaan kafir.
1361
Dan tidakkah mereka orang-orang munafik dan kafir itu memperhatikan dengan saksama bahwa mereka diuji berupa penyakit, paceklik dan bencana alam yang terjadi sekali atau dua kali setiap tahun, namun mereka tidak juga bertobat dari kemunafikan dan kekafiran, dan tidak pula mengambil pelajaran dari berbagai ujian yang sudah mereka rasakan? Mereka tidak pernah introspeksi.
1362
Cemoohan orang munafik dan orang kafir tidak hanya dengan lisan tetapi juga perbuatan, yaitu, apabila diturunkan suatu surah, dari Al-Qur'an yang menggambarkan isi hati mereka dan membeberkan rahasia mereka, maka satu sama lain di antara mereka saling berpandangan dengan lirikan mata tanda mengejek sambil berkata, “Adakah seseorang dari kaum muslim yang melihat kamu ketika malakukan hal-hal yang kita rahasiakan, sehingga Muhammad mengetahui semuanya?” Setelah itu mereka pun pergi meninggalkan majelis Nabi secara sembunyisembunyi. Mereka selalu ingin berpaling dari kebenaran, sehingga Allah memalingkan hati mereka dari mendengar dan mengikuti tuntunan Allah disebabkan mereka adalah kaum yang tidak memahami tuntunan tersebut.
1363
Ayat yang lalu diakhiri dengan penegasan bahwa hati orang munafik dipalingkan dari kebenaran karena sesungguhnya mereka tidak mau memahami kebenaran walaupun yang membawa kebenaran tersebut adalah Nabi Muhammad yang sangat penyantun dan penyayang sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut ini. Demi kebesaran dan keagungan Tuhan, sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul yang mulia dari kaummu sendiri sehingga tidak asing bagi kamu, sangat berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami baik derita lahir maupun batin, dia sangat menginginkan kebaikan, kabahagiaan dan keselamatan bagimu, yakni bagi kamu semua baik yang muslim maupun yang kafir, dia sangat penyantun dan penyayang, yakni memberi kebaikan secara melimpah melebihi kebutuhan maupun sesuai kebutuhan terhadap orang-orang yang beriman.
1364
Maka jika mereka berpaling dari keimanan dan menolak mengikuti ajaranmu wahai Nabi Muhammad, maka katakanlah kepada mereka “Cukuplah Allah bagiku, Dia yang akan membela dan melindungiku; tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, yakni berserah diri setelah berusaha sekuat tenagaku, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki, mencipta, dan mengatur ‘Arsy singgasana yang agung.”
1365
Alif Lam Ra. Hanya Allah yang mengetahui secara pasti makna hurufhuruf yang menjadi pembuka surah-surah dalam Al-Qur'an. Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang keseluruhannya penuh hikmah, yakni petunjuk yang hak dan terbaik bagi semua umat manusia. Apabila petunjuk tersebut diperhatikan dan dijalankan, maka akan mendatangkan kemaslahatan dan menghindarkan keburukan.
1366
Oleh karena itu, pantaskah manusia menjadi heran bahwa Kami memberi wahyu, yakni memberi informasi dan tuntunan agama secara pasti, cepat, dan berbentuk rahasia, kepada seorang laki-laki di antara mereka, yakni Nabi Muhammad yang dikenal sangat jujur sehingga mendapat gelar al-Amin. Melalui wahyu tersebut Kami perintahkan kepadanya: “Berilah peringatan kepada manusia bahwa Hari Pembalasan itu pasti datang dan orang yang jahat akan disiksa karena kejahatannya, dan gembirakanlah orang-orang beriman yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi, yakni kemuliaan di sisi Tuhan kelak di akhirat.” Setelah mendengar dan menyaksikan ayat-ayat Al-Qur'an yang disampaikan oleh Nabi Muhammad ternyata sangat mempesona, maka Orang-orang kafir berkata, “Orang ini, yakni Nabi Muhammad, benar-benar pesihir” yang nyata, dan yang dibawanya adalah sihir, sehingga membuat orang-orang terpesona dan mengikuti seruannya. Demikianlah sifat angkuh orang-orang yang tidak mau mengakui bahwa Al-Qur'an adalah wahyu dari Allah.
1367
Kalau orang kafir merasa heran atas diturunkannya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad, maka apakah mereka tidak merasa heran dengan penciptaan langit dan bumi serta segala isinya? Tuhan Mahakuasa menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad, sebagaimana Dia Mahakuasa menciptakan langit dan bumi. Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi yang terbentang luas, dalam enam masa untuk memberikan pelajaran kepada manusia bahwa segala sesuatu perlu proses, melalui perencanaan yang matang dan dikerjakan secara maksimal. Jika Allah menghendaki, maka Dia Mahakuasa menciptakan keduanya dalam sekejap. Setelah sempurna masa penciptaan langit dan bumi, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy, singgasana untuk mengatur segala urusan makhluk-Nya. Tidak ada yang dapat memberi syafaat, yakni pertolongan pada Hari Kiamat untuk mendapat keringanan atau terbebas dari azab Allah kecuali setelah ada izin-Nya. Itulah Allah, Zat yang Mahaagung, Tuhanmu yang memelihara dan membimbingmu, maka sembahlah Dia, karena hanya Dia yang berhak disembah, jangan mempersekutukan Dia dengan apa pun. Apakah kamu tidak mengambil pelajaran dari kesempurnaan penciptaan langit dan bumi beserta isinya? Semuanya tunduk, patuh, dan bertasbih kepada Allah, Tuhan Pengatur segala urusan.
1368
Setelah dijelaskan bahwa Allah pencipta langit dan bumi, dan hanya Dia yang berhak disembah, lalu pada ayat ini dijelaskan tentang kepastian datangnya Hari Kiamat. Pada hari tersebut, hanya kepada-Nya, yakni kepada Allah kamu semua akan kembali. Itu merupakan janji Allah yang benar dan pasti tidak sedikit pun diragukan lagi. Sesungguhnya Dialah yang Maha Kuasa memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya, yakni menghidupkannya kembali pada Hari Kebangkitan, agar Dia dapat memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dengan balasan yang adil sesuai yang mereka kerjakan. Jika Allah menghendaki, maka berkat anugerah dan kemurahan-Nya, mereka akan memperoleh pahala melebihi yang mereka kerjakan. Sedangkan untuk orang-orang kafir disediakan balasan berupa minuman air yang mendidih yang dapat merusak seluruh alat pencernaan mereka dan akan memperoleh siksaan yang pedih karena kekafiran mereka. Inilah wujud keadilan Allah atas perbuatan hamba-Nya di dunia.
1369
Selain menciptakan langit dan bumi sebagai bukti kebesaran dan kekuasaan-Nya, Dialah yang menjadikan matahari bersinar sangat terang yang menghasilkan kehangatan untuk alam raya dengan energi dari dirinya sendiri dan bulan bercahaya karena pantulan energi dari matahari, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, yakni tempat peredaran perjalanan bumi mengitari matahari dan bulan mengitari bumi agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan waktu. Allah tidak menciptakan hal yang demikian sempurna itu melainkan dengan benar, yakni dengan hikmah yang besar. Melalui penciptaan tersebut, Dia menjelaskan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya kepada orang-orang yang mengetahui, yakni yang mau mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah di alam raya ini.
1370
Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang dan pada benda apa saja yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, yakni benda cair maupun padat, semilirnya angin maupun dahsyatnya petir dan halilintar, pasti terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya bagi orang-orang yang bertakwa, yakni orang yang berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan supaya terhindar dari siksa Allah akibat kesesatan tersebut.
1371
Meskipun bukti kebesaran dan kekuasaan Allah telah terbentang luas di alam raya sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya, namun masih ada sebagian manusia yang tidak percaya dan mengingkari adanya Allah. Mereka merasa puas dengan kehidupan dunia. Allah menegaskan bahwa sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami di Hari Akhirat nanti dengan adanya pahala bagi yang beramal saleh dan siksa bagi yang durhaka, dan mereka merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu, sehingga tidak pernah berbuat untuk kehidupan akhirat, padahal kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, yakni tidak menghiraukan petunjuk yang ada di dalam Al-Qur'an dan tidak sedikit pun mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta.
1372
Maka mereka itu tempatnya di neraka, karena apa yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia, berupa kedurhakaan kepada Allah.
1373
Kebalikan dari orang-orang yang durhaka kepada Allah dan hanya mencintai kehidupan dunia adalah orang-orang yang beriman dan beramal saleh untuk bekal kehidupan di akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan sebagai wujud keimanan tersebut mereka mengerjakan amal kebajikan sebagaimana petunjuk yang disebutkan di dalam AlQur'an, niscaya mereka diberi petunjuk oleh Tuhan karena keimanan mereka. Mereka di dalam surga yang penuh kenikmatan yang tiada tara, tiada pernah terkurangi dan mengalir di bawahnya sungai-sungai.
1374
Sebagai gambaran dari keindahan dan kenyamanan kehidupan di dalam surga adalah setiap kata dan kalimat yang terucap tiada lain hanya pujian atas kebesaran Allah. Doa yang mereka ucapkan di dalamnya ialah, “Subhanakallahumma” Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami, dan salam penghormatan kepada mereka dari Allah, malaikat dan sesama penghuni surga ialah, “Salam”, semoga keselamatan yang sempurna selalu menyertai kamu. Dan penutup doa mereka ialah, “Al-hamdu lillahi Rabbil 'alamin” segala puji bagi Allah Tuhan Pemelihara seluruh alam.
1375
Setelah dijelaskan pada ayat sebelumnya bahwa Allah Mahasuci dari segala kekurangan, Mahasempurna dengan segala ciptaan-Nya, Mahaadil dalam memberikan hukuman atau pahala, lalu dijelaskan pada ayat ini bahwa Dia Maha Terpuji karena tidak segera menghukum orang yang durhaka sebagaimana permintaan mereka agar Allah menyegerakan siksa. Mereka diberi kesempatan untuk kembali kepada tuntunan Al-Qur'an. Dan kalau Allah menyegerakan keburukan, sebagai hukuman atas perbuatan jahat bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pasti diakhiri umur mereka, yakni dibinasakan. Namun Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, yakni tidak percaya pada hari Kiamat dalam keadaan bingung dan tetap berada di dalam kesesatan mereka sesuai kemauan mereka.
1376
Ayat ini masih menjelaskan tentang sifat-sifat buruk manusia, yaitu tidak bersyukur ketika mendapat anugerah atau nikmat. Dan apabila manusia ditimpa bahaya akibat ulah mereka sendiri, dia berdoa kepada Kami dengan memuji dan mengakui keagungan Allah dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, yakni terus berdoa tiada henti dalam segala situasi, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali ke jalan yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan berupa kedurhakaan.
1377
Setelah dijelaskan bahwa di antara sifat buruk manusia adalah suka tergesa-gesa dan tidak bersyukur, lalu pada ayat ini disebutkan berbagai azab yang ditimpakan kepada orang-orang yang zalim. Dan sungguh, Kami telah membinasakan secara menyeluruh atau mendatangkan azab berupa kerusakan dan kehancuran beberapa generasi umat-umat sebelum kamu, yakni kaum kafir Mekah yang semasa dengan Rasulullah, ketika mereka berbuat zalim, padahal para rasul mereka telah datang membawa keterangan-keterangan baik berupa mukjizat yang bersifat inderawi maupun yang tertera di dalam kitab suci, tetapi mereka sama sekali tidak mau beriman. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat dosa.
1378
Kemudian Kami jadikan kamu, seluruh manusia, sebagai pengganti-pengganti mereka untuk menjadi pemimpin di bumi setelah mereka binasa, untuk Kami lihat bagaimana kamu berbuat, kebaikan atau keburukan. Allah akan memberi pahala orang yang berbuat baik dan menghukum orang yang yang berbuat jahat.
1379
Setelah dijelaskan bahwa Allah telah membinasakan orang-orang yang berbuat zalim dan menggantinya dengan kaum yang lain, lalu dijelaskan tentang sikap orang-orang musyrik terhadap ayat-ayat AlQur'an. Dan apabila dibacakan walaupun dengan berulang-ulang kepada mereka ayat-ayat Kami, Al-Qur'an dengan jelas kebenarannya bahwa ayat-ayat tersebut datang dari Allah, maka orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, yakni tidak percaya dengan kehidupan akhirat, tidak mengharap pahala dan tidak percaya adanya siksa, mereka berkata, “Datangkanlah kitab selain Al-Qur'an ini atau gantilah isinya, ubahlah yang haram menjadi halal atau sebaliknya, dan hapuslah ayat-ayat yang mempersalahkan kepercayaan kami. Menjawab permintaan tersebut Allah memerintahkan, Katakanlah Muhammad, “Tidaklah pantas bagiku untuk menggantinya atas kemauanku sendiri, karena aku hanya seorang utusan. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan Allah kepadaku. Sesungguhnya aku benar-benar takut akan azab hari yang besar, yakni hari Kiamat jika aku mendurhakai Tuhanku yang aku yakin Dia Maha mengetahui seluruh ucapan dan perbuatanku.”
1380
Setelah menolak permintaan kaum musyrik untuk mendatangkan kitab selain Al-Qur'an atau mengubah sebagian isinya, lalu Allah berfirman, Katakanlah wahai Nabi Muhammad, “Jika Allah menghendaki aku tidak membacakan dan menyampaikan Al-Qur'an kepada kamu, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan jika Allah tidak pula berkehendak memberitahukan wahyu yang diturunkan kepadaku, maka Dia tidak memberitahukannya kepadamu.” Aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya, yakni selama 40 tahun sebelum turunnya AlQur'an dan selama masa itu aku tidak pernah berbohong serta tidak pernah berbicara dan menyampaikan hal seperti ini. Apakah kamu tidak mengerti ayat-ayat itu dan tidak memikirkan kandungannya?
1381
Karena mereka tetap keras menolak kebenaran Al-Qur'an sebagai wahyu dari Allah dan menuduh Nabi Muhammad berbohong, maka ditegaskan dalam bentuk pertanyaan, siapakah yang lebih zalim daripada orang yang dengan sengaja mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sungguh tidak ada orang yang lebih zalim daripada mereka dan mereka tidak akan mendapatkan keberuntungan untuk selama-lamanya. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat dosa itu tidak akan pernah beruntung.
1382
Setelah dijelaskan kerugian yang akan diperoleh oleh orang yang berbuat zalim karena ingkar terhadap ayat-ayat Al-Qur'an, lalu dijelaskan bentuk lain dari kezaliman mereka yaitu syirik. Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang dijadikan sembahan yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka, apabila mereka tidak menyembahnya, dan tidak pula memberi manfaat dan tidak bisa menolak madarat ketika mereka menyembahnya, dan mereka dengan yakin berkata, “Mereka berhala dan sembahan kami lainnya itu adalah pemberi syafaat kami di hadapan Allah.” Padahal sembahan tersebut tidak mampu mendatangkan manfaat atau menolak madarat atas diri mereka sendiri. Agar lebih jelas, maka katakanlah kepada mereka wahai Nabi, “Apakah pantas kamu akan memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-Nya apa yang di langit dan tidak pula yang di bumi? Kalimat ini adalah ejekan kepada orang yang menyembah berhala, yang menyangka bahwa berhala-berhala itu dapat memeberi syafaat di sisi Allah. Dia Maha mengetahui segala yang ada di langit dan di bumi, karena Dia pencipta dan pemeliharanya dan tiada sesuatu pun sekutu bagi-Nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan itu, tiada tuhan yang berhak disembah selain Alla